Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.I Latar Belakang
Peta adalah gambaran 2 dimensi yang dihasilkan dari hasil reduksi keadaan
sebenarnya dalam skala tertentu dan menyajikan informasi yang sifatnya
membangun. Keadaan sebenarnya yang dimaksud adalah permukaan atau bawah
permukaan bumi.
Peta Topografi memberikan informasi sesuai dengan bentuk pada
permukaan bumi melalui elevasi beda tinggi yang dibantu oleh garis khayal atau
lebih sering kita sebut dengan garis kontur. Garis kontur adalah garis khayal yang
menghubungkan titik-titik yang memiliki nilai yang sama. Dalam pembuatan peta
topografi diperlukaan kerangka pemetaan akan tetapi dengan bantuan software
yang membantu pembuatan peta topografi cukup dengan memasukan data
koordinat X, Y dan Z nya maka peta telah dapat dibuat.
Kita seorang geofisikawan dalam interpretasi data dan kegiatan eksplorasi
lainnya sangat memerlukan peta topografi. Demi menciptakan desain peta yang
mirip dengan keadaan yang sebenarnya yang akan sangat membantu dalam
eksplorasi nantinya ialah diperlukannya software. Jenis-jenis software yang dapat
digunakan antara lain Global Mapping, Map Info, Maping Source, Autocad Map
dan yang paling utama yang digunakan dalam pembuatan peta kali ini ialah Surfer
10.
1.2. Maksud dan Tujuan
Pada acara praktikum kali ini yang membahas tentang pembuatan peta
topografi dengan bantuan surfer 10 bermaksud agar para praktikan dapat
memahami dengan baik tentang tata cara pembuatan topografi dengan software.
Sedangkan tujuannya adalah para praktikan dapat membuat peta topografi beserta
dengan sayatannya di aplikasi software surfer 10.
BAB 2
DASAR TEORI
2.1 Surfer 10
Surfer 10 merupakan salah satu perangkat lunak yang digunakan untuk
membuat perta kontur dan pemodelan tiga dimensi, memiliki banyak fungsi
visualisasi,3D contouring dan paket modeling permukaan yang berjalan pada
sistem operasi Microsoft Windows di komputer. Surfer digunakan secara luas
untuk pemodelan medan,visualisasi landscape, analisis permukaan, pemetaan
kontur, pemetaan permukaan 3D, gridding, volumemetrics, dan lainnya. Selain
perangkat lunak surfer,golden software Inc. juga mengembangkan perangkat
lunak lainnya seperti Grapher, Voxler, Map Viewer, Didger, dan Strater. Hingga
saat ini pengembangan produk perangkat lunak dengan versi yang baru dan tidak
berbeda kualitas dengan versi yang lama. Seperti halnya versi Surfer sebelumnya.
Keunggulan utama dari perangkat lunak Surfer 10 ini adalah pada proses
visualisai dan pemodelan peta 3D,pembuatan kontur, model batimetri,visualisasi
dan analisis landscape , proses gridding, volumetrik,serta memungkinkan proses
manipulasi data, menginterpretasikannya dan memilih metode yang paling sesuai
untuk kebutuhan pengguna. Secara umum tampilan layar monitor Surfer 10 terdiri
dari title bar, menu bar, toolbars, tabbled windows, object manager, property
manager, status bar dan plot windows. Sedangkan layar untuk menampilkan
dokumen, data atau peta pada tabbed windows terdiri dari tiga tipe yaitu plot
windows, worksheet window dan Grid Node Editor Window.
2.2 Metode Interpolasi
Merupakan suatu metode untuk menentukan nilai ketinggian suatu titik
dengan menganggap bahwa suatu titik tersebut berada pada suatu bidang
yang beraturan.ada empat 4 cara dalam perhitunganya yaitu:
1) Bila titik ketinggian disesuaikan dengan interval kontur, maka rumus
yang digunakan adalah :
X=
1K
xY
(t 2t 1)
(2.1)
2) Bila titik ketinggian tidak sesuai dengan batas atas maka rumus yang
digunakan yaitu:
a=
( t 2ta )
xY
( t 2t 1 )
(2.2)
X=
1K
x (Y a)
(tat 1)
(2.3)
3) Bila titik yang tidak bersesuian dengan batas bawah,maka rumusnya :
b=
(tbt 1)
xY
(t 2t 1)
(2.4)
X=
1K
x (Y b)
(t 2tb)
(2.5)
4) Bila titik ketinggianya tidak bersesuaian sama sekali maka dapat dicari
dengan rumus :
a=
( t 2ta )
xY
( t 2t 1 )
(2.6)
b=
( tbt 1 )
x ( Y a )
( t 2t 1 )
(2.7)
IK
x [ Y ( a+ b ) ]
( tatb )
(2.8)
X=
Keterangan:
IK = Interval Kontur
t1 = Titik ketinggian terendah
t2 = Titik ketinggian tertinggi
3
sering dipakai dan cukup populer. Metode Krigging ini mampu menghasilkan
citra peta dari data yang tidak teratur. Hasil dari metoe krigging ini cukup halus
dan akurat. Berikut ini contoh hasil dari penggunaan metode krigging :
BAB 3
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Peralatan
Berikut ini merupakan alat-alat yang digunakan saat pembuatan peta
topografi secara digital :
1. Laptop atau Notebook
Pada gambar diatas adalah perangkat keras yang dimana hasil perkembangan
teknologi terbarukan yang dapat mengolah data, angka maupun gambar
secara acak maupun urut.
2. Software Surfer
Pada gambar diatas adalah perangkat lunak yang digunakan untuk membuat
peta topografi suatu daerah.
3. Software Corel Draw
Pada gambar diatas adalah perangkat lunak yang dapat mengolah data berupa
perhitungan secara urut maupun acak yang hasilnya sangat diperlukan dalam
pembuatan topografi.
MEMBUAT KONTUR
POST MAP
OVERLAY MAP
MEMBUAT SUNGAI
MEMBUAT SAYATAN
FINISHING PETA
SELESAI
Gambar 3.5 Diagram Alir Pengolahan Data
ubah maka daerah yang di beri sayatan sungai biasanya di kosongkan dengan
mendigitizekan daerah yang telah di polyline kedalam format .bln.
6. Agar peta topografi dapat terlihat jelas dan sempurna tetntunya kita
memerlukan penampang sayatan, dengan catatan sayatan pada umumnya tidak
boleh lebih dari 180. Pembuatannya sendiri mendigitizekan daerah sayatan
bagian awal dan bagian akhir ke dalam format .bln tatacara nya tidak jauh
berbeda dengan pembuatan sungai, apabila untuk sungai pada menu gridkita
memilih blank, pada sayatan yang kita pilih adalah slice.
7. Setelah peta topografi dari surfer telah selesai dibuat, sesuai dengan kebutuhan
kita memerlukan memolesnya kembali di corel draw untuk menambahkan
keterangan seperti legenda, lokasi penelitian, dalam rangka apa, atau bahkan
penambahan kop.
8. Peta topografi yang telah di finishing pada software corel draw selanjutnya
diprint dalam ukuran kertas A0 yang kemudian dapat dikumpul dan diberi nilai
hasilnya.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Peta Topografi Desa Mancasan Kidul, Yogyakarta
Berdasarkan peta topografi yang telah saya buat maka terlihatlah
bahwasannya daerah tersebut memiliki berbagai macam bentuk garis kontur,
mulai dari kotur landai, hingga yang curam. Di lapangan kontur yang curam
ditandai dengan bentuk garis kontur yang rapat, sedangkan kontur yang renggang
ditandai dengan kontur yang renggang. Hal ini dapat terjadi karena kawasan
pengambilan data merupakan kawasan lembah yang dikelilingi oleh tebing-tebing.
Skala yang digunakan baik itu pada peta topografi maupun penampang sayatan
adalah skala 1 : 150 cm, itu artinya 1 cm pada peta mewakili 150 cm di lapangan
dengan interal konturnya adalah 0,5. Penampang sayatanpun dibuat dengan besar
sudut tidak lebih dari 180 sayatan dibuat dari A-A yang diawali dari koordinat X
= 435587 dan Y = 9142382 dan diakhiri oleh koordinat X = 435586 Y = 9142371.
Puncak ketinggian tertinggi yang terlihat pada peta topografi daerah Desa
Mancasan Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta adalah 159,20 m yang berada pada
koordinat X = 435532,9779 dan Y = 9142305,31, sedangkan nilai ketinggian
terendah adalah 147,90 m yang berada pada koordinat X = 435583,81 dan Y =
9142319,75.
4.2 Perbandingan Peta Topografi Manual dengan Surfer 10
10
Apabila suatu pengerjaan dilakukan secara hati-hati, rapi dan teliti maka jika
dibandingkan hasil peta topografi secara manual maupun digital tidak akan jauh
berbeda tentunya manusia pun bisa luput dari kesalahan dan kehilafan. Pada peta
yang dibuat secara modern ini terdapat bererbagai macam kontur yang bentuknya
sedikit berbeda dari bentuk yang manual. Meskipun memiliki data yang sama,
bentuk peta topografi dapat berbeda tergantung pada metode yang dipakai, apabila
pada peta secara manual dan secara modern berbeda tata caranya maka bentuk
topografinya akan sangat jauh berbeda. Hal ini membuktikan bahwasannya
pembuatan peta sangat bergantung pada metode dan tingkat ketelitian. Selain itu
jika kita kaji lebih lanjut maka pembuatan peta topografi secara manual garis tidak
akan serapi dan sehalus peta topografi secara digital.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari hasil praktikum pembuatan peta topografi
yang menggunakan software surfer 10 yaitu, sebagai berikut :
1. Pada peta daerah dengan bantuan software hasilnya berbeda dengan
pembuatan peta secara manual.
2. Di beberapa bagian daerah terdapat beberapa bentuk kontur yang tidak
ditemukan di peta manual. Hal ini karena pengaruh metode yang digunakan
selain itu di zaman yang canggih ini komputer telah memiliki formula
khusus dalam pengolahan data yang acak.
3. Peta dengan bantuan software tampilannya lebih baik dibandingkan dengan
peta yang dibuat secara manual, baik itu dari segi kerapian ataupun
keakuratan.
4. Puncak ketinggian tertinggi yang terlihat pada peta topografi daerah Desa
Mancasan Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta adalah 159,20 m yang berada
pada koordinat X = 435532,9779 dan Y = 9142305,31.
5. Nilai ketinggian terendah yang terlihat pada peta topografi daerah Desa
Mancasan Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta adalah 147,90 m
yang
11
6. Berdasarkan data yang didapatkan skala yang dapat digunakan baik adalah 1
: 150 cm dan begitupula dengan penampang sayatannya dan interval
konturnya adalah 0,5.
7. Penampang sayatan dibuat tidak boleh melebihi 180 dan menyesuaikan
dengan bentuk dan skala konturnya dari A-A dengan koordinat X = 435587
dan Y = 9142382 dan diakhiri oleh koordinat X = 435586 Y = 9142371.
V.2 Saran
Pelajari dan pahamilah terlebih dahulu fungsi dan kegunaan setiap menu
yang ada pada tampilan software 10. Hal ini diperlukan agar saat pembuatan peta
nya dapat terlihat lebih efisien, akurat dan jauh dari kerancuan yang menyesatkan.
12