Anda di halaman 1dari 81

MAKALAH DASAR KESEHATAN MASYARAKAT

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar Kesehatan Masyarakat


Dosen: Indri Hapsari Susilowati, SKM, MKKK, PhD

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kelompok F
Anggota:
Emilia Annisa
Rosalin Gloria Valentine
Indri Febriana Rosa
Istiqlaliatul Islamiyah
Ovi Triyulianti
Trisla Isliani

(1506801372)
(1506802091)
(1506801580)
(1506801624)
(1506801946)
(1506802311)

S1 EKSTENSI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS INDONESIA
2015
BAB I

PENDAHULUAN

Pelayanan kesehatan sangat penting untuk kita semua dalam kesehatan


masyarakat. Kesehatan masyarakat memiliki fokus yang bergeser dari bukan
hanya untuk individu tetapi untuk populasi. Kesehatan masyarakat adalah tentang
hal apa yang membuat kita sakit, apa yang membuat kita sehat, dan hal apa yang
bisa dilakukan bersama tentang hal tersebut. Permasalahan penyakit misalnya
influenza, AIDS, perubahan iklim, atau tentang biaya perawatan kesehatan,
merupakan hal yang perlu diperhatikan untuk melihat dampak yang dihasilkan
dari permasalahan kesehatan yang ada. Dampak yang dihasilkan bukan hanya
dilihat pada individu tetapi juga pada kelompok yang berisiko serta populasi
secara keseluruhan. Berdasarkan hal tersebut akan muncul pertanyaan dasar
mengenai hal apa saja yang menentukan kesehatan dan juga penyakit. Sehingga
dari hal tersebut, dapat dilakukan pilihan untuk intervensi dalam upaya
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Oleh karena itu dalam hal ini membahas tentang prinsip - prinsip
kesehatan penduduk untuk mencegah penyakit dan kecacatan dengan cara melihat
bagaimana kesehatan masyarakat mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari
dengan cara-cara yang sering kita anggap remeh. Selain itu juga mengeksplorasi
berbagai intervensi potensial untuk melindungi kesehatan dan mencegah penyakit,
kecacatan, dan kematian. Hal lain yang menjadi pembahasan yaitu tentang
bagaimana kesehatan masyarakat memiliki penekanan khusus menggunakan bukti
atau disebut dengan evidence based untuk menentukan masalah kesehatan,
memahami etiologi atau penyebab penyakit, mengembangkan rekomendasi untuk
mengatasi masalah kesehatan, dan melaksanakan serta mengevaluasi manfaat dari
bahaya intervensi yang dilakukan.
Informasi dan komunikasi juga merupakan hal penting yang menjadi
bahasan untuk melihat bagaimana data kesehatan diperoleh dan disusun dan
bagaimana hal itu dapat disampaikan atau dikomunikasikan dan digunakan untuk
membuat keputusan dalam upaya peningkatan kesehatan. Selanjutnya juga
dibahas tentang kontribusi ilmu sosial untuk mengkaji bagaimana sosial, ekonomi,
dan faktor budaya mempengaruhi kesehatan. Ditambah juga mengenai perubahan
perilaku pada individu dan kelompok dapat diubah untuk meningkatkan
kesehatan. Selain itu, perlu juga melihat dari aspek kebijakan kesehatan dan
hukum dapat digunakan untuk meningkatkan kesehatan.
Penyakit yang ada di masyarakat dikelompokan menjadi dua yaitu
penyakit tidak menular (PTM) dan penyakit menular (PM). Contoh dari PTM

ialah kanker, penyakit jantung dan pembuluh darah, serta penyakit yang
mempengaruhi kesehatan mental kita, seperti depresi ke Alzheimer. Sedangkan
PM ialah penyakit yang dapat ditularkan dari orang ke orang atau dari spesies lain
ke manusia contohnya HIV/AIDS. Berdasarkan kedua jenis kelompok penyakit
tersebut, terdapat beberapa intervensi yang dapat dilakukan meliputi usaha untuk
menghambat penyebaran penyakit, untuk mencegah penyebaran penyakit mulai
dari mencuci tangan, imunisasi yang dirancang untuk melindungi individu, serta
skrining, dan pengobatan pencegahan yang dirancang untuk menyembuhkan
penyakit.

BAB II

PEMBAHASAN

Topik 1
PRINSIP KESEHATAN MASYARAKAT

A. Definisi sehat menurut WHO


WHO membuat definisi universal yang menyatakan bahwa sehat adalah
suatu keadaan kondisi fisik, mental dan kesejahteraan sosial yang merupakan
satu kesatuan dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan.
Menurut WHO, ada tiga komponen penting yang merupakan satu kesatuan
definisi sehat, yaitu:
a. Sehat jasmani
Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti dehat
seutuhnya, berupa sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata
bersinar, rambut tersisir rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak gemuk, nafas
tidak bau, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit, dan seluruh fungsi
fisiologi tubuh berjalan normal.
b. Sehat mental
Sehat mental dan sehat jasmani selalu dihubungkan satu sama lain
dalam pepatah kuno, jiwa yang sehat terdapat di dalam tubuh yang sehat
(men sana in corpore sano). Atribut seorang insan yang memiliki mental
yang sehat adalah sebagai berikut:
Selalu merasa puas dengan apa yang ada dalam dirinya, selalu gembira,
santai, dan menyenangkan serta tidak ada tanda-tanda konflik kejiwaan.
Dapat bergaul dengan baik dan dapat menerima kritik serta tidak mudah
tersinggung dan marah, selalu pengertian dan toleransi terhadap
kebutuhan orang lain.
Dapat mengontrol diri dan tidak mudah emosi serta tidak mudah takut,
cemburu, benci
serta menghadapi dan dapat menyelesaikan masalah
secara cerdik dan bijaksana.
c. Kesejahteraan sosial
Batasan kesejahteraan sosial yang ada disetiap tempat atau negara
sulit diukur dan sangat tergantung pada kultur, kebudayaan, dan tingkat
kemakmuran masyarakat setempat. Dalam arti yang lebih hakiki,

kesejahteraan sosial adalah suasana kehidupan berupa perasaan aman


damai dan sejahtera, cukup pangan, sandang dan papan. Dalam kehidupan
masyarakat yang sejahtera, masyarakat hidup tertib dan selalu menghargai
kepentingan orang lain serta masyarakat umum.
d. Sehat Spiritual
Spiritual merupakan komponen tambahan pada definisi sehat oleh
WHO dan memiliki arti penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
Setiap individu perlu mendapat pendidikan formal maupun informal,
kesempatan untuk berlibur, mendengar alunan lagu dan musik, siraman
rohani seperti ceramah agama dan lainnya agar terjadi keseimbangan jiwa
yang dinamis dan tidak monoton.
B. Menurut Undang-Undang kesehatan
Menurut batasan ilmiah, sehat atau kesehatan telah dirumuskan dalam
Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 sebagai berikut: Keadaan
sempurna baik fisik, mental dan sosial, dan tidak hanya bebas dari penyakit
dan cacat, serta produktif secara ekonomi dan sosial.
Hal ini berarti, kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik,
mental, dan sosial saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya dalam arti
mempunyai pekerjaan atau menghasilkan sesuatu secara ekonomi. Bagi yang
belum memasuki usia kerja, anak dan remaja, atau bagi yang sudah tidak
bekerja (pensiun) atau manula, berlaku produktif secara sosial. Misalnya
produktif secara sosial ekonomi bagi siswa sekolah ataupun mahasiswa
adalah mencapai prestasi yang baik, sedang produktif secara sosial ekonomi
bagi lanjut usia atau para manula adalah mempunyai kegiatan sosial dan
keagamaan yang bermanfaat, bukan saja bagi dirinya, tetapi juga bagi orang
lain atau masyarakat.
Dalam UU Kesehatan No. 23 tahun 1992, kesehatan didefinisikan secara
lebih kompleks sebagai keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Tidak hanya terbebas dari gangguan secara fisik, mental, dan sosial, tetapi
kesehatan dipandang sebagai alat atau sarana untuk hidup secara produktif.
Dengan demikian, upaya kesehatan yang dilakukan, diarahkan pada upaya
yang dapat mengarahkan masyarakat mencapai kesehatan yang cukup agar
dapat hidup produktif.
C. Definisi kesehatan masyarakat berdasarkan Winslow, WHO, dan Institut
of Medicine
a. Definisi kesehatan masyarakat menurut Winslow:
Profesor Winslow (1920) memuat definisi public helath atau
kesehatan masyarakat untuk memberikan arah dan tujuan
perkembangannya dalam dunia kedokteran sesuai dengan dinamika

kehidupan masyarakat dan tuntutan zaman.


Public health atau kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni untuk
mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan
melalui Usaha-usaha pengorganisasian masyarakat untuk: perbaikan
sanitasi lingkungan, pemberantasan penyakit-penyakit menular,
pendidikan untuk kebersihan perorangan, pengorganisasia pelayananpelayanan medis, dan perawatan untuk diagnosis dini dan pengobatan.
Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi
kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara kesehatan.
b. Definisi kesehatan masyarakat menurut WHO:
Kesehatan masyarakat mengacu pada semua tindakan terorganisir
(apakah publik atau swasta) untuk mencegah penyakit, meningkatkan
kesehatan, dan memperpanjang hidup antara penduduk secara
keseluruhan. Kegiatannya bertujuan untuk menyediakan kondisi dimana
orang bisa sehat dan fokus pada seluruh populasi, bukan pada individu
pasien atau penyakit. Dengan demikian, kesehatan masyarakat berkaitan
dengan sistem total dan tidak hanya pemberantasan penyakit tertentu.
Tiga fungsi kesehatan masyarakat utama adalah:
Penilaian dan pemantauan kesehatan masyarakat dan populasi yang
berisiko untuk mengidentifikasi masalah kesehatan dan prioritas.
Perumusan kebijakan publik yang dirancang untuk memecahkan
masalah kesehatan lokal dan nasional diidentifikasi dan prioritas.
Untuk memastikan bahwa semua populasi memiliki akses ke
perawatan yang tepat dan hemat biaya, termasuk promosi kesehatan
dan layanan pencegahan penyakit.
Profesional kesehatan masyarakat memantau dan mendiagnosa
masalah kesehatan dari seluruh masyarakat dan mempromosikan
praktek dan perilaku sehat untuk memastikan bahwa populasi tetap
sehat. Salah satu cara untuk menggambarkan luasnya kesehatan
masyarakat adalah dengan melihat beberapa kampanye kesehatan
masyarakat penting:
Vaksinasi dan pengendalian penyakit menular
Keselamatan kendaraan bermotor
Tempat kerja yang lebih aman
Lebih aman dan sehat makanan
Air minum yang aman
Ibu sehat dan bayi dan akses ke keluarga berencana
Penurunan kematian akibat penyakit jantung koroner dan stroke
Pengakuan tembakau digunakan sebagai bahaya kesehatan.
Istilah kesehatan masyarakat global mengakui bahwa, sebagai
akibat dari globalisasi, kekuatan yang mempengaruhi kesehatan

masyarakat dapat dan memang berasal dari batas-batas negara luar dan
yang menanggapi isu-isu kesehatan masyarakat sekarang memerlukan
perhatian risiko kesehatan lintas batas, termasuk akses ke produk
berbahaya dan perubahan lingkungan.

c. Definisi kesehatan masyarakat menurut Institute of medicine:


Kesehatan masyarakat digambarkan sebagai apa yang masyarakat
lakukan untuk menjamin kondisi bagi orang untuk menjadi sehat.
Untuk melakukan hal ini, dilanjutkan dengan menyarankan, perlu ada
melawan melanjutkan sebuah ancaman yang muncul terhadap
kesehatan masyarakat.
Menurut laporan Institute of Medicine (IOM) tahun 1988
menawarkan definisi kental kesehatan masyarakat sebagai "Memenuhi
kepentingan masyarakat dalam kondisi menjamin orang untuk bisa
sehat, "(Komite untuk Studi Masa Depan Kesehatan Masyarakat, 1988,
p.19) dan Turnock (2001) kemudian menjelaskan kesehatan masyarakat
sebagai "Upaya kolektif untuk mengidentifikasi dan mengatasi realitas
yang tidak dapat diterima yang menghasilkan pencegahan dan hasilhasil kesehatan dihindari, dan itu adalah gabungan dari upaya dan
kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang berkomitmen untuk tujuan
ini "(p.19). Sedangkan definisi dan praktek kesehatan masyarakat
berkembang dari waktu ke waktu, masalah kompleksitas yang harus
ditangani tetap konstan.
D. Fungsi utama kesehatan masyarakat
Menurut (Riegelman R 2009) fungsi utama kesehatan masyarakat pertama
yaitu,
a. Memperpanjang hidup serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Maksudnya adalah tim kesehatan masyarakat membuat seseorang tetap
hidup dalam waktu yang lama, selain itu juga perlu untuk tetap menjaga
kesehatan baik tiap individu maupun kelompok hal tersebut karena akan
percuma apabila seseorang dapat bertahan hidup lama namun semasa
hidupnya mengalami penyakit terus-menerus sehingga orang tersebut tidak
akan produktif dan bahkan akan menyulitkan kehidupan orang lain.
b. Kedua, melakukan perlindungan kesehatan dengan cara promosi kesehatan
ketika penyakit tersebut beresiko. Perlindungan kesehatan perlu dijaga
untuk mencegah adanya penyakit yang memiliki potensi untuk menyebar
atau memperparah keadaan kesehatan.
c. Ketiga adalah menggunakan tekhnologi baru seperti internet untuk
mendefinisikan ulang arti dari masyarakat serta menawarkan cara-cara
baru untuk berkomunikasi. Penggunaan teknologi baru sangatlah penting

hal ini karena dalam penyampaikan promosi dalam bidang kesehatan perlu
suatu media agar penyampaian informasi menjadi efektif dan menyeluruh.
Sedangkan menurut Notoatmodjo S (2012). Kesehatan masyarakat memiliki
fungsi :
a. Utama yaitu untuk mencegah penyakit, memperpanjang usia hidup, dan
meningkatkan kesehatan penduduk (masyarakat). Pencegahan terhadap
penyakit merupakan salah satu upaya agar penyakit tidak menyerang
dirinya maupun menular kepada orang lain, pencegahan juga merupakan
hal yang lebih baik dilakukan dibanding dengan melakukan upaya setelah
terjadinya penyakit. Hal tersebut dikarenakan, apabila seseorang telah
mengalami sakit, pasti terdapat dampak yang negatif dari penyakit tersebut
baik dampak kecil ataupun dampak besar. Contohnya ialah terganggunya
aktifitas ataupun kematian. Sehingga tim kesehatan memainkan peran
penting dalam hal pencegahan penyakit.
b. Fungsi dari tim kesehatan masyarakat ialah memperpanjang usia hidup
seseorang atau masyarakat hal tentunya dapat dilakukan berdasarkan
upaya mencegahan penyakit seperti yang telah disebutkan.
c. Fungsi yang terakhir yaitu meningkatkan kesehatan masyarakat yang
dilakukan dengan penerapan sistem hygiene hal tersebut dilakukan untuk
menjaga atau meningkatkan kualitas hidup manusia.
E. Perbedaan kesehatan masyarakat dan kedokteran
a. Kesehatan Masyarakat
1) Sasaran adalah masyarakat bukan perorangan dan merupakan orang
sehat.
2) Menggunakan pendekatan proaktif, artinya tidak menunggu masalah
datang tetapi mencari masalah. Petugas turun di lapangan/masyarakat
mencari dan mengidentifikasi masalah dan melakukan tindakan.
3) Melihat klien sebagai makhluk yang utuh, dengan pendekatan
holistik. Terjadinya penyakit tidak semata karena terganggunya sistem
biologis tapi aspek bio-psiko-sosial.
4) Intervensi berbasis kelompok dan masyarakat diarahkan pada promosi
kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif).
5) Tenaga terdiri atas Kesmas, sanitarian, perawat kesmas, Bidan di
Desa, Kader Kesehatan, dan sebagainya.
b. Kedokteran
1) Dilakukan terhadap sasaran individu dan merupakan orang sakit.
2) Cenderung bersifat reaktif (menunggu masalah datang), misal dokter
menunggu pasiendatang di Puskesmas/tempat praktek.
3) Melihat dan menangani klien/pasien lebih kepada sistem biologis
manusia/ pasien hanya dilihat secara parsial (padahal manusia terdiri
dari bio-psiko-sosial yang terlihat antara aspek satu dengan lainnya.

4) Layanan kesehatan diberikan pada individu yang ditujukan untuk


pencegahan, penyembuhan, paliatif, dan rehabilitasi.
5) Tenaga terdiri atas dokter dan perawat (Medis dan Paramedis)
F. Sejarah perkembangan kesehatan masyarakat di dunia dan di Indonesia
a. Sejarah perkembangan kesehatan masyarakat di dunia
Sejarah perkembangan dunia sudah dimulai sejak awal peradaban
manusia, tercatat dalam survey global pertama Rosen, A History of Public
Health (1958), dimana telah ditemukan system drainase dan MCK empat
ratus tahun lalu di daerah Pakistan oleh arkeolog Mohenjo Daro. (Public
Health in History, 2011). Konsep pengobatan dengan melihat penyebaran
penyakit dibanding pengobatan individu juga telah di temukan sejak
zaman yunani kuno.
Perkembangan selanjutnya di abad 19, pada tahun 1842 seorang
pegawai sipil dan penulis survey kesehatan masyarakat di Inggris, Edwin
Chadwik, meyakini bahwa kesehatan masyarakat harus sejalan dengan
pengendalian lingkungan. Saluran air, saluran pembuangan, dan udara
yang bersih adalah prioritasnya, meskipun ketika itu teori kuman sebagai
penyebab penyakit belum mengalami kemajuan.
Pada abad itu juga banyak bermunculan para ahli pengobatan yang
diakui pemerintah dan sangat berbeda dengan tukang obat biasa yang
sebelumnya banyak ada. Mengacu pada teori kuman Louis Pasteur, ilmu
pengobatan menemukan banyak terapi baru, termasuk vaksin cacar, obat
anastesi untuk operasi, infus dan antitoksin difteri. Pada abad 20 mencul
vaksin BCG untuk tuberculosis, antibiotic, dan chlorpromazine (obat anti
psikotiik). Pada abad ini juga telah difokuskan untuk membangun system
pembuangan kotoran dan system pembersihan udara termasuk juga
dilakukan imunisasi campak, penetapan dokter bidang kesehatan
masyarakat, dan pembangunan rumah sakit isolasi.
Penyebab mortalitas karena infeksi juga menurun di era ini,
mengacu pada buku Public Health In History, 2011, terdapat penurunan
tiga kali lipat (dari 350 per 100.000 populasi pada tahun 1917, menjadi
150 per 100.000 populasi di 1937 dan menurun kemali menjadi 10-20 per
100.000 populasi di 1957) . Pelayanan kesehatan dalam bidang preventif
dan kuratif sudah terpadu dan diaplikasikan di banyak hal, seperti di
sekolah-sekolah kesehatan masyarakat, perlakuan kepada bayi, dan untuk
kesejahteraan ibu. Aktifitas kesehatan masyarakat sudah diterapkan dari
level terkecil.

b. Sejarah perkembangan di Indonesia


Sejarah perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia
mengalami perjalanan yang panjang hingga dapat berkembang menjadi
seperti sekarang. Awal mula perjuangan kesehatan masyarakat dialami di
masa orde baru. Menurut buku Sejarah Pembangunan Kesehatan Indonesia
1973-2012, tokoh yang ketika itu berjuang adalah Menteri Kesehatan Prof.
DR. Gerritz A. Siwabessy (1973-1978). Setelah gejolak peralihan
kekuasaan dari sebelumnya Presiden Soekarno menjadi Presiden Soeharto,
Siwabessy diangkat menjadi seorang Menteri Kesehatan. Siwabessy
banyak melakukan gerakan-gerakan untuk mengembangkan kesehatan
masyarakat di Indonesia, seperti membangun kembali kerjasama dengan
organisasi-organisasi internasional setelah Indonesia menjadi anggota
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kembali pada 1967 (Sejarah
Pembangunan Kesehatan Indonesia 1973-2012, 2012). Salah satu
organisasi tersebut adalah UNICEF dalam Program Perbaikian Gizi
Keluarga (Applied Nutrition Program). Siwabessy juga berhasil
membebaskan seluruh wilayah Indonesia dari ancaman penyakit cacar
yang diakui WHO pada tahun 1974. Perjuangan diawali dengan
kepesertaan Indonesia dalam Global Smallpox Eradication Programme
(SEP) pada tahun 1967 yang berlanjut dua tahun kemudian dilancarkan
pemberantasan penyakit cacar secara menyeluruh selama enam tahun
(Sejarah Pembangunan Kesehatan Indonesia 1973-2012, 2012).
Pada masa Siwabessy, Pusat Kesehatan Masyarakat mulai
dikembangkan dan rumah sakit pun mengalami berbagai penambahan
akomodasi seperti pembangunan laboratorium di Rumah Sakit Hasan
Sadikin, Bandung, Intensive Care (Gawat Darurat) di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo, Jakarta, Floating Hospital (Kapal Rumah Sakit) di
Maluku, fasilitas dan peralatan kesehatan di Rumah Sakit Umum
Semarang dan Purwokerto.
Catatan sejarah kesehatan masyarakat tak lepas dari program
Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun) yang dicanangkan Kabinet
Pembangunan. Siwabessy mengadakan Rapat Kerja Kesehatan Nasional
pada 22-29 April 1968 di Jakarta. Rapat menghasilkan Program Kesehatan
Nasional yang kemudian dijadikan sebagai landasan Repelita pertama
bidang kesehatan, sebagai bagian dari pembangunan jangka pendek dan
jangka panjang Kabinet Pembangunan yang dimulai pada 1 April 1969
(Sejarah Pembangunan Kesehatan Indonesia 1973-2012, 2012)
Melanjutkan perjuangan Siwabessy, Menteri Kesehatan berikutnya
Dr. Soewardjono Soerjaningrat merumuskan Sistem Kesehatan Nasional

pada tahun 1980. SKN digagas sebagai falsafah dasar dan dapat memberi
arah pembangunan kesehatan di Indonesia yang ideologinya tidak lepas
dari Pancasila dan UUD 1945 yang bertujuan menciptakan kesejahteraan
umum bagi rakyat Indonesia.
Dr. Soewardjono adalah pelaksana program nasional KB yang
merupakan agenda utama gerakan pembangunan orde baru. Program
nasional tersebut tak lepas dari masalah kependudukan di Indonesia yang
harus dikendalikan pola penyebaran, tingkat kepadatan, dan struktur umur
penduduknya. Pada 17 Oktober 1968 dibentuklah Lembaga Keluarga
Berencana Nasional (LKBN). Komitmen pemerintah untuk menjadikan
program KB sebagai bagian dari pembangunan menuntut penyempurnaan
LKBN. Atas dasar itulah, pada 1970 memlalui Keputusan Presiden No.
8/1970 lembaga ini diubah menjadi Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN). (Sejarah Pembangunan Kesehatan Indonesia 19732012, 2012).
Perkembangan selanjutnya mengenai Pekan Imunisasi Nasional
(PIN) yang didasari oleh jumlah kasus polio yang masih tetap ada di
Indonesia dan berpotensi menimbulkan wabah atau kejadian luar biasa.
PIN terselenggara pada tahun 1995, 1996 dan 1997 secara serentak
diberikan kepada semua anak di bawah lima tahun setiap bulan September
dan Oktober.
Seiring bertambahnya ilmu pengetahuan dan teknologi, bertambah
pula kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan. Di awal tahun
2000an, umur harapan hidup masyarakat Indonesia meningkat dari 66,2
tahun pada tahun 2004 menjadi 70,7 tahun 2009, menurunnya angka
kematian ibu (AKI) dari 307 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002
menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007, dan
berkurangnya angka kematian bayi dari 35 per 1000 kelahiran hidup pada
tahun 2002 menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (Sejarah
Pembangunan Kesehatan Indonesia 1973-2012, 2012).

G. Faktor determinan dalam kesehatan masyarakat menurut H.L. Blum


dan konsep Big Gems
Faktor determinan adalah faktor-faktor yang menetukan atau
mempengaruhi status kesehatan dari individu ataupun masyarakat.
Dr. Henrik L Bloom yang biasa di sebut HL Bloom menjelaskan ada 4
faktor utama atau determinant factors yang mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan genetik.
a. Lingkungan

Lingkungan memegang peranan terbesar dalam menentukan derajat


kesehatan suatu masyarakat. Karena sebagian besar penyebab penyakit dan
masalah berasal dari lingkungan. Unsur unsur yang termasuk kedalam
lingkungan ini seperti tanah, air, udara, makhluk hidup, dan bakteri.
Lingkungan yang bermasalah akan sangat berdampak pada kesehatan
individu ataupun mayarakat yang berada di lingkungan tersebut, misalnya
masyarakat yang tinggal di lingkungan yang airnya tercemar limbah pabrik
yang mengandung zat kimia ataupun bakteri maka hal itu akan berbahaya
bagi kesehatan masyarakat sekitarnya karena akan menimbulkan penyakit
dan masalah kesehatan lainnya.
b. Perilaku/ gaya hidup
Perilaku manusia juga merupakan faktor penting ke 2 yang menentukan
apakah suatu masyarakat itu sehat atau tidak. Perilaku manusia juga
dipengaruhi oleh adat istiadat, budaya, kebiasaan, kepercayaan,
pendidikan, dan social ekonomi. Misalnya masyarakat atau indivudu yang
sering makanan cepat saji akan meningkatkan kejadian obesitas, kebiasaan
merokok dapat meningkatkan penyakit jantung koroner dan masyarakat
yang tinggal dipinggiran sungai selalu membuang sampah di sungai
sehinggaterjadi menumpukan sampah yang dapat membuat air sungai
tecemar bakteri dan zat kimia berbahaya, dan banjir serta masalah masalah
lain yang berkelanjutan.
c. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan mempengaruhi kesehatan masyarakat karena fasilitas
pelayanan kesehatan sangat menentukan dalam pelayanan pemulihan
kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan, dan perawatan masyarakat
yang memelukan pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas dipengaruhi
oleh lokasi, apakah dapat dijangkau atau tidak, tenaga kesehatan pemberi
pelayanan, informasi dan motivasi masyarakat untuk mendatangi fasilitas
dalam memperoleh pelayanan serta program pelayanan kesehatan itu
sendiri apakah sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang memerlukan.
d. Genetik
Faktor keturunan juga dapat mempengaruhi kesehatan individu. Namun
ada beberapa penyakit yang diturunkan secara genetis namun tidak
menjadi penyakit kepada anak tersebut karena pola hidup dan lingkungn
yang sehat. Contohnya seseorang yang memiliki penyakit DM dapat
menurunkan penyakit tersebut kepada anak-anaknya kelak, namun
anaknya tidak menderita penyakit DM karena pola hidup yang sehat.

Genetik

Lingkungan

Status
kesehatan

Pelayanan
kesehatan

Perilaku
Konsep BIG GEMS
Konsep BIG GEMS merupakan alat atau cara yang digunakan untuk
memudahkan dalam mengingat faktor determinan yang mempengaruhi
kesehatan. BIG GEMS merupakan singkatan dari faktor-faktor tersebut yaitu:
Behavior
Infection
Genetic
Geography
Environment
Medical care
Sosio-economic-cultural
Ini merupakan faktor dari teori blum yang diperluas sehingga terdapat
beberapa penambahan dari 4 faktor menjadi 7 faktor yaitu infection,
Geography, dan Sosio-economic-cultural.
a. Infection: infeksi sering menjadi penyebab langsung sebuah penyakit.
Penanganan/pencegahan dini pemaparan suatu infeksi dapat berpengaruh
terhadap perkembangan penyakit atau cara pencegahan penyakit tersebut.
b. Geography : lokasi geografi berpengaruh terhadap frekuensi dan adanya
suatu penyakit. Misalnya penyakit yang disebabkan karena infeksi malaria
hanya terjadi di wilayah tertentu. Geografi juga menunjukan kondisi
geologi wilayah, contohnya tempat/daerah yang memiliki kadar radiasi
dalam level yang tinggi berdampak pada perkembangan penyakit kanker
paru-paru.
c. Sosio-economic-cultural : di amerika serikat, faktor sosial ekonomi
mencakup pendidikan, pemasukan dan status pekerjaan. Ukuran-ukuran ini
semuanya telah terbukti sebagai faktor yang mempengaruhi berbagai
penyakit yang bervariasi seperti kanker payudara, tuberculosis, dan
kecelakaan kerja. Faktor agama dan budaya termasuk juga kedalam faktor
yang mempengaruhi suatu penyakit karena keyakinan terkadang
mempengaruhi terhadap pengambilan keputusan untuk perawatan yang
akan mempengaruhi perkembangan penyakit pula. Walaupun kebanyakan
penyakit lebih sering terjadi pada kelas tang sosial ekonominya rendah,

beberapa seperti kanker payudara kebanyakan dan lebih sering terjadi pada
masyarakat kelas sosial ekonominya tinggi.
H. Contoh upaya kesehatan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari
a. Pencegahan dan Pemberantasan penyakit Menular
Penyakit menular adalah penyakit infeksi yang dapat dipindahkan dari
orang atau hewan sakit, dari resevior ataupun dari benda benda yang
mengandung bibitr penyakit lainnya ke manusia manusia yang sehat.
Penyakit infeksi dapat berupa virus, bakteri,dll. Pencegahanya dapat
berupa imunisasi pada balita maupun orang dewasa.
b. Kesejahteraan Ibu dan Anak
Contoh usaha usaha peningkatan kesehatan Ibu:
Perawatan ante partum ( waktu hamil )
Perawatan intra partum ( saat melahirkan)
Perawatan post partum ( setelah melahirkan)
Sedangkan usah untuk meningkatkan kesehatan anak adalah dengan rutin
datang ke posyandu, memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan
menyusu sampai usia 2 tahun.
c. Hygiene dan Sanitasi Lingkungan
Hygiene dan Sanitasi Lingkungan adalah pengawasan lingkungan fisik,
biologi, kimia, social, dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan
manusia, dimana lingkungan yang berguna ditingkatkan atau diperbanyak,
sedangkan yang merugikan diperbaiki atau dimusnahkan.
Contoh usaha usaha peningkatan kesehatan pada lingkungan :
Penyediaan air bersih
Perawatan atau penanaman pohon di sekitar pekarangan rumah agar
dapat menghasilkan oksigen atau udara yang bersih
Melakukan pembersihan di lingkungan sekitar, baik itu selokan, tempat
sampah, jamban, dll.
d. Pendidikan Kesehatan Kepada Masyarakat
Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan dalam
bidang kesehatan. Konsep pendidikan kesehatan adalah suatu proses
belajar yang berarti di dalam pendidikan terjadi proses pertumbuhan,
perkembangan, atau perubahan kea rah yang lebih dewasa.
Contoh usaha usaha peningkatan kesehatan dalam pendidikan kesehatan
kepada masyarakat, yaitu:
Penyuluhan tentang pentingnya kesehatan kepada masyarakat
Mengajarkan perilaku hidup yang sehat kepada masyarakat
e. Usaha Kesehatan Gigi
Penyakit Gigi dan mulut, khususnya penyakit caries Dentis merupakan
suatu penyakit yang tersebar luas pada sebagian besar penduduk di seluruh

dunia sehingga betul betul menjadi masalah Kesehatan Masyarakat.


Untuk itu perlu adanya usaha peningkatan kesehatan di bidang kesehatan
bagian Gigi. Contoh usaha yang dilakukan :
Melakukan pembersihan gigi ( sikat gigi ) setelah habis makan dan
sebelum tidur malam
Pendidikan kesehatan terutama gigi
Pencabutan gigi yang tidak berfungsi seperti semula
Penambalan gigi yang berlubang

Topik 2
KESEHATAN MASYARAKAT BERDASARKAN EVIDEN

A. Kesehatan Masyarakat Berdasarkan Evidence Based


Kesehatan masyarakat berdasarkan evidence based adalah suatu cara kerja
yang digunakan oleh ahli kesehatan masyarakat untuk menyelesaikan masalah
kesehatan dalam masyarakat. Cara kerja ini adalah untuk memastikan bahwa
setiap intervensi (program kesehatan masyarakat) dapat didukung dengan
bukti yang menunjukkan bahwa intervensi mungkin akan efektif dan sukses
(evidence based public health Browson ross c).
B. Perbedaan Kesehatan Masyarakat Berdasarkan Evidence Based dan
Kedokteran Berdasarkan Evidence Based.
Kesehatan memiliki beberapa perbedaan dengan kedokteran berdasarkan
evidence based.
Karakteristik

Kedokteran

Kesehatan masyarakat

Kualitas Bukti

Studi Eksperimental

Volume Bukti
Waktu Intervensi hingga
outcome muncul
Pelatihan profesional

Lebih Kecil
Lebih pendek

Pembuatan Keputusan

Lebih formal, dengan


sertifikat atau lisensi
Individual

Studi Observasi dan


quasi eksperimantal
Lebih Besar
Lebih panjang
Kurang formal, tidak ada
standar sertifikasi

Tim

Pertama, dalam hal kualitas bukti yang dimiliki oleh kedokteran yaitu
didapatkan dari hasil studi eksperimental atau percobaan misalnya hasil
laboratorium. Sedangkan kesehatan masyarakat mendapatkan kualitas bukti
dari hasil observasi quasi eksperimental contohnya melakukan aksi turun
kejalan untuk mengetahui kondisi masyarakat dalam rangka observasi
ataupun dapat menggunakan kuasioner.
Kedua, dalam hal volume bukti kedokteran memiliki volume lebih kecil.
Hal tersebut terkait studi eksperimental yang digunakan. Karena kedokteran
hanya melakukan studi tentang penyakit suatu individu maka bukti atau data
mengenai hasil studi yang dilakukan akan lebih kecil jika dibandingkan
dengan volume bukti yang dimiliki petugas kesehatan masyarakat. Hal
tersebut dikarenakan, kesehatan masyarakat melakukan observasi dengan
objek masyarakat yang tentunya akan memiliki karakteristik yang lebih
beragam dibanding dengan objek individu.
Ketiga, jika ditinjau dari waktu intervensi mka kedokteran akan memiliki
waktu intervensi lebih pendek dibandingkan dengan kesehatan masyarakat.
Intervensi pada kedokteran akan lebih pendek waktunya karena objek yang
digunakan ialah individu sehingga intervensi yang dilakukan akan lebih cepat
nenunjukan hasil dibandingkan dengan hasil intervensi yang dilakukan
kepada masyarakat. Hal tersebut dikembalikan lagi karena karekteristik yang
dimiliki masyarakat akan jauh lebih beragam dibanding dengan seorang
individu sehingga output dari intervensi yang dilakukan oleh kesehatan
masyarakat akan lebih lama.
Keempat, dalam hal pelatihan kedokteran bersifat lebih formal yang
dilengkapi dengan sertifikat atau lisensi yang diakui sedangkan untuk petugas
kesehatan pelatihan professional yang dilakukan bersifat kurang formal serata
tidak ada standar sertifikasi seperti kedokteran. Hal ini berhubungan dengan
tujuan yang berbeda antara kedokteran dengan kesehatan masyarakat.Karena
kedokteran memiliki tujuan kuratif dan rehabilitative yang dilakukan pada
sasarn individu yang telah mengalami sakit, sehingga pelatihan yang lebih
professional dibutuhkan dalam hal penanganan penyakit pada individu.
Sedangkan kesehatan masyarakat memiliki tujuan preventif dan promotif

dengan sasaran masyarakat yang belum terkena penyakit sehingga dicegah


agar tidak sakit.
Kelima, dalam hal pengambilan keputusan petugas kedokteran akan
mengambil keputusan secara individual terhadap menyakit seseorang ataupun
tindakan yang dilakukan untuk mengobati penyakit tersebut. Sedangkan
petugas kesehatan masyarakat akan mengambil keputusan bersama dengan
timnya untuk mengatasi masalah yang ada dalam masyarakat. Hal ini
dikarenakan petugas kesehatan tidak hanya mengatasi pada aspek kesehatan
di masyarakat tersebut, tetapi juga mengenai berbagai aspek lain misalnya
tentang pendekatan sosial dan kebudayaan masyarakat setempat yang
mempengaruhi kesehannya.
C. Pendekatan yang Digunakan untuk Kesehatan Masyarakat Berdasarkan
Evidence Based (PERI Approach)
PERI approach ialah pendekatan yang digunakan untuk kesehatan
masyarakat. Menurut Riegelman (2009) PERI terdiri atas (Problem, Etiology,
Recommendations,dan Implementation).
a.
Problem; Apa masalah kesehatannya ?
b.
Etiology; Apa penyebab penyakitnya ?
c.
Recommendations; Apa tindakan yang dapat mengurangi dampak
kesehatan ?
d.
Implementation; Bagaimana kita menyelesaikannya ?
Problem, yaitu tentang bagaimana kita dapat mendeskripsikan suatu
masalah kesehatan.Langkah pertama dalam mengatasi masalah kesehatan
adalah yaitu menggambarkan dampaknya dimana kita perlu mulai dengan
memahami terjadinya kecacatan dan kematian akibat penyakit, yang kita
sebut beban penyakit.Dalam kesehatan masyarakat, cacat sering disebut
morbiditas dan kematian disebut mortalitas.Kita juga perlu menentukan
apakah telah terjadi perubahan terbaru dalam dampak penyakit. Dengan
demikian, pertanyaan pertama dalam menggambarkan masalah kesehatan
adalah, apa beban penyakit dalam hal morbiditas dan mortalitas dan apakah
hal tersebut memiliki perubahan dari waktu ke waktu.
Etiology, yaitu tentang hal apa yang menjadi penyebab dari suatu penyakit.
Kesehatan masyarakat berdasarkan evidence based, menggunakan definisi
penyebab yang sangat spesifik, yaitu contributory cause. Pendekatan
Evidence-based mengandalkan studi penelitian epidemiologi untuk
mendirikan Contributory cause. Ini mengharuskan kita melampaui asosiasi
kelompok dan menetapkan tiga persyaratan yang definitif:
a.
Penyebabnya dikaitkan dengan efek pada tingkat individu. Artinya,
penyebab potensial dan efek potensial lebih sering terjadi pada individu
yang sama dari yang diharapkan secara kebetulan.

b.

Penyebabnya mendahului efek dalam waktu. Artinya, penyebab


potensial hadir pada waktu sebelumnya dari efek potensial.
c.
Mengubah penyebabnya mengubah efek. Artinya, ketika penyebab
potensial dikurangi atau dihilangkan, efek potensial juga dikurangi atau
dihilangkan.
Recommendations, yaitu tindakan apa yang dapat mengurangi dampak
kesehatan. Dalam kesehatan masyarakat berdasarkan evidence based, walau
bagaimanapun, tindakan harus didasarkan pada rekomendasi yang
menggabungkan bukti. Jadi, rekomendasi adalah ringkasan dari bukti
intervensi yang bekerja untuk mengurangi dampak kesehatan dan
menunjukkan tindakan apakah yang harus diambil. Rekomendasi tindakan
telah menjadi bagian dari kesehatan masyarakat dan kedokteran selama
bertahun-tahun yang menunjukan tentang bukti penelitian yang mendukung
manfaat dan bahaya intervensi potensial. Dalam rekomendasi evidence based,
pendapat ahli merupakan hal yang paling penting ketika bukti penelitian tidak
atau tidak dapat memberikan jawaban.
Implementation, yaitu bagaimana menyelesaikan permasalahan kesehatan.
Rekomendasi yang kuat berdasarkan bukti idealnya adalah dasar
implementasi. Dewasa ini, sering ada sejumlah besar intervensi dengan data
yang memadai untuk mempertimbangkan implementasi. Banyak intervensi
memiliki potensi kerugian, serta potensi manfaat. Susunan besar dan
berkembang dari intervensi yang mungkin berarti bahwa keputusan kesehatan
memerlukan metode yang sistematis untuk memutuskan mana intervensi yang
harus digunakan dan bagaimana menggabungkannya dalam cara yang paling
efektif dan efisien. Salah satu metode untuk memeriksa opsi untuk
pelaksanaan menggunakan struktur tersebut disebut pendekatan "when-whohow. "When" bertanya tentang waktu dalam perjalanan penyakit di mana
intervensi terjadi.Waktunya memungkinkan kita untuk mengkategorikan
intervensi primer, sekunder, dan tersier.Who menanyakan tentang pada
siapa kita harus mengarahkan intervensi dan apakah harus diarahkan pada
individu satu per satu sebagai bagian dari perawatan klinis. Atau, harus itu
diarahkan pada kelompok orang, seperti populasi rentan, atau harus itu
diarahkan pada semua orang dalam sebuah komunitas atau populasi.
D. Langkah-Langkah yang Digunakan untuk Mendeskripsikan Masalah
Kesehatan
Langkah pertama dalam mengatasi masalah kesehatan adalah untuk
menggambarkan atau mendeskripsikan dampaknya.Yaitu, kita perlu mulai
dengan memahami terjadinya kecacatan dan kematian akibat penyakit, yang
kita sebut beban penyakit.Dalam kesehatan masyarakat, cacat sering disebut
morbiditas dan kematian disebut mortalitas.Kita juga perlu menentukan
apakah telah terjadi perubahan terbaru dalam dampak penyakit.Dengan

demikian, pertanyaan pertama dalam menggambarkan masalah kesehatan


adalah Apa beban penyakit dalam hal morbiditas dan mortalitas dan telah
berubah dari waktu ke waktu?
Pertanyaan kedua yang perlu kita tanyakan adalah Apakah ada perbedaan
dalam distribusi penyakit dan dapat perbedaan ini menghasilkan ide-ide dan
hipotesis tentang etiologi penyakit (penyebab)? Yaitu, kita perlu meneliti
bagaimana penyakit ini menyebar atau didistribusikan dalam populasi.Kita
sebut ini distribusi penyakit. Profesional kesehatan masyarakat disebut
epidemiologi menyelidiki faktor yang dikenal sebagai "orang" dan "tempat"
untuk melihat apakah mereka dapat menemukan pola atau asosiasi di
frekuensi penyakit. Kita sebut asosiasi kelompok ini. Asosiasi kelompok
mungkin menyarankan ide untuk hipotesis tentang penyebab, atau etiologi
penyakit."Orang" termasuk karakteristik demografi yang menggambarkan
orang-orang, seperti usia, jenis kelamin, ras, dan faktor sosial ekonomi. Itu
juga termasuk perilaku atau eksposur, seperti merokok, olahraga, paparan
radiasi, dan penggunaan obat-obatan. "Tempat" menyiratkan lokasi geografis,
seperti kota atau negara, tetapi juga mencakup hubungan antara orang, seperti
komunitas universitas atau situs internet bersama. Ketika faktor-faktor ini
lebih sering terjadi di antara kelompok-kelompok dengan penyakit daripada
di antara kelompok-kelompok tanpa penyakit kita sebut mereka indikator
risiko untuk penanda risiko.
Akhirnya, ahli epidemiologi mengambil pendekatan ilmiah untuk
mengatasi masalah kesehatan masyarakat. Mereka sering skeptis jawaban
awal untuk pertanyaan dan bertanya: Bisa ada penjelasan lain untuk
perbedaan atau perubahan dalam distribusi penyakit? mereka sering bertanya:
Perbedaan atau perubahan yang nyata atau mereka artifactual? artifactual
menyiratkan bahwa hubungan yang jelas sebenarnya adalah hasil dari proses
pengumpulan data.
Ketika mencoba untuk menentukan apakah sebuah asosiasi adalah
artifaktual atau nyata, ahli epidemiologi bertanya: Apakah perubahan yang
diamati atau perbedaan mungkin karena membandingkan apel dengan jeruk -misalnya membandingkan kelompok subyek usia rata-rata yang berbeda. usia
sangat penting untuk ahli epidemiologi karena sangat erat kaitannya dengan
penyakit kejadian. Dengan demikian, pertanyaan ketiga yang perlu kita
tanyakan dalam menggambarkan masalah adalah Apakah perbedaan atau
perubahan digunakan untuk sugest asosiasi kelompok artifaktual atau nyata.
Sebelum kita bisa menjawab tiga pertanyaan ini kita perlu memahami
lebih lanjut tentang pengukuran yang epidemiologi gunakan untuk
menggambarkan masalah kesehatan. Kita perlu melihat dengan seksama
bagaimana kita mengukur perubahan perbedaan penyakit, kecacatan, dan
kematian.dalam kesehatan masyarakat, kami menggunakan tarif untuk
meringkas pengukuran kami. Mari kita mulai dengan melihat apa yang kita

maksud dengan tarif dan kemudian kita akan kembali ke tiga pertanyaan yang
harus ditangani saat menjelaskan masalah kesehatan.
E. Ukuran-Ukuran Epidemiologi yang Digunakan untuk Mengukur
Masalah Kesehatan Masyarakat
Istilah "tingkat" akan digunakan untuk menggambarkan jenis pengukuran
yang memiliki pembilang dan penyebut mana pembilang adalah bagian dari
penyebut -yaitu, pembilang hanya mencakup individu yang juga termasuk
dalam penyebut. Ada dua tipe dasar tarif yang merupakan kunci untuk
menggambarkan penyakit. Ini disebut tingkat insiden dan prevalensi. Tingkat
insiden mengukur kemungkinan terkena penyakit selama periode waktu biasanya satu tahun. Yaitu, tingkat insiden adalah jumlah kasus baru penyakit
yang berkembang selama satu tahun dibagi dengan jumlah orang dalam
populasi berisiko, seperti pada persamaan berikut:
darikasus baru penyakit dalam satu tahun
Insiden tingkat =
dari orang dalam populasi berisiko
Kita sering mengungkapkan tingkat insiden sebagai jumlah kejadian per
100.000 penduduk di penyebut. Misalnya, tingkat kejadian kanker paru-paru
mungkin 100 per 100.000 per tahun. Kesehatan masyarakat berbasis bukti,
membandingkan tingkat insiden sering titik awal yang berguna ketika
mencoba untuk menentukan penyebab masalah.
Angka kematian adalah jenis khusus dari tingkat kejadian yang mengukur
kejadian kematian karena penyakit selama tahun tertentu. Ketika kebanyakan
orang yang mengembangkan penyakit mati dari penyakit ini, seperti situasi
dengan kanker paru-paru, angka kematian dan angka kejadian yang sangat
mirip. Dengan demikian, jika tingkat kejadian kanker paru-paru adalah 100
per 100.000 per tahun, angka kematian mungkin 95 per 100.000 per tahun.
Ketika tingkat kematian dan tingkat kejadian serupa dan tingkat kematian
yang lebih mudah atau lebih andal diperoleh, ahli epidemiologi dapat
mengganti angka kematian untuk tingkat insiden.
Hubungan antara tingkat kejadian dan tingkat kematian sangat penting
karena memperkirakan kemungkinan kematian akibat penyakit setelah
didiagnosis. Kita sebut ini kasus kematian. Dalam contoh kita, kemungkinan
kematian akibat kanker paru-paru -tingkat moralitas dibagi dengan tingkat
kejadian- adalah 95 persen, yang berindikasi bahwa hasil kanker paru-paru di
prognosis yang sangat buruk setelah didiagnosis.
Prevalensi adalah jumlah individu yang memiliki penyakit pada waktu
tertentu dibagi dengan jumlah individu yang berpotensi memiliki penyakit.
Dapat diwakili oleh persamaan berikut:
Hidup dengan penyakit tertentu
Prevalensi =
pada populasi berisiko

Dengan demikian, prevalensi mengatakan proporsi persentase individu


yang memiliki penyakit.
Meskipun fakta bahwa kanker paru-paru telah menjadi kanker yang paling
umum, prevalensi akan rendah - mungkin sepersepuluh dari satu persen atau
kurang - karena mereka yang mengembangkan kanker paru umumnya tidak
hidup untuk jangka waktu yang panjang. Oleh karena itu, Anda akan jarang
melihat orang-orang dengan kanker paru-paru. prevalensi penyakit kronis
durasi lama, seperti asma atau kronis obstruktif penyakit paru (PPOK), sering
relatif tinggi, maka Anda akan sering melihat orang-orang dengan penyakit
ini.
Prevalensi sering berguna ketika mencoba untuk menilai dampak total atau
beban masalah kesehatan dalam suatu populasi dan dapat membantu
mengidentifikasi kebutuhan layanan. Misalnya, pengetahuan bahwa ada
prevalensi tinggi kanker paru-paru adalah suatu wilayah tertentu dapat
menunjukkan bahwa ada kebutuhan untuk pelayanan kesehatan di daerah itu.
F. Cara untuk Menetapkan Penyebab Masalah Kesehatan
Hal pertama yang dilakukan untuk menetapkan penyebab masalah
kesehatan adalah mengidentifikasi pengaruh dari masalah kesehatan itu.
Dalam buku Public Health 101 hal ini biasa disebut burden of disease atau
pokok penyakit. Kita harus dapat menentukan perubahan apa saja yang terjadi
akibat adanya masalah kesehatan itu. Jadi pertanyaan pertama untuk
menetapkan penyebab masalah kesehatan adalah apa saja dampak yang
ditimbulkan dari masalah itu, baik morbiditas atau mortalitasnya dan apakah
ada perubahan.
Pertanyaan kedua adalah apakah ada perbedaan dalam penyebaran
penyakit itu dan bisakah perbedaan itu menjadi gagasan penyebab penyakit
tersebut. Dalam hal ini epidemiologist membagi faktor penyebabnya dengan
person dan place untuk melihat pola penyebaran dari masalah kesehatan
ini. Kita harus mengetahui bagaimana penyebaran penyakit ini di masyarakat
agar semakin jelas faktor penyebabnya dan hal ini disebut distribution of
disease. person berhubungan dengan karakteristik individu seperti umur,
jenis kelamin, ras, dan sosio ekonomi. Juga tidak lupa memasukkan faktor
lain yang mungkin berhubungan seperti riwayat merokok, obat-obatan,
olahraga dan sebagainya. place menunjukkan letak geografisnya, seperti
pedesaan atau perkotaan, juga bagaimana hubungan seseorang dengan
komunitas di sekitarnya. Jika faktor dari tipe ini terjadi lebih sering di
kelompok yang terjangkit penyakit dinamakan risk indicators atau risk
markers.Pada akhirnya epidemiologi ialah melakukan pendekatan secara
ilmiah untuk mendeteksi masalah kesehatan Para epidemiologis seringkali
melakukan perbandingan kelompok berdasarkan perbedaan rata-rata

umur.Umur sangat penting karena memiliki hubungan yang kuat dengan


terjadinya penyakit.
Contoh kasusnya ialah pada awal abad ke 20, seorang anak di kota
Colorado Springs, Colorado ditemukan mengalami masalah serius dalam hal
pengrusakan warna gigi menjadi coklat. Kondisi ini terjadi pada mereka yang
menggunakan air dari sumber yang sama. Ironisnya, mereka yang mengalami
hal itu terlindungi dari gigi berlubang. Penemuan dari factor place ini
menyebabkan dilakukannya penelitian selama dua dekade yang menghasilkan
penemuan bahwa kandungan fluoride di air dapat menurunkan risiko gigi
berlubang namun jika digunankan secara berlebihan dapat menyebabkan gigi
menjadi coklat (Riegelman 2009).
G. Cara Membuat Rekomendasi untuk Menyelesaikan Masalah Kesehatan
Rekomendasi adalah studi yang dibangun berdasarkan bukti dan intervensi
mengenai masalah kesehatan. Sehingga rekomendasi mencakup tindakan apa
yang harus diambil untuk mengurangi masalah kesehatan. Dalam menyusun
sebuah rekomendasi maka diperlukan bukti dasar dari sebuah permasalahan
kesehatan. Bukti dasar ini didapat dari penelitian dan studi intervensi
mengenai sebuah kasus penyakit.Bukti dasar tersusun atas 2 kriteria yaitu
kualitas dari bukti dan besarnya dampak dari permasalahan kesehatan tesebut.
Kualitas dari bukti ditentukan oleh penyelidikan menggunakan metodemetode yang sesuai. Besarnya dampak dari sebuah kejadian penyakit juga
mempengaruhi sebuah tindakan rekomendasi. Besarnya dampak dapat dilihat
dari angka mortalitas dan morbiditas. Rekomendasi bukti dasar merupakan
kombinasi dari nilai kualitas eviden (bukti) dan nilai dari besarnya dampak
melalui studi intervensi.
Contoh dari pembuatan rekomendasi dalam menyelesaikan masalah
kesehatan salah satunya adalah tentang rekomendasi mengenai berhenti
merokok. Seorang ahli kesehatan masyarakat harus mengkaji masalahmasalah tentang bahaya merokok dengan melakukan penelitian. Penelitian
tersebut mencakup tentang apa saja kerugian merokok, bahan kimia yang
terkandung dalam rokok serta penyakit penyakit yang dapat ditimbulkan
karena merokok. Hasil dari penelitian tersebut dikaji dan disusunlah sebuah
rekomendasi mengenai langkah yang harus dilakukan kepada perokok agar
berhenti merokok.
H. Kerangka untuk Menentukan Pilihan Implementasi Aksi
Kerangka untuk melakukan implementasi tersusun atas When-WhoHow (kapan, siapa, bagaimana). When (Kapan), bertanya mengenai waktu
perjalan penyakit terjadi. Waktu dikategorikan dalan primer, sekunder, dan
tersier. Intervensi primer yaitu sebelum onset dari sebuah penyakit.Ini
tertujuan untuk mencegah penyakit tersebut terjadi. Intervensi sekunder yaitu

intervensi setelah penyakit tersebut berkembang dan faktor resikonya, tetapi


sebelum munculnya gejala. Ini bertujuan deteksi awal penyakit dan untuk
mengurangi faktor resiko meskipun pasien belum menunjukkan gejala.
Intervensi tersier terjadi setelah munculnya gejala tetapi belum cacat
permanen. Tujuannya untuk mencegah resiko terburuk dari sebuah penyakit.
Who (Siapa), pertanyaan kepada siapa kita harus arahkan intervensi. Hal
tersebut ditujukan pada individu yang dalam satu waktu membutuhkan
perawatan klinik atau harus diarahkan pada kelompok seperti populasi yang
rentan dan apakah perlu diarahkan pada seseorang atau kelompok.
Kemudian yang terakhir adalah How (Bagaimana). Bagaimana seharusnya
kita mengimplementasikan intervensi? Terdapat 3 tipe dasar intervensi untuk
merubah perilaku yaitu informasi (pendidikan), motivasi (insentif) dan
kebijakan (persaratan). Contoh dari impelemtasi tersebut adalah tentang
bahaya merokok. Kapan dilakukannya edukasi mengenai bahaya merokok?
Apakah sebelum terjadinya penyakit karna merokok atau setelah timbul
penyakit karna merokok. Apabila sebelum maka dapat dikategorikan sebagai
tindakan preventif (pencegahan). Lalu kepada siapa kita melakukan edukasi
terhadap bahaya merokok? Apakah kepada bapak-bapak atau kepada anak
muda? Lalu setelah kita menentukan targetnya maka kita dapat mengambil
tindakan berupa penyuluhan dan edukasi mengenai bahaya merokok atau
dengan menerapkan peraturan mengenai rokok.
I. Hal yang Harus Dilakukan Setelah Melakukan Implementasi
Masalah kesehatan masyarakat jarang sekali bisa langsung hilang hanya
dengan sekali/satu intervensi saja. Oleh karena itu penting untuk adanya
evaluasi apakah intervensi atau kombinasi intervensi telah berhasil
mengurangi masalah. Ini juga penting untuk mengukur seberapa banyak
masalah yang telah berhasil ditangani dengan intervensi tersebut.
Topik 3
KOMUNIKASI DAN INFORMASI KESEHATAN

A. Perbedaan Informasi Kesehatan dan Komunikasi Kesehatan.


Informasi Kesehatan berkaitan dengan metode untuk mengumpulkan,
menyusun dan mempresentasikan informasi kesehatan, sedangkan
komunikasi kesehatan merupakan cara untuk memandang, menggabungkan,
dan menggunakan informasi untuk membuat sebuah keputusan. (Public
Health, 2009). Dengan demikian, kedua konsep ini tentang informasi dari
sejak dikumpulkan sampai dapat digunakan.

No
.

Pembeda

Informasi kesehatan

1.

Definisi

metode untuk
mengumpulkan,
menyusundan
mempresentasikan informasi
kesehatan

2.

Ruang
Lingkup

Mengumpulkan data
Menyusun data
Mempresentasikan data

3.
4.
5.

Tujuan
Fokus
Konsep

Data yang akurat


Informasi
Mengumpulkan Informasi

Komunikasi Kesehatan
cara untuk menerjemahkan,
menggabungkan, dan
menggunakan informasi
untuk membuat sebuah
keputusan dalam hal
kesehatan
Mempresentasikan Data
Menerjemahkan data
Menggabungkan data
Membuat keputusan
Umpan balik yang positif
Transaksi
Mengolah dan
menyebarkan informasi

Informasi Kesehatan, Komunikasi Kesehatan dan arus informasi (Public Health,


2009)

Health Informatics

Collect

Compile

Health Communications

Present

Perceive

Combine

Decision Making

B. Tipe Dasar Data Kesehatan Masyarakat


No.
1.

Tipe

Contoh

Manfaat

Keuntungan/Kerugian

Satu kasus
atau sedikit

Laporan yang
menyatakan satu
atau beberapa kasus,
seperti SARS,
anthrax, mad cow
disease dan penyakit
lainnya.

Penanda untuk
penyakit barudan
menjadi peringatan
untuk wilayah
penyebarannya.

Bermanfaat untuk hal


yang tidak biasa dan
kondisi baru. /
Memerlukan perhatian
dokter dan harus cepat
dilakukan penyebaran

informasinya
2.

Data
statistic dan
laporan
penyakit

Data Statistik
penting : kematian,
kelahiran,
perkawinan,
perceraian, laporan
tentang penyakit
menular dan tidak
menular

Memerlukan
pengacara :
terkadang terdapat
hukuman jika status
kelahiran dan
kematian tidak
memenuhi dalam
menentukan sebuah
penyebab penyakit,

Data statistic sangat


lengkap karena factor
social dan keuangan /
laporan penyakit lebih
dipercaya ketika sebuah
institusi yng melaporkan
dibanding dengan
laporan individu, sering
terlambat dalam
melaporkan data

3.

Surveyssampling

National Health and


Nutrition
Examination Survey
(NHANES),
Behavioral Risk
Factor Surveillance
System (BRFSS)

Menggambarkan
kesimpulan
mengenai garis besar
populasi dan
subgroup yang
diwakilkan oleh
sample

Penyelenggaraan survey
yang baik menghasilkan
kesimpulan yang
nenggambarkan tentang
populasi yang lebih
besar /
Sering terlambat dalam
melaporkan data

4.

Laporan
Mandiri

Monitoring efek
samping obat dan
vaksin menurut
laporan orang-orang
yang telah
menggunakannya

Mungkin membantu
mengidentifikasi hal
yang tidak dikenal
atau event yang tidak
biasa.

Bermanfaat ketika
kejadian yang tidak
biasa mengikuti
penggunaan obat atau
vaksin / cenderung
tidak lengkap, sulit
untuk mengevaluasi
maksud karena prosess
pelaporan yang selektif

5.

System
pengamatan

Memonitor
influenza untuk
mengidentifikasi
awal terjangkitnya
dan perubahan tipe
virus

Peringatan dini atau


peringatan sebelum
terjadi kejadian yang
tidak dikenali

Dapat digunakan untuk


real time monitoring, /
membutuuhkan
pengetahuan yang
mendalam tentang pola
penyakit dan
menggunakan pelayanan
untuk perkembanganny

6.

Pengawasan
sindrom

Menggunakan pola
gejala seperti sakit
kepala,

Memungkinkan
untuk mendeteksi
perubahan yang

Mungkin bermanfaat
untuk peringatan awal
meskipun tidak ada

batuk/demam atau
gejala
gastrointestinal
untuk meningkatkan
kewaspadaan
terhadap penyakit
baru.

tidak terprediksi,
seperti bioterorisme
atau wabah baru
yang terjadi karena
gejala yang sama

penyakit yang
terdiagnosa / tidak ada
penyakit yang
terdiagnosa dan ada
kemungkinan salah

C. Ukuran yang menggambarkan status kesehatan masyarakat dan


populasi.
Status kesehatan masyarkat dapat digambarkan dengan dua ukuran
menurut Riegelman (2009) yaitu angka kematian bayi dan harapan hidup.
Angka kematian bayi memperkirakan tingkat kematian bayi pada tahun
pertama kehidupan. Tahun pertama kehidupan memiliki makna yaitu angka
kematian bayi diukur dengan banyaknya anak yang meninggal pada usia 0
sampai 1 tahun dalam tahun tertentu yang dibandingkan dengan jumlah
kelahiran hidup pada tahun yang sama.
Angka kematian bayi dijadikan pengukuran karena menggambarkan
keadaan sosial dan ekonomi masyarakat. Angka kematian bayi dapat
digunakan untuk mengembangkan perencanaan dalam mengurangi angka
kematian bayi. Perencanaan untuk mengurangi kematian bayi pada usia bulan
pertama akan berbeda dengan usia bayi setelah satu bulan. Hal tersebut
karena, kematian bayi pada usia bulan pertama biasa disebabkan faktor-faktor
yang dibawa anak sejak lahir yaitu diperoleh dari orang tuanya pada saat
konsepsi atau didapat selama kehamilan. Sehingga penanganan yang
dilakukan ialah yang bersangkutan dengan program pelayanan kesehatan Ibu
hamil, misalnya program pemberian pil besi dan suntikan anti tetanus.
Sedangkan untuk kematian bayi pada usia lebih dari satu bulan hingga
menjelang satu tahun banyak disebabkan oleh faktor lingkungan sehingga
dapat dilakukan pengembangan dengan program imunisasi, serta programprogram pencegahan penyakit menular pada anak-anak, program penerangan
tentang gizi dan pemberian makanan sehat untuk anak dibawah usia 5 tahun.
Pengukuran status kesehatan pada anak belum digabungkan dengan masalah
kecacatan, karena pengukuran ini mengasumsikan bahwa kecacatan bukanlah
faktor utama dikalangan anak-anak.
Harapan hidup telah digunakan untuk mengukur kesehatan secara
keseluruhan dari populasi menggunakan angka kemungkinan (probabilliitas)
pada setiap tahun kehidupan. Pengukuran harapan ini menjadi andalan dalam
pengukuran kesehatan di abad ke 20. Harapan hidup adalah umur rata-rata
seseorang untuk dapat hidup terus menerus dalam menghadapi risiko
kematian yang terdapat di masyarakat pada waktu tertentu. Terdapat beberapa

indikator harapan hidup yang sering dipergunakan untuk mengukur status


kesehatan atau keadaan sosial ekonomi suatu negara. Sebagai contoh, harapan
hidup suatu negara maju mungkin 80 tahun. Kemudian mungkin pada tahun
1900, harapan hidup di negara yang sama hanya 50 tahun. Pada tahun 2020,
diharapkan mungkin sampai 85 tahun. Dengan demikian, hal tersebut
memungkinkan kita untuk membuat perbandingan antara negara dengan
negara lain dari waktu ke waktu.
D. Perbedaan HALE dan DALY
Pada saat ini, terdapat langkah-langkah dalam mengukur populasi
kesehatan atau disebut juga Summary Measures of Population Health
(SMPH) yang dikembangkan oleh WHO. Ini adalah indikator yang disusun
dengan menggunakan data pada mortalitas dan kesehatan. SMPH sebagai
indikator derajat kesehatan pada populasi. Kriteria:
Mampu merefleksikan perubahan seperti insiden, prevalens, derajat
kegawatan dan mortalitas
Memungkinkan hasilnya dikomunikasikan ke pihak terkait, seperti
pembuat kebijakan, media dan publik Dapat digunakan pada cakupan
yang luas (beda daerah, negara dengan sistem yang berbeda)
SMPH diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu; health expectancy
indicators dan health gap indicators. Health-Adjusted Life Expectancy
(HALE) adalah pengukuran yang dikembangkan oleh Organisasi Kesehatan
Dunia yang mencoba untuk menangkap perkiraan kesehatan yang lebih
lengkap daripada tingkat harapan hidup standar. HALE memperkirakan
jumlah tahun sehat individu diharapkan untuk hidup saat lahir dengan
mengurangkan tahun sakit - tertimbang menurut keparahan - dari harapan
hidup keseluruhan. HALE juga dihitung pada usia 65 untuk memberikan
pengukuran kualitas hidup lansia. Dengan bergerak di luar data kematian,
HALE dimaksudkan untuk mengukur tidak hanya berapa lama orang hidup,
tetapi kualitas kesehatan mereka melalui hidup mereka.
Health gap indicators yang telah banyak diketahui adalah Disability
Adjusted Health Year (DALY). DALY merefleksikan jumlah usia pada saat
sakit dan jumlah tahun yang dihabiskan dalam kesehatan yang buruk dan
jumlah tahun yang hilang karena kematian prematur. Selain itu, angka HALE
dihitung menggunakan data DALY, menggunakan prevalensi masing-masing
penyakit dan kecacatan berat terkait untuk memperkirakan rata-rata kualitas
hidup per kelompok usia. Sedangkan DALY dihitung dengan mengukur
angka kematian prematur dan jumlah tahun hidup yang hilang.
HALE

DALY

Estimasi rata-rata harapan hidup


Mengukur perbedaan aktual dari
seseorang pada kondisi kesehatan tertentu derajat kesehatan populasi
Ukuran ringkasan tingkat kesehatan yang
dicapai oleh populasi.

Mengukur beban penyakit dan


efektivitas intervensi kesehatan

Menghitung jumlah harapan hidup


seseorang selama kesehatan yang baik

Menghitung jumlah tahun yang


dihabiskan dalam kesehatan yang
buruk

Bergerak diluar data kematian

Menggunakan angka kematian

E. Upaya untuk menjamin Informasi Kesehatan.


Memiliki informasi saja tidak cukup. Sebuah peran kunci dan alat penting
kesehatan masyarakat adalah untuk secara efektif menyajikan informasi
dengan cara yang memiliki fungsi sebagai dasar untuk memahami dan
pengambilan keputusan. Masalah presentasi informasi semakin penting dan
semakin kompleks. Mereka membutuhkan studi dari berbagai disiplin ilmu
dari media massa, komputer grafis, dan statistik. Informasi kesehatan
masyarakat sering disajikan sebagai grafis. Grafis membuat gambar dalam
pikiran kita tentang apa yang terjadi dan gambar benar-benar bernilai seribu
kata. Presentasi grafis dapat secara akurat menginformasikan, tetapi mereka
juga dapat menyesatkan kita dalam berbagai cara. Penyajian akurat dari
informasi visual telah menjadi sebuah seni, serta ilmu yang layak untuk
mendapatkan perhatian dari semua orang yang menggunakan informasi.
Masalah kualitas adalah kunci untuk penyajian informasi. Internet semakin
menjadi sumber utama informasi kesehatan masyarakat bagi pengguna. Jadi,
ketika kita mengatasi masalah kualitas, kita perlu memiliki seperangkat
kriteria untuk menilai kualitas informasi yang disajikan di internet. Sebelum
mengandalkan situs web untuk informasi kesehatan, anda harus menanyakan
pertanyaan kunci diri. Pertanyaan ini dirangkum dalam tabel 1.
Penyajian data dapat dilihat sebagai akhir informatika kesehatan, tetapi
juga awal komunikasi kesehatan. Bahkan penyajian data yang paling akurat
tidak memberitahu kita bagaimana data akan dirasakan oleh pengguna. Mari
kita lihat komponen berkembang pesat komunikasi kesehatan yang
berhubungan dengan bagaimana kita memandang informasi.
Tabel 1. Kualitas Standar Untuk Informasi Kesehatan di Internet
Kriteria
Pertanyaan
Secara keseluruhan kualitas situs
Apakah tujuan situs yang jelas?
Apakah situs mudah dinavigasi?
Apakah sponsor situs diidentifikasi

Penulis

Informasi

Relevansi Ketepatan Waktu

Link

Keleluasan Pribadi

dengan jelas?
Apakah iklan dan penjualan terpisah
dari informasi kesehatan?
Apakah penulis informasi diidentifikasi
dengan jelas?
Apakah penulis memiliki kredensial
kesehatan?
Apakah informasi kontak yang
disediakan?
Apakah situs mendapatkan informasi
dari sumber terpercaya?
Apakah informasi berguna dan mudah
dimengerti?
Apakah mudah untuk membedakan
antara fakta dan opini?
Apakah ada jawaban untuk pertanyaan
spesifik Anda?
Dapatkah Anda memberitahu ketika
informasi itu ditulis?
Apakah itu saat ini?
Apakah link internal bekerja?
Apakah ada link ke situs terkait untuk
informasi lebih lanjut?
Apakah privasi Anda dilindungi?
Anda dapat mencari informasi tanpa
memberikan informasi tentang diri
Anda?

F. Dampak atau Efek Terhadap Persepsi Seseorang Ketika Menerima


Informasi Kesehatan
Menurut buku Public Health 101 terdapat 3 dampak atau efek yang sangat
mempengaruhi persepsi seseorang dalam menyerap informasi kesehatan. Efek
yang yang pertama adalah efek ketakutan yang adalahketakutan terhadap
bahaya yang dapat dilihat dan memiliki konsekuensi yang dikhawatirkan.
Efek ketakutan juga dapat ditimbulkan oleh potensi peristiwa bencana.
Efek yang dua adalah efek yang belum diketahui. Tingkat kualitas dari
sebuah kasus mengenai potensi bahaya atau manfaat dapat mempengaruhi
bagaimana kita memandang data dan menerjemahkannya untuk situasi kita
sendiri. Semakin sering kita dengar mengenai suatu masalah kesehatan maka
hal tersebut akan mempengaruhi persepsi kita dalam menyikapi hal tersebut.
Contohnya : mengetahui teman atau saudara yang meninggal karena kanker

paru-paru dapat mempengaruhi bagaimana kita memandang informasi tentang


bahaya merokok.
Efek yang ketiga adalah efek yang tidak terkontrol. Kita sering
menganggap bahaya yang kita anggap dalam kontrol kami kurang
mengancam dari orang-orang yang kita anggap di luar kendali kita. Tabrakan
mobil misalnya, sering dipandang kurang berbahaya daripada kecelakaan
pesawat, meskipun fakta bahwa statistik menunjukkan bahwa perjalanan
udara komersial jauh lebih aman daripada perjalanan dengan mobil.
Cara pandang mengenai bahaya dan manfaat perlu dipertimbangkan
bersama jika kita akan menyampaikan informasi untuk membuat keputusan.
Tidak semua orang merasakan bahaya dan manfaat dengan cara yang sama.
Pemilihan metode yang tepat dan akurat perlu dilakukan. Salah satu
pendekatan untuk mengatasi persepsi informasi yang berbeda adalah dengan
menggunakan metode yang dikenal yaitu analisis keputusan. Analisis
keputusan bergantung pada kemampuan pengolahan informasi yang luas dari
komputer untuk menggabungkan informasi tentang manfaat dan bahaya untuk
mencapai keputusan kuantitatif.
G. Keterkaitan antara informasi kesehatan dengan pengambilan keputusan
kesehatan.
Ada 2 pertanyaan kunci yang bisa digunakan untuk memahami bagaimana
kita menggunakan informasi kesehatan untuk membuat keputusan kesehatan.
1. Bagaimana sikap berani mengambil resiko yang kita miliki dapat
mempengaruhi cara kita dalam membuat keputusan?
2. Bagaimana memasukkan informasi kedalam keputusan kita?
Ada banyak sikap yang bisa mempengaruhi cara kita dalam membuat
keputusan. Salah satu yang terpenting adalah yang diketahui sebagai sikap
berani mengambil resiko.
Ada 3 pendekatan dasar untuk membuat keputusan klinis: pendekatan
penginformasian keputusan, informed consent, dan mengambil keputusan
bersama.
1. Inform of decision: pendekatan menginformasikan keputusan
menyiratkan bahwa dokter memiliki semua informasi penting dan dapat
membuat keputusan terbaik untuk kepentingan pasien. Peran dokter
kemudian hanya untuk menginformasikan kepada pasien tentang apa
yang perlu dilakukan, meresepkan pengobatan, dan menuliskan
anjuran/perintah. Pada suatu waktu pendekatan Inform of decision
digunakan sebagai standar praktek kedokteran. Keputusan untuk
melakukan banyak tes dan menerima berbagai obat masih sering
dilakukan dengan pendekatan inform of decision.

2. Informed consent: bersandar pada prinsip bahwa pada akhirnya pasien


perlu untuk memberikan izin atau persetujuan mereka sebelum
intervensi besar, seperti operasi, radiasi, atau kemoterapi dapat
dilakukan. Informed consent dapat ditulis, diucapkan, atau tersirat.
Secara klinis, informed consent menyiratkan bahwa individu memiliki
hak untuk mengetahui apa yang akan dilakukan, mengapa itu akan
dilakukan, dan apa manfaat dan kerugian yang akan didapat. Pasien
memiliki hak untuk mengajukan pertanyaan, termasuk menanyakan
tentang ketersediaan pilihan lain. Informed consent tidak berarti bahwa
semua kemungkinan opsi dijelaskan kepada pasien, tetapi tidak berarti
juga bahwa seorang dokter membuat rekomendasi untuk intervensi
tertentu.
3. Shared decision making: dalam pendekatan ini pekerjaan dokter adalah
untuk memberikan informasi kepada pasien yang dapat digunakan
pasien untuk membuat keputusan. Hal ini termasuk langsung
memberikan informasi kepada pasien, memberikan konsultasi, atau
merujuk pasien ke sumber-sumber informasi yang sering terdapat di
internet. Pengambilan keputusan bersama menempatkan beban yang
jauh lebih besar pada pasien untuk mencari, memahami, dan
menggunakan informasi yang diberikan. Dengan pendekatan ini, dokter
tidak diharuskan untuk memberikan rekomendasi atau intervensi
tertentu, meski pun pasien bebas untuk meminta pendapat dokter.
Jadi dengan menggunakan 3 pendekatan tersebut pasien dapat mengetahui
informasi apa saja yang yang terkait dengan kesehatan ataupun penyakitnya,
sehingga pasien bisa mengambil resiko untuk mengambil keputusan
kesehatan bagi dirinya ataupun keluarga.
Selain itu, Informatika kesehatan dan komunikasi kesehatan adalah alat
kunci untuk kesehatan populasi. Dengan melihat isu-isu penting yang
berkaitan dengan masing-masing masalah. Dalam hal mengambil keputusan
bagi kesehatan masyarakat dibutuhkan data kesehatan masyarakat dan
informasi yang dikumpulkan, yang kemudian informasi atau data tersebut
disusun, disajikan, dirasakan, dikombinasikan, dan kemudian dapat
digunakan dalam pengambilan keputusan tentang prioritas masalah dan solusi
atau pemecahan masalah yang akan diambil.

Topik 4
ILMU SOSIAL, ILMU PERILAKU DAN KESEHATAN MASYARAKAT

A. Pengertian Ilmu Sosial, Ilmu Perilaku, dan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Ilmu Sosial.
Ilmu sosial adalah ilmu yang mencakup semua aspek didalam kehidupan
mulai dari sifat seseorang atau individu, interaksi antar individu, antara
individu dan kelompok, dan interaksi antara kelompok dan kelompok.
Pengertian ilmu sosial menurut para ahli, diantaranya sebagai berikut ini:

Menurut, Achmad Sanusi ~ Ilmu Sosial terdiri disiplin-disiplin ilmu


pengetahuan sosial yang bertaraf akademis & biasanya dipelajari pada
tingkat perguruan tinggi, makin lanjut makin ilmiah.

Lalu menurut, Peter Herman ~ Ilmu Sosial adalah sesuatu yang


dipahami sebagai suatu perbedaan namun tetap merupakan sebagai
satu kesatuan.

Dan menurut, Gross ~ Ilmu Sosial merupakan disiplin intelektual


yang mempelajari manusia sebagai makluk sosial secara ilmiah,
memusatkan pada manusia sebagai anggota masyarakat & pada
kelompok atau masyarakat yang ia bentuk.

Ilmu Perilaku.
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara,
marah, tertawa, menulis, tidur, ke sekolah, kuliah, membaca, dan sebagainya.
Perilaku manusia adalah semua kegiatan dan aktivitas manusia, baik yang
diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar
(Notoatmodjo, 2003).
Beberapa ringkasan teori perilaku dapat dikemukakan misalnya teori:
Burrhus Frederic (B. F.) Skinner (Maret 20, 1904 Agustus 18, 1990)
seorang Amerika dan lebih merupakan teroretisi induksi ketimbang deduksi,
seorang ahli psikologi, ahli ilmu perilaku, filsuf Profesor Psikologi pada
Harvard University dari 1958 dan pensiun hingga 1974. Teori yang
dikemukakan antara lain bahwa perilaku dapat diprediksi dan dikontrol. Salah
satu teorinya, perilaku merupakan Respons (R) seseorang terhadap
rangsangan atau stimulus (S) pada lingkungan tertentu.

Dari sudut biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas


organisme yang bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung maupun
tidak langsung (Sunaryo, 2004).
Ilmu perilaku adalah cabang dari ilmu-ilmu sosial yang sasaran/objeknya
adalah perilaku manusia. Jika ilmu sosial mencakup bidang-bidang dari ilmu
politik, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi dan psikologi, maka ilmu
perilaku hanyalah terdiri dari 3 cabang ilmu, yaitu psikologi, antropologi dan
sosiologi, mengingat bahwa perilaku manusia sangatlah dipengaruhi oleh
aspek-aspek kejiwaan, kemasyarakatan dan kebudayaan.
Psikologi ialah suatu ilmu yang mempelajari tentang aspek-aspek kejiwaan
dan kepribadian individu dan kelompok. Bidang cakupannya ialah proses
mental / emosional dan karateristik perilaku individu maupun kelompok.
Antropologi mempelajari perkembangan evolusi manusia yang mencakup
unsur fisik, sosial dan budayanya. Sesuai dengan bidang orientasinya,
antropologi dapat dibedakan dalam antropologi fisik, antropologi sosial dan
antropologi budaya. Sedangkan antropologi medis mengkhususkan diri pada
studi tentang pengaruh unsur budaya tentang penghayatan masyarakat tentang
penyakit atau kesehatan. Sosiologi mempelajari hubungan dan pengaruh
timbal balik antara individu dengan kelompok (mulai dari keluarga sampai
dengan kelompok masyarakat yang kompleks), struktur sosial, serta
meneropong proses-proses sosial, termasuk perubahan sosial.
Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,
memperpanjang masa hidup, dan meningkatkan derajat kesehatan melalui
usaha-usaha pengorganisasian masyarakat untuk: a) perbaikan sanitasi
lingkungan, b) pemberantasan penyakit menular, c) pendidikan untuk
kebersihan perorangan, d) pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan
perawatan untuk diagnosis dini dan pengobatan, e) pengembangan rekayasa
sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kehidupan yang layak dalam
memelihara kesehatannya.
Definisi kesehatan masyarakat menurut U. F Achmadi (2005, 2012)
Kesehatan masyarakat adalah semua upaya yang bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan dengan menggunakan serangkaian upaya
yang sekurang-kuranganya terdiri dari unsur-unsur atau ciri-ciri :
a.

Berbasis masyarakat

b.

Berorientasi pencegahan dan/atau peningkatan derajat kesehatan

c.

Dilaksanakan secara lintas disiplin atau bekerja sama dengan sektor


non-kesehatan

d.

Adanya keterlibatan masyarakat atau partisipasi masyarakat

e.

Terorganisir dengan baik.

Dapat pula dirumuskan bahwa kesehatan masyarakat adalah, serangkaian


upaya untuk menyehatkan sekelompok atau keseluruhan penduduk,
berorientasi pencegahan dan/atau peningkatan, dilakukan secara lintas sektor
atau lintas disiplin, dan melibatkan masyarakat serta terorganisir dengan baik.
Menurut Ikatan Dokter Amerika (1948) Kesehatan Masyarakat adalah
ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan
masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat. Dari batasan
ini dapat disimpulkan bahwa kesehatan masyarakat itu meluas dari hanya
berurusan sanitasi, teknik sanitasi, ilmu kedokteran kuratif, ilmu kedokteran
pencegahan sampai dengan ilmu sosial, dan itulah cakupan ilmu kesehatan
masyarakat.
Banyak disiplin ilmu yang dijadikan sebagai dasar ilmu kesehatan
masyarakat antara lain, Biologi, Kimia, Fisika, Kedokteran, Kesehatan
Lingkungan, Sosiologi, Pendidikan, Psikologi, Antropologi, dan lain-lain.
Berdasarkan kenyataan ini maka ilmu kesehatan masyarakat merupakan ilmu
yang multidisiplin. Namun secara garis besar, disiplin ilmu yang menopang
ilmu kesehatan masyarakat, atau sering disebut sebagai pilar utama Ilmu
Kesehatan Masyarakat ini antara lain :
1.

Administrasi Kesehatan Masyarakat.

2.

Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku.

3.

Biostatistik/Statistik Kesehatan.

4.

Kesehatan Lingkungan.

5.

Gizi Masyarakat.

6.

Kesehatan Kerja.

7.

Epidemiologi.

Mengapa ilmu kesehatan masyarakat merupakan ilmu yang multi


disipliner, karena memang pada dasarnya Masalah Kesehatan Masyarakat
bersifat multikausal, maka pemecahanya harus secara multidisiplin. Oleh
karena itu, kesehatan masyarakat sebagai seni atau prakteknya mempunyai
bentangan yang luas. Semua kegiatan baik langsung maupun tidak untuk
mencegah penyakit (preventif), meningkatkan kesehatan (promotif), terapi
(terapi fisik, mental, dan sosial) atau kuratif, maupun pemulihan (rehabilitatif)
kesehatan (fisik, mental, sosial) adalah upaya kesehatan masyarakat.
(Notoatmodjo, 2003).

B. Hubungan Antara Kesehatan Masyarakat Dengan Ilmu Sosial dan Ilmu


Perilaku
Pengembangan ilmu sosial dan perilaku pada abad ke-19 dan ke-20 sangat
berhubungan dengan perkembangan kesehatan masyarakat. Bidang studi ini
berbagi kepercayaan mendasar yang memahami organisasi dan motivasi di
balik kekuatan sosial, bersama dengan pemahaman yang lebih baik dari
perilaku individu, dapat digunakan untuk meningkatkan kehidupan individu,
serta orang-orang dari masyarakat secara keseluruhan.
Perkembangan abad ke-19 ilmu sosial dan perilaku, serta kesehatan
masyarakat, tumbuh dari Revolusi industri di Eropa, dan kemudian di
Amerika. Itu didasarkan pada upaya untuk mengatasi kesenjangan sosial dan
ekonomi yang dikembangkan selama periode ini dan memberikan struktur
intelektual dan institusional untuk apa itu dan sekarang disebut keadilan
sosial. Keadilan sosial berarti masyarakat yang memberikan perlakuan yang
adil dan bagian yang adil dari manfaat masyarakat untuk individu dan
kelompok individu. Awal reformis kesehatan masyarakat menganjurkan untuk
keadilan sosial dan melihat kesehatan masyarakat sebagai aspek integral dari
itu.
Link intelektual antara ilmu-ilmu sosial dan perilaku dan kesehatan
masyarakat begitu mendasar dan begitu dalam sehingga sering diambil untuk
diberikan. Sebagai mahasiswa dengan kesempatan untuk belajar tentang
kedua ilmu sosial dan kesehatan masyarakat, penting untuk memahami
kontribusi kunci bahwa ilmu-ilmu sosial dapat membuat kesehatan
masyarakat. Hal ini tidak berlebihan untuk melihat kesehatan masyarakat
sebagai aplikasi dari ilmu-ilmu sosial, yaitu, sebagai ilmu sosial terapan.
Tabel 4.1 merangkum banyak kontribusi bahwa ilmu-ilmu sosial membuat
kesehatan masyarakat.

Tabel 4.1
Contoh Kontribusi Dari Ilmu-Ilmu Sosial Dan Perilaku Kesehatan
Masyarakat
Disiplin Ilmu Sosial

Contoh Kontribusi Disiplin Untuk Kesehatan Masyarakat

Psikologi

Teori perilaku asal mula dan pengambilan risiko


kecenderungan dan metode untuk mengingatkan perilaku
individu dan sosial

Sosiologi

Teori perkembangan sosial, perilaku organisasi, dan sistem


pemikiran. Dampak sosial pada perilaku individu dan
kelompok.

Antropologi

Pengaruh sosial dan budaya pada individu dan populasi


pengambilan keputusan bagi kesehatan dengan perspektif
global.

Ilmu Politik/Kebijakan
Publik

Pendekatan untuk pemerintah dan kebijakan keputusan terkait


kesehatan masyarakat. Struktur untuk analisis kebijakan dan
dampak dari pemerintah pada pengambilan keputusan
kesehatan masyarakat.

Ekonomi

Memahami dampak ekonomi mikro dan makro terhadap


kesehatan masyarakat dan sistem pelayanan kesehatan

Komunikasi

Teori dan praktek komunikasi massa dan pribadi serta peran


media dan dalam mengkomunikasikan informasi kesehatan
dan risiko kesehatan.

Demografi

Memahami perubahan demografis populasi global akibat


penuaan, migrasi, dan perbedaan dalam tingkat kelahiran,
ditambah dampaknya terhadap kesehatan dan masyarakat

Geografi

Pemahaman dampak geografi pada penyakit dan faktor-faktor


penentu penyakit, serta metode untuk menampilkan dan
pelacakan lokasi terjadinya penyakit

C. Status Sosial Ekonomi Mempengaruhi Status Kesehatan


Status kesehatan, setidaknya yang diukur dengan harapan hidup, sangat
terkait dengan status sosial ekonomi. Umur panjang lebih besar dikaitkan

dengan status sosial yang lebih tinggi dengan gradien meningkatkan umur
panjang dari rendah ke tinggi pada skala sosial ekonomi.
Hal ini juga penting untuk menyadari bahwa dampak sosial ekonomi tidak
semata-mata terkait dengan pendapatan seseorang di atas tingkat pendapatan
ambang batas tahunan sekitar $ 10,000 per orang, asosiasi umur panjang
dengan pendapatan terbaik dijelaskan oleh perbedaan pendapatan, daripada
tingkat absolut. Dengan demikian, negara-negara maju dengan kesenjangan
yang lebih kecil dari pendapatan, seperti Jepang, Swedia, dan Kanada,
memiliki umur panjang rata-rata lebih besar dan kesenjangan yang lebih kecil
dalam umur panjang antara warga terkaya dan termiskin mereka daripada
dibandingkan dengan negara seperti Amerika Serikat. Di Amerika Serikat,
kesenjangan yang lebih besar dalam pendapatan dan umur panjang ada antara
terkaya dan termiskin warga. Namun, keragaman yang sangat besar dari
populasi Amerika Serikat dalam hal budaya dan agama serta tingkat sosial
ekonomi juga dapat membantu menjelaskan perbedaan dalam umur panjang.
Kekayaan ekonomi yang lebih besar biasanya berarti akses ke kondisi
hidup sehat. Sanitasi, kurang berkerumun, akses yang lebih besar ke
perawatan kesehatan, dan metode yang lebih aman untuk memasak dan
makan semua sangat terkait dengan status yang lebih tinggi ekonomi di
dikembangkan, serta negara-negara berkembang.
Individu dari status sosial ekonomi rendah lebih mungkin untuk terkena
bahaya kesehatan di tempat kerja dan di lingkungan fisik melalui paparan
racun di udara yang mereka hirup, di air yang mereka minum, dan dalam
makanan yang mereka makan.
Faktor-faktor ini, sementara penting, menjelaskan hanya sekitar setengah
dari perbedaan diamati dalam harapan hidup antara individu-individu dari
status sosial ekonomi yang berbeda. Misalnya, tingkat penyakit jantung
koroner yang jauh lebih tinggi di antara orang-orang dari status sosial
ekonomi rendah, bahkan setelah memperhitungkan merokok akun rokok,
tekanan darah tinggi, kadar kolesterol, dan jumlah gula darah.
Penelitian yang cukup sekarang sedang diarahkan untuk lebih memahami
ini dan lainnya efek status sosial ekonomi. Satu teori menunjukkan bahwa
kontrol sosial dan partisipasi sosial dapat membantu menjelaskan perbedaanperbedaan substansial dalam kesehatan. Ini menyatakan bahwa kontrol atas
pengambilan keputusan individu dan kelompok jauh lebih besar di antara
individu dari status sosial ekonomi yang lebih tinggi. Teori ini menyatakan
bahwa kemampuan untuk mengendalikan hidup seseorang mungkin terkait
dengan perubahan biologis yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit.
Penelitian tambahan diperlukan untuk mengkonfirmasi atau menolak teori ini
dan / atau memberikan penjelasan yang memadai untuk perbedaan ini
penting, namun dijelaskan, dalam kesehatan berdasarkan status sosial
ekonomi.

Contoh:
Tipe

Contoh

Kondisi tempat tinggal

Peningkatan sanitasi, pengurangan kesesakkan,


metode pemanasan dan memasak

Kesempatan pendidikan secara keseluruhan Pendidikan adalah asosiasi terkuat dengan


perilaku kesehatan dan hasil kesehatan.
Mungkin karena apresiasi yang lebih baik dari
faktor yang terkait penyakit dan kemampuan
yang lebih besar untuk mengendalikan faktorfaktor ini.
Kesempatan pendidikan untuk wanita

Pendidikan untuk wanita memiliki dampak pada


kesehatan anak dan keluarga

Pajanan

Pekerjaan sosial ekonomi rendah secara


tradisional dikaitkan dengan peningkatan
paparan risiko kesehatan

Akses terhadap barang dan jasa

Kemampuan untuk mengakses barang, seperti


perangkat pelindung dan makanan berkualitas
tinggi dan jasa, termasuk jasa medis dan sosial
untuk melindungi dan meningkatkan kesehatan

Ukuran keluarga

Ukuran keluarga besar mempengaruhi kesehatan


dan secara tradisional dikaitkan dengan status
sosial ekonomi rendah dan dengan status
kesehatan yang lebih rendah

Paparan perilaku berisiko tinggi

Keterasingan sosial yang berhubungan dengan


kemiskinan dapat berhubungan dengan
kekerasan, obat-obatan, perilaku berisiko tinggi
lainnya

Lingkungan

Status sosial ekonomi rendah yang berhubungan


dengan paparan yang lebih besar untuk polusi
lingkungan, bencana alam, dan bahaya
lingkungan binaan

D. Budaya dan Agama Mempengaruhi Status Kesehatan


Budaya
Budaya, adalah arti luas, membantu orang membuat penilaian tentang
dunia dan keputusan tentang perilaku. Budaya mendefinisikan apa yang baik
atau buruk, dan apa yang sehat dan tidak sehat. Hal ini mungkin berhubungan
dengan pola gaya hidup, keyakinan tentang risiko, dan keyakinan tentang tipe
tubuh. Misalnya, jenis tubuh besar di beberapa budaya melambangkan

kesehatan dan kesejahteraan, tidak kelebihan berat badan atau kondisi negatif
lainnya.
Budaya secara langsung mempengaruhi kebiasaan hidup sehari-hari.
Pilihan makanan dan metode persiapan makanan dan pelestarian semua
dipengaruhi oleh budaya, serta status sosial ekonomi.
Budaya juga terkait dengan respon individu untuk gejala dan penerimaan
intervensi. Dalam banyak budaya, perawatan medis secara eksklusif untuk
orang-orang dengan gejala dan bukan merupakan bagian dari pencegahan.
Banyak budaya tradisional telah mengembangkan sistem canggih perawatan
diri dan pengobatan sendiri didukung oleh keluarga dan penyembuh
tradisional. Tradisi ini sangat mempengaruhi bagaimana seorang individu
merespon gejala, bagaimana mereka berkomunikasi gejala, dan jenis intervensi
medis dan kesehatan masyarakat bahwa mereka akan menerima.
Banyak budaya memungkinkan dan bahkan mendorong penggunaan
pendekatan tradisional bersama pendekatan kesehatan medis dan masyarakat
Barat. Dalam beberapa budaya, dukun dianggap sesuai untuk masalah
kesehatan yang menyebabkan tidak dianggap biologis, tetapi berkaitan dengan
spiritual dan lainnya fenomena. Studi terbaru dari alternatif, atau pelengkap,
obat telah memberikan bukti bahwa intervensi tradisional tertentu, seperti
akupunktur dan osteopathic spesifik dan manipulasi chiropractic, memiliki
manfaat yang terukur. Dengan demikian, perbedaan budaya tidak harus dilihat
sebagai masalah yang harus ditangani, tetapi lebih sebagai praktik untuk
dipahami.

Cara bahwa budaya dapat mempengaruhi


kesehatan

Contoh

Budaya terkait dengan praktek-praktek perilakusosial dapat menempatkan individu dan


kelompok pada peningkatan atau penurunan
risiko

Makanan preferensi-vegetarian, diet Mediterania


metode memasak
Sejarah pengikatan kaki di Cina
Mutilasi alat kelamin perempuan
Peran olahraga

Budaya terkait dengan respon terhadap gejala,


seperti tingkat urgensi untuk mengenali gejala,
mencari perawatan, dan berkomunikasi gejala

Perbedaan budaya dalam perawatan pencarian


dan pengobatan sendiri
Sosial, keluarga, dan struktur kerja menyediakan
berbagai tingkat dukungan sosial, rendahnya
dukungan sosial dapat berhubungan dengan
penurunan kualitas kesehatan yang berhubungan
dengan kehidupan.

Budaya terkait dengan jenis intervensi yang


dapat diterima

Variasi tingkat penerimaan tradisional termasuk


ketergantungan pada bantuan Barat diri dan
dukun

Budaya terkait dengan respon terhadap penyakit Perbedaan budaya dalam tindak lanjut,
dan intervensi
kepatuhan terhadap pengobatan, dan penerimaan
hasil yang merugikan
Agama
Faktor sosial yang mempengaruhi kesehatan termasuk agama bersama
dengan budaya. Agama dapat memiliki dampak besar pada kesehatan terutama
untuk praktik tertentu yang didorong atau dikutuk oleh kelompok agama
tertentu. Misalnya, kita sekarang tahu bahwa sunat laki-laki mengurangi
kerentanan terhadap HIV / AIDS. Sikap keagamaan yang membenarkan atau
mengutuk penggunaan kondom, alkohol, dan tembakau memiliki dampak
langsung dan tidak langsung pada kesehatan juga.
Beberapa agama melarang praktek penyembuhan tertentu, seperti transfusi
darah atau aborsi, atau benar-benar menolak intervensi medis sama sekali,
seperti yang dilakukan oleh ilmuwan christian. Individu agama bisa melihat
intervensi kesehatan medis dan masyarakat sebagai gratis untuk praktik agama
atau mungkin mengganti doa untuk intervensi medis dalam menanggapi gejala
penyakit.
Cara agama mempengaruhi kesehatan

Contoh

Agama dapat mempengaruhi praktek-praktek Seksual: sunat, penggunaan kontrasepsi


sosial yang menempatkan individu pada Makanan: menghindari makanan laut, daging
peningkatan atau penurunan risiko
babi, daging sapi
Penggunaan alkohol: bagian dari agama
dibandingkan dilarang
Penggunaan tembakau: aktif berkecil oleh
Mormon dan Advent hari Ketujuh sebagai
bagian dari agama mereka
Agama dapat mempengaruhi respon terhadap Ilmuwan Kristen menolak perawatan kesehatan
gejala
sebagai respon terhadap gejala
Agama dapat mempengaruhi jenis intervensi Larangan transfusi darah
yang dapat diterima
Sikap terhadap penelitian sel induk
Sikap terhadap aborsi
Akhir perawatan hidup
Agama dapat mempengaruhi respon terhadap Peran doa sebagai intervensi untuk mengubah
penyakit dan intervensi
hasil
E. Perilaku Sehat Dapat Diubah

Menurut Riegelman (2009) perilaku sehat dapat diubah. Beberapa contoh


perubahan perilaku yang menjadi lebih baik yaitu
Perubahan perilaku terhadap cara meletakan bayi pada saat tidur yaitu
pada tahun 1980 awalnya bayi tidur tengkurap kemudian setelah itu
menjadi telentang untuk mengurangi Sudden Infant Death Syndrome
(SIDS) hampir 50% di negara-negara Amerika Serikat.
Penggunaan seat belt di Amerika serikat telah meningkat yaitu pada tahun
1970 sebesar 25% menjadi 80% pada saat ini.
Di Amerika Serikat pengemudi dalam keadaan mabuk sudah berkurang
secara drastis
Selama tahun 1990an terjadi peningkatan dalam menggunakan mamografi
sebesar 50% untuk mengurangi angka kematian dari kanker payudara.
Perilaku merokok di Inggris pada kaum laki-laki berkurang dari 50%
menjadi kurang dari 25% pada tahun 1960.
Perubahan perilaku tidak hanya terjadi pada perubahan menjadi lebih baik
tetapi perubahan perilaku juga dapat menjadi lebih buruk contohnya yaitu:
1. Di Amerika telah terjadi peningkatan asupan kalori dan mengurangi
jadwal olahraga selama tiga dekade terakhir. Hal tersebut menimbulkan
meningkatan obesitas sebesar dua kali lipatnya dari sekitar sepertiga
seluruh orang dewasa di Amerika.
Antara tahun 1960 dan 1990-an, gadis remaja dan wanita dewasa
muda meningkat merokok mereka, menundukkan anak-anak mereka
yang belum lahir bahaya tambahan berat lahir rendah
Remaja dan wanita dewasa diantara tahun 1960 dan 1990an
meningkatkan kebiasaan merokok, yang dapat menimbulkan bahaya
bagi anak-anak kecil dalam hal penurunan berat badan
F. Beberapa Perilaku Sehat Pada Individu Lebih Mudah Berubah
Beberapa perubahan perilaku relatif mudah untuk diubah, sementara yang
lain sulit untuk diubah. Untuk mengubah perilaku diperlukan kemampuan
untuk mengenali suatu perbedaan. Hal ini relatif mudah ketika salah satu
perilaku dapat diganti dengan hal yang mirip tetapi berpotensi menghasilkan
hasil yang lebih baik. Misalnya, perubahan dari kandungan acetaminophen
(Tylenol) untuk aspirin dalam hal mencegah Sindrom Reye. Hal tersebut
merupakan perubahan yang relatif mudah. Selain itu kampanye back death
to sleep juga perubahan yang relatif mudah dan telah mengurangi angka
kematian bayi akibat SIDS. Berdasarkan kedua kasus tersebut, perubahan
yang bersifat dapat diterima serta tetap membuat nyaman mengakibatkan
perubahan perilaku menjadi lebih mudah untuk dicapai.
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, tindakan seperti
pengurangan biaya yang diikuti dengan peningkatan ketersediaan atau

perbaikan dalam kemudahan menggunakan sesuatu akan membuat perubahan


perilaku dapat dengan mudah terjadi. Perubahan perilaku yang paling sulit
terjadi yaitu terhadap seseorang memiliki komponen fisiologis, seperti
obesitas, atau terhadap unsur aditif yang membuat seseorang menjadi
kecanduan seperti merokok. Seseorang yang obesitas harus mengontrol terus
berat badannya dalam jangka waktu panjang dan hal tersebut umumnya
memiliki tinggkat keberhasilan yang rendah yaitu kurang dari 30%. Selain
itu, faktor fisik, sosial, dan ekonomi dapat menjadi hambatan tersendiri dalam
perubahan perilaku. Contohnya pelayanan kesehatan tidak dapat diakses
maka akan menghampat proses perubahan perilaku. Keberhasilan perubahan
perilaku mengharuskan seseorang memahami tentang bagaimana perilaku
dapat diubah dan hal apa saja yang bisa kita lakukan untuk membantu
perubahan tersebut.
G. Merubah Perilaku Pada Individu dan Proses yang Dilalui Seseorang
Untuk Merubah Perilakunya
Perubahan perilaku membutuhkan lebih dari motivasi individu dan tekad
untuk berubah. Mereka yang ingin berubah membutuhkan dorongan dan
dukungan dari kelompok-kelompok mulai dari teman-teman dan keluarga
untuk bekerja dan kelompok teman sebaya. Perubahan perilaku mungkin juga
memerlukan kebijakan sosial dan harapan yang memperkuat upaya individu.
Bentuk-bentuk Perubahan Perilaku Individu.
Perubahan Alamiah (Natural Change) : Perilaku manusia selalu berubah.
Sebagian perubahan itu disebabkan karena kejadian alamiah. Contoh :
perubahan perilaku yang disebabkan karena usia seseorang.
Perubahan terencana (Planned Change) : Perubahan perilaku ini terjadi
karena memang direncanakan sendiri oleh subjek. contoh : perubahan
perilaku seseorang karena tujuan tertentu atau ingin mendapatkan sesuatu
yang bernilai baginya.
Kesediaan untuk berubah (Readiness to Change) : Apabila terjadi suatu
inovasi atau program-program pembangunan di dalam organisasi, maka
yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat untuk menerima
inovasi atau perubahan tersebut, dan ada sebagian orang lagi sangat
lambat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut. Contoh :
perubahan teknologi pada suatu lembaga organisasi, misal dari mesin
ketik manual ke mesin komputer, biasanya orang yang usianya tua sulit
untuk menerima perubahan pemakaian teknologi tersebut.
Cara Mengubah Perilaku
Beberapa strategi untuk memperoleh perubahan perilaku oleh WHO
dikelompokkan menjadi tiga
Menggunakan
kekuatan/kekuasaan
atau
dorongan
(enforcement/regulation)

Misal : dengan adanya peraturan-peraturan/ perundang-undangan yang


harus dipatuhi oleh anggota masyarakat. Perubahan ini dapat berlangsung
cepat akan tetapi belum tentu berlangsung lama karena perubahan
perilaku terjadi tidak atau belum didasari oleh kesadaran sendiri.
Pemberian informasi (education)
Dengan memberikan informasi-informasi tentang cara-cara mencapai
hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit,
dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal
tersebut.
Diskusi partisipasi
Cara ini adalah sebagai peningkatan cara yang kedua di atas yang dalam
memberikan informasi-informasi tentang kesehatan tidak bersifat searah
saja tetapi dua arah.
Tahapan Dalam Perubahan Perilaku Individu
Di tahun 1992, Prochaska, DiClemente, and Norcross membuat
transtheoretical model of client change. Dalam model ini, mereka
mengajukan bahwa terdapat lima tahapan dalam perubahan menuju perilaku
yang lebih baik. Tahapan yang selalu dialami tersebut adalah:
1. Precontemplation: individu tidak menyadari perilakunya atau tidak
menyadari bahwa dia perlu berubah, dan mungkin tidak berniat berubah.
2. Contemplation: Individu mulai menyadari perlunya perubahan dan mulai
berpikir serius tentang itu namun dia belum memutuskan untuk
melakukannya.
3. Preparation: individu memutuskan untuk melakukan beberapa tindakan
dalam waktu dekat dan mungkin telah melakukan tindakan di waktu yang
lalu tapi dia gagal.
4. Action: Individu telah mulai berhasil dan terlibat dalam tindakan yang
mengarah dalam hasil yang diinginkan tapi belum mencapai hasil yang
sesuai dengan yang dicitakan.
5. Maintenance: individu berhasil mencapai tujuannya dan sekarang harus
mencoba dalam dua sisi yakni mencegah perilaku lama kambuh dan
menkonsolidasikan perubahan-perubahan yang telah dibuat pada fase
action.
H. Tahapan Yang Dilalui Oleh Seseorang Untuk Merubah Perilakunya
Tahap pertama, yang disebut precontemplation, menjelaskan bahwa
seseorang belum dianggap mengubah perilaku mereka. Pada tahap ini, upaya
untuk mendorong perubahan tidak mungkin berhasil. Namun, upaya untuk
mendidik dan menawarkan bantuan dikemudian hari dapat menjadi dasar
untuk tahap selanjutnya.
Tahap kedua ini, yang dikenal sebagai perenungan, menyiratkan bahwa

individu secara aktif berpikir tentang manfaat dan hambatan untuk berubah.
Pada tahap ini, informasi difokuskan pada keuntungan jangka pendek dan,
serta manfaat jangka panjang, yang dapat sangat berguna. Selain itu, tahap
kontemplasi cocok untuk mengembangkan dasar. Menetapkan titik berat
masalah untuk mengukur tingkat kemajuan masa depan.
Tahap ketiga disebut persiapan. Selama fase ini individu mengembangkan
sebuah rencana tindakan. Pada titik ini, individu akan menetapkan tujuan,
mengingat berbagai strategi, dan mengembangkan jadwal. Membantu dalam
mengenali dan mempersiapkan hambatan yang tak terduga dapat sangat
berguna untuk individu selama fase ini.
Tahap keempat adalah tahap tindakan bila perubahan perilaku terjadi. Ini
adalah waktu untuk mempertemukan semua kemungkinan dari luar untuk
memperkuat dan menghargai perilaku baru dan membantu masalah atau
kemunduran yang terjadi.
Tahap kelima dan diharapkan sebagai tahab akhir- adalah tahap
pemeliharaan dimana perilaku baru menjadi bagian permanen dari gaya hidup
seseorang. Tahap pemeliharaan memerlukan pendidikan tentang bagaimana
mengantisipasi sifat jangka panjang dari perubahan perilaku, terutama
bagaimana untuk menolak godaan untuk tidak melanjutkan perilaku lama.
I. Perubahan Dalam Perilaku Kelompok
Merubah perilaku kelompok dapat dilakukan dengan cara pendekatan
pemasaran untuk mencoba untuk lebih memahami dan mengubah perilaku
kesehatan kelompok. Pemasaran sosial, penggunaan dan perluasan pemasaran
produk tradisional, telah menjadi komponen kunci dari pendekatan kesehatan
masyarakat dengan perubahan perilaku. Kampanye pemasaran sosial yang
berhasil pertama kali digunakan di negara berkembang untuk
mempromosikan berbagai produk dan perilaku, termasuk perencanaan
keluarga dan terapi rehidrasi anak. Pemasaran sosial memasukkan "4 Ps",
yang secara luas digunakan sebagai struktur upaya pemasaran tradisional. Ini
adalah :
Produk: mengidentifikasi perilaku atau inovasi yang sedang dipasarkan.
Harga: mengidentifikasi manfaat hambatan serta biaya keuangan.
Tempat: mengidentifikasi sasaran dan bagaimana untuk menjangkau
mereka
Promosi: mengorganisir kampanye atau program untuk mencapai target
audiens
Pemasaran sosial telah memasukkan konsep dari difusi teori inovasi. Teori
ini, seperti tahap perubahan perilaku, berpendapat bahwa adopsi perilaku baru
memerlukan serangkaian fase.

J. Pemasaran Sosial
Dalam beberapa tahun terakhir, kesehatan masyarakat sudah mulai
menerapkan pendekatan pemasaran untuk mencoba untuk lebih memahami
dan mengubah perilaku kesehatan kelompok orang-terutama mereka perokok
seperti yang berisiko tinggi dampak kesehatan dari perilaku mereka.
Pemasaran sosial, penggunaan dan perpanjangan pemasaran produk
tradisional, telah menjadi komponen kunci dari pendekatan kesehatan
masyarakat untuk merubah perilaku. Kampanye pemasaran sosial pertama
kali berhasil digunakan di negara berkembang untuk mempromosikan
berbagai produk dan perilaku, termasuk keluarga berencana dan terapi
rehidrasi anak. Dalam beberapa tahun terakhir, upaya pemasaran sosial telah
banyak dan berhasil digunakan di negara-negara maju, termasuk upaya
seperti:
Truth Kampanye - Dikembangkan oleh Amerika Legacy Foundation, hal
ini bertujuan untuk mengarahkan merokok dari dilihat sebagai
pemberontakan remaja.
Kampanye -Nasional Pemuda Anti- Narkoba menggunakan upaya sosial
pemasaran diarahkan pada orang-orang muda, termasuk orang tua. Antinarkoba.
Pemasaran sosial menggabungkan "4 Ps," yang banyak digunakan untuk
struktur upaya pemasaran tradisional. Ini adalah:
Produk: Mengidentifikasi perilaku atau inovasi yang sedang dipasarkan
Harga: Mengidentifikasi manfaat, hambatan, serta biaya keuangan
Tempat: Mengidentifikasi khalayak sasaran dan bagaimana untuk
menjangkau mereka.
Promosi: Menyelenggarakan kampanye atau program untuk mencapai
target audiens (s).
Pemasaran sosial telah memasukkan konsep dari teori difusi inovasi. Teori
ini, seperti tahapan perubahan perilaku, berpendapat bahwa adopsi perilaku
baru memerlukan serangkaian tahapan atau langkah-langkah. Ini bergerak
dari pengetahuan inovasi, untuk persuasi dari manfaatnya, keputusan untuk
beradaptasi, untuk implementasi, dan konfirmasi. Difusi inovasi teori telah
memberikan kontribusi konsep dari berbagai jenis pengadopsi termasuk:
pengadopsi awal-orang yang mencari untuk bereksperimen dengan ide-ide
inovatif; Mayoritas pengadopsi-sering awal pemimpin opini yang status sosial
sering mempengaruhi orang lain untuk mengadopsi perilaku; dan pengadopsi
akhir (atau lamban) -mereka yang membutuhkan dukungan dan dorongan
untuk membuat adopsi semudah mungkin. Sebuah pendekatan yang berbeda
sering dibutuhkan untuk terlibat masing-masing kelompok. Misalnya, upaya
pemasaran mungkin awalnya menargetkan pengadopsi awal dengan

pendekatan mendorong inovasi dan kreativitas. Ini dapat diikuti oleh


pendekatan pendapat pemimpin yang dapat membantu inovasi atau perubahan
perilaku menjadi mainstream. Sebuah pendekatan yang berbeda menekankan
penggunaan easeof- dan penerimaan luas mungkin paling bermanfaat untuk
mendorong pengadopsi akhir. Pemasaran sosial, seperti pemasaran produk,
sering bergantung pada apa pemasar sebut branding. Branding termasuk katakata dan simbol-simbol yang membantu audiens target mengidentifikasi
dengan layanan; Namun, ia pergi lebih dalam dari sekedar kata-kata dan
simbol. Hal ini dapat dilihat sebagai metode menerapkan keempat "P," atau
promosi.
Hal ini juga dibangun berdasarkan tiga "Ps":

Branding memerlukan pemahaman yang jelas tentang produk atau


perilaku yang akan diubah (produk).
Merek -Successful menempatkan sebagainya strategi untuk mengurangi
biaya keuangan dan psikologis (harga).

Branding mengidentifikasi penonton dan segmen penonton dan bertanya


bagaimana setiap segmen dapat dicapai (tempat).
Branding adalah wajah publik pemasaran sosial, tetapi juga perlu
diintegrasikan ke dalam inti dari rencana pemasaran. Upaya pemasaran
sosial di negara berkembang dan negara maju telah menunjukkan bahwa
ada mungkin untuk mengubah perilaku.

K. Kombinasi Perilaku Individu, Kelompok, Dan Upaya Social Untuk


Melaksanakan Perubahan Perilaku.
Perubahan perilaku tentunya diharapkan semua orang jika mengarah ke
arah yang lebih baik. Perilaku individu yang notabene anggota dari suatu
kelompok masyarakat dan populasi, dapat berpengaruh pada lingkungan dan
masyarakat di sekitarnya. Maka dari itu untuk mengubah perilaku perlu
mengkombinasikan perilaku individu, kelompok, dan upaya social. Dalam
tiap tahap perubahan perilaku tersebut, kombinasi tadi ikut berperan dan
menentukan keberhasilan tiap tahapannya.
Mengacu pada buku Public Health 101, akan lebih mudah melihat proses
kombinasi dalam merubah perilaku jika dikaitkan dengan contoh langsung.
Dalam hal ini yang akan diangkat adalah contoh perilaku individu dalam
upaya berhenti merokok.
Berikut penjabaran dari tahap perubahan perilaku yang di tiap tahapnya
mengkombinasikan peran dari individu, kelompok dan social.
1. Tahap Precontemplation dan Contemplation
Pada tahap ini, intervensi individu berfokus pada pendidikan, menilai

kesiapan untuk berubah, dan menawarkan bantuan. Sedangkan target


intervensi pada kelompok dan populasi lebih luas dan menciptakan
lingkungan yang mendukung individu tersebut untuk tidak merokok,
seperti adanya pajak pada rokok dan pembatasan merokok pada tempat
umum dan tempat bekerja.
2. Tahap Persiapan
Dalam tahap ini individu sudah menentukan target untuk dapat berhenti
merokok. Keluarga dan teman juga sangat berperan dalam memberikan
dorongan dan dukungan. juga dengan usaha nasional, seperti acara
tahunan the American Cancer Society, Great American Smokeout yang
mendorong para perokok untuk selamanya berhenti merokok dengan
dimulai dari satu hari
3. Tahap Aksi
Tahap dari aksi pada dasarnya ada pada individu, namun bagaimanapun
harus di dukung dan di dorong oleh keluarga dan kawan, serta diperkuat
oleh usaha social seperti asuransi kesehatan yang menyediakan
pembiayaaan untuk mendukung grup dan pengobatan.
4. Tahap Pemeliharaan
Tahap ini juga mengandalkan pada individual, grup dan
populasi/intervensi social. Intervensi individu seringkali berfokus kepada
edukasi mengenai masa yang panjang untuk perubahan perilaku dan
usaha pemenuhan kebutuhan untuk melindungi dari godaan kembali
merokok. Cara pemeliharaan perilaku yang diinginkan membutuhkan
dukungan dan dorongan dari kelompoknya.
Untuk lebih jelasnya, berikut contoh tabel tahapan perubahan perilaku
pada kasus usaha penghentian perilaku merokok.
Stages of change- intervensi individual, grup dan populasi /social untuk
merubah perilaku perokok (Public Health, 2009)
Stage of Change
Individu
Grup beresiko
Populasi/social
Pre Contemplation

Contemplation

Menilai kesiapan
untuk berubah dan
menawarkan
bantuan masa depan

Marketing social
membidik grup yang
lebih spesifik.

Informasi bahaya
dari rokok dan
keuntungan dari

Lebih menerima
pada marketing
social yang terarah

Pembatasan
merokok di tempat
bekerja

Adanya pajak rokok,


pembatasan
merokok di tempat
umum, label
peringatan dalam
kemasan rokok
Lebih merespon jika
ada perubahan harga
rokok, pembatasan

berhenti merokok

pada grup tersebut


Pembatasan
merokok di tempat
bekerja

Persiapan

Set target individu


dan pembuatan
strategi.

Dukungan teman
dan keluarga dalam
persiapan individu

Usaha National,
seperti American
Cancer Society
National Quit Day

Mengumumkan pada
public, seperti
keluarga, teman dan
rekan kerja

Penanggungan biaya
pengobatan dan jika
berhenti mendapat
asuransi

Dukungan secara
kontinyu di tempat
bekerja dari rekan
kerja dan kelompok
sosial

Dukungan secara
kontinyu dari
marketing social,
pajak, dan
pembatasan
merokok di tempat
umum

Obat-obatan
mungkin membantu
Aksi

Menghilangkan
hubungan antara
merokok dan
kegiatan yang
menyenangkan.

merokok di tempat
umum, dan label
peringatan

Gunakan obat jika


diperlukan
Pemeliharaan

Edukasi mengenai
efek ketagihan
jangka panjang dan
berpotensi kambuh
kembali

Topik 5
ETIKA HUKUM DAN KEBIJAKAN KESEHATAN

A. Ruang Lingkup Hukum Kesehatan, Kebijakan, dan Etika


Hukum kesehatan, kebijakan, dan etika mencerminkan berbagai alat yang
digunakan untuk mendorong dan mencegah perilaku oleh individu dan
kelompok. Ini berlaku untuk perawatan kesehatan, serta kesehatan
masyarakat tradisional. Selain itu, dalam beberapa tahun terakhir bioetika
telah ditetapkan, yang meliputi unsur-unsur dari kedua perawatan kesehatan

dan kesehatan masyarakat dan berfokus pada penerapan moral atau nilai-nilai
ke daerah-daerah yang potensi konflik.
Hukum kesehatan, kebijakan dan etika mempengaruhi berbagai masalah
yang kita hadapi dalam kesehatan penduduk. Mereka mengatasi hal seperti
akses ke kualitas dan biaya perawatan kesehatan. Mereka juga membahas
struktur organisasi dan profesional yang dirancang untuk memberikan
perawatan kesehatan. Hukum kesehatan, kebijakan, dan etika juga alat kunci
untuk mencapai tujuan kesehatan masyarakat tradisional mulai dari keamanan
penggunaan obat, keselamatan lalulintas, kontrol penyakit menular , tidak
menular dan penyakit lingkungan.
Bioetika terletak di persimpangan hukum kesehatan dan kebijakan dan
upaya untuk menerapkan nilai-nilai dan moral individu dan kelompok untuk
masalah kontroversi, seperti aborsi, penelitian sel induk, dan kehidupan akhir
perawatan.
Ruang lingkup hukum kesehatan, kebijakan, dan etika begitu luas. Yang
meliputi definisikan prinsip-prinsip kunci dan filosofi yang mendasari
pendekatan masyarakat. Kemudian, kita akan fokus pada tiga contoh yang
menggambarkan bahwa isu utama dihadapkan pada kesehatan itu, kesehatan
masyarakat, dan arena bioetika. Ini adalah:
1. Adakah hak untuk perawatan kesehatan?
2. Bagaimana kesehatan masyarakat menyeimbangkan hak individu dan
kebutuhan masyarakat?
3. Bagaimana bisa prinsip bioetika diterapkan pada individu melindungi
yang berpartisipasi dalam penelitian?
B. Prinsip-Prinsip Hukum Yang Mendasari Kesehatan Masyarakat Dan
Pelayanan Kesehatan
Dalam rangka untuk lebih mengerti isu kebijakan kesehatan dan hukum,
penting untuk memahami beberapa prinsip hukum utama yang mendasari
kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan di Amerika Serikat. 1 Pertama,
Konstitusi AS merupakan dokumen dasar yang mengatur masalah kesehatan
masyarakat dan hukum kesehatan. Namun, Konstitusi AS tidak menyebutkan
kesehatan. Sebagai akibatnya, kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan
diantara isu-isu yang tersisa terutama untuk otoritas negara kecuali
dilimpahkan oleh negara untuk yurisdiksi lokal, seperti kota atau kabupaten.
Penggunaan otoritas ini, yang dikenal sebagai kebijakan kekuasaan/kekuatan
polisi, memungkinkan negara untuk lulus undang-undang dan mengambil
tindakan untuk melindungi kepentingan umum. Kewenangan untuk
melindungi kepentingan umum dapat membenarkan berbagai tindakan negara
termasuk: Peraturan perawatan kesehatan profesional dan fasilitas;
Pembentukan standar kesehatan dan keselamatan di pasaran, serta pengaturan
kerja lainnya; dan pengendalian bahaya mulai dari yang membutuhkan

penggunaan sistem pemenjaraan mobil untuk membatasi vaksinasi penjualan


produk tembakau.1, 2
Penggunaan kekuasaan polisi negara dibatasi oleh perlindungan yang
diberikan kepada individu. Perlindungan ini dikenal sebagai hak dan
diciptakan baik melalui Konstitusi Amerika Serikat, melalui konstitusi
negara, atau melalui hukum disahkan di tingkat federal atau negara.
Konstitusi Amerika Serikat memungkinkan, tetapi tidak memerlukan,
pemerintah bertindak untuk melindungi kesehatan masyarakat atau untuk
menyediakan layanan kesehatan. Ini telah disebut sebagai konstitusi negatif.
Jadi, sementara pemerintah sering memiliki wewenang untuk bertindak,
mereka tidak diwajibkan untuk melakukannya. Misalnya, Mahkamah Agung
belum ditemukan kewajiban pada bagian dari negara untuk bertindak
mencegah kekerasan anak atau suami-istri bahkan ketika negara adalah
sepenuhnya menyadari keadaan tertentu atau pengadilan telah digugat
perintah penahanan.1
Kedua, perdagangan antarnegara dengan ketentuan perjanjian dari
Konstitusi AS adalah sumber utama dari otoritas federal di kesehatan
masyarakat dan pelayanan kesehatan. Ini menyediakan pemerintah federal
dengan otoritas pajak, belanja, dan mengatur perdagangan antarnegara.2
Otoritas ini telah digunakan untuk membenarkan berbagai keterlibatan federal
di pelayanan kesehatan dan kesehatan masyarakat. Otoritas federal yang
sering diberikan melalui insentif kepada negara. Misalnya, negara dapat
ditawarkan pendanaan federal atau dana yang cocok jika mereka
memberlakukan jenis undang-undang tertentu, seperti peraturan yang
mengatur Medicaid atau definisi dari tingkat alkohol dalam darah untuk
mengemudi di bawah pengaruhnya. Konstitusi AS supremasi klausul
menyatakan bahwa undang-undang federal yang sah adalah hukum tertinggi
negeri itu, sehingga mendahului atau mengesampingkan hukum negara
konflik dengan mereka.a Ketentuan ini telah digunakan oleh pemerintah
federal lembaga kesehatan masyarakat, seperti administrasi makanan dan obat
dan Badan Perlindungan Lingkungan, untuk membenarkan standar nasional
yang menolak dan aturan negara batas dan peraturan mulai dari kontrol
kualitas obat-obatan untuk tingkat eksposur diperbolehkan untuk zat
beracun.1, 2
Ketiga, Konstitusi AS memberikan hak-hak individu. Beberapa dari
mereka, seperti kebebasan berbicara, agama, majelis, dan hak untuk
mengangkat senjata, yang eksplisit dalam dokumen. Lainnya telah
disimpulkan oleh Mahkamah Agung AS, seperti hak untuk prokreasi, privasi,
keutuhan jasmani, dan perjalanan. Hak-hak ini sering disimpulkan untuk
dasar perlindungan individu dalam kesehatan masyarakat dan pelayanan
kesehatan, termasuk hak untuk memanfaatkan kontrasepsi, aborsi, dan
membatasi kewenangan negara bagian dan federal untuk menggunakan

karantina dan pembatasan perjalanan lainnya. 1, 2 Kecuali kalau Konstitusi AS


secara eksplisit termasuk hak atau satu telah "ditemukan" oleh Mahkamah
Agung Amerika Serikat, tidak ada hak terwujud. Namun, legislatif federal dan
negara dapat menciptakan hak melalui perundang-undangan mulai dari akses
pendidikan untuk mengakses perawatan medis. Adanya hak menyiratkan
bahwa pengadilan negara bagian dan / atau federal diharapkan untuk
menjunjung dan menegakkan hak.b
Hukum kesehatan didasarkan pada aturan-aturan ini mengatur kewenangan
pemerintah federal dan negara dan juga hak-hak individu. Hal ini berasal dari
empat sumber yang dirangkum dalam Kotak 5-1.1
Dengan demikian, hukum kesehatan mengacu pada susunan yang luas dari
masalah hukum yang mempengaruhi banyak dari apa yang terjadi di
kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan. Namun, pengaruh kebijakan
kesehatan sering melampaui dari sistem hukum formal.
a.
Penulis implikasi hukum konstitusi adalah supremasi Konstitusi AS
bahkan lebih hukum internasional. Hak asasi manusia dan standar
dimasukkan ke dalam dokumen internasional tidak langsung berlaku di
Amerika Serikat. Hak-hak ini dan standar hanya berlaku di Amerika
Serikat melalui berlakunya undang-undang federal atau negara bagian.1
b.
Penegakan diperlukan oleh hukum untuk terjadi berdasarkan proses
hukum. Proses karena termasuk proses hukum substantif, yang
mengacu pada alasan untuk merampas seorang individu dari kanan,
serta proses hukum prosedural, yang mengacu pada proses yang harus
dilakukan untuk menghilangkan individu dari hak. Mantan menyiratkan
bahwa pemerintah negara bagian dan federal harus membenarkan
merampas individu dari kehidupan, kebebasan, dan properti. Ketika
hak-hak dasar yang terlibat atau hukum didasarkan pada klasifikasi
tersangka, seperti jenis kelamin atau ras, pengadilan berlaku kriteria
yang ketat yang menempatkan beban yang sulit bukti pemerintah untuk
membenarkan jenis tindakan. Proses hukum prosedural berarti bahwa
ketika hak itu ada, pemerintah tidak mungkin menolak individu hak
dengan cara sewenang-wenang atau tidak adil. Proses ini membutuhkan
bahwa proses hukum dapat diterima harus diikuti sebelum seorang
individu dapat dirampas hak. Mahkamah Agung telah dianggap sebagai
hak dasar sebagai salah satu yang eksplisit dalam Konstitusi AS, yang
telah "ditemukan" dalam Konstitusi AS oleh Mahkamah Agung, atau
yang berakar pada sejarah dan tradisi bangsa.1, 2
Tabel 5-1 Komponen Hukum Kesehatan, Kebijakan, dan Etika
Komponen
Cakupan
Contoh Masalah
Perawatan Kesehatan

Akses, kualitas, dan biaya

Aturanyang mengatur

perawatan kesehatan
Struktur organisasi dan
profesional untuk pemberian
perawatan

Medicare dan Medicaid, serta


hukum yang mengatur
asuransi swasta
Pemerintahan rumah sakit
dan lisensi profesional

Kesehatan Masyarakat

Kesehatan penduduk dan


keselamatan, termasuk upaya
pemerintah untuk
memberikan layanan kepada
seluruh populasi, serta
kelompok rentan

Hukumdan prosedur
makanan dan obat, hukum
dan prosedur lingkungan,
peraturan untuk pengendalian
penyakit menular

Bioetika

Penerapannilai-nilai dan
moral individu dan kelompok
untuk daerah kontroversial

Akhir hidup perawatan,


penelitian sel induk, aborsi,
perlindungan subjek
penelitian

C. Kebijakan Kesehatan dan Contohnya


Dalam batasan yang ditetapkan oleh undang-undang, ada lintang besar
bagi pemerintah, serta kelompok-kelompok swasta, untuk mengembangkan
kebijakan yang mempengaruhi cara-cara yang kesehatan masyarakat dan
perawatan kesehatan lakukan. Kebijakan kesehatan adalah bagian dari arena
yang lebih besar dari kebijakan publik. Menurut Teitelbaum dan Wilensky,
"ketika memutuskan apakah sesuatu adalah keputusan kebijakan publik, focus
tidak hanya pada siapa yang membuat keputusan, tetapi juga pada jenis
keputusan yang dibuat. "Mereka mendefinisikan individu atau kelompok
yang membuat kebijakan public berdasarkan pada kemampuan individu atau
kelompok untuk membuat keputusan otoritatif. Keputusan otoritatif adalah
keputusan yang dibuat oleh individu atau kelompok yang memiliki kekuatan
untuk melaksanakan keputusan tersebut. Berbagai kelompok pemerintah dan
swasta membuat keputusan kebijakan publik di bidang-bidang seperti
merokok. Dalam pemerintahan, keputusan otoritatif mungkin dibuat oleh
pejabat eksekutif, seperti presiden atau gubernur, atau pejabat administrasi,
seperti federal, Negara bagian, atau petugas kesehatan setempat. Ini bias
berkisar dari kebijakan-kebijakan yang mencegah tumbuhnya tembakau
kebijakan yang mendorong penjualan produk tembakau luar negeri dengan
kebijakan yang membatasi merokok di tempat umum atau penjualan
tembakau pajak. Kebijakan ini mungkin atau mungkin tidak dimasukkan ke
dalam undang-undang atau ketetapan.
Kadang-kadang, kebijakan kesehatan dapat dilakukan oleh kelompokkelompok swasta, termasuk masyarakat profesional, seperti Amerika Public

Health Association, atau asosiasi perdagangan komersial mewakili rumah


sakit, industri obat, industri asuransi, dll. Kebijakan yang mempengaruhi
banyak orang, seperti sebagai orang-orang yang membatasi merokok di
rumah sakit, mendorong dokter untuk menggabungkan program pencegahan
dan penghentian merokok, kompensasi upaya dokter melalui asuransi, dan
mendorong pengembangan obat baru untuk membantu berhenti merokok,
semua contoh kebijakan kesehatan yang mungkin diatur oleh kelompokkelompok di luar pemerintah. Dengan demikian, "publik" dalam kebijakan
public tidak selalu berarti bahwa kebijakan dikembangkan dan dilaksanakan
oleh pemerintah.
Menurut Teitelbaum dan Wilensky, selain menjadi autoritatif, keputusan
kebijakan publik harus menjadi salah satu yang "berjalan dengan luar lingkup
individu dan mempengaruhi masyarakat yang lebih besar. "Keputusan untuk
mencari vaksinasi atau pemutaran, merokok rokok di rumah, atau untuk
membeli jenis tertentu dari asuransi kesehatan adalah keputusan individu. Isuisu kebijakan public berkisar insentif atau persyaratan untuk mendorong atau
mencegah tindakan ini oleh kelompok-kelompok individu atau masyarakat
secara keseluruhan. Kebijakan kesehatan sering bersandar pada sikap atau
filsafat yang kelompok mengambil ke arah peran bahwa berbagai jenis
lembaga harus bermain di kesehatan masyarakat dan perawatan kesehatan.
Secara khusus, peran yang tepat dari pemerintah sering merupakan subjek
yang kontroversial.
D. Karakteristik dari Market Justice dan Social Justice dan Implikasi dari
Market Justice dan Social Justice
Terdapat perbedaan mendasar dalam masyarakat yang berpengaruh dalam
memajukan kesehatan, yaitu antara peran pemerintah dan pasar ekonomi.
Kedua perbedaan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Karakteristik berarti ciri-ciri
khusus, mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu. Sedangkan
implikasi adalah keterlibatan atau keadaan terlibat. Menurut buku Public
Health 101, 2009, berikut merupakan karakteristik dan implikasi dari market
justice dan social justice.

Market Justice

Karakteristik
Social Justice

Kesehatan dipandang sebagai barang


ekonomi

Kesehatan dipandang sebagai sumber


daya sosial

Mengasumsikan pasar bebas sebagai


pemberian pelayanan kesehatan

Membutuhkan peran aktif pemerintah


dalam pemberian pelayanan kesehatan

Mengasumsikan bahwa pasar lebih


efisien dalam mengalokasikan sumber
daya secara adil

Mengasumsikan bahwa pemerintah


lebih efisien dalam mengalokasikan
sumber daya kesehatan secara adil

Produksi dan distribusi pelayanan


kesehatan ditentukan oleh permintaan
pasar

Alokasi sumber daya medis


ditentukan oleh perencanaan pusat

Distribusi perawatan medis berdasarkan


kemampuan orang untuk membayar

Kemampuan orang untuk membayar


tidak ada hubungannya dengan
perwatan medis

Akses keperawatan medis dipandang


sebagai penghargaan ekonomi untuk
prestasi dan usaha pribadi

Akses ke pelayanan medis dipandang


sebagai hak dasar

Implikasi
Market Justice
Social Justice
Kesehatan tanggung jawab individu
Kesehatan tanggung jawab bersama
Manfaat berdasarkan daya beli individu

Setiap orang berhak atas paket pelayanan


dasar

Kewajiban yang terbatas untuk


kepentingan bersama

Kewajiban yang kuat untuk kepentingan


bersama

Penekanan pada kesejahteraan individu

Kesejahteraan masyarakat menggantikan


kesejahteraan individu

Solusi pribadi untuk masalah sosial

Solusipublikuntukmasalahsosial

Penjatahan berdasarkan kemampuan


membayar

Perencanaan penjatahan oleh pelayanan


kesehatan

E. Filosofi Peran Pemerintah dalam Mempengaruhi Kebijakan Kesehatan


Ada 2 filsafat mengenai peran pemerintah dalam perawatan kesehatan dan
kesehatan masyarakat yaitu keadilan sosial (social justice) dan keadilan pasar
(market justice). Pendekatan social justice dan market justice berguna untuk
memahami struktur sistem kesehatan.
Karateristik Social Justice dan Market Justice
Market justice

Social justice

Melihat health care sebagai sebuah barang


ekonomi

Melihat health care sebagai sumber


daya sosial

Menganggap kondisi pasar bebas

Membutuhkan keterlibatan/ peran

untuk/sebagai pengiriman layanan


kesehatan

aktif pemerintah dalam pemberian


layanan kesehatan

Berasumsi bahawa pasar lebih efisien


dalam mengalokasikan sumber daya
secara adil

Berasumsi bahwa pemerintah lebih


efisien dalam mengalokasikan
sumber daya kesehatan secara adil

Produksi dan distribusi dari health care


ditentukan oleh permintaan pasar

Alokasi sumber daya medis


ditentukan oleh rencana/anggaran
pusat
Kemampuan seseorang untuk
membayar tidak selalu konsekuen
untuk memerima perawatan medis
akses yang sama kelayanan medis
dipandang sebagai hak dasar

Distribusi perawatan medis didasarkan


pada kemampuan orang untuk membayar
Akses untuk ke medical care dipandang
sebagai imbalan ekonomi untuk usaha
pribadi dan sebagai prestasi

Implikasi Dari Market Justice Dan Social Justice


Market Justice

Social Justice

Respon individu terhadap kesehatan

Tanggung jawab kolektif untuk kesehatan

Keuntungan/kemanfaatan berdasarkan pada


kekuatan pembelian individu

Setiap orang berhak mendapatkan paket


pelayan dasar

Kewajiban terbatas untuk barang kolektif

Kewajiban yang kuat terhadap barang


kolektif

Penekanan pada kesejahteraan individu

Kesejahteraan masyarakat menggantikan


kesejahteraan individu

Solusi pribadi untuk masalah-masalah sosial

Solusi masyarakat untuk masalah-masalah


sosial

Pembagian berdasarkan kemampuan


membayar

Pembagian rencana dari health care

F. Hak Untuk Pelayanan Kesehatan


Pada tahun 1948 hukum hak asasi manusia internasional menetapkan dua
aturan yang berhubungan dengan kesehatan yaitu pertama perlindungan
terhadap kesehatan masyarakat yang secara sah membatasi hak asasi manusia

dan kedua yaitu hak kesehatan individu serta kewajiban pemerintah untuk
memberikannya. Pada bagian pertama lebih mengarah kepada pubic health
care yang pengaturannya masih dalam perkembangan sedangkan dalam
menentukan kewajiban yang mempunyai kaitan dengan hak dasar manusia
atas kesehatan, diprioritaskan pada aturan-aturan untuk kesehatan masyarakat
(Katarina T 2001).
Pengaturan tentang hak atas kesehatan dalam sejumlah instrumen hukum
dapat dilihat dalam pasal 25(1) Universal Declaration of Human Rights, yaitu
: everyone has the right to a standard of living adequate for health of
himself and of his family, including food, clothing, housing and medical care
and necessary social service. Hak atas kesehatan sangat mendasar bagi tiap
individu dalam hal melaksanakan hak asasinya yang lain termasuk dalam
pencapaian standar hidup yang memadai. Mata rantai dari Universal
Declaration of Human Right adalah:
a) The right to health care
b) The right to information
c) The right to self determination
a) The right to health care
Hak atas kesehatan mempunyai ruang lingkup yang lebih luas,
tidak hanya menyangkut masalah individu, tetapi meliputi semua faktor
yang memberi kontribusi terhadap hidup yang terhadap individu, seperti
masalah lingkungan, nutrisi, perumahan, dan lain-lain. Sementara hak
atas pelayanan kesehatan dan hak atas pelayanan kedokteran, merupakan
hak-hak pasien yang lebih spesifik dari hak atas kesehatan.
Di negara-negara maju yang mempunyai sistem kesehatan yang
sudah mapan the right to health care tidak menjadi masalah besar dalam
pemenuhannya, terutama bagi beberapa negara Eropa yang sudah
mewajibkan asuransi kesehatan bagi setiap penduduknya, lain halnya
dengan negara yang sedang berkembang, karena ternyata di Amerika hal
ini masih menjadi persoalan karena sampai sekarang lebih dari 40 juta
penduduk Amerika tidak mempunyai asuransi kesehatan. Sedangkan
untuk pelayanan kesehatan dalam peraturan perundang-undangan
Indonesia sebenaranya telah memiliki peraturan tentang hak pelayanan
kesehatan. Tetapi, pada kenyataannya hak tersebut belum sepenuhnya
tercapai. Karena dalam pelaksanaannya banyak terjadi pelayanan
kesehatan yang buruk akibat pergeseran orientasi yang terjadi disarana
pelayanan kesehatan. Maksudnya ialah, pada mulanya sarana pelayanan
berorientasi kepada upaya memberikan yang terbaik bagi kepentingan
pasien, tapi sekarang bergeser kepada orientasi bisnis. Dengan demikian

menurut (Riegelman 2009), umumnya hak untuk pelayanan kesehatan di


AS belum didirikan.Sebagai negara bagian dan federal perjuangan,
pemerintah memiliki permasalahan dalam hal memberikan pelayanan
kesehatan bagi semua orang dan hak untuk pelayanan kesehatan.
b) The right to information dan The right to self determination
Hak untuk mendapatkan informasi dan hak untuk menentukan
nasib dirinya sendiri, kedua hak tersebut tidak dapat dipisahkan karena
hak untuk mendapatkan informasi contohnya dari pelaksanaan informed
consent pasien berkepentingan untuk menentukan sendiri apa yang akan
dilakukan pada tubuhnya. Hak tersebut memeberikan kewenangan untuk
melakukan sesuatu atau bahkan tidak melakukan sesuatu, sehingga
pasien memiliki kebebasan untuk menggunakan haknya tersebut
(Veronika DK 1989)

Topik 6
PENYAKIT TIDAK MENULAR

A. Definisi dan Dampak Penyakit Tidak Menular


Penyakit tidak menular adalah penyakit yang terjadi akibat interaksi antara
agent (Non living agent) dengan host dalam hal ini manusia (faktor
predisposisi, infeksi dll) dan lingkungan sekitar (source and vehicle of agent).
Penyakit tidak menular biasa disebut juga dengan penyakit kronik, penyakit
non-infeksi, new communicable disease, dan penyakit degeneratif.
Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2005 penyakit
tidak menular menyebabkan 58 juta kematian di dunia, meliputi penyakit
jantung dan pembuluh darah (30%), penyakit pernafasan kronik dan penyakit
kronik lainnya (16%), kanker (13%), cedera (9%) dan diabetes melitus (2%).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya, keberadaan
faktor risiko penyakit tidak menular pada seseorang tidak memberikan gejala
sehingga mereka tidak merasa perlu mengatasi faktor risiko dan mengubah
gaya hidupnya.
Faktor risiko tersebut adalah suatu kondisi yang secara potensial
berbahaya dan dapat memicu terjadinya penyakit tidak menular pada
seseorang atau kelompok tertentu. Faktor risiko yang dimaksud antara lain
kurang aktivitas fisik, diet yang tidak sehat dan tidak seimbang, merokok,
konsumsi alkohol, obesitas, dan perilaku yang berkaitan dengan kecelakaan
dan cedera, misalnya perilaku berlalu lintas yang tidak benar.

Menurut (Riegelman 2009) terdapat berbagai bentuk mengatasi penyakit


tidak menular melalui beberapa pendekatan yaitu preventif, kuratif, dan
rehabilitative. Berikut adalah beberapa strategi dasar yang digunakan sebagai
bentuk dari pendekatan yang telah disebutkan :
Skrining untuk deteksi dini dan pengobatan penyakit
Beberapa intervensi faktor risiko
Identifikasi biaya pengobatan yang efektif
Konseling genetik dan intervensi
Penelitian
Faktor resiko penyakit tidak menular dapat diminimalisir dengan
dilakukannya upaa promosi dan pencegahan penyakit tidak menular pada
kalangan teetentu yaitu masyarakat yang masih sehat , masyarakat yang
beresiko, masyarakat yang berpenyakit dan masyarakat yang menderita
kecacatan sehingga memerlukan rehabilitasi (Samsudrajat 2011).
B. Transisi Epidemiologi
Transisi epidemiologi adalag suatu perubahan yang kompleks dalam pola
kesehatan dan pola penyakit utama penyebab kematian dimana terjadi
penurunan prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan
penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin meningkat. Hal
ini terjadi seiring dengan berubahnya gaya hidup, sosial ekonomi dan
meningkatnya umur harapan hidup yang berarti meningkatnya pola risiko
timbulnya penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner, diabetes
melitus, hipertensi, dan lain sebagainya.
Penelitian Rosanti (2012) juga menjelaskan bahwa hadirnya gaya hidup
tidak sehat pada masa anak-anak dan remaja dapat berdampak buruk bagi
kesehatan mereka di masa yang akan datang, salah satunya adalah
meningkatkan risiko terjadinya penyakit tidak menular. Selain gaya hidup
transisi epidemiologi juga disebabkan perubahan demografi akibat adanya
urbanisasi, industrialisasi, meningkatnya pendapatan, tingkat pendidikan,
teknologi kesehatan dan kedokteran di masyarakat. Hal ini akan berdampak
pada terjadinya transisi epidemiologi yaitu perubahan pola kematian yaitu
akibat infeksi, angka fertilitas total,umur harapan hidup penduduk dan
meningkatnya penyakit tidak menular atau penyakit kronik. Transisi
epidemiologi ini berhubungan dengan transisi mortalitas dari angka kematian
yang tinggi ke angka kematian yang rendah dan umumnya disertai dengan
transisi epidemiologi, yaitu bergesernya jenis penyakit penyebab kematian.
Penyakit menular merupakan penyebab kematian paling banyak pada saat
angka kematian masih tinggi yang pengobatanya biasanya hanya memerlukan
teknologi kedokteran yang relatif sederhana dalam ukuran zaman sekarang.
Contoh penyakit tersebut adalah tubercoluse dan diare. Namun, ketika angka

kematian sudah rendah penyebab kematian tidak lagi disebabkan karena


penyakit Infeksi, tetapi lebih disebabkan oleh penyakit degeneratif yaitu
penyakit yang berhubungan dengan penurunan fungsi organ tubuh karena
proses penuaan, seperti penyakit jantung, kanker dan tekanan darah tinggi.
C. Burden of Disease (Beban Penyakit Tidak Menular) Beserta Contoh dan
Data Terkait
Penyakit tidak menular (PTM) sudah menjadi masalah kesehatan
masyarakat secara global, regional,nasional dan lokal. Global status report on
NCD World Health Organization (WHO) tahun 2010 melaporkan bahwa 60%
penyebab kematian semua umur di dunia adalah karena PTM. Di negaranegara dengan tingkat ekonomi rendah dan menengah, dari seluruh kematian
yang terjadi pada orang-orang berusia kurang dari 60 tahun, 29% disebabkan
oleh PTM, sedangkan di negara-negara maju, menyebabkan 13% kematian.
Proporsi penyebab kematian PTM pada orang-orang berusia kurang dari 70
tahun. Data WHO menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi di
dunia pada tahun 2008, sebanyak 36 juta atau hampir dua pertiganya
disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular.
Di Indonesia transisi epidemiologi menyebabkan terjadinya pergeseran
pola penyakit, di mana penyakit kronis degeneratif sudah terjadi peningkatan.
Dalam kurun waktu 20 tahun (SKRT 19802001), proporsi kematian penyakit
infeksi menurun secara signifikan, namun proporsi kematian karena penyakit
degeneratif (jantung dan pembuluh darah, neoplasma, endokrin) meningkat
23 kali lipat. Penyakit stroke dan hipertensi di sebagian besar rumah sakit
cenderung meningkat dari tahun ke tahun dan selalu menempati urutan
teratas. Dalam jangka panjang, prevalensi penyakit jantung dan pembuluh
darah diperkirakan akan semakin bertambah.
Direktorat Jendral P2PL mengelompokkan prioritas PTM pada tahun 2009
dan 2010 al; Hipertensi, Jantung dan Diabetes. Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2007 menunjukkan, sebagian besar kasus hipertensi di
masyarakat belum terdiagnosis. Hal ini terlihat dari hasil pengukuran tekanan
darah pada usia 18 tahun ke atas ditemukan prevalensi hipertensi di Indonesia
sebesar 31,7%, dimana hanya 7,2% penduduk yang sudah mengetahui
memiliki hipertensi dan hanya 0,4% kasus yang minum obat hipertensi.
Menurut Khancit, pada 2011 WHO mencatat ada satu miliar orang yang
terkena hipertensi. Di Indonesia, angka penderita hipertensi mencapai 32
persen pada 2008 dengan kisaran usia di atas 25 tahun. Jumlah penderita pria
mencapai 42,7 persen, sedangkan 39,2 persen adalah wanita. Pada tahun
2005, secara global diestimasikan 17,5 juta penduduk meninggal karena
Penyakit Jantung Pembuluh Darah (PJPD),dan 7,6 juta disebabkan serangan
jantung. Penyakit (Diabetes Melitus) DM merupakan ancaman serius bagi
pembangunan kesehatankarena dapat menimbulkan kebutaan, gagal ginjal,

kaki diabetes (gangrene) sehingga harus diamputasi, penyakit jantung dan


stroke. DM menduduki peringkat ke-6 sebagai penyebab kematian. Sekitar
1,3 juta orang meninggal akibat diabetes dan 4 persenmeninggal sebelum usia
70 tahun. Pada Tahun 2030 diperkirakan DM menempati urutan ke-7
penyebab kematian dunia. Sedangkan untuk di Indonesia diperkirakan pada
tahun 2030 akan memiliki penyandang DM (diabetis) sebanyak 21,3 juta
jiwa.
D. Strategi Pokok Untuk Mengendalikan Penyakit Tidak Menular
Strategi dasar yang digunakan yang merupakan bagian dari pendekatan
kesehatan penduduk yaitu:
1. Skrining untuk deteksi dini dan pengobatan penyakit
2. Beberapa intervensi faktor risiko
3. Identifikasi biaya perawatan yang efektif
4. Genetika konseling dan intervensi
5. Penelitian
E. Strategi Screening Dalam Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Skrining untuk penyakit menyiratkan penggunaan tes pada individu yang
tidak memiliki gejala penyakit tertentu. Orang-orang ini tidak menunjukkan
gejala. Ini berarti bahwa ia tidak memiliki gejala yang berhubungan dengan
penyakit. Dia mungkin memiliki gejala penyakit lainnya. Skrining untuk
penyakit dapat mengakibatkan deteksi penyakit pada tahap awal, dan terdapat
asumsi bahwa deteksi dini akan memungkinkan untuk pengobatan yang
meningkatkan hasil. Skrining telah mampu mengurangi cacat dan / atau
kematian. Tidak semua penyakit tidak menular, bagaimanapun, baik untuk
dilakukan skrining dan dalam beberapa kasus program skrining masih harus
dirancang dan dipelajari untuk beberapa penyakit tidak menular agar deteksi
dini dapat berguna.
Tes skrining yang benar-benar memenuhi kriteria yang ideal adalah sedikit
dan banyak lagi yang berhasil digunakan meskipun tidak memenuhi semua
kriteria tersebut. Skrining mungkin masih berguna selama kita menyadari
keterbatasan didalamnya dan bersedia menerima masalah yang inheren.
F. Contoh Tes Screening Pada Penyakit Tidak Menular dan Kriteria
Idealnya
Skrining telah berhasil untuk berbagai penyakit tidak menular termasuk
kanker payudara dan kanker usus besar, serta kondisi masa, termasuk
penglihatan dan pendengaran gangguan.Empat kriteria harus dipenuhi untuk
program skrining yang ideal. Sementara itu, jika ada, kondisi kesehatan
benar-benar memenuhi semua empat persyaratan, kriteria ini memberikan
standar untuk menilai potensi program skrining. Kriteria ini adalah:

1.
2.
3.
4.

Penyakit menghasilkan kematian substansial dan / atau cacat.


Deteksi dini adalah mungkin dan meningkatkan hasil.
Ada strategi pengujian layak untuk skrining.
Screening diterima dalam hal kerugian, biaya dan penerimaan pasien.

Kriteria pertama adalah mungkin yang paling mudah untuk mengevaluasi.


Kondisi, seperti kanker payudara dan kanker usus besar, mengakibatkan
tingkat kematian dan kecacatan yang cukup besar. Kanker payudara adalah
kanker paling umum kedua dalam hal penyebab kematian dan penyebab
kanker terkait yang paling umum pada wanita di usia 50 tahunan. Kanker
usus besar adalah salah satu penyebab paling umum kematian kanker baik
pada pria maupun wanita. Kondisi masa kanak-kanak, seperti gangguan
pendengaran dan gangguan penglihatan, tidak selalu jelas, namun mereka
menyebabkan kecacatan yang cukup.
Menentukan apakah deteksi dini mungkin dan akan meningkatkan hasil
tidak selalu mudah. Skrining dapat mengakibatkan deteksi dini, tetapi jika
pengobatan yang efektif tidak tersedia mungkin hanya memperingatkan
dokter dan pasien untuk penyakit pada titik sebelumnya dalam waktu tanpa
menawarkan harapan hasil perbaikan. Skrining merokok untuk kanker paruparu menggunakan sinar-X akan tampak wajar karena kanker paru-paru
adalah kanker pembunuh nomor satu dari laki-laki dan perempuan. Namun,
skrining X-ray dari perokok telah menguntungkan hanya dalam hal deteksi
dini. Pada kanker paru-paru waktu dapat dilihat melalui sinar-X dada, itu
sudah terlambat untuk menyembuhkan. Deteksi awal ini tanpa meningkatkan
hasil disebut lead-time Bias.
Seperti yang ditunjukkan dalam kriteria ketiga, dalam rangka
melaksanakan program skrining yang sukses, harus ada strategi pengujian
layak. Hal ini biasanya memerlukan identifikasi populasi berisiko tinggi. Hal
ini juga memerlukan strategi untuk menggunakan dua atau lebih tes untuk
membedakan apa yang disebut positif palsu dan negatif palsu dari orangorang yang benar-benar memiliki dan tidak memiliki penyakit. Positif palsu
adalah individu yang memiliki hasil positif pada tes skrining tetapi ternyata
tidak memiliki penyakit. Demikian pula, negatif palsu adalah mereka yang
memiliki hasil negatif pada tes skrining tapi ternyata memiliki penyakit.
Misalnya, mamografi memiliki sejumlah besar negatif palsu. Seorang
wanita berusia 50 tahun dengan mamografi positif memiliki hanya sekitar
kesempatan 10 sampai 15 persen memiliki kanker payudara. Artinya,
sebagian besar hasil positif awal akan berubah menjadi positif palsu.
Oleh karena itu, skrining untuk penyakit seperti kanker payudara hampir
selalu membutuhkan dua atau lebih tes. Tes ini perlu dikombinasikan dengan
strategi pengujian. Strategi pengujian yang paling umum digunakan disebut
pengujian berurutan atau dua tahap pengujian. Pendekatan ini menyiratkan

bahwa tes skrining awal diikuti oleh satu atau lebih tes definitif atau
diagnostik.
Akhirnya tes skrining yang ideal harus diterima dalam hal kerugian, biaya
dan penerimaan pasien. Bahaya yang harus dinilai dengan melihat seluruh
strategi pengujian tidak hanya tes awal. Pemeriksaan fisik, tes darah, dan tes
urine sering digunakan sebagai tes awal. Tes ini hampir tidak berbahaya.
Penerimaan pasien adalah kunci untuk keberhasilan skrining. Banyak
masalah kecil strategi skrining hadir dengan penerimaan pasien. Namun,
skrining kanker usus besar telah memiliki tantangan dengan penerimaan
kesabaran karena banyak menganggapnya prosedur invasif dan tidak nyaman.
Jauh lebih sedikit dari setengah orang-orang yang memenuhi syarat untuk
screening berdasarkan rekomendasi saat ini sedang mengejar dan menerima
skrining kanker usus. Hal ini bertentangan secara dramatis dengan mamografi
di mana sebagian besar sekarang menerima skrining yang dianjurkan.
G. Strategi Identifikasi dan Intervensi pada Faktor Resiko dalam
Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Identifikasi faktor resiko berpengaruh terhadap hasil atau outcome yang
dihasilkan. Pengelompokan beberapa faktor resiko menjadi kelas-kelas
tertentu dapat memudahkan dalam menentukan penyakit yang akan timbul,
dan golongan yang lebih mudah terserang/rentan terhadap penyakit tersebut
sekaligus dapat digunakan dalam rencana intervensi penyakit. Dan hal ini
juga memudahkan identifikasi dan pengendalian penyakit saat ada 2 atau
lebih faktor resiko yang muncul sehingga dapat memperkirakan dampak lebih
besar yang akan timbul.
Dari identifikasi dan pengelompokan faktor resiko dapat diambil beberapa
strategi intervensi yang dapat digunakan dalam pengendalian penyakit yaitu :
1. Substansi mortalitas dan morbiditas : seberapa suatu faktor resiko tersebut
dapat menyebabkan kesakitan ataupun kematian
2. Early detection possible and alter outcome : memungkinkan deteksi
dini/awal suatu penyakit sehingga dapat mengurangi/ mengubah hasil
ataupun tingkat resiko dari suatu penyakit.
3. Screaning is feasible (can identify a high risk population and a testinng
strategy) : menentukan Screaning/ pemeriksaan yang dapat dilakukan
dengan mudah yang dapat mengidentifikasi populasi berisiko tinggi dan
strategi pengujian intervensi.
4. Screening acceptable in terms of harms, costs, and patien acceptance :
dapat menentukan pemeriksaan yang dapat diterima oleh pasien dalam hal
kerugian, dan keuntungan bagi pasien tersebut bila melakukan screening.
H. Intervensi Cost Effective Dalam Mengendalikan Penyakit Tidak
Menular

Intervensi cost effective merupakan konsep yang menggabungkan manfaat


dan kerugian dengan pengeluaran biaya. Hal ini mempertimbangkan
keuntungan dan kerugian yang akan diterima dari intervensi/tindakan yang
akan diambil untuk memutuskan apakah suatu tindakan tersebut memiliki
efektifitas (net-effectiveness). Net-effectiveness mengartikan bahwa
keuntungan/manfaat pasti lebih baik daripada kerugian bahkan lebih baik
daripada nilai/kegunaan suatu intervensi.
Cost-effective merupakan kondep yang mempertimbangkan aspek biaya
dan konsekuensi dari sebuah alternatif pemecahan masalah. Ini adalah sebuah
alat bantu pembuat keputusan yang dirancang agar pembuat keputusan
mengetahui dengan pasti alternatif pemecahan mana yang paling efisien dan
dengan biaya yang minimum.
Hasil dari Cost-effective analysis telah memiliki dampak pada sejumlah
prosedur klinis seperti pengobatan dirumah/home health care. Upaya ini
termasuk kedalam cost effective dalam prosedur health care rutin yang
menjadi kunci untuk memaksimalkan manfaat/keuntungan dari penghematan
biaya yang dikeluarkan untuk perawatan kesehatan.
Dengan menerapkan cost effective dalam intervensi rutin dan dengan
usaha2 dapat memperkiraakan dengan lebih baik penyakit yang akan timbul
dan pengobatan atau perawatan apa yang harus dilakukan.Cost-effective
analysis dapat meningkatkan kemampuan untuk memprediksi penyakit dan
perencanaan intervensi sehingga dapat membantu kita dalam mengetahui
kapan , bagaimana , dan intervensi apa yang harus dilakukan. Sehingga hal ini
dapat mengurangi biaya perawatan karena dapat menyesuaikan dengan
kebutuhan dan kemampuan pasien. Jadi pasien yang memiliki masalah
kesehatan/penyakit dapat terus melakukan pemeriksaan sesuai kebutuhannya
tanpa harus menghabiskan banyak uang.
Dengan pengobatan atau pemeriksaan yang efektif dan murah maka akan
banyak dari masyarakat yang akan secara rutin melakukan medical check up
sehingga faktor resiko mereka dapat diketahui secara dini dan dapat ditangani
secara dini pula. Hal ini sangat memudahkan dalam pendataan dan
pengendalian penyakit menular karena faktor resiko dapat diketahui lebih
awal, siapa kelompok yang rentan, dan efek yang ditimbulkan dari faktor
resiko tersebut sehingga dapat segera dilakukan intervensi untuk
mengurangi/mencegah terjadinya penyakit akibat factor resiko tersebut.
I. Konseling dan Intervensi Genetik Dalam Mengendalikan Penyakit Tidak
Menular
Sebagai calon orangtua, yang mana akan melakukan proses reproduksi
tentunya memiliki berbagai macam harapan kelak untuk keturunannya.
Harapan memiliki anak yang normal lazim dimiliki setiap pasangan, namun

terkadang kenyataan tidak sesuai dengan harapan. Berbagai penyakit tidak


menular seperti down syndrome bisa saja menjangkiti anak keturunan kita.
Maka dari itu kepada para orang tua yang berpotensi memiliki keturunan
penyakit tersebut ada baiknya dilakukan deteksi dini. Penyakit down
syndrome ini juga dapat dideteksi pada awal kehamilan. Dalam hal ini
konseling dapat dilakukan kepada calon pasangan atau calon ibu dalam
pemeriksaan prenatal. Test down syndrome ini seharusnya merupakan
pemeriksaan standar prenatal, namun pada kenyataannya di banyak negara
besar tes ini dilakukan setelah kelahiran. Padahal jika pemeriksaan pada awal
kehamilan, dapat meminimalisir dampak dari penyakit down syndrome
tersebut pada anak.
Pada penemuan besar proyek genom manusia pada tahun-tahun awal di
abad 21 telah memicu minat dalam memperluas penerapan intervensi genetik
dalam bidang kedokteran dan kesehatan masyarakat. Misalnya, gen untuk
cystic fibrostik, kelainan yang paling umum di antara orang kulit putih di
Amerika telah diidentifikasi dan memungkinkan untuk dilakukannya skrining
pasangan dalam jumlah besar. Bahkan diantara kulit putih tanpa riwayat
cystic fibrostik, kesempatan membawa gen adalah tiga persen. Jika ayah dan
ibu keduanya merupakan gen pembawa, peluang untuk memiliki anak dengan
cystic fibrostik adalah 25 persen dalam setiap kehamilan.
Saat ini ada beberapa perkembangan genetika yang diketahui
1. Pencegahan genetik. pendekatan ini menggabungkan upaya untuk
mencegah terjadinya gen tunggal atau kombinasi gen ganda yang mungkin
untuk menghasilkan penyakit. ini meliputi: perluasan penggunaan
konseling genetik, pengujian prenatal, dan aborsi awal atau terapi janin
2. Deteksi genetik sebelum penyakit. Pendekatan ini termasuk upaya yang
bertujuan untuk mendeteksi cacat genetik dan pelaksanaan intervensi dini
untuk mencegah apa yang disebut ekspresi fenotipik gen
3. Perlindungan lingkungan. Pengujian genetik memungkinkan untuk
mendefinisikan kombinasi gen yang mengidentifikasi individu untuk
mengembangkan penyakit ketika mereka mengalami paparan lingkungan
tertentu, seperti interaksi yang terjadi dalam pengaturan kerja dimana para
pekerja terpapar bahan kimia tertentu sering pada dosis rendah. identifikasi
interaksi gen-lingkungan dapat menyebabkan identifikasi mereka yang
berisiko tinggi jika mereka bekerja dalam pengaturan kerja tertentu.
4. Skrining berbasis genotipe untuk penyakit awal. Kombinasi gen dapat
mengidentifikasi kelompok yang beresiko tinggi penyakit umum dan yang
dapat ditargetkan untuk melakukan skrining. misalnya, studi menunjukkan
bahwa untuk kanker umum tertentu, misalnya yang dari payudara, prostat,
dan usus besar, faktor genetik yang terkait dengan 30-40 persen dari
penyakit ini. Pencarian pola genetik predisposisi awal kehidupan mungkin

berguna untuk mengidentifikasi mereka yang membutuhkan sebelumnya


atau skrining yang lebih intensif untuk deteksi dini.
Akan lebih baik jika kita melakukan screening dan deteksi dini agar
penyakit yang akan terjadi tidak berdampak terlalu buruk bagi kesehatan.
J. Tindakan yang Harus Dilakukan Ketika Tidak Ada atau Belum Ada
Intervensi yang Efektif untuk PEngendalian Suatu Penyakit Tidak
Menular
Dalam melihat pengendalian suatu penyakit tidak menular kita dapat
menggunakan contoh penyakit Alzeimer. Penyakit ini mencerminkan
tantangan apa yang harus dilakukan ketika penyebab penyakit tidak diketahui
dan pengobatan tidak sangat efektif. Alzheimer adalah salah satu kondisi yang
meningkat dengan cepat di antara mereka yang kita golongkan sebagai
penyakit tidak menular. Penuaan penduduk berhubungan dengan penyakit
alzeimer dan mempengaruhi kualitas hidup dengan mempengaruhi daya ingat,
terutama memori jangka pendek.
Untuk pengobatan kasus ini, obat yang efektif mungkin berfungsi untuk
meredakan gejala. Selain itu dapat pula melatih fikiran dan menstimulusnya
agar tetap bekerja dan terlatih. Usaha kesehatan populasi juga memungkinkan
para penderita untuk berkarya secara mandiri dan mungkin diberikan
pendampingan secara berkala.
Pendekatan kesehatan penduduk untuk penderita alzeimer juga
menekankan perlunya penelitian tambahan. Pendekatan kesehatan penduduk
bagaimanapun juga perlu mengakui kebutuhan dasar pemahaman biological
yang menyebabkan alzeimer. Dengan demikian, pendekatan kesehatan
populasi untuk penderita alzeimer dan penyakit lain yang tidak diketahui
penyebabnya, membuat kita bertanya pertanyaan mendasar tentang biological
penyakit tersebut dan mempelajari penyebabnya. Untungnya, kemajuan yang
mutakhir dan usaha financial yang baik memungkinkan untuk memahami
penyebab alzeimer.
Strategi kesehatan populasi untuk mengatasi penyakit tidak menular antara lain
screening, factor resiko keturunan, biaya pengobatan yang efektif, konseling genetic,
dan penelitian lebih lanjut.

K. Contoh Penggunaan Kombinasi Strategi Dalam Pengendalian Penyakit


Tidak Menular
Berbagai intervensi yang menggabungkan perawatan kesehatan,
pendekatan kesehatan masyarakat tradisional, dan intervensi sosial sering
diperlukan untuk mengatasi masalah yang kompleks yang disajikan oleh
penyakit tidak menular. Kombinasi dan integrasi penggunaan beberapa
intervensi merupakan pusat pendekatan kesehatan penduduk.

Contoh penggunaan kombinasi strategi dalam penyakit tidak menular:


Penyalahgunaan Alkohol dan Pendekatan Kesehatan Penduduk.
Alkohol telah menjadi fitur kontrol masyarakat Amerika dan obat-obatan
dalam kesehatan masyarakat sejak awal negara. Alkohol masuk obat
penghilang rasa sakit yang paling awal dan digunakan secara rutin untuk
memungkinkan ahli bedah untuk melakukan amputasi selama Perang Sipil
dan konflik sebelumnya.
Upaya untuk mengontrol konsekuensi alkohol mengambil arah baru
setelah Perang Dunia II. Amerika mulai fokus pada konsekuensi dari
penyakit, termasuk penyakit hati, sindrom alkohol janin, kecelakaan mobil,
dan kekerasan disengaja dan tidak disengaja.
Intervensi kesehatan penduduk menjadi fokus upaya pengendalian alkohol.
Misalnya, perpajakan alkohol berdasarkan peraturan perundang-undangan
1950 menaikkan harga alkohol cukup untuk secara substansial mengurangi
konsumsi. Pembatasan iklan dan lebih tinggi pajak atas minuman keras
dengan kadar alkohol yang lebih besar akhirnya berkontribusi penggunaan
lebih besar bir dan anggur. Meskipun konsumsi alkohol terus bertambah,
jumlah kasus penyakit hati dan masalah kesehatan yang berhubungan dengan
alkohol lainnya telah menurun. Dalam beberapa tahun terakhir, upaya untuk
mengingatkan ibu hamil kepada efek kesehatan minum alkohol melalui
pelabelan produk dan upaya komunikasi kesehatan lainnya memiliki dampak.
Dampak keselamatan jalan raya dari penggunaan alkohol menyebabkan
upaya kesehatan penduduk bekerjasama dengan departemen transportasi dan
polisi. Sangat meningkat upaya polisi untuk menangkap pengemudi mabuk
dan pengupasan penyalahgunaan kebebasan dari penjahat kambuhan telah
menjadi rutinitas dan telah dikaitkan dengan pengurangan mengesankan
dalam kecelakaan otomotif yang berhubungan dengan alkohol. Upaya seperti
gerakan pengemudi yang dirancang berasal dari Mothers Against Drunk
Driver (MADD) telah menunjukkan peran yang sering kritis dimana warga
negara dapat bermain dalam melaksanakan intervensi kesehatan penduduk.
Fokus di kelompok berisiko tinggi, serta menggunakan strategi
improving-the-average, telah memiliki dampak penting. Alcoholics
Anonymous (AA) dan kelompok dukungan sebaya lainnya telah berfokus
pada mendorong individu untuk mengakui masalah alkohol mereka.
Kelompok-kelompok ini sering memberikan dorongan penting dan dukungan
untuk pantang jangka panjang.
Upaya medis untuk mengendalikan konsumsi alkohol telah ditujukan
terutama pada mereka dengan bukti yang jelas dari penyalahgunaan alkohol.
Obat yang tersedia yang memberikan bantuan sederhana dalam
mengendalikan konsumsi alkohol individu. Skrining untuk penyalahgunaan
alkohol telah menjadi bagian luas dari perawatan kesehatan. Intervensi ini
telah ditujukan untuk orang-orang dengan tingkat tertinggi risiko. Kombinasi

individu, kelompok, dan intervensi populasi telah mengurangi dampak


keseluruhan dari penggunaan alkohol tanpa memerlukan masa larangan
minuman keras. Bahkan, tingkat sederhana konsumsi, hingga satu minuman
per hari untuk wanita dan dua untuk pria, dapat membantu melindungi
terhadap penyakit arteri koroner.
Isu alkohol dan kesehatan masyarakat belum hilang. Fokus hari ini telah
kembali ke mengidentifikasi kelompok berisiko tinggi dan intervensi untuk
mencegah hasil yang buruk. Faktor kunci risiko saat ini adalah pesta
minuman keras dengan risiko keracunan alkohol akut, serta kekerasan yang
tidak disengaja dan disengaja. Mahasiswa adalah salah satu kelompok risiko
tertinggi. Satu episode pesta minuman keras secara dramatis meningkatkan
kemungkinan episode tambahan menunjukkan bahwa strategi intervensi
diperlukan untuk mengurangi risiko.
Dari contoh diatas diketahui bahwa kombinasi strategi penyakit tidak
menular, yaitu:
Perawatan kesehatan : Dengan skrinning. Bagi orang-orang dengan tingkat
risiko tertinggi dalam penyalahgunaan alkohol.
Pendekatan kesehatan masyarakat tradisional : Misalnya ada perpajakan
alkohol berdasarkan peraturan perundang-undangan 1950 dimana
menaikkan harga alkohol, pembatasan iklan dan lebih tinggi pajak atas
minuman keras dengan kadar alkohol yang lebih besar. Serta upaya untuk
mengingatkan ibu hamil kepada efek kesehatan minum alkohol melalui
pelabelan produk dan upaya komunikasi kesehatan lainnya.
Intervensi sosial : Bekerjasama dengan departemen transportasi dan polisi
untuk menangkap pengemudi mabuk, upaya gerakan pengemudi yang
dirancang berasal dari Mothers Against Drunk Driver (MADD), serta
Alcoholics Anonymous (AA) dan kelompok dukungan sebaya lainnya
telah berfokus pada mendorong individu untuk mengakui masalah alkohol
mereka. Kelompok-kelompok ini sering memberikan dorongan penting
dan dukungan untuk pantang jangka panjang.

TOPIK 7
Penyakit Menular

A. Beban Penyakit Menular

Selama berabad-abad, penyakir menular adalah penyebab utama kematian


dan kecacatan di antara semua usia, terutama di kalangan muda dan tua.
Penyakit menular tidak hanya penyebab epidemi besar, tapi juga penyebab
kematian rutin. Penykit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh
organisme yang memiliki kemampuan untuk transmisi dari binatang ke
binatang lain, binatang ke orang, orang satu dengan orang lain, orang ke
binatang, baik secara langsung maupun tidak langsung/dengan perantara.
Penyakit menular ini ditandai dengan adanya agen atau penyebab penyakit
yang hidup dan dapat berpindah serta menyerang host atau inang (penderita).
Penyakit menular termasuk berperan dalam kematian ibu terkait dengan
melahirkan bayi dan kematian anak usia dini serta kematian akibat kurang
gizi pada bayi dan anak-anak. contoh penyakit menular antara lain:
HIV/AIDS, Pneumonia, Tuberculosis, diare, SARS, malaria, hepatitis B, flu
burung, Lyme Disease, dll.
Paruh terakhir abad ke-20 melihat jeda singkat dari kematian dan cacat
yang disebabkan oleh penyakit menular dan infeksi lainnya. Hal ini
disebabkan sebagian besar untuk upaya medis untuk mengobati infeksi
dengan obat dan upaya kesehatan masyarakat untuk mencegah infeksi (sering
dengan vaksin) dan untuk membasmi atau mengendalikan infeksi lainnya.
Namun saat ini bakteri resisten terhadap antibiotik mulai muncul. Organisme
Staphylococcus resisten terhadap antibiotik saat ini mulai mewabah rumah
sakit di tahun 1950-an sampai antibiotik baru dikembangkan. Resistensi
gonore dan pneumococcus untuk berbagai antibiotik menjadi luas. WHO dan
program pemerintah AS yang disponsori, seperti mempromosikan
pemberantasan malaria dan TBC, tidak dapat memiliki dampak berkelanjutan
dan tujuan yang dipangkas kembali untuk mengontrol daripada untuk
pemberantasan.
Pada awal abad ke-21, telah terlihat kembali infeksi yang sebelumnya di
bawah kendali, serta munculnya penyakit baru. TBC, sebuah epidemik besar
di abad ke-18 dan ke-19, telah sebagian kembali sebagai akibat dari HIV /
AIDS.
Lebih dari beberatpa tahun sebelumnya tidak diketahui infeksi telah
muncul dalam dekade terakhir, mayoritas yang diyakini berasal di spesies
hewan. Di Amerika Serikat, kehadiran Penyakit Lyme dan West Nile Virus
yang tidak diketahui sampai akhir abad ke-20, tapi sekarang telah menyebar
ke wilayah yang luas. Penyakit lama, seperti malaria, memperluas jangkauan
geografis. Influenza diantisipasi untuk kembali lagi dalam bentuk pandemi,
seperti yang terjadi berulang kali di abad sebelumnya. Pandemi yang paling

mungkin terjadi ketika mutasi yang terus-menerus menghasilkan strain baru


yang mampu menularkan dari orang ke orang. Sejarah menunjukkan bahwa
kesehatan masyarakat dan intervensi medis telah dan akan terus memiliki
dampak besar pada beban penyakit menular.
Pendekatan GBD (Global Burden Disease) atau disebut juga Studi Beban
Penyakit dimaksudkan untuk menciptakan global public good yang dapat
memberi masukan yang tepat dalam penyusunan kebijakan kesehatan
masyarakat pada tingkat nasional maupun regional.
Di Indonesia dan negara berkembang lainnya, dalam dua dasawarsa
terakhir, telah terjadi transisi kesehatan. Hal ini dikarenakan usia harapan
hidup yang bertambah, meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut dan
meningkatnya insidens Penyakit Tidak Menular (PTM).
Indonesia telah berhasil menurunkan angka kematian bayi dan anak,
sehingga komponen disabilitas pada beban penyakit telah menggantikan
komponen kematian prematur (kematian sebelum waktunya atau dibawah
umur harapan hidup). Penyebab utama dari kematian prematur oleh penyakit
menular seperti tuberkulosis, diare, pneumonia dan kecelakaan lalu-lintas
jalan.
Pada dua dekade terakhir, kata Murray, Indonesia berhasil menurunkan 37
persen kematian akibat TB. Namun, TB tetap merupakan penyakit penyebab
kematian tertinggi kedua.

Contoh beban penyakit menular!


Saat ini, di negara maju telah terjadi perbedaan pola penyakit dari penyakit
menular ke penyakit non-infeksi, tetapi hal ini tidak berarti negara maju telah
terbebas dari masalah penyakit menular, misalnya penyakit influenwa di
Inggris, Morbili di Italia, dan AIDS. Di Indonesia sendiri, penyakit menular
merupakan faktor utama penyebab kematian dan morbiditas.

Di dunia:
Sejarah TB kembali ke zaman kuno, tapi dimulai pada abad ke-18 itu
menjadi pusat di sebagian besar Eropa dan Amerika. Diperkirakan bahwa
dalam dua abad 1700-1900, TBC bertanggung jawab atas kematian sekitar

satu miliar manusia. Tingkat tahunan dari TB ketika Koch membuat


penemuan adalah sekitar tujuh juta orang. Hari itu akan menjadi setara
dengan lebih dari 30 juta orang mengingat populasi saat ini.
Acquired
Immunodeficiency
Syndrome atau Acquired
Immune
Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi
(atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia
akibat infeksi virus HIV;[1] atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang
menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).
Saat ini tercatat, sekitar 34 juta orang di dunia mengidap Virus HIV
penyebab Aids dan kebanyakan dari mereka hidup dalam kemiskinan dan di
negara berkembang. Sub-Sahara Afrika sejauh ini merupakan kawasan yang
paling banyak terpapar HIV/Aids.
Tapi epidemi virus yang telah membunuh lebih dari 25 juta orang didunia
dalam 30 tahun terakhir sejak Virus HIV pertama kali ditemukan, sejauh ini
menunjukan gejala penurunan. Program HIV/Aids PBB , UNAIDS
mengatakan angka kematian penyakit ini pada tahun 2011 tercatat sebanyak
1,7 juta kematian. Angka ini menunjukan penurunan dibandingkan tahun
2005 yang mencapai puncak tertinggi dengan 2,3 juta kematian ataupun pada
tahun 2010 lalu yang tercatat sebanyak 1,8 juta.
Data WHO terbaru juga menunjukan peningkatan jumlah pengidap HIV
yang mendapatkan pengobatan. Tahun 2012 tercatat 9,7 juta orang. Angka ini
meningkat 300.000 orang lebih banyak dibandingkan satu dekade
sebelumnya. Perusahaan obat generic asal India saat ini menjadi pensuplai
utama obat anti retroviral bagi pengidap HIV ke Afrika dan banyak negara
miskin lainnya.

Di Indonesia:
Indonesia masih masuk dalam 10 negara dengan beban Tuberkulosis (TB)
terbanyak di dunia. Total kasus baru TB dilaporkan sebanyak 450 ribu per
tahun dan prevalensi sekitar 690 ribu per tahun, seperti dilaporkan oleh
Organisasi PBB untuk Kesehatan Dunia (WHO) dalamGlobal Report 2011.
"Sejak tahun 2010, WHO tidak lagi menyebutkan ranking negara, tetapi
Indonesia memang masih termasuk 10 besar negara dengan beban
permasalahan TB terbesar dari total 22 negara dengan beban TB terbesar,"
kata Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

(P2PL) Kementerian Kesehatan, Tjandra Yoga Aditama dalam keterangannya


di Jakarta, Kamis (24/5).
Menurut data Ditjen PPM dan PL Depkes RI dalam triwulan pertama,
Januari hingga Maret 2011, dilaporkan tambahan kasus AIDS mencapai 351.
Kasus `acquired immune deficiency syndrome or
acquired
immunodeficiency syndrome (AIDS)` dan `human immunodeficiency
virus (HIV)` terbanyak dilaporkan di DKI Jakarta sebanyak 3. 995 dan kasus
HIV sebesar 15.769, katanya.
Ia menjelaskan, secara kumulatif kasus pengidap HIV/AIDS dari tanggal 1
Januari 1987 hingga Maret 2011 mencapai 24.482 kasus dengan angka
kematian 4. 603 jiwa, kata Dewi. Berdasarkan jumlah kumulatif kasus AIDS
menurut jenis kelamin, yaitu laki-laki 17.840, akibat pengguna narkoba suntik
(IDU) 8.553, perempuan 6.553, akibat IDU 665 dan tidak diketahui 89, akibat
IDU 52. Selanjutnya, kata dia, jumlah kumulatif kasus AIDS menurut faktor
resiko, yaitu akibat heteroseksual 13.000, homo-biseksual 734, IDU 9.274,
transfusi darah 49, transmisi pinatal 637 dan tidak diketahui 783.

Berikut adalah data penyakit menular yang terjadi di DKI Jakarta dari tahun
2007 - 2010:
Tahun
2007
2007
2007
2007
2007
2008
2008
2008
2008
2009
2009
2010
2010
2010
2010

Jenis penyakit
Malaria
Gastro enteritis
Kholera
Kusta
TBC
Malaria
Gastro enteritis
Kusta
TBC
Malaria
Gastro enteritis
Malaria
Gastro enteritis
Demam Berdarah DHF
TBC

Jumlah
77
213247
1028
489
35240
68
9593
0
22506
71
10349
103
184341
21151
5788

B. Bentuk Pendekatan Kesehatan Masyarakat Yang Dapat Digunakan


Untuk Pengendalian Penyakit Menular, Khususnya Dalam Pencegahan
Penyakit Menular

Ada beberapa pendekatan atau cara yang dapat dilakukan dalam


pengendalian penyakit menular, yaitu :

Barrier Protections, termasuk isolasi dan karantina

Imunisasi

Screening dan menemukan kasus

Perawatan/pengobatan

Usaha untuk memaksimalkan efektifitas pengobatan dan mencegah


resistensi.

1. Barrier Protections
Barrier protection memiliki tujuan untuk memisahkan individu dan
populasi yang sehat dari penyakit dengan cara mencegah ataupun
menguangi paparan terhadap penyakit.
Contoh dari perlindungan barrier yang paling sederhana yaitu
dengan mencuci tangan, dan contoh lainnya adalah
a.

Penggunaan kelambu berinsektisida yang merupakan cara utama


dalam pencegahan penyakit malaria.

b.

Penggunaan kondom yang dipercaya dapat berhasil mencegah


penularan penyakit menular seksual.

c.

Penggunaan masker yang efektif mengurangi penyebaran penyakit


di institusi perawatan kesehatan seperti rumah sakit.

d.

Sanitasi merupakan cara yang berdampak besar dalam mengurangi


wabah TB pada abad ke-19 dan awal pertengahan abad ke-20.

e.

Isolasi dan karantina juga bisa digunakan dalam pencegahan


penyakit menular untuk mencegah tersebarnya penyakit ke
masyarakat yang sehat. Namun pelaksanaannya harus memiliki
dasar hukum yang legal.

2. Imunisasi

Imunisasi merupakan prosedur pencegahan penyakit menular yang


diberikan kepada anak sejak masih bayi hingga remaja dan beberapa
dapat diberikan ketika usia dewasa. Melalui program ini, tubuh
diperkenalkan dengan bakteri atau virus tertentu yang sudah dilemahkan
atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang sistem imun guna
membentuk antibodi. Antibodi yang terbentuk setelah imunisasi berguna
untuk melindungi tubuh dari serangan mikroorganisme tersebut di masa
yang akan datang.
3. Screening dan finding case
Screening untuk penyakit menular sering dikaitkan dengan praktek
kesehatan masyarakat yang diketahui sebagai case finding. Case finding
menyiratkan wawancara rahasia dari mereka yang didiagnosis dengan
penyakit dan meminta kontak fisik atau kontak seksual dekat mereka barubaru ini.
Teknik case finding telah menjadi kunci untuk mengontrol
penyakit sifilis, dan untuk memperpanjang TB baik sebelum dan sesudah
ketersediaan pengobatan yang efektif.
Munculnya pengobatan yang efektif berarti hal itu bermanfaat baik
untuk mereka yang didiagnosis dengan penyakit dan orang-orang yang
sehat melalui penemuan kasus tersebut.
4. Perawatan/pengobatan
Pengobatan gejala penyakit memungkinkan untuk mengurangi
resiko penyebaran atau penularan penyakin dari dalam ataupun luar
individu. Selain pengobatan langsung ,alat kesehatan masyarakat yang
dikenal sebagai pengobatan atau perawatan kontak epidemiologi telah
efektif dalam mengendalikan banyaknya penyakit menular.
5. Usaha untuk memaksimalkan efektifitas pengobatan dan mencegah
resistensi.
Upaya untuk mengontrol resisten lebih mudah bila dibandingkan
dengan melawan resisten terhadap obat itu sendiri. Hal-hal yang dapat
menyebabkan seseorang mengalami resistensi meliputi : terlalu sering
menggunakan antibiotik yang diresepkan.

C. Kondisi yang Diperlukan


Eradikasi Penyakit

Untuk

Memungkinkan

Terlaksananya

Eradikasi suatu penyakit menjadi mimpi semua bangsa di masa depan.


Keadaan dimana penyakit-penyakit menular sudah tak lagi ditemukan
menjadi target utama para pelaku kesehatan. Eradikasi merupakan keadaan
dimana hilangnya suatu penyakit menular dari muka bumi dan tak dapat
datang lagi di masa depan. Satu-satunya penyakit yang berhasil di eradikasi
adalah smallpox. Penyakit lain yang mendekati eradikasi adalah polio.
Namun polio juga masih sulit untuk sampai pada tahap eradikasi. Hal ini
karena polio memliki karakteristik penyakit yang berbeda dengan smallpox.
Sesungguhnya smallpox memiliki karakteristik penyakit yang unik sehingga
tak sulit untuk di eradikasi.
Karakteristik tersebut antara lain:
1.

Tidak bisa ditularkan lewat hewan. Smallpox adalah penyakit yang


khusus pada manusia. Dengan begitu tidak ada hewan yang dapat
menularkan penyakit ini. Tidak ada spesies lain yang dapat
mempengaruhi penyebaran penyakit ini. Dengan kata lain jika penyakit
ini dihilangkan dari manusia, tidak ada tempat lain untuk bersembunyi
dan kemudian akan hilang dari populasi manusia.

2.

Ketahanan yang singkat di lingkungan. virus smallpox membutuhkan


kontak dengan manusia dan tidak dapat tahan lama lebih dari beberapa
saat di lingkungan tanpa host manusia. Dengan demikian, droplet ketika
bersin atau batuk harus segera menemukan korban karena tidak dapat
menular dengan mudah tanpa kontak langsung.

3.

Tidak membawa virus dalam waktu lama. Ketika seseorang sembuh dari
smallpox, dia tidak lagi membawa virus tersebut dan tidak dapat
menularkannya pada orang lain. Berbeda dengan HIV/AIDS atau
hepatitis B yang pengidapnya membawa virus dalam waktu lama dan
dapat menularkannya pada orang lain.

4.

Memproduksi imunitas jangka panjang. Ketika sembuh dari smallpox,


maka seseorang akan mendapat kekebalan sehingga penyakit smallpox
tidak akan kambuh padanya.

5.

Imunisasi membuat imunitas jangka panjang. Seperti penyakitnya,


imunisasinya pun berhasil membuat kekebalan jangka panjang. Virus
smallpox tidak bermutasi menjadi lebih ganas dari sebelum di vaksin.

6.

Kekebalan kawanan melindungi mereka yang rentan. Imunitas jangka


panjang dari penyakit maupun imunisasi memungkinkan untuk
melindungi populasi yang besar.

7.

Mudah di identifikasi. Penyakit smallpox mudah untuk diidentifikasi


dengan pengamatan ciri-ciri dari orang orang yang terkena. Ini
memungkinkan untuk diagnosis dini dan melindungi yang lain dari
paparan penyakit tersebut.

8.

Imunisasi efektif setelah terpajan. Imunisasi smallpox efektif meskipun


stelah terpapar smallpox.

Berikut ini adalah tabel penyakit yang tereradikasi, menurut buku Public
Health, 2009

Tidak bisa
ditularkan lewat
hewan
Ketahanan yang
singkat di
lingkungan
Tidak membawa
virus dalam waktu
lama

Smallpox
Ya

Polio
Ya

Measles
Ya

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya, kemungkinan
absen terjadi pada
immune
compromise
individu
Ya, tapi mungkin
tidak di pertahankan
di kekebalan tubuh
individu
Ya, tapi mungkin
tidak di pertahankan
di kekebalan tubuh
individu
Virus memiliki
potensial untuk
menginfeksi
Ya

Ya, kemungkinan
absen terjadi pada
immune
compromise
individu
Ya, tapi mungkin
tidak di pertahankan
di kekebalan tubuh
individu
Ya, tapi mungkin
tidak di pertahankan
di kekebalan tubuh
individu

Ya/ tidak. Penyakit


relative mudah

Tidak.
Memungkinkan

Memproduksi
imunitas jangka
panjang

Ya

Imunisasi membuat
imunitas jangka
panjang.

Ya

Kekebalan kawanan
melindungi mereka
yang rentan
Mudah diidentifikasi

Ya

Ya

Ya

untuk diidentifikasi,
tapi banyak infeksi
tanpa gejala
Tidak. Tidak efektif

sama dengan
penyakit lain yang
serupa
Tidak. Tidak effektif

Imunisasi efektif
Ya
setelah terpajan
D. Berbagai Bentuk Intervensi yang Tersedia Dalam Usaha Pengendalian
Epidemi HIV/AIDS
Rute transmisi
Tranfusi darah.
Darah dan produk
darah yang
sebelumnya
digunakan di US
oleh pasien
hemofilia
Kontak seksual-anal
lebih berpotensi
daripada vagina dan
lebih berptensi dari
oral

Transmisi dari ib ke
anak

Menyusui

Paparan jarum
suntik
Resiko pekerja
pelayanan kesehatan
Penggunaan obat

Perkiraan tingkat transmisi


per exposure
Darah yang terkontaminasi
lebih dari 90%
memungkinkan transmisi;
sisa darah dapat
meningkatkan infeksi

Intervensi
Screening darah untuk
deteksi HIV dini.
Menggunakan darah
sendiri untuk operasi

Range dari 0,1% sampai


10% berhubungan intim
tanpa pengaman sngat
beresiko
Penyunatan mengurangi
sebagian resik
Berganti pasangan
meningkatkan resiko
transmisi
15% sampai 40% lebih
tinggi di negara
berkembang
Paling tinggi transmisi
lewat cairan vagina
Paparan sangat rendah,
tetapi lebih dari 25%
kemungkinan bila
menyusui selama lebih dari
1 tahun.
Kurang dari 0,5% HIV
positif ditemukan pada
transmisi jarum suntik

Kurang dari 1%

Program menganti jarum

Kondom karet
Penyunatan
Hanya dengan 1 pasangan
Monogami

Sesar
Treatmen obat selama
kehamilan

Konsmsi obat
berkelanjutan merupakan
treatmen mengurangi
tetapi tidak
menghilangkan transmisi.
Treatmen setelah terpapar
dengan obat merupakan
pencegahan yg efektif

injeksi

diakibatkan oleh berbagi


jarum suntik

yg telah digunakan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ilmu kesehatan masyarakat memiliki keterkaitan erat dengan berbagai
bidang yang mendukung terciptanya masyarakat yang sejahtera dan sehat
secara holistic. Masyarakat sehat secara holistic merupakan tujuan dari semua
jenis program kesehatan masyarakat yang ada. Ilmu kesehatan masyarakat itu
sendiri memiliki keunikan yang khas, yakni programnya lebih ditekankan
pada promotive dan preventif, dimana sasaran program tidak melulu orang
yang sudah sakit, namun juga manusia sehat yang perlu terus ditingkatkan
taraf sehatnya.
Kesehatan masyarakat bukanlah ilmu yang kaku dan tertutup, melainkan
sebuah konsep manajemen yang terpadu dan melibatkan berbagai aspek
dalam pelaksanaan programnya. Hal ini dikarenakan sehat dapat tercipta jika
berbagai pihak terkait bersama-sama mengkondisikan demikian. Sebagai
mahasiswa yang kelak akan mengabdi pada masyarakat, harus paham dan
menguasai berbagai bidang terkait tersebut. Hal ini berhubungan dengan taraf
kesehatan masyarakat di masa depan yang diharapkan semakin membaik.
Berikut ini merupakan aspek dasar yang wajib kami pahami, antara lain
1. Prinsip Kesehatan Masyarakat
2. Kesehatan Masyarakat Berdasarkan Eviden
3. Komunikasi dan Informasi Kesehatan
4. Ilmu sosial dan perilaku
5. Etika Hukum dan Kebijakan Kesehatan
6. Penyakit Tidak Menular
7. Penyakit Menular
Dengan mempelajari semua aspek tersebut, kami menjadi paham
perbedaan antara kesehatan masyarakat dengan kedokteran juga fungsi dan
sejarah dari kesehatan masyarakat. Kami juga menguasai kesehatan
masyarakat berdasarkan evidence based, perbedaan komunikasi dan informasi
kesehatan serta tipe dasar data kesehatan masyarakat. Tak lupa juga ilmu
social dan perilaku serta budaya yang harus kami mengerti. Undang-undang
kesehatan, kebijakan dan etik juga wajib kami pahami untuk mengaplikasikan
ilmu kesehatan masyarakat di masa datang. Dan kami pun tentunya harus
mengetahui dan mengerti segala aspek mengenai penyakit tidak menular dan
penyakit menular bersamaan dengan perbedaan keduanya.

3.2 Saran
Sebagai manusia yang sedang menuntut ilmu, tentulah kami masih banyak
memiliki kekurangan, terutama dalam pembuatan makalah ini. Namun kami
harapkan manfaat yang sebesar-besarnya dapat diambil pula dari hasil
pekerjaan kami ini. Seiring dengan bertambahnya ilmu kami, bertambah pula
tanggung jawab dan kewajiban kami dalam mengamalkannya untuk masa
depan kesehatan masyarakat yang lebih baik. Berbagai tantangan dan
rintangan pasti selalu ada mengiringi perjalanan kami menuju kesana, namun
dengan tekad yang kuat kami pasti mampu terus belajar dan berdoa demi
terciptanya kesejahteraan masyarakat di mayapada.

DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Fahmi Umar. 2013. Kesehatan Msyarakat: Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Rajagrafindo Persada.
Alhamda, Syukra dan Yustina Sriani.Ebook : Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Masyarakat.
Budiarto, Eko, dan Anggraeni, Dewi. 2003. Pengantar Epidemiologi Edisi 2.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Chandra B. 1995. Pengantar Statistik Kesehatan. EGC: Jakarta
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2015. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Online.
http://bahasa.cs.ui.ac.id/kbbi/kbbi.php?
keyword=implikasi&varbidang=all&vardialek=all&varragam=all&varkelas
=all&submit=kamus (09 Oktober 2015).
Katarina T. 2001. Hak atas kesehatan dalam hak ekonomi, sosial, budaya. Elsam :
Jakarta.
Kemenkes. 2013. BALITBANGKES Paparkan Hasil The Global Burden Disease,
[Online]. Melalui: http://www.depkes.go.id/article/print/2292/balitbangkespaparkan-hasil-the-global-burden-of-disease.html.
Kesmas. 2015. Pengertian dan Definisi Ilmu Kesehatan Masyarakat, [Online].
Melalui: http://www.indonesian-publichealth.com/2014/12/ilmu-kesehatanmasyarakat.html, diakses pada tanggal 30-09-2015.
Kompas. 2013. Indonesia Hadapi Beban Ganda, [Online]. Melalui:
http://health.kompas.com/read/2013/05/01/03433582/indonesia.hadapi.beba
n.ganda.
Muhajier, Ahmad. 2012. Hubungan Antara Ilmu Perilaku Dan Kesehatan,
[Online]. Melalui:
https://ranykacamata.wordpress.com/2012/05/14/hubungan-antara-ilmuperilaku-dengan-kesehatan/, diakses pada tanggal 02-10-2015.
N, Sora. 2014. Mengenal Pengertian Ilmu Sosial Dan Menurut Para Ahli,
[Online]. Melalui: http://www.pengertianku.net/2014/11/mengenal-

pengertian-ilmu-sosial-dan-meenurut-para-ahli.html, diakses pada tanggal


30-09-2015.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2013. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta :
Rineka Cipta.
Persatuan Karya Dharma Kesehatan Indonesia (PERDHAKI) 2013 Association
of Voluntary Health Services of Indonesia (dimuat dalam
http://www.depkes.go.id).
Radio Australia. 2013. Pedoman WHO Terbaru, Pasien HIV/AIDS Harus Segera
Berobat,
[Online].
Melalui:
http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/2013-06-30/pedoman-whoterbaru-pasien-hivaids-harus-lebih-cepat-berobat/1153908.
Riegelman R. 2009. Public Health 101 : healthy people - healthy populations.
APHA press :US.
Riegelman, R. 2009. Public Health 101: Healthy People-Healthy Populations .
Jones & Bartlett :USA.
Riegelman, Richard, MD, MPH, PhD. Public Health 101. Jones & Barlett
Learning International, 2009.
Riegelman, Richard. 2009. Public Health 101. London : Jones & Bartlett
Learning International.
Salem, Setiawati. 2012. Lima Penyakit Menular Yang Memiliki Insiden Tertinggi
di
Indonesia,
[Online].
Melalui:
http://setiawatisale.blogspot.co.id/2012/12/lima-penyakit-menular-yangmemiliki.html.
Samsudrajat S. 2011. Promosi dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular. Artikel
ilmiah STIKes Kapuas Raya Sintang.
Veronica K. 1999. Peranan informed AConsent dalam transaksi terapeutik. Citra
Aditya Bakti: Bandung.
http://hpm.fk.ugm.ac.id/
www.data.go.id
www.who.int
www.womenshealthdata.ca

Anda mungkin juga menyukai