Autis
Pengertian dan Gejala
Autisme berasal dari kata Yunani autos yang berarti self (diri). Kata
autisme ini digunakan di dalam bidang psikiatri untuk menunjukkan gejala
menarik diri. Istilah autis pertama kali dikemukakan pada tahun 1943 oleh Leo
Kanner, seorang psikolog dari Universitas John Hopkins. Ia memakai istilah autis
yang secara sosial tidak mau bergaul dan tenggelam dengan kerutinan, anakanak yang harus berjuang keras untuk bisa menguasai bahasa lisan namun tak
jarang menyimpan bakat intelektual tinggi. Berdasarkan penelitian terkini, gejala
autis disebabkan beberapa faktor yaitu genetik, infeksi virus rubella atau
galovirus saat dalam kandungan, faktor makanan seperti makanan yang
mengandung gluten dan kasein, gangguan metabolik yang menyebabkan
kelainan pada sistem limbik (bagian otak yang mengatur emosi), kondisi ibu yang
merokok pada saat hamil, serta pencemaran terhadap logam berat terutama
timbal (Kanner L 2007 dalam Latifah 2004).
Sari ID (2009), berpendapat istilah autis berasal dari kata autos yang
berarti diri sendiri dan isme yang berarti aliran. Autisme berarti suatu paham yang
tertarik hanya pada dunia sendiri. Autis diduga akibat kerusakan saraf otak yang
bisa muncul karena beberapa faktor, di antaranya : genetik dan faktor
lingkungan. Menurut Sutadi (2003), secara sederhana masalah atau karakteristik
yang sering terdapat pada penyandang autis adalah sebagai berikut: (1)
Kurangnya kemampuan untuk berkomunikasi seperti bicara dan berbahasa. (2)
terjadi ketidaknormalan dalam hal menerima rangsang melalui panca indera
(pendengaran, penglihatan,perabaan dan lain-lain), (3) masalah gerak/motorik.
(4) kelemahan kognitif, (5) perilaku yang tidak biasa, dan (6) masalah fisik.
Menurut Yuliana & Emilia (2006), Autistic Spectrum Disorder (ASD)
adalah suatu kelompok gangguan perkembangan anak yang terdiri dari Attention
Deficit Disorder (ADD), Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) dan
Pervasive Developmental Disorder (PDD). PDD adalah diagnosis yang diberikan
kepada anak-anak apabila menunjukkan gejala autis tetapi masih memiliki sedikit
kemampuan untuk berbicara dan berkomunikasi. Seorang anak yang didiagnosis
dengan
ADD
memiliki
kesulitan
dalam
mempertahankan
kemampuan
Syndrome adalah bentuk autis yang paling ringan karena mempakan anak-anak
yang cerdas. Mereka menggunakan dan mengerti perbendaharaan kata secara
khas, tetapi memiliki minat yang sangat sempit dan menunjukkan banyak
kekurangan dari segi sosial. Seorang anak dengan Asperger 's Syndrome bisa
sangat ahli mengenai masalah mesin cuci, tapi mesin cuci adalah satu-satunya
hal yang dibicarakan.
Gejala-gejala yang terlihat pada anak yang menderita autis adalah diare
atau sembelit yang susah diatur, sakit pada bagian perut, adanya gas dan
kembung, buang air besar yang berbau busuk dan bewarna lebih muda, dan
kesulitan tidur setiap malam
Isolasi sosial
Banyak anak autis yang menarik diri dari segala kontak sosial kedalam
suatu keadaan yang disebut extreme autistic aloness. Hal ini akan semakin
terlihat pada anak yang lebih besar, dan ia akan bertingkah laku seakan-akan
orang lain tidak pernah ada.
2.
Kelemahan kognitif :
Anak autis sebagian besar ( 70%) mengalami retardasi mental (IQ <
70) tetapi anak autis sedikit lebih baik, contohnya dalam hal yang berkaitan
dengan kemampuan sensori motor. Terapi yang dijalankan anak autis
meningkatkan hubungan sosial mereka tapi tidak menunjukkan pengaruh apapun
pada retardasi mental yang dialami. Oleh karena itu, retardasi mental pada anak
autis, terutama sekali disebabkan oleh masalah kognitif dan bukan pengaruh
penarikan diri dari lingkungan sosial.
3.
Lebih dari setengah autis tidak dapat berbicara, yang lainnya hanya
mengoceh, merengek, menjerit atau menunjukkan ecolalia, yaitu menirukan apa
yang dikatakan orang lain. Beberapa anak autis mengulang potongan lagu, iklan
TV, atau potongan kata yang terdengar tanpa tujuan. Beberapa anak autis
menggunakan kata ganti dengan cara yang aneh. Menyebut diri mereka sendiri
sebagai orang kedua kamu atau orang ketiga dia. Intinya anak autis tidak
dapat berkomunikasi dua arah (resiprok) dan tidak dapat terlibat dalam
pembicaraan normal
4.
Anak autis sering melakukan gerakan yang berulang-ulang secara terusmenerus tanpa tujuan yang jelas. Seperti berputar-putar, berjingkat-jingkat dan
lain sebagainya. Gerakan yang dilakukan berulang-ulang ini disebabkan adanya
kerusakan fisik, misalnya adanya gangguan neurologis. Anak autis juga
mempunyai kebiasaan menarik-narik rambut dan menggigit jari. Walaupun sering
menangis kesakitan akibat perbuatan sendiri, dorongan untuk melakukan tingkah
laku yang aneh ini sangat kuat dalam diri mereka. Anak autis juga hanya tertarik
pada bagian-bagian tertentu dari sebuah objek, misalnya pada roda mainan
mobil-mobilan. Anak autis juga menyukai keadaan lingkungan dan kebiasaan
yang monoton.
Menurut Handojo (2003), deteksi dini autis pada anak yang dianjurkan
untuk diwaspadai oleh para orang tua adalah sebagai berikut :
1. Anak usia 30 bulan belum bisa bicara untuk komunikasi
2. Hiperaktif dan acuh kepada orang tua dan orang lain
3. Tidak bisa bermain dengan teman sebayanya
4. Ada perilaku aneh yang diulang-ulang
Jenis-jenis
Menurut Faisal Y (2003) dalam Hidayat (2004), autisme terdiri dari tiga
jenis yaitu persepsi, reaksi, dan yang timbul kemudian.
1. Autisme persepsi
Autisme persepsi merupakan autisme yang timbul sebelum lahir dengan
gejala adanya rangsangan dari luar baik kecil maupun kuat yang dapat
menimbulkan kecemasan.
2. Autisme reaktif
Autisme reaktif ditunjukkan dengan gejala berupa penderita membuat
gerakan-gerakan tertentu yang berulang-ulang dan kadang-kadang disertai
kejang dan dapat diamati pada anak usia 6-7 tahun. Anak memiliki sifat rapuh
dan mudah terpengaruh oleh dunia luar.
3. Autisme yang timbul kemudian
Jenis autisme ini diketahui setelah anak agak besar dan akan mengalami
kesulitan dalam mengubah perilakunya kerena sudah melekat atau ditambah
adanya pengalaman yang baru.
Autisme klasik.
Autis sejak lahir merupakan bawaan yang diturunkan dari orang tua ke
anak yang dilahirkan atau sering disebut autis yang disebabkan oleh genetika
(keturunan) (CDC 2000). Kerusakan saraf sudah terdapat sejak lahir, karena saat
hamil, ibu terinfeksi virus seperti rubella, atau terpapar logam berat berbahaya
seperti merkuri dan timbal yang berdampak mengacaukan proses pembentukan
sel-sel otak janin.
2.
Autisme regresif
Muncul saat anak berusia antara 12 sampai 24 bulan. Sebelumnya
perkembangan anak relatif normal, namun saat usia anak menginjak 2 tahun
kemampuan anak merosot. Anak tadinya sudah bisa membuat kalimat dua
sampai tiga kata berubah diam dan tidak lagi berbicara. Anak terlihat acuh dan
tidak mau melakukan kontak mata. Kalangan ahli menganggap autisme regresif
muncul karena anak terkontaminasi langsung faktor pemicu. Paparan logam
berat terutama merkuri dan timbal dari lingkungan merupakan faktor yang paling
disorot.
Klasifikasi Autis
Menurut Cohen & Bolton (1994) dalam Hadrian J (2008) autisme dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa bagian berdasarkan gejalanya. Seringkali
pengklasifikasian disimpulkan setelah anak didiagnosa autis. Klasifikasi ini dapat
diberikan melalui Childhood Autism Rating Scale (CARS). Skala ini menilai
derajat kemampuan anak untuk berinteraksi dengan orang lain, melakukan
imitasi, memberi respon emosi, penggunaan tubuh dan objek, adaptasi terhadap
perubahan, memberikan respon visual, pendengaran, pengecap, penciuman dan
sentuhan. Selain itu, Childhood Autism Rating Scale juga menilai derajat
kemampuan anak dalam perilaku takut/gelisah melakukan komunikasi verbal dan
non verbal, aktivitas, konsistensi respon intelektual serta penampilan menyeluruh
Pengklasifikasiannya adalah sebagai berikut :
a). Autis ringan
Pada kondisi ini, anak autis masih menunjukkan adanya kontak mata
walaupun tidak berlangsung lama. Anak autis ini dapat memberikan sedikit
respon ketika dipanggil namanya, menunjukkan ekspresi-ekspresi muka, dan
dalam berkomunikasi secara dua arah meskipun terjadinya hanya sesekali.
Tindakan-tindakan
yang
dilakukan,
sendiri,
mengigit kuku, gerakan tangan yang steroetif dan sebagainya, masih bisa
dikendalikan dan dikontrol dengan mudah. Karena biasanya perilaku ini
dilakukan masih sesekali saja, sehingga masih bisa dengan mudah untuk
mengendalikannya.
b). Autis sedang
Pada kondisi ini, anak autis masih menunjukkan sedikit kontak mata,
namun tidak memberikan respon ketika namanya dipanggil. Tindakan agresif
atau hiperaktif, menyakiti diri sendiri, acuh, dan gangguan motorik yang
stereotipik cenderung
agak
sulit
untuk
dikendalikan
tetapi
masih
bisa
dikendalikan.
c). Autis berat
Anak autis yang berada pada kategori ini menunjukkan tindakan-tindakan
yang sangat tidak terkendali. Biasanya anak autis memukul-mukulkan kepalanya
ke tembok secara berulang-ulang dan terus-menerus tanpa henti. Ketika orang
tua berusaha mencegah, namun anak tidak memberikan respon dan tetap
melakukannya, bahkan dalam kondisi berada dipelukan orang tuanya, anak autis
tetap memukul-mukulkan kepalanya. Anak baru berhenti setelah merasa
kelelahan kemudian langsung tertidur. Kondisi yang lainnya yaitu, anak terus
berlarian didalam rumah sambil menabrakkan tubuhnya ke dinding tanpa henti
hingga larut malam, keringat sudah bercucuran di sekujur tubuhnya, anak
terlihat sudah sangat kelelahan dan tak berdaya. Tetapi masih terus berlari
sambil menangis. Seperti ingin berhenti, tapi tidak mampu karena semua diluar
kontrolnya. Hingga akhirnya anak terduduk dan tertidur kelelahan.
Etiologi dan Patofisiologi
Menurut Sari ID (2009), autis merupakan penyakit yang bersifat
multifaktor. Teori pengenai penyebab dari autis diantaranya adalah sebagai
berikut.
1.
Faktor genetika
Faktor genetik diperkirakan menjadi penyebab utama dari kelainan
autisme, walaupun bukti kongkrit masih sulit ditemukan. Hal tersebut diduga
karena adanya kelainan kromosom pada anak autisme, namun kelainan itu tidak
selalu berada pada kromosom yang sama. Penelitian masih terus dilakukan
sampai saat ini.
Disfungsi metabolik
Disfungsi
metabolik
terutama
berhubungan
dengan
kemampuan
makanan
dan
dilaporkan
bahwa
komponen
utamanya
dapat
Infeksi Kandidiasis
Strain Candida ditemukan di saluran pencernaan dalam jumlah sangat
Teori kelebihan opioid dan hubungan antara diet protein kasein dan
gluten.
Pencernaan anak autis terhadap kasein dan gluten tidak sempurna.
Kedua protein ini hanya terpecah sampai polipeptida. Polipeptida dari kedua
protein tersebut terserap ke dalam aliran darah dan menimbulkan efek morfin di
otak anak. Pori-pori yang tidak lazim kebanyakan ditemukan di membran saluran
cerna pasien autis, yang menyebabakan masuknya peptida ke dalam darah.
Hasil metabolisme gluten adalah protein gliadin. Gliadin akan berikatan dengan
reseptor opioid C dan D. Reseptor tersebut berhubungan dengan mood dan
tingkah laku. Diet sangat ketat bebas gluten dan kasein menurunkan kadar
peptida opioid serta dapat mempengaruhi gejala autis pada beberapa anak.
Sehingga, implementasi diet merupakan terobosan yang baik untuk memperoleh
kesembuhan pasien.
Teori lain yang masih kontroversial mengenai vaksinasi MMR yang
diberikan pada usia 15 bulan, juga teori penggunaan antibiotik, stres, merkuri
dan berbagai toksin yang ada di lingkungan. Akan tetapi, semua faktor tersebut
mungkin hanya merupakan pemicu, yang bisa terjadi pada anak yang sudah
mempunyai riwayat genetik. Teori yang berhubungan dengan diet sampai
sekarang masih ramai dibicarakan diantara berbagai teori tersebut.
Mekanisme Terjadinya Autis
1) Mekanisme Racun Logam Berat
Logam berat dapat berpengaruh buruk pada sistem saluran cerna,
sistem imun tubuh, sistem saraf, dan sistem endokrin. Logam berat mengubah
fungsi seluler dan sejumlah proses metabolisme dalam tubuh, termasuk yang
berhubungan dengan sistem saraf pusat dan sekitamya. Sebagian besar
kerusakan
yang
disebabkan
oleh
logam
berat
disebabkan
oleh
atau
dapat
merusak bahkan
melampaui kemampuan
hati untuk
berulang
ibu
dapat
dapat
dipastikan
menyebabkan
penyebabnya
abortus,
tokoplasma.
kematian
janin,
penyakit
neurologi
dengan
konvulasi,
hidrocefalus
atau
yang
dapat
disebabkan
karena
gangguan
plasenta.
Hiperemesis
gravidarum
dapat
menyebabkan
cadangan
yang
diminum
dan
kekurangan
cairan
karena
muntah
perdarahan
intraserebral,
perdarahan
subarahnoid,
kondisi atau kehamilan yang diderita ibu seperti gizi yang buruk, penyakit
menahun seperti anemia, hipertensi, penyakit jantung. Asfiksi dapat
terjadi juga secara mendadak karena hal-hal yang diderita ibu selama
persalinan. Faktor-faktor yang timbul dalam persalinan bersifat lebih
mendadak dan hampir selalu mengakibatkan anoksia dan hipoksia janin
dan berkahir dengan asfiksia bayi.
7.
Kejang demam
Kejang demam adalah keadaan dimana bayi mengalami kejang
yang didahului oleh panas badan karena suatu penyakit infeksi yang
diderita bayi. Kejang demam menyebabkan peningkatan metabolisme
dalam tubuh, apabila berlangsung lama dapat menyebabkan kekurangan
glukosa, oksigen, dan berkurangnya aliran darah otak sehingga terjadi
gangguan sel. Apabila berlangsung lama dapat terjadi kerusakan neuron.
b. Terapi Perilaku
Metode untuk membentuk perilaku positif pada anak autis, terapi
ini lebih dikenal dengan nama ABA (Applied Behavior Analysis) atau
metode Lovass (Handojo 2003).
c. Terapi Okupasi
Terapi untuk melatih motorik halus anak autis. Terapi okupasi
untuk membantu menguatkan, memperbaiki, koordinasi dan keterampilan
ototnya (Suryana 2004).
d. Terapi Bermain
Proses terapi psikologik pada anak, dimana alat permainan
menjadi sarana utama untuk mencapai tujuan (Sutadi 2003).
e. Terapi Sensory Integration
Pengorganisasian informasi melalui sensori-sensori (sentuhan,
gerakan, keseimbangan, penciuman, pengecapan, penglihatan dan
pendengaran) yang sangat berguna untuk menghasilkan respon yang
bermakna (Sutadi 2003).
f. Terapi Auditory Integration
Terapi untuk anak autis agar pendengarannya lebih sempurna
(Suryana 2004).
g. Terapi Pijat
Terapi pijat anak autis efektif memperlancar peredaran darah yang
berfungsi mendistribusikan oksigen, nutrisi, dan mengangkut racun tubuh
sehingga tidak mengendap dan menimbulkan penyakit. Fokus pemijatan
untuk anak autis terletak di beberapa titik di bagian kepala, seperti seperti
puncak kepala, tengkuk dibagian leher, pangkal tulang kepala dan area
sclap atau area puncak ke samping kepala bersambung kearah telinga.
Orangtua yang cukup aktif melakukan pemijatan dalam waktu satu
bulan memperlihatkan perkembangan anak yang cukup signifikan.
Terlebih lagi jika terapi pijat diberikan lebih dini kepada anak karena titik
meridian akupunkturnya masih mudah dibentuk sehingga aliran darah
tetap stabil. Level pemberian terapi pijat, disesuaikan dengan kondisi
anak. Satu seri akupuntur yaitu 10-12 kali dalam 1 minggu, tergantung
tingkat keparahan. Level autis terparah membutuhkan terapi sampai 3
seri (Hoedijono S 2011).
atau
masyarakat
untuk
menyerap
informasi
dan
dan
kepribadian
yang
nantinya
merupakan
bekal
dalam
dimana saat
terjadi
peningkatan
pendapatan,
konsumen
akan
membelanjakan
fakta-fakta
yang
perlu
sehingga
penduduk
dapat
belajar
Kebiasaan Makan
Model analisis perilaku konsumsi pangan anak-anak yang dikembangkan
oleh Lund dan Burk (1969), mengatakan bahwa suatu konsumsi pangan terjadi
karena ada motivasi (needs, drives, desires) yang ditentukan oleh beragam
proses kognitif mencakup persepsi, memori, berpikir, memutuskan untuk
bertindak. Kebutuhan hidup manusia (termasuk anak-anak) pada dasarnya
mencakup tiga macam yaitu kebutuhan biologis, kebutuhan psikologis, dan
kebutuhan sosial. Selain ketiga macam kebutuhan tersebut, ada faktor lain yang
berkaitan langsung dengan kognitif dan tidak langsung dengan motivasi yaitu
pengetahuan dan kepercayaan anak-anak terhadap makanan dan sikap serta
penilaian anak terhadap makanan (Suhardjo 1989).
Lund dan Burk menyatakan bahwa ada dua faktor lingkungan yang
sangat berpengaruh terhadap pembentukan kebiasaan makan keluarga yaitu
lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah. Empat variabel utama yang perlu
diperhatikan dari lingkungan keluarga mencakup pengetahuan dan kepercayaan
terhadap makanan serta sikap keluarga terhadap makanan. Kedua variabel
tersebut dipengaruhi oleh variabel primer sosial ekonomi seperti status ekonomi
keluarga. Sementara faktor utama yang berkaitan dengan lingkungan sekolah
yang dapat dianggap penting dalam menentukan pola kebiasaan makan anakanak adalah pengalaman dan pendidikan di sekolah serta pengetahuan dan
sikap terhadap makanan dari guru yang mengajarkan (Suhardjo 1989) .
Konsumsi Pangan
Konsumsi pangan meliputi informasi mengenai jenis pangan dan jumlah
pangan yang dimakan seseorang atau sekelompok orang (keluarga atau rumah
tangga) pada waktu tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi pangan
dapat ditinjau dari aspek jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi. Pola
konsumsi
pangan
merupakan
susunan
jenis
pangan
yang
dikonsumsi
tubuh
untuk
kecukupan
energinya,
pertumbuhan,
dan
dipengaruhi oleh variasi makanan yang dikonsumsi dan jumlahnya (Marotz et al.
2004).
Cara
seseorang
atau
pangan
dan
mengandung jumlah zat gizi, terutama karbohidrat, protein dan kalsium yang
tinggi guna memenuhi kebutuhan fisiologik selama masa pertumbuhan dan
perkembangan.
Berdasarkan penelitian oleh Walsh dan Shaw dalam McCandless (2003),
anak autis umumnya kekurangan zinc, vitamin B6, GLA (Asam Gamma Linoleat),
serta metionin karena buruknya kualitas protein yang dikonsumsi. Biasanya
pilihan makanan anak autis sangat terbatas sehingga hampir semua anak
memiliki defisisensi vitamin dan mineral yang sudah berlangsung cukup lama.
Gangguan gizi lain yang sering ditemukan pada anak autis adalah kekurangan
zinc yang sering ditemui pada hampir 90% anak autis serta kekurangan
magnesium. Zinc diperlukan untuk perkembangan mukosa usus yang sehat,
pembentukan myelin, dan pengembangan sistem imun yang sempurna.
Magnesium memegang peranan penting dalam sistem enzim dan bertindak
sebagai katalisator reaksi yang berkaitan dengan metabolisme.
Diet
hipoalergenik
menyebutkan
beberapa
jenis
makanan
dapat
menyebabkan reaksi alergi pada anak autis, seperti gula, susu sapi, gandum,
coklat, telur, kacang, maupun ikan. Konsumsi gluten dan kasein perlu dihindari
kerena penyandang autis pada umumnya tidak tahan terhadap gluten dan kasein
(Wirakusumah 2003 dalam Latifah 2004).
Diet GFCF (Gluten Free Casein Free)
Gluten adalah protein yang bersifat khas yang terdapat pada tepung
terigu, dan dalam jumlah kecil dalam tepung serealia lainnya, gluten terdiri dari
dua komponen protein yaitu gliadin dan glutein. Sedangkan kasein adalah
protein kompleks pada susu yang mempunyai sifat khas yaitu dapat menggumpal
dan membentuk massa yang kompak (Mashabi NA & Tajudin NR. 2009).
McCandless (2003), menyatakan bahwa diet GFCF merupakan langkah
penting yang bisa dilakukan oleh orang tua tanpa terlebih dahulu melakukan tes
di laboratorium. Anak-anak yang melakukan diet ini biasanya memberikan respon
yang lebih baik daripada anak-anak yang belum melakukan diet GFCF.
Penyembuhan saluran cerna pada anak autis dapat dilakukan paling awal,
karena perut tidak akan bisa sehat jika makanan yang tidak tercerna dengan
benar tetap menyebabkan berlangsungnya peradangan saluran cerna.
Menurut Emilia dan Yuliana (2006), proses pola makan bebas gluten
dan kasein dimulai secara perlahan-lahan dengan cara sebagai berikut :
urin menunjukkan bahwa kasein dapat hilang dari tubuh dalam tiga hari,
sedangkan
gluten
membutuhkan
waktu
berbulan-bulan.
Dengan
2.
3.
4.
5.
2.
data pangan secara kualitatif dan informasi deskripsi tentang pola konsumsi.
Metode ini umumnya tidak digunakan untuk data kualitatif pangan ataupun intake
konsumsi zat gizi. Namun, metode frekuensi pangan juga dapat digunakan untuk
menilai konsumsi pangan secara kuantitatif. Hal ini tergantung dari tujuan
penelitian, apakah hanya ingin menggali frekuensi penggunan pangan saja atau
juga dengan konsumsi zat gizinya. Metode ini memungkinkan kita dapat menilai
frekuensi penggunaan pangan atau kelompok pangan tertentu selama kurun
waktu spesifik dan sekaligus mengestimasi konsumsi zat gizinya. Kuesioner yang
digunakan mempunyai dua komponen utama, yaitu daftar pangan dan frekuensi
penggunaan pangan (Supariasa et al. 2001).
Food Record
Food record adalah catatan contoh tentang jenis dan jumlah makanan
atau minuman dalam suatu periode waktu, biasanya antara 1 sampai 7 hari.
Makanan dan minuman yang dikonsumsi dapat dijumlahkan dengan estimasi
menggunakan ukuran rumah tangga (estimated food record) atau menimbang
(weighted food record) (Achadi EL 2007). Kelebihan dari food record yaitu :
1.
2.
3.
4.
2.
3.
4.
5.
6.
Formulir yang telah didesain dan alat tulis diberikan dengan sedikit
penjelasan cara pengisian kepada contoh, dan pada waktu yang dijanjikan
peneliti datang mengambil sekaligus untuk konfirmasi dari hasil pencatatan.
Status Gizi
Status
sekelompok
gizi
orang
adalah
yang
keadaan
diakibatkan
kesehatan
oleh
tubuh
konsumsi,
seseorang
atau
penyerapan,
dan