Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KASUS

KATARAK

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS 1


PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2015

LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN:
Nama

: Ny. A

Umur

: 56 tahun

Alamat

: Randegan

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Tanggal berobat : -

II. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
mengeluh pengelihatannya kabur seperti melihat kabut.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan kedua mata kabur mata kanan pasien di rasa lebih
kabur dibandingkan dengan mata kirinya. Kabur dirasa perlahan-lahan dan semakin
lama semakin memberat hingga mengganggu aktivitas pasien. Pasien merasa lebih
sulit melihat benda-benda yang terletak jauh di bandingkan dengan sebelumnya.
Pasien juga mengeluh silau dan ngeres pada kedua mata serta seperti melihat
kabut atau asap. Untuk mengurangikeluhannya, pasien telah menggunakan obat
tetes mata, namun keluhantersebut tidak berkurang.
3. Riwayat Penyakit Dahulu.
Pasien tidak pernah mengalami hal ini sebelumnya. Riwayat alergi, trauma,
penggunaan kaca mata dan penyakit sistemik seperti hipertensi dan dibetes melitus
disangkal oleh pasien.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit yang sama dikeluarga disangkal

5. Riwayat Alergi
Riwayat alergi dingin, debu, obat, makanan, disangkal.
6. Riwayat psikososial

Seorang ibu rumah tangga

III.

PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum
B. Kesadaran
C. Tanda-tanda Vital

: Tampak sakit sedang


: Compos mentis

Tekanan Darah

: 110/70 MmHg

Nadi

: 84 x/menit, kuat, reguler

Suhu

: 36.4C

Frekuensi Napas

: 20x/menit

Hidung
Sinus paranasal

: - Inspeksi : Pembengkakan (-)


- Palpasi : nyeri tekan pada: pangkal hidung (-), pipi (-/+), dahi (-)

IV.

Kavum nasi

: sempit -/-, massa -/-, benda asing -/-, secret (-/+)

Mukosa

: pucat , hiperemis -/-,

Concha

: hipertrofi -/+

Septum

: Deviasi (-)

RESUME
Pasien mengeluh hidung sebelah kiri sering tersumbat sejak 4 bulan yang lalu.
Keluhan tersebut disertai rasa gatal di dalam hidung sebelah kiri kemudian pasien juga
mengatakan bahwa 2 minggu terakhir sulit mencium sesuatu di hidung sebelah kiri.
Selain itu juga pasien juga sering pusing terutama di bagian kepala sebelah kiri dan
mengganggu aktifitas. Setiap terkena debu pasien sering bersin. Pasien juga mengaku
terdapat gigi yang berlubang sejak SMA di sebelah kiri bagian atas.
Sinus paranasal

: - Inspeksi : Pembengkakan (-)


- Palpasi : nyeri tekan pada: pangkal hidung (-), pipi (-/+), dahi (-)

Kavum nasi

: sempit -/-, massa -/-, benda asing -/-, secret (-/+)

Concha

: hipertrofi -/+ ,livide (-/+)

V. DIAGNOSIS
Diagnosis banding
- Kekeruhan badan kaca
- Endopthalmitis
- Glaukoma kronis
Diagnosis kerja

VI.

ODS katarak senilis imatur

Pemeriksaan penunjang
-

Funduskopi

Slit lamp

VII.

Prognosis
-

Dubius ad bonam

Tinjauan Pustaka
Katarak

Anatomi dan Fisiologi Lensa Mata

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tidak berwarna dan hampir
transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Di belakang iris, lensa
digantung oleh zonula, yang menghubungkannya dengan korpus siliare. Di sebelah anterior
lensa terdapat humor aquaeus, di sebelah posteriornya, vitreus. Kapsul lensa adalah suatu
membran yang semipermeable (sedikit lebih permeabel daripada dinding kapiler) yang akan
memperoleh air dan elektrolit masuk.
Di sebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih keras
daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lameral subepitel terus
diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi lebih besar dan kurang elastik. Nukleus
dan korteks terbentuk dari lamellae konsentris yang panjang.
Masing-masing serat lamelar mengandung sebuah inti gepeng. Pada pemeriksaan
mikroskop, inti ini jelas dibagian perifer lensa di dekat ekuator dan bersambung dengan
lapisan epitel subkapsul.
Lensa ditahan di tempatnya oleh ligamentum yang dikenal dengan zonula (zonula
zinni), yang tersusun dari banyak fibril dari permukaan korpus siliare dan menyisip ke
dalam ekuator lensa.
Enam puluh lima persen terdiri dari air, sekitar 35 % protein (kandungan protein
tertinggi di antara jaringan-jaringan tubuh) dan sedikit sekali mineral yang biasa ada di
jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada dikebanyakan
jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun
tereduksi. Tidak ada serta nyeri, pembuluh darah atau syaraf di lensa (Vaughan, 2000).

Gambar 2.1. Anatomi Lensa Mata


(Sumber : Netter, 2003)

Pada mata normal, otot siliaris melemas dan lensa mendatar untuk penglihatan jauh,
tetapi otot tersebut berkontraksi untuk memungkinkan lensa menjadi lebih cembung dan
lebih kuat untuk penglihatan dekat. Otot siliaris dikontrol oleh sistem saraf otonom. Seratserat saraf simpatis menginduksi relaksasi otot siliaris untuk penglihatan jauh, sementara
sistem saraf parasimpatis menyebabkan kontraksi otot untuk penglihatan dekat.
Lensa adalah suatu struktur elastis yang terdiri dari serat-serat transparan. Kadangkadang serta-serat ini menjadi keruh (opak), sehingga berkas cahaya tidak dapat
menembusnya, suatu keadaan yang dikenal sebagai katarak. Lensa defektif ini biasanya
dapat dikeluarkan secara bedah dan penglihatan dipulihkan dengan memasang lensa buatan
atau kacamata kompensasi (Sherwood, 2001).
Definisi Katarak
Katarak adalah suatu keadaan di mana lensa mata yang biasanya jernih dan bening
menjadi
Etiologi dan Faktor resiko
Penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Faktor-faktor yang dapat memicu
timbulnya penyakit katarak, diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Penyakit peradangan dan metabolik, misalnya diabetes mellitus.


b. Kekurangan vitamin A, B1, B2 dan C.
c. Riwayat keluarga dengan katarak.
d. Penyakit infeksi atau cedera mata terdahulu.
e. Pembedahan mata.
f. Pemakaian obat-obatan tertentu (kortikosteroid) dalam jangka panjang.
g. Faktor lingkungan, seperti trauma, penyinaran, dan sinar ultraviolet.
h. Efek racun dari merokok dan alkohol (Gin Djing, 2006 dan Ilyas, 2006).

Gejala

Adapun gejala dari katarak adalah :


a. Penglihatan kabur dan berkabut.
b. Merasa silau terhadap sinar matahari.
c. Kadang merasa seperti ada film didepan mata.
d. Seperti ada titik gelap didepan mata.
e. Penglihatan ganda.
f. Sukar melihat benda yang menyilaukan.
g. Halo, warna disekitar sumber sinar.
h. Warna manik mata berubah atau putih.
i. Sukar mengerjakan pekerjaan sehari-hari.
j. Penglihatan dimalam hari lebih berkurang.
k. Sukar mengendarai kendaraan dimalam hari.
l. Waktu membaca penerangan memerlukan sinar lebih cerah.
m.Sering berganti kacamata.
n. Penglihatan menguning.
o. Untuk sementara jelas melihat dekat (Ilyas, 2006).

Patogenesis Katarak
Konsep Penuaan
Lensa mata mempunyai bagian yang disebut pembungkus lensa atau kapsul lensa,
korteks lensa yang terletak antara nukleus lensa atau inti lensa dengan kapsul lensa. Pada
anak dan remaja nukleus bersifat lembek sedang pada orang tua nukleus ini menjadi keras.
Dengan menjadi tuanya seseorang, maka lensa mata akan kekurangan air dan menjadi lebih
padat. Lensa akan menjadi keras pada bagian tengahnya, sehingga kemampuannya
memfokuskan benda dekat berkurang. Dengan bertambahnya usia, lensa mulai berkurang
kebeningannya, keadaan ini akan berkembang dengan bertambah beratnya katarak.

Teori Radikal Bebas


Mekanisme terjadinya katarak karena penuaan memang masih diperdebatkan, tetapi
telah semakin nyata bahwa oksidasi dari protein lensa adalah salah satu faktor penting.
Serat-serat protein yang halus yang membentuk lensa internal itu sendiri bersifat bening.
Kebeningan lensa secara keseluruhan bergantung pada keseragaman penampang dari seratserat ini serta keteraturan dan kesejajaran letaknya di dalam lensa. Ketika protein rusak,

keseragaman struktur ini menghilang dan serat-serat bukannya meneruskan cahaya secara
merata, tetapi menyebabkan cahaya terpencar dan bahkan terpantul. Hasilnya adalah
kerusakan penglihatan yang parah (Youngson, 2005).
Kerusakan protein akibat elektronnya diambil oleh radikal bebas dapat
mengakibatkan sel-sel jaringan dimana protein tersebut berada menjadi rusak yang banyak
terjadi adalah pada lensa mata sehingga menyebabkan katarak (Kumalaningsih, 2006).
Pandangan yang mengatakan bahwa katarak karena usia mungkin disebabkan oleh
kerusakan radikal bebas memang tidak langsung, tetapi sangat kuat dan terutama didasarkan
pada perbedaan antara kadar antioksidan di dalam tubuh penderita katarak dibandingkan
dengan mereka yang memiliki lensa bening.
Sinar Ultraviolet
Banyak ilmuan yang sekarang ini mencurigai bahwa salah satu sumber radikal bebas
penyebab katarak adalah sinar ultraviolet yang terdapat dalam jumlah besar di dalam sinar
matahari. Memang sudah diketahui bahwa radiasi ultraviolet menghasilkan radikal bebas di
dalam jaringan. Jaringan di permukaan mata yang transparan sangat peka terhadap sinar
ultraviolet. Pada mereka yang mempunyai riwayat terpajan sinar matahari untuk waktu lama
dapat mempercepat terjadinya katarak.
Merokok
Kerusakan lensa pada katarak adalah kerusakan akibat oksidasi pada protein lensa.
Rokok kaya akan radikal bebas dan substansi oksidatif lain seperti aldehid. Kita tahu bahwa
radikal bebas dari asap rokok dapat merusak protein. Dilihat dari semua ini, tidaklah
mengherankan bahwa perokok lebih rentan terhadap katarak dibanding dengan yang bukan
perokok.

Gambar 2.2. Katarak


(Sumber : Gin Djing, 2006)

Klasifikasi
Berdasarkan usia katarak dapat diklasifikasikan, yaitu katarak kongenital, katarak
juvenil, dan katarak senil (Ilyas, 2004).
a.

Katarak Kongenital
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah

lahir dan bayi berusia kurang dari satu tahun. Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi
yang

dilahirkan

oleh

ibu-ibu

yang

menderita

penyakit

rubella,

galaktosemia,

homosisteinuri, diabetes mellitus, hipoparatirodism, homosisteinuri, toksoplasmosis, inklusi


sitomegalik, dan histopalsmosis. Penyakit lain yang menyertai katarak kongenital biasanya
merupakan penyakit-penyakit herediter seperti mikroftalmus, aniridia, koloboma iris,
keratokonus, iris heterokrimia, lensa ektopik, displasia retina, dan megalo kornea.
b.

Katarak Juvenil
Katarak yang mulai terbentuk pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan.

Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan
penyakit lainnya seperti :

1. Katarak metabolik
a) Katarak diabetik dan galaktosemik (gula)
b) Katarak hipokalsemik (tetanik)
c) Katarak defisiensi gizi
d) Katarak aminoasiduria (termasuk sindrom Lowe dan homosistinuria)
e) Penyakit Wilson
f) Katarak berhubungan dengan kelainan metabolik lain.
2. Otot
Distrofi miotonik (umur 20 sampai 30 tahun)
3. Katarak traumatik
4. katarak komplikata

a) Kelainan kongenital dan herediter (siklopia, koloboma, mikroftalmia, aniridia, pembuluh


hialoid persisten, heterokromia iridis).
b) Katarak degeneratif (dengan miopia dan distrofi vitreoretinal), seperti Wagner dan retinitis
pigmentosa, dan neoplasma).
c) Katarak anoksik
d) Toksik (kortikosteroid sistemik atau topikal, ergot, naftalein, dinitrofenol, triparanol,
antikholinesterase, klorpromazin, miotik, klorpromazin, busulfan, dan besi).
e) Lain-lain kelainan kongenital, sindrom tertentu, disertai kelainan kulit (sindermatik), tulang
(disostosis kraniofasial, osteogenesis inperfekta, khondrodistrofia kalsifikans kongenita
pungtata), dan kromosom.
f) Katarak radiasi
c.

Katarak Senil
Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu

usia diatas 50 tahun.


Perubahan lensa pada usia lanjut :
1. Kapsul
a) Menebal dan kurang elastis (1/4 dibanding anak).
b) Mulai presbiopia
c) Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur.
d) Terlihat bahan granular
2. Epitel makin tipis
a) Sel epitel (germinatif) pada equator bertambah besar dan berat.
b) Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata.
3. Serat lensa :
a) Lebih irregular
b) Pada korteks jelas kerusakan serat sel.
c) Brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah protein nukleus ( histidin,
triptofan, metionin, sistein, tirosin) lensa, sedang warna coklat protein lensa nukleus
mengandung histidin dan triptofan dibanding normal.
d) Korteks tidak berwarna karena:
- Kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi.
- Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda.

Katarak senil biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun, kekeruhan lensa
dengan nukleus yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya mulai terjadi pada usia lebih
dari 60 tahun.
Katarak senil secara klinik dikenal empat stadium yaitu: insipien, intumesen, imatur,
matur, hipermatur morgagni.

Tabel 2.1. Perbedaan Stadium Katarak Senil


Insipien

Imatur Matur Hipermatur

Kekeruhan

Ringan

Sebagian

Seluruh

Masif

Cairan lensa

Normal

Bertambah
(air masuk)

Normal

Berkurang
(air+masa
lensa
keluar

Iris

Normal

Bilik mata

Normal

Terdorong
Dangkal

Normal
Normal

depan
Sudut bilik

Normal

Sempit

Normal

mata
Shadow test
Penyulit

Negatif
-

Positif
Glaukoma

Negatif
-

Tremulans
Dalam

Terbuka

Pseudopos
Uveitis +
Glaukoma

(Sumber : Ilyas, 2004)


Katarak Insipien. Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut:
Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan
posterior ( katarak kortikal ). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks.

Katarak

subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah


terbentuk antara serat lensa dan dan korteks berisi jaringan degeneratif (benda Morgagni)
pada katarak insipien.
Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama
pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.
Katarak Intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa
degeneratif yang menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa disertai pembengkakan
lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi
dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan
penyulit glaukoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan
mengakibatkan miopia lentikular. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks sehingga
akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang memberikan miopisasi. Pada
pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa.

Katarak Imatur. Sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum mengenai
seluruh lapis lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat
meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa
mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma
sekunder.
Katarak Matur. Pada keadaan matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa.
Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau
intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga lensa kembali pada
ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila mana akan
mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal
kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris
negatif.
Katarak Hipermatur. Katarak hipermatur adalah katarak yang mengalami proses
degenerasi lanjut, dapat menjadi keras atau lembek dan mencair. Masa lensa yang
berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning
dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa. Kadangkadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula zinn menjadi kendor.
Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks yang
berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk
sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam di dalam korteks lensa
karena lebih berat. Keadaan ini disebut katarak Morgagni.
Katarak Brunesen. Katarak yang berwarna coklat sampai hitam (katarak nigra)
terutama pada lensa, juga dapat terjadi pada katarak pasien diabetes mellitus dan miopia
tinggi. Sering tajam penglihatan lebih baik dari dugaan sebelumnya dan biasanya ini
terdapat pada orang berusia lebih dari 65 tahun yang belum memperlihatkan adanya katarak
kortikal posterior (Ilyas, 2004).
Berdasarkan lokasi terjadinya, katarak terbagi atas: a.
Katarak Inti atau Nuklear
Katarak inti atau nuklear merupakan yang paling banyak terjadi. Lokasinya terletak
pada nukleus atau bagian tengah dari lensa. Biasanya karena proses penuaan. Keluhan yang
biasa terjadi :

1. Menjadi lebih rabun jauh sehingga mudah melihat dekat dan untuk melihat dekat melepas
kaca matanya.
2. Setelah mengalami penglihatan kedua ini (melihat dekat tidak perlu kaca mata) penglihatan
mulai bertambah kabur atau lebih menguning. Lensa lebih coklat.
3. Menyetir malam silau dan sukar.
4. Sukar membedakan warna biru dan ungu.
b. Katarak Kortikal
Katarak kortikal ini biasanya terjadi pada korteks. Mulai dengan kekeruh-an putih mulai
dari tepi lensa dan berjalan ketengah sehingga mengganggu peng-lihatan.
Banyak pada penderita diabetes mellitus. Keluhan yang
biasa terjadi :
1. Penglihatan jauh dan dekat terganggu.
2. Penglihatan merasa silau dan hilangnya penglihatan kontra.
c.Katarak Subkapsular
Katarak Subkapsular dimulai dengan kekeruhan kecil dibawah kapsul lensa, tepat
pada lajur jalan sinar masuk. Adanya riwayat diabetes mellitus, renitis pigmentosa dan
pemakaian kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama dapat mencetuskan kelainan ini.
Biasanya dapat terlihat pada kedua mata.
Keluhan yang biasa terjadi :
1. Mengganggu saat membaca.
2. Memberikan keluhan silau dan halo atau warna sekitar sumber cahaya.
3. Mengganggu penglihatan (Ilyas, 2006).
Pencegahan
Pencegahan utama penyakit katarak dilakukan dengan mengontrol penyebab yang
berhubungan

dengan

katarak

dan

menghindari

faktor-faktor

yang

mempercepat

pertumbuhan katarak. Cara pencegahan yang dapat dilakukan diantaranya adalah :


1.

Tidak merokok, karena merokok mengakibatkan meningkatkan radikal bebas dalam tubuh,
sehingga resiko katarak akan bertambah.

2.
3.

Atur makanan sehat, makan yang banyak buah dan sayur, seperti wortel.
Lindungi mata dari sinar matahari, karena sinar ultraviolet mengakibatkan katarak pada mata.

4.

Jaga kesehatan tubuh seperti kencing manis dan penyakit lainnya (Ilyas, 2006).

Anda mungkin juga menyukai