Anda di halaman 1dari 12

INTERNATIONAL STANDARDS ON AUDITING (ISA):

MENGAPA ISA, APA PERUBAHANNYA?

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Audit Keuangan Negara


Lanjutan Angkatan III STAR BPKP Tahun 2014

Disusun oleh Kelompok 2


Saliman

(1420532050)

Silvaniati

(1420532051)

Titi Susanti

(1420532052)

MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2015
Pendahuluan

International Standards on Auditing (ISA) adalah suatu standar


kompetensi bagi profesional yang bekerja di bidang auditing. ISA diterbitkan oleh
International Auditing and Assurance Standard Boards (IAASB) melalui
International Federation of Accountant (IFAC) sebagai pembuat standar auditing.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas bukti-bukti audit pada akhirnya
meningkatkan kualitas hasil audit. ISA dirancang sebagai solusi atas adanya
skandal akuntansi (massive and pervasive) dimana auditor gagal mendeteksi
financial statement fraud.
Reported Accounting Scandals

No.
1

Kantor Akuntan
Arthur Andersen

Deloitte & Touche

Ernst & Young

KPMG

Pricewaterhouse Coopers

Perusahaan Klien
CMS, Cornell, Dynegy, Enron,
Global Crossing, Halliburton,
Martha Stewart Omnimedia,
Merck, Peregrine, Qwest,
Sunbeam, Waste Management,
WorldCom.
Adelphia, AES, Cendant, Duke,
El Paso, Merril Lynch, Reliant,
Rite Aid
AOL time Warner, Dollar
General, PNC
Citigroup, CA, GE, IM Clone,
Peregrine, Xerox
Bristol Myers, HPL, JP Morgan
Chase, Kmart, Lucent,
Microstrategy, Network
Associate, PharMor, Tyco
Network Associates

Sumber : (wordIQ.com)
Indonesia, sebagai bagian (anggota) dari The Group of Twenty Finance
Ministers and Central Bank Governors (G20) dan IFAC yang mendorong setiap
anggotanya untuk menggunakan standar profesi internasional., berkomitmen
untuk sepenuhnya mengadopsi ISA pada 1 Januari 2013
Adopsi ISA melalui revisi SPAP oleh IAPI adalah dalam rangka
menjalankan amanah UU No.5 Tahun 2011 tentang akuntan publik. Auditor
sekarang dituntut tidak hanya memberikan keyakinan memadai terkait laporan

keuangan, tetapi juga memberikan penilaian terhadap keberlanjutan perusahaan


untuk paling tidak satu tahun kedepan.
SPAP di Indonesia sebelum adopsi ISA, membagi standar auditing
menjadi 3 bagian yaitu: Standar Umum, Standar Pekerjaan Lapangan dan Standar
Pelaporan. Sedangakan ISA tidak membagi standar auditing, tetapi penyajian
standar-standar yang ada di ISA sudah mencerminkan proses pengerjaan auditing.
Tuanakotta (2013) mengatakan prosedur audit berbasis ISA menekankan
terhadap aspek risiko, sejak auditor mempertimbangkan untuk menerima atau
menolak suatu entitas dalam penugasan auditnya sampai sesudah laporan yang
berisi opini diterbitkan.
Pembahasan
Ketika ada aturan, ketentuan, atau standar baru, pertanyaan pertama yang
timbul: Mengapa harus berubah? dalam konteks Indonesia mengadopsi
International Standards on Auditing (ISA) pertanyaan selanjutnya ialah:

Apakah ini keharusan?


Dapatkah kita menolak ISA?
Jika Harus, siapa yang mengharuskan?
Mengapa kita harus menerimanya?
Adakah pilihan-pilihan lain?
Tidak dipungkiri, pengadopsian International Standards on Auditing (ISA)

membawa perubahan. Apapun nama atau label yang mau kita berikan pada
standar yang baru dan yang lama, perubahan ini ada. Pertanyaannya ialah, Apa
sifat perubahan standar ini?
Pertanyaan ini tidak ditemukan dalam materi IFAC. Mengapa? Karena
jawabannya tergantung pada standar lama (sebelum ISA) yang diterapkan
dimasing-masing negara. Jadi, jawaban atas pertanyaan ini bisa berbeda antara
satu negara dengan negara yang lain.
Mengapa ISA?

Mengapa Indonesia mengadopsi ISA? Pertanyaan ini dapat dirumuskan


dengan cara yang berbeda, yakni: apa insentif bagi profesi akuntan publik untuk
mengadopsi ISA. Kita bisa melakukan pendekatan dari sisi kekuatan pasar dan
nilai tambah.
Kekuatan Pasar
KAP Indonesia yang mempunyai jaringan global (seperti The Big Four)
dan jaringan internasional lainnya (banyak diantaranya second-tier firms)
melayani klien global dan internasional yang mengadopsi standar-standar
IFAC. Beberapa diantaranya sejak 2000-an sudah aktif melatih partner dan staf
dengan metodologi audit berbasis ISA, berkomunikasi dan menyiapkan klien
audit mereka dengan mengenalkan ketentuan-ketentuan dan kewajiban yang
ditetapkan ISA.
Bagi KAP yang melayani klien audit semacam ini, ISA bukan pilihan.
Atau, lebih tepatnya, pilih ISA atau pilih keluar dari jaringan kerja sama
global atau jaringan kerja internasional. Sangat jelas bahwa kekuatan pasar
merupakan penentu.
Ada Nilai Tambah
Pembahasan mengenai kekuatan pasar mengisyaratkan hal lain, yakni
adanya nilai tambah. Tanpa nilai tambah, tidak akan ada daya memaksakan.
Ada cerita dibalik argument kekuatan pasar.
Diawali dengan skandal akuntansi yang dalam istilah ISA, massive and
pervasive. Auditor gagal mendeteksi financial statement fraud tersebut.
Tuntutan hukum (pidana, perdata, administrasi) menyusul. Regulator mencari
solusi.
Lembaga yang menetapkan standar (standard-setting body) secara pro
aktif atau reaktif menemukan solusi. Regulator menyukai solusi tersebut, dan
solusi (standar baru) diterapkan.
Sukses di Uni Eropa mendorong lembaga-lembaga keuangan dunia (World
Bank dan IMF) meng-endorse solusi tersebut sebagai obat manjur dunia.

Dalam waktu satu dasawarsa apa yang menjadi sukses di satu kawasan direplicate secara global.
Siapa penerima nilai tambah? Target utamanya tentu para investor dan
calon investor yang dengan standar baru akan memperoleh laporan keuangan
yang lebih baik. Akan tetapi pada akhirnya, profesi akuntansi juga memperoleh
manfaat yang besar. Setidak-tidaknya, profesi meraih nilai tambah tidak
berwujud (intangible) berupa peningkatan mutu audit.
Tentu ada peningkatan beban audit yang tidak selamanya tercermin dalam
tambahan fee. Beban audit dalam tahun-tahun pertama sangat signifikan,
berupa biaya pendidikan dan pelatihan, penerbitan kembali pedoman audit
yang dipakai KAP, sampai pada opportunity Cost karena partner harus
mengikuti pelatihan atau member pelatihan kepada stafnya atau member
penjelasan kepada kliennya, dan lebih banyak waktu partner (dalam ketentuan
ISA) pada setiap perikatan.
Mengesampingkan Pro-kontra
Dua argument diatas, yakni kekuatan pasar dan nilai tambah, seharusnya
merupakan insentif yang cukup bagi praktisi dan profesi untuk
mengimplementasikan perubahan kearah perbaikan. Namun, ini adalah
kesimpulan umum yang belum tentu berlaku bagi setiap praktisi mengingat
struktur manfaat-biaya yang berbeda.
Oleh karena itu, seperti halnya dalam menghadapi desakan lain untuk
berubah, praktisi mengesampingkan argument pro dan kontra manfaat-biaya dan
merumuskan untuk berubah karena tuntutan lingkungan di mana kita berpraktik.
Dampak Adopsi ISA pada kenaikan Biaya
Apakah mengadopsi ISA akan meningkatkan biaya? Ini tentunya bukan
pertanyaan sederhana. Suatu studi yang dilakukan oleh Annette G. Kohler dan
rekan-rekannya dari University of Duisburg-Essen, membuat perkiraan kenaikan
biaya ini dalam kerangka penerapan ISA oleh negara-negara Masyarakat Uni
Eropa.

Untuk memahami kenaikan biaya yang diperkirakan studi tersebut, ada


beberapa pengertian yang perlu dipahami, adalah sebagai berikut:

Tanggapan terhadap servei datang dari tiga kelompok responden, yakni


kantor-kantor akuntan yang tergantung dalam Forum of Firms (FoF),
peserta pasar modal (capital market participant), dan regulator dibidang

audit dari negara-negara Uni Eropa.


Seluruh pasar audit (audit market) dicakup oleh kantor-kantor akuntan
yang tergabung dalam FoF, maupun yang tidak tergabung dalam FoF
(kantor akuntan non-FoF). Studi ini mengektrapolasi kenaikan biaya
(karena mengadopsi ISA) dalam audit oleh kantor akuntan non-FoF,
berdasarkan perkiraan kenaikan biaya dalam audit oleh kantor akuntan

FoF.
Ada dua jenis klasifikasi biaya dalam studi ini, yakni biaya yang berulangulang terjadi setiap tahun (recurring cost) dan biaya yang sekali terjadi

(one-off costs), yakni ketika mulai mengadopsi ISA.


Table 1-1 menunjukan gabungan dari hasil survey (dengan responden
kantor akuntan FoF, capital market participant dan regulator dibidang
audit) dan ekstrapolasi untuk pasar audit yang dicakup kantor akuntan non-

FoF. Hasilnya adalah perkiraan kenaikan biaya karena mengadopsi ISA.


Kenaikan biaya terjadi pada tingkat kantor akuntan FoF (karena harus
memenuhi kewajiban sebagai anggota FoF seperti dijelaskan dalam table
1-1), adopsi ISA oleh jurisdiksi atau Negara tertentu saja dalam Uni Eropa,
dan adopsi ISA melalui peraturan Uni Eropa yang berlaku bagi seluruh

anggota Uni Eropa.


Disamping itu ada biaya pada tingkat penugasan audit (yang berbeda dari
kenaikan pada tingkat kantor akuntan dan regulator dibidang audit). Inilah
yang ditunjukan dalam table 1-1
Recurring costs yang mempengaruhi pasar audit yang kantor akuntan FoF

1
lebih penting dari one-off costs. Meskipun one-off cost 2 2 kali recurring costs,
namun dampak ekonomisnya secara signifikan lebih kecil, Karena sifatnya yang
sekali keluar (one-off).

Tabel.
Rata-rata Kenaikan Biaya untuk Setiap Penugasan dalam Mata Uang Euro
Medium
Large
Publicly
Insurance
Weighted
In Euro
sized
Unlisted Listed
Bank
Companie
Ratio
Average
Entities Entities Entities
s
Recurring cost increases at engagement level
Big Four 2.600
3.600
4.600
5.800
5.800
3.300
6%
Mid Tier
1.200
Clients
2.200
One-off cost increases at engagement level
Big Four 4.100
6.900
13.600
20.500 20.500
7.700
14%
Mid Tier 1.400
1.600
13%
Clients
-500
Survei menunjukan bahwa recurring costs pada tingkat kantor akuntan
FoF dan regulator di bidang audit, kurang signifikan dengan recurring costs pada
tingkat penugasan untuk kantor akuntan maupun klien auditnya. Peningkatan
biaya pada tingkat penugasan mewakili sekitar 85% dari seluruh recurring cost.
Kebanyakan biaya meningkat akibat desain ulang (redesign effect)
terutama karena ISAs yang diirevisi.
Besarnya kenaikan biaya secara rata-rata sangat bergantung pada seberapa
patuhnya standar auditing nasional terhadap ISAs yang mulai berlaku.
MAKNAI SIFAT PERUBAHAN
Ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan dalam memaknai sifat
perubahan standar, yaitu:
1. Membandingkan substansi standar lama dengan substansi standar baru.
Apa saja perubahannya?
Mengapa perubahan itu perlu dilakukan?
Apakah ada latar belakang yang lebih mendasar, lebih filosofis?
2. Melihat kepada otoritas bukan pada substansi perubahan
Siapa yang menggagas perubahan ini? Jika Kakak Sulung (Big Brother)
ini dapat diandalkan dan alasan untuk melakukan perubahan memang
6

dapat diterima, maka argumen Otoritas ini memaknai perubahan sebagai


perubahan untuk mencapai sesuatu yang lebih baik.
3. Dimulai dari keengganan untuk berubah
Enggan untuk berubah merupakan bagian dari naluri manusia. Memaknai
perubahan sebagai beban yang tidak perlu sehingga sifat enggan untuk
berubah muncul.
SIFAT PERUBAHAN DENGAN PENDEKATAN PERTAMA
Jika kita mencermati perbedaan antara ISA dengan Standar Audit
sebelumnya, terlihat perubahan yang substantif dan mendasar. Perubahan
mendasar mencerminkan cara berpikir berbeda yang melandasi teknik audit
tertentu.
SIFAT PERUBAHAN SUBSTANTIF DAN MENDASAR
Standar ini menuntuk perubahan cara berpikir, cara bertindak dan cara
bersikap auditor. Secara umum ada 5 hal yang berbeda secara fundamental
dibandingkan standar lama (Tuanakotta, 2012)
1. Penekanan pada Audit Berbasis Resiko
2. Perubahan dari Rules based ke Principle Based
3. Berpaling dari model matematis
4. Menekankan pada Kearifan Profesional (professional judgement)
5. Melibatkan peran Those Charged With Governance (TCWG)

Auditing Berbasis Risiko


Ciri yang paling menonjol dari auditing berbasis ISA ialah
penekanan terhadap aspek risiko. Sebelumnya, buku-buku auditing dalam
praktik GAAS menekankan audit ( examination atau pemeriksaan ) atas
akun satu persatu, dengan penekanan pada akun-akun neraca. Risiko audit
tidak dibahas, atau jika disinggung (seperlunya) keterkaitan dengan
auditing tidak diperagakan.
Arens dan penulis-penulis lain mengubah pemikiran audit itu ke
dalam pendekatan siklus (cycle approach) yang mengintegrasikan audit
atas seluruh akun dalam siklus yang bersangkutan. Arens dan rekan-rekan
tidak mengabaikan faktor risiko. Namun, ISAs memberikan penekanan

yang sangat besar terhadap faktor risiko, sejak auditor mempertimbangkan


untuk menerima atau menolak suatu entitas dalam penugasan auditnya
sampai sesudah laporan yang berisi opininya diterbitkan.
ISAs berulang-ulang menegaskan kewajiban auditor (dengan
istilah the auditor shall) dalam menilai risiko (to assess risk), dalam
menanggapi risiko yang dinilai (to respond to assessed risk), dalam
mengevaluasi risiko yang ditemukan (detected risk), baik yang akan
dikoreksi maupun yang tidak dikoreksi entitas. Penegasan ini bermakna,
jika auditor tidak menjalankan kewajibannya, ia teledor (negligent).
Sebagai konsep auditing, Arens dan rekan-rekannya mengenal
risiko dan peranannya dalam suatu audit, ISA selangkah lebih maju; ISA
merajut konsep risiko dalam setiap tahap audit.
Tiga Langkah Audit Berbasis Resiko:
a. Risk Assesment (menilai resiko)
Melaksanakan prosedur penilaian resiko untuk mengidentifikasi
dan menilai resiko salah saji yang material dalam laporan
keuangan.
b. Risk Response (Menanggapi Resiko)
Merancang dan melaksanakan prosedur audit selanjutnya
yangmenanggapi resiko (salah saji yang material) yang telah
diidentifikasi dan dinilai, pada tingkat laporan keuangan dan asersi.
c. Reporting (Pelaporan)
Tahap melaporkan meliputi:
Merumuskan pendapat berdasarkan bukti audit yang diperoleh

dan,
Membuat dan menerbitkan laporan yang tepat. Sesuai
kesimpulan yang ditarik.

Dari Rule Based ke Principles Based Standards


ISA dan IFRS (International Financial Reporting Standards)
adalah standar-standar yang berbasis prinsip (princples based standards),
yang merupakan perubahan besar dari standar-standar sebelumnya yang
berbasis aturan (rules based standards).
Princples based standards mengharuskan akuntan membuat
sejumlah estimasi yang harus dapat dipertanggung jawabkan dan
mensyaratkan semakin banyak Judgment profesional.
8

Berpaling dari Model Matematis


Pendekatan matematis mempunyai kelemahan, yakni membuat
auditor jadi robot, hal ini terlihat dalam mengisi check list yang
seharusnya merupakan alat bantu bagi auditor untuk berpikir. Dalam
praktiknya, yang terjadi sebaliknya justru membuat auditor berhenti
berpikir. Salah satu sifat dari modelmodel matematis adalah
kerumitannya. Kerumitan atau kompleksitas model matematis sering
memberikan kesan keliru, seolah olah model itu seperti black box yang
memberikan jawaban yang tepat.
ISAs menekankan (menggunakan istilah the auditor shal berulang-ulang
dalam setiap ISA) penggunaan professional judgement.

Kearifan Profesional dan Konsekuensinya


Apa konsekuensi dari ISAs mewajibkan kearifan profesional?
Konsekuensi yang paling mudah diamati ialah keterlibatan partner yang
mempunyai pengalaman, pendidikan dan pelatihan dengan ciri-ciri
kepribadian tertentu seperti sikap skeptis (professional skeptism).
Jika keputusan audit masih dibuat oleh asisten yang belum mempunyai
pengalaman yang memadai, ISAs menegaskan bahwa auditnya tidak
sesuai dengan ISAs. Untuk Indonesia, ciri penerapan ISAs yang paling
jelas ialah seberapa besarnya ketelibatan partner yang pakar dalam
penugasan audit.

Pengendalian Internal
Yang ditekankan ISA ialah kewajiban entitas (dalam membangun,
memelihara, dan mengimplementasikan pengendalian internal) dan
kewajiban auditor (dalam menilai pengendalian internal dan menggunakan
hasil penilaiannya) serta komunikasi dengan manajemen terkait hal auditor
menemukan defesiensi dalam pengendalian internal.
Pengendalian internal merupakan perubahan mendasar dalam
standar audit dan bagian yang tidak terpisahkan dari audit berbasis risiko.
Contoh dari cara berpikir cara lama dapat dilihat dalam banyak praktik
diindonesia, Akuntan publik mereview sistem pengendalian internal, dan

produk yang dihasilkan ialah rekomendasi perbaikan sistem (dalam surat


manajemen/management letter). Yang terpenting justru tidak dilakukan
auditor; ia tidak mengaitkan prosedur audit selanjutnyaa dengan hasil
review atas pengendalian internal. Seolah-olah antara prosedur audit
selanjutnya dan review atas pengendalian internal berdiri sendiri,
independen satu dari yang lain. Ini merupakan perubahan mendasar dalam
perubahan pola pikir yang ditekankan oleh ISA. Selain itu ISA juga
menekankan pada perubahan dalam pemahaman konsep ini, yaitu dengan
mengenalkan lima unsur pengendalian internal.

Those Charged With Governance (TCWG)


ISAs menekankan berbagai kewajiban entitas dan manajemen.
TCWG adalah orang atau lembaga dengan wewenang yang cukup dalam
mengawasi entitas yang dibentuk karena perkembangan dalam tata kelola
pada dua dekade terakhir. Konsekuensinya adalah bahwa jika orang atau
lembaga TCWG itu eksis dalam entitas tersebut (misalnya dipasar modal
di dunia), auditor wajib berkomunikasi dengan mereka.

Penutup
Adopsi ISA merupakan bagian dari globalisasi perekonomian, termasuk
globalisasi pasar uang dan pasar modal. Indonesia yang merupakan anggota G20
dan IFAC seta rekomendasi dari World Bank, mengharuskan untuk mengadopsi
ISA. Tahun 2013 merupakan langkah awal penerapan (adopsi) standar tersebut.
Daftar Pustaka
Amri, Khairul Aulia Rahman. 2014. Pengaruh Skeptisme Profesional Auditor
Terhadap Pelaksanaan Prosedur Audit Yang Efektif Berbasis Isa.
Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Tuannakotta, M. Theodorus .2013. Audit Berbasis ISA (International Standards
on Auditing). Jakarta: Salemba Empat.

10

www.https// dailyrudy.wordpress.com/. Rudy Suryanto - STIE WW 24April-2014 Implementasi Isa Di Indonesia International Standards On
Auditing (Isa).

11

Anda mungkin juga menyukai