Anda di halaman 1dari 33

Laporan Kasus Ujian

Gangguan Skizoafektif Tipe Manik


(F25.0)

Pembimbing
dr. Yulizar Darwis , Sp.KJ, MM.

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa


Fakultas Kedokteran UNLAM/RSUD ULIN
Banjarmasin
Maret, 2015

LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRIK

I.

IDENTITAS PASIEN
Nama

Tn. S

Usia

29 tahun

Jenis Kelamin

Laki-laki

Alamat

Jl.

HKSN

Komplek

Surya

Gemilang, Rt.31 Rw.2 No.61


Blok O. Banjarmasin.

II.

Pendidikan

SMA

Pekerjaan

Pengangguran

Agama

Islam

Suku

Banjar

Bangsa

Indonesia

Status Perkawinan

Belum menikah

Berobat Tanggal

9 Maret 2015

RIWAYAT PSIKIATRIK

Diperoleh dari alloanamnesa dengan ibu pasien pada hari kamis, tanggal 12 Maret
2015, pukul 17.00 WITA di Jl. HKSN Komplek Surya Gemilang Rt.31 Rw.2
No.61 Blok O, Banjarmasin dan autoanamnesis pada hari hari jumat tanggal 13
Maret 2015, pukul 14.30 WITA. Anamnesis dilakukan di rumah pasien Jl. HKSN
Komplek Surya Gemilang Rt.31 Rw.2 No.61 Blok O, Banjarmasin.

A.

KELUHAN UTAMA
Berbicara sendiri

B.

KELUHAN TAMBAHAN

C.

Marah-marah
Mengomel
Sulit tidur
Bicara kacau
Tertawa sendiri
Melamun

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Alloanamnesis:
menurut keterangan ibu pasien, pasien pernah mengkonsumsi obatobatan seperti koplo sejak pasien bersekolah SMA (orang tua pasien lupa usia
pasti pasien mengkonsumsi obat-obatan). Pada saat itu pasien hanya sekedar
penasaran, karena teman teman pasien banyak yang melakukannya, dan pasien
hanya

mencoba-coba.

Untuk

berapa

banyak

dan

seringnya

pasien

mengkonsumsi, ibu pasien kurang mengetahuinya (data sulit dievaluasi). Jenis


obat yang dikonsumsi waktu itu adalah koplo. Samapai saat ini pasien
terkadang masih mengkonsumsi koplo, tetapi pasien tidak pernah pulang
kerumah dalam keadaan mabuk, ibu pasien mengetahui ini dari pengakuan
pasien pada saat pasien pulang kerumah. Pada saat SMA, pasien juga sudah
memulai kebiasaan merokok, jenis rokok yang digunakan adalah Dji Sam Soe
dan Up. Kebiasaan merokok berlanjut sampai sekarang sehingga kebutuhan
pasien akan rokok terus berlanjut dan meningkat sampai sekarang, yaitu 2
bungkus dalam sehari. Menurut ibu pasien kebiasaan ini semakin bertambah

sejak tahun 2007 ketika pasien pertama kali menunjukkan gejala gangguan
kejiwaan, jika pasien tidak merokok atau dilarang untuk mengurangi rokok,
maka pasien akan merasa gelisah dan marah-marah kepada orang tuanya.
Kebiasaan ini berlanjut sampai sekarang (12 Maret 2015).
Menurut keterangan ibu pasien, ibu pasien sudah mencoba melarang
pasien mengkonsumsi koplo, dan menyarankan pasien untuk mengurangi
kebiasaan pasien merokok, tapi pasien akan merespon dengan hanya diam,
atau marah-marah kepada ibu pasien.
Menurut keterangan ibu pasien, pada saat pasien berusia 20 tahun
(lulus SMA), pasien mencoba untuk melanjutkan sekolah menjadi polisi, tetapi
pasien gagal saat tes penerimaan masuk, tidak hanya sekali pasien mencoba
untuk menjadi polisi, tapi berkali-kali dan terus gagal. Jika gagal pasien selalu
mendatangi kantor polisi, dan marah-marah dikantor polisi. Kemudian pada
tahun yang sama pasien gagal masuk polisi, pasien berkerja di hotel Barito dan
tidak bertahan lama, karena pasien mengaku kelelahan jika harus pulang selalu
tengah malam dan keesokan harinya berangkat subuh. Setelah berhenti
menjadi pagawaai di hotel Barito, pasien kemuadian berkerja di Restoran
Lima Rasa sebagai pengantar makanan, selama 1 tahun tetapi pasien tidak mau
berkerja lagi tanpa alas an yang jelas.
Pada tahun 2007 akhir ( ibu pasien lupa tanggal atau bulan yang tepat)
pasien mulai menunjukkan gejala gangguan kejiwaan yaitu berbicara sendiri
dan suka marah-marah, sehingga ibu pasien membawa pasien berobat
kedokter Sp.KJ, tetapi pasien tidak rutin meminum obat karena alasan merasa

tidak sakit lagi dan sudah bosan untuk terus minum obat, ibu pasien pun
menuruti kemauan pasien, karena merasa sakit pasien sudah tidak terlalu
parah, walau pun kadang-kadang gejala gangguan kejiwaan masih ada pada
pasien sampai dengan tahun 2010.
Pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2010, pasien masih dapat
berkerja, pasien berkerja di Tanjung ikut dengan kakak dari ayah pasien,
pasien jugapernah berkerja dikantor pembiayaan (ibu pasien lupa nama pasti
tempat pasien berkerja) tetapi tidak ada yang bertahan lama, karena kondisi
kejiwaan pasien yang terganggu, pasien selalu merasa emosi, pasien juga
selalu merasa bos dan lingkungan kerjanya tidak suka pada dirinya dan
bosnuya selalu marah pada dirinya. Setelah itu pasien banyak mengganggur
dirumah.
Menurut ibu pasien, ditahun 2010, pasien sering keluyuran tidak ada
arah, psien biasanya pulang pagi hari, atau pasien dicari oleh anggota keluarga,
pasien juga hanya diam, tidak berbicara apa bila diajak berbicara. Pasien
dibawa oleh ibu psien untuk berobat ke RS. Ansari Saleh, di Rs. Ansari Saleh,
pasien diberikan obat untuk rawat jalan, tetapi pengobatan sering terputus,
karena psien merasa sudah tidak sakit lagi dan merasa sudah bosan untuk
minum obat. pasien sudah bisa beraktivitas dan mencari perkerjaan, pasien
berkerja menjadi sales seuah produk elektronik di Banjarmasin dan
Palangkaraya, selama satu tahun, tetapi berhenti karena pasien sering marahmarah.

Menurut hasil wawancara dengan ibu pasien, di tahun 2012, pasien


kembali dibawa berobat ke sebuah yayasan tempat gangguan kejiwaan di
Banjarbaru, pasien merasa ingin pulang karena tidak betah, sehingga psien
hanya melakukan pengobatan rawat jalan, tetapi psien kembali tidak ingin
minum obat, karena mengalaskan ternggorokannya sakit jika minum obat
terus. Padahal gejala seperti suka mengomel, dan berdiam diri masih ada.
Sampai dengan tahun 2014, pasien tidak mempunyai perkerjaan,
dirumah psien selalu dimarahi oleh ayah pasien karena tidak berkerja, ayah
pasien selalu marah apa bila melihat pasien hanya diam dirumah, apalagi jika
ayah pasien melihat gejla gangguan kejiwaan dari pasien, seperti selalu
berbicara sendiri, tertawa sendiri, makaayah pasien akan marah dengan pasien.
pada tahun akhir 2014, pasien mendapatkan perkerjaan di sungai danau , di
sebuah perusahaan , tetapi ibu pasien tidak mengizinkan. Setelah tidak
diizinkan berkerja pasien semakin menjadi aneh, pasien semakin sering
marah-marah, diam dikamar, berbicara sendiri, tidak bisa tidur dan keluyuran,
oleh ibu pasien, pasien dibawa ke yayasan Inabah di banua Anyar Banjarmasin
untuk melakukan pengobatan gangguan jiwa, diyayasan Inabah pasien tinggal
selama 1 bulan, saat dibawa kerumah, pasien selalu menolak untuk minum
obat. Karena merasa sudah sehat.
Pada tanggal 9 maret 2015, pasien dibawa berobat kepoli klinik jiwa di
RSUD Ulin Banjarmasin karena alas an dan keluhan yang sama,tidak bisa
tisur, pasien juga sering berbicara surga, neraka, bidadari, iblis, pasien juga
mengaku berteman dengan firaun dan pasien mengaku dirinya adalah

superman yang bisa terbang, kondisi pasien yang seperti sudah berlangsung
selama 7 hari sebelum pasien dibawa oleh ibu dan saudara pasien berobat ke
poliklinik jiwa di RSUD Ulin Banjarmasin. Saat di poliklinik jiwa RSUD Ulin
Banjarmasin, emosi yang diperlihatkan pasien sangat tidak stabil, pasien
marah-marah dan tidak ingin menjawab pertanyaan yang di ditanyakan oleh
dokter di poliklinik jiwa RSUD Ulin Banjarmasin. Pasien kemudian
mendapatkan pengobatan rawat jalan, pasien juga diminta konsul kembali jika
sudah dua minggu atau sebelum obat paien habis.

Autoanamnesis
Pasien diatanya kenapa dirinya, psien menjawabnnya ini karena takdir.
Pasien mwngakui bahwa dirinya pengguna koplo, tapi psien tidak
mmeberitahukan berapa banyak koplo yang dikonsumsi dalam seminggu.
Pasien mengaku bahwa pertama koplo dikonsumsi adalah dari pemberian
temannya.
Tentang pekerjaan, psien tidak mau menjawab, psien mengaku dia
berteman dengan firaun, psien juga merasa berteman baik dengan Nabi
Musa. Sehingga psien bisa menangkal semua gangguan gangguan sihir.
pasien juga mengaku sebagai pengawal soekarno. Psien juga mengaku
pertah bertemu dengan raja arab Saudi di rumah makan wong solo, dan raja
terssebut mengajari pasien cara berumroh dan berhaji.
Pasien merasa dirinya bisa terbang, saat ditanya bagaimana cara
terebang, pasienn tidak mau menjawab. Psien juga selalu merasa dirinya

didatangi oleh bidadari, iblis, dan malaikat, itulah alasan psien sering
berbicara sendiri. Pasien tidak bisa tertidur, karena memimikrkan banyaknya
jumlah iblis di dunia.

D.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


-

pasien pernah menderita kejang, thypoid saat anak-anak


pasien pernah menderita malaria saat usia dewasa
pasien pernah mengalami gangguan jiwa serupa, pada tahun 2007,

2010, 2012, 2014 dan terakhir adalah maret tahun 2015.


pasien mempunyai riwayat mengkonsumsi koplo sejak usia 18 tahun
pasien tidak pernah ada keinginan mengakhiri hidupnya
pasien tidak pernah ada menyakiti atau memukul keluarga atau
tetangga.

E.

RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI


1. Riwayat Prenatal
Berdasarkan hasil alloanamnesis dengan ibunya, pasien lahir secara
normal dengan bantuan bidan di rumah. Persalinan berjalan lancar.
Pasien lahir dalam keadaan sempurna (tidak cacat fisik). Pada saat
hamil, tidak dalam keadaan stres, sakit, maupun mengonsumsi
alkohol dan rokok. Akan tetapi ibu pasien tidak pernah
memeriksakan kandungan ke bidan maupun dokter.
2. Riwayat Masa Bayi (0-1,5 Tahun) Basic Trust vs Mistrust
Dari alloanamnesis dengan ibunya, pasien mendapatkan ASI sejak
lahir hingga usia 6 bulan, namun pemberian ASI juga diselingi
dengan susu kalengan. Semasa usia ini, pasien sering rewel dan

menangis. Pasien jarang mengalami konstipasi maupun diare saat


bayi. Pasien tidak pernah mengalami sakit berat.
3. Riwayat usia 1,5- 3 tahun Autonomy vs Shame and Doubt
Dari alloanamnesis dengan ibu pasien, pada usia ini pasien sudah
dapat berjalan, dan mulai berlari. Pada usia ini menurut pengakuan
ibu pasien, pasien sering terjatuh jika berjalan atau bermain, pasien
juga pernah demam tinggi sampai dengan kejang. Pasien kemudian
dibawa kedokter ketika kejang, setelah itu pasien tidak pernah
kejang lagi.
4. Riwayat usia 3 - 6 tahun Initiative vs Guilt
Dari alloanamnesis dengan ibu pasien, pasien sudah bisa bergaul
dengan teman teman sebayanya, tapi pasien sulit untuk memulai
bermain, karena pasien adalah orang yang dengan tipe pribadi
pendiam dan tidak banyak berbicara.
5. Riwayat usia 6 12 tahun Industry vs Inferiority
Dari penuturan pasien dan ibu pasien, pada usia ini pasien dan
keluarga pindah ke Jakarta karena mengikuti ayah pasien yang
berkerja dibagian farmasi. Pasien mengaku bersekolah TK di
Jakarta, tapi pasien merasa sulit bergaul dengan lingkungan sekitar
pasien, sehingga pasien hanya banyak berdiam diri, jika sudah
pulag dari TK, pasien jarang untuk bermain duliar, pasien hanya
bermain dirumah dengan ibu pasien.
Ibu pasien mengatakan jika dirumah, pasien hanya bermain dengan
ibu pasien atau pundengan mainannya. Karena pasien memang tipe

pendiam. Setelah ingin masuk SD, ayah pasien kemudian dipindah


berkerja kembali ke Banjarmasin. Pasien dan ibu pasien mengaku
bahwa pasien tidak terlalu dekat dengan ayah pasien, karena ayah
pasien selalu marah marah. Prestasi di SD pasien membanggakan,
pasien sellalu mendapatkan ranking 5 besar dikelasnya, saat SD
pasien juga orang yang pendiam, pasien tidak pernah menunjukkan
kenakalan yang tidak sewajarnya, pasien juga tidak pernah
membolos sekolah saat SD. Pasien jarang bermain keluar rumah,
mayoritas teman pasien di sekolah dan lingkungan rumah adalah
laki-laki. Pada usia 7 tahun pasien pernah menderita penyakit
thypoid.

6. Riwayat usia 12 18 tahun Identity vs Role Diffusion


Dari anamnesis dengan pasien dan ibu pasien. Pasien jarang
terbuka dengan keluarga, jika ada masalah pasien hanya berdiam
diri

dikamar.

Pada

usia

ini

pasien

ketertarikannya dengan hobinya bermain

mulai

menunjukkan

gitar dan bernyanyi,

karena ayah pasien juga memiliki hobi bermain gitar. Minat pasien
terhadap alat music pun dituruti oleh orang tua pasien, pasien
kemudian dibelikan gitar, pasien belajar bermain gitar dengan ayah
pasien, tapi kebanyakan pasien belajar dari otodidak (belajar
sendiri). Saat memasuki SMP, pasien masih merupaka orang yang
pendiam, tapi pasien sudah mempunyai lebih banyak teman,

prestasi pasien di SMP biasa-biasa saja, pasien tidak pernah


tertinggal kelas, pasien mengaku tidak pernah membolos saat
sekolah SMP, tetapi pasien sudah sering bermain keluar dengan
teman-teman sebanyanya. Pada usia ini pasien tidak pernah
mengalami sakit berat, demam tinggi ataupun kejang.
7. Riwayat usia 18 - 32 tahun Intimacy vs Isolation
pada usia 18 tahun dan sudah memasuki sekolah SMA, pergaulan
pasien semakin luas, pasien mengaku pernah membolos sekali saat
SMA, tetapi hanya untuk mengambil gitar kerumah, pasien juga
mengaku saat SMA ini pasien mulai mengenal rokok dari temanteman sebayanya di SMA, pasien juga mengenal pil koplo saat
sekolah SMA, awalnya psien hanya tidak menginginkannya tetapi
temannya selalu menawari pasien, sehingga psien semakin
penasarasn dan ingin mencobanya. Ketika pasien sudah mau
mencoba merokok dan pasien merasa menyukainya, teman psien
kemudian menawarinta lagi dengan pil koplo, saat mengkonsumsi
koplo, pasien merasa badan dan kepala terasa ringan. Sehingga
sampai sekarang psien masih merokok], dan sesekali ada
mengkonsumsi koplo. Pada saat usia ini ibu pasien mengatakan,
pasien pernah menderita sakit malaria.
8. Riwayat Pendidikan
Pendidikan terakhir pasien adalah tamat SMA. Pasien melanjutkan
kuliah ke UNISKA, tetapi gejala gangguan kejiwaan pasien

10

muncul, sehingga pasien berhenti dari kuliah. Pasien banyak


menghabiskan waktu diluar rumah, tetapi ibu pasien tidak
mengatahui pasien pergi kemana.
9. Riwayat Pekerjaan
Pada 2007 pasien pernah berkerja sebagai pelayan di hotel Barito,
tetapi tidak bertahan lama, karena pasien merasa kelelhan jika
harus pulang tengah malam dan berangkat subuh. Pada tahun 20082009 Pasien juga pernah berkerja di restaurant Lima rasa sebagai
pelayan pengantar makanan selama 1 tahun, tapi pasien kemudian
berhenti, karena alasan mendapat pekerjaan lain di tanjung, ikut
berkerja dengan kakak dari ayahnya, berkerja ditanjung juga tidak
bertahan lama. Pada tahun 2010 pasien bekerja di kantor
pembiayaan, juga ditak bertahan lama, karena maslah dengan
kejiwaan pasien. Pada tahun 2012 pasien pernah berkerja sebagai
sales produk elektronik di palangkaraya dan Banjarmasin, tetapi
juga tidak bertahan lama, karena pasien merasa bosan dank arena
alas an kejiwaan pasien.

10. Riwayat Perkawinan


Pasien belum menikah
F.

RIWAYAT KELUARGA
Os adalah anak keempat dari empat bersaudara. Tidak terdapat
riwayat gangguan jiwa dalam keluarga. Pasien cenderung tertutup pada

11

keluarga, terutama pada ayahnya. Namun pasien sering bercerita terkait


kehidupan pribadinya kepada Kakak laki-lakinya.
Genogram:

Keterangan

:
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Pasien
: menderita gangguan jiwa
: tinggal serumah

Kakak dari ayah pasien menderita gangguan jiwa yang serupa.

G.

RIWAYAT SITUASI SEKARANG

12

Pasien tinggal serumah bersama dengan keduang orang tua, dan


dengan tiga orang adiknya. Rumah pasien terletak di daerah
perkampungan padat penduduk, di jl HKSN Komplek Surya Gemilang,
RT.31 RW.2 No.61 Blok O, Banjarmasin. Rumah pasien adalah semi
permanen, berlataikan ubin, berdinding kayu, memiliki 3 kamar tidur, 1
ruang tamu, dapur, ruang makan dengan meja kecil, satu buah kamar
mandi. Rumah terawat, ventilasi baik. Rumah berada dalam gang
sempit yang hanya bisa dilalui oleh 1 mobil, jarak antara satu rumah
kerumah lain 1 meter, keluarga pasien tergolong ekonomi menengah
kebawah.
Hubungan pasien dengan orang yang tinggal serumah kurang akrab,
apalagi hubungan pasien dengan ayah pasien, ayah pasien selalu
memarahi pasien, dan hubungan pasien dengan adik adik pasien
kurang akrab, karena terkadang adik pasien merasa takut dengan
pasien. Hubunga pasien dengan tetanggga pasien cukup akrab, menurut
ibu pasien, di lingkungan pasien banyak remaja yang mengkonsumsi
koplo.
H.. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN LINGKUNGANNYA
Pasien terkadang mengaku diriknya sakit dan tidak bisa
mengendalikan emosi, tetapi pasien lebih sering menyangkal bahwa
dirinya sakit. Pasien tidak sadar bahwa mengkonsumsi koplo akan
merusak dirinya. Pasien harus dibujuk terlebih dahulu untuk berobat.

13

III. STATUS MENTAL


A.

DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
pada saat diwawancara tanggal 13 Maret 2015 pukul 14.30 WITA
di rumah pasien, Jl.HKSN Komplek Surya Gemilang, RT.31 RW.2
No.61 Blok O, Banjarmasin, pasien berperawakan besar dan tegap,
dengan tinggi badan 170cm dan berat badan 70kg, penampilan tampak
sesuai dengan usianya. Rambut pendek, ikal dan hitam. Kulit coklat
tua. Bentuk wajah oval dengan rahang besar. Bibir pasien tampak
menghitam dibagian tepi.
Pasien mengenakan baju kaos berlengan pendek, berwarna hitam,
bertuliskan C.I.A dengan celana jeans biru panjang. Penampilan pasien
kurang terawat dengan semua kuku jari tangan panjang dan ada sedikit
kotoran hitam dibaliknya. Di kedua belah kaki pasien terdapat karet
gelang berwarna merah, yang dialaskan psien untuk menolak gangguan
dan menangkal sial. Pasien terus merokok dihadapan pemeriksa, dan
pasien mengaku jika tidak merokok pasien akan merasa gelisah.
Awal wawancara, pasien kurang kooperatif terhadap pemeriksa,
pada awal wawancara psien terlihat emosi dan selalu ingin pergi
keluar, tetapi setelah pemeriksaa mengenalkan diri pasien dan
mengajak pasien untuk berbicara, sifat pasien berubah menjadi
humoris. Pasien berbicara dengan leluasa dengan pemeriksa, pasien

14

dapat menyebutkan dan menuliskan nama lengkap juga usianya dengan


jelas dan tepat.
Saat ditanya tentang hari apa sekarang, serta hari kemarin dan
besok, pasien mampu menjawab dengan benar, dan saat diminta untuk
menyebutkan nama-nama hari dari senin samapi dengan minggu,
kemudian urutannya dibalik, pasien mampu melakukannya dengan
benar. Pasien dapat menjawab menjawab siapa nama Gubernur
Kalimantan Selatan, pasien mengetahui apa nama ibu kota Kalimantan
Selatan, pasien dapat mengenali peran meriksa sebagai dokter muda,
psien dapat mengenali seluruh keluarganya, tapi saat diminta untuk
mengingat 3 barang yang diletakkan pemeriksa (buku, pulpen dan
handphone)

pasien

menolak

melakukannya,

pasien

mampu

menjelaskan perbedaan kursi dengan meja, pasien juga dapat


mejelaskan pengertian pribahasa tong kosong nyaring bunyinya.
Pasien dapat mengingat dimana dia bersekolah mulai dari TK
sampai dengan SMA, pasien mengingat siapa nama teman-temannya,
pasien dapat mengingat apa yang dilakukannya dari hari kemarin (12
Maret 2015) sampai dengan tanggal 13 Maret 2015 saat pasien di
wawancara oleh pemeriksa, pasien mengingat lauk makanan yang
dimakannya untuk sarapan.
Saat ditanya apakah mencuri dan membunuh itu baik atau tidak,
pasien menjawab hal tersebut tidak boleh dilakukan. saat ditanya
apakah mengkonsumsi koplo itu baik atau tidak, pasien menjawab

15

koplo baik untuk meringankan badan dan kepala. Ketika pasien


ditanya apa yang akan dilakukan pasien jika menemukan dompet di
jalan, pasien menyebutkan bahwa dompet tersebut harus dikembalikan
atau berikan ke mesjid.
Selama diberi pertanyaan oleh pemeriksa, kontak mata pasien ada,
dan dapat dipertahankan, pasien mau menjawab pertanyaan pemeriksa,
tapi terkadang pasien menjawab dengan candaan, sifat terhadap
pemeriksa menjadi kooperatif.
2. Kesadaran
Kompos mentis
3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Hiperaktif
4. Pembicaraan
Koheren
5. Sikap terhadap Pemeriksa
Kooperatif
6. Kontak Psikis
Kontak ada, wajar, dan dapat dipertahankan.
A

MOOD DAN AFEK


1. Afek (mood)

hiperthym

2. Ekspresi afektif

marah - gembira

3. Keserasian

Serasi (appropriate)

4. Empati

tidak dapat dirabarasakan

16

5. Hidup Emosi

Stabilitas

: tidak stabil

Pengendalian

: terganggu

Arus Emosi

: cepat

Skala diferensiasi : sempit


H.

FUNGSI KOGNITIF
1. Kesadaran

Kompos mentis
2. Orientasi
-

Waktu

Baik

Tempat

terganggu

Orang

Baik

Situasional

terganggu

Baik

Jangka pendek

Baik

Jangka panjang

Baik

Segera

SDE

6. Pengetahuan Umum

Sesuai dengan tingkat pendidikan

7. Pikiran abstrak

Baik

Auditorik

3. Konsentrasi
4. Daya Ingat

I.

GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi :
:

SDE

17

2. Ilusi

Visual

Olfaktorik :

Tidak ada

ada
Tidak ada

3. Depersonalisasi dan derealisasi : (Tidak ada/ada)


J.

PROSES PIKIR
1. Arus pikir
a. Produktivitas

Spontan
b. Kontinuitas

c.Hendaya berbahasa

jawaban sesuai pertanyaan

Flight of idea

: ada

Circumstantialy

: tidak ada

Inkoherensi

: tidak ada

Blocking

: tidak ada

Retardasi

: tidak ada

Perseverasi

: tidak ada

2. Isi Pikir
a. Preokupasi

Tidak ada

b. Gangguan pikiran :
Over valued idea

: ada

Fobia

: tidak ada

Obsesi

: ada

Waham

: ada

18

K.

PENGENDALIAN IMPULS
Tidak terkendali

L.

DAYA NILAI
1. Daya nilai sosial

2. Uji daya nilai

baik
:

terganggu
3. Penilaian Realita
M.

terganggu

TILIKAN
Derajat 1 ( menyangkal dirinya sakit )

N.

TARAF DAPAT DIPERCAYA


Dapat dipercaya
IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

1.

STATUS INTERNUS
Keadaan umum

baik

Gizi

Baik

Tanda vital :
TD = 140/100 mmHg
N

= 98 kali/menit

RR = 22 kali/menit
T

= 36,2oC

Kepala :

19

Mata

Palpebra tidak edema, konjungtiva tidak anemis,


sklera tidak ikterik, pupil isokor, kornea berwarna
kemerahan, refleks cahaya (+/+).

Telinga :

Bentuk normal, sekret tidak ada, serumen minimal.

Hidung :

Bentuk normal, tidak ada epistaksis, tidak ada tumor.

Mulut

Bentuk normal dan simetris, mukosa bibir tidak kering

dan tidak pucat, pembengkakan gusi tidak ada dan


tidak mudah berdarah, lidah tidak tremor. Gigi geligi
baik.
Leher :
Pulsasi vena jugularis tidak tampak, tekanan tidak meningkat,
tidak ada pembesaran kelenjar getah bening. Jejas tidak ada.
Thoraks :
Inspeksi

Bentuk dan gerak simetris

Palpasi

Fremitus raba simetris

Perkusi
-

Pulmo

Sonor

Cor

Batas jantung normal

Auskultasi
-

Pulmo

Suara napas vesikuler

Cor

S1~ S2 tunggal

Abdomen
Inspeksi

Cembung

20

Palpasi

Tidak nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba

Perkusi

Timpani

Auskultasi

Bising usus (+) normal

Pergerakan bebas, tonus baik, tidak ada edema

Ekstemitas

dan atropi, tremor (-).


2.

STATUS NEUROLOGIKUS

V.

N I XII

Tidak ada kelainan

Gejala rangsang meningeal

Tidak ada

Gejala TIK meningkat

Tidak ada

Refleks fisiologis

Normal

Refleks patologis

Tidak ada

IKHTISAR

PENEMUAN

BERMAKNA

(FORMULASI

DIAGNOSTIK)
Anamnesis :
-

Pasien mengkonsumsi obat koplo saat berusia 18 tahun.

Jenis Zat
Pil koplo

Awal

Cara

Frekuensi

Penggunaan Penggunaan
2007
Ditelan
Hanya
dengan

mencoba

Jumlah

Terakhir

Konsumsi
2 butir

Menggunakan
Tahun 2015
(SDE)

bantuan air
putih
-

Sejak 7 hari sebelum dibawa ke poliklinik jiwa RSUD Ulin


Bnajarmasin, yaitu senin, 9 maret 2015. pasien mulai menunjukkan

21

perubahan perilaku yaitu sering melamun, autistik (bicara dan tertawa


sendiri), mengalami hendaya dalam aktivitas dan pekerjaan, tidak bisa
-

tidur (GANGGUAN PSIKOSIS ONSET LAMBAT)


Pasien juga mulai melihat bayangan hitam, psaien merasa didatangi

oleh malaikat, iblism dan bidadari (halusiansi VISUAL)


Pasien tidak bisa tidur sama sekali sejak tanggal 6 Maret 2015 (EARLY
INSOMNIA)

Pemeriksaan Psikiatri :

Perilaku dan aktivitas psikomotor : hiperaktif

Kontak

: Ada, wajar, dan

dapat dipertahankan

Afek

: hiperthym

Ekspresi afektif

: marah - gembira

Reaksi emosional

: tidak stabil

Skala diferensiasi

: sempit

Empati

: tidak dapat diraba rasakan

Arus emosi

: cepat

Isi pikir

: waham (+)

Daya nilai sosial

: baik

Penilaian realita

: terganggu

Tilikan

: Derajat 1

Taraf dapat dipercaya

: dapat dipercaya

22

VI. EVALUASI MULTIAKSIAL


Aksis I

gangguan skizoafektif tipe manic

(F25.0)
Aksis II

: Gangguan kepribadian emosi tak stabil

Aksis III

: None

Aksis IV

: masalah dengan perkerjaan, perumahan, dan kelurga


Aksis V

: GAF scale 60-51 (gejala sedang (moderat),

disabilitas sedang)
VII. DAFTAR MASALAH
1.

2.

ORGANOBIOLOGIK
-

Status interna dan neurologis dalam batas normal

ada riwayat keluarga yang menderita penyakit serupa

PSIKOLOGIK
Gejala

psikosis,

early

insomnia,

penyalahgunaan

zat,

SOSIAL/KELUARGA
Pasien hidup dalam lingkungan sosial yang kurang dan padat penduduk.
Lingkungan

kurang mendapatkan pengawasan dan sering menyalah

gunakan obat-obat tertentu.

VIII. PROGNOSIS

Diagnosa penyakit
Perjalanan penyakit
Ciri kepribadian
Stressor psikososial

: dubia ad malam
: dubia ad malam
: dubia ad malam
: dubia ad malam

23

IX.

Riwayat herediter
Usia saat menderita
Pola keluarga
Pendidikan
Aktivitas pekerjaan
Ekonomi
Lingkungan sosial
Organobiologik
Pengobatan psikiatrik
Ketaatan berobat
Kesimpulan

: malam
: dubia ad bonam
: dubia ad malam
: dubia ad malam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad malam
: dubia ad bonam
: dubia ad malam
: dubia ad malam
: dubia ad malam

RENCANA TERAPI

Psikofarmaka :

Psikoterapi

stelosi 3x5mg
Trihexilphenedil 3x2mg
Kalxetin 2x10mg

: - Support terhadap pasien dan keluarga, meminta pasien

berbicara pada orang terdekat apabila merasa ada pikiran maupun masalah.
Keluarga diminta mendampingi dan mengajak pasien berbicara agar tidak
melamun lagi. Pasien juga dilatih untuk mengerjakan aktivitas-aktivitas
ringan hingga sedang untuk menjalankan fungsinya. Selain itu, pasien dan
keluarga juga diberikan edukasi mengenai penyakit pasien dan pentingnya
pengawasan untuk pasien.
Religius
: mengajak pasien untuk shalat dan mengaji
Rehabilitasi
: menyalurkan bakat pasien yang senang bermain

musi (giatar)
Usulan Pemeriksaan Penunjang :
- Pemeriksaan Laboratorium Darah
- Pemeriksaan Laboratorium Urine
- Tes Psikologi

24

25

DISKUSI
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan status mental, serta merujuk
pada kriteria diagnostik dari PPDGJ III, penderita dalam kasus

ini dapat

didiagnosa sebagai gangguan Skizoafektif tipe manic (F25.0). skizoafektif adalah


adanya skizoprenia dan gejala gangguan afektif sama sama menonjol pada saat
yang bersamaan.
Menurut pedoman diagnostic PPDGJ-III mengatakan:

Kategori ini digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe manic yang
tunggal, maupun gangguan berulang dengan sebagian besar episode

skizoafektif tipe manik.


Afek harus meningkat secara menonjol atau da peningkatan afek yang tak
begitu menonjol dikombinasikan dengan iritabilitas atau kegelisahan yang

memuncak.
Dalam episode yang sama harus jelasa ada sedikitnya satu, atau lebih baik lagi
dua, gejala skizofenia yang khas (sebagimana ditetapkan untuk skizoprenia,
F20.-, pedoman diagnostic (a) sampai dengan (d) (1).
Gejala gejala gangguan kepribadian terletak diluar daerah rata-rata kurva

penyebaran normal. Perilaku seseorang lebih dapat dinilai dan dimengerti bila
dilihat sebagai suatu jawaban kepribadian dan kontinuitasnya terhadap tantangan
keadaan lingkungan yang memungkinkan timbulnya reaksi-reaksi.
Sifat-sifat gangguan kepribadian

pada seseorang dengan neurosis dan

sebaliknya, dan tidak jarang sukar sekalidibedakan gangguan

kebiasaan

kepribadian dari gangguan neuritik atau dengan gangguan somatoform. Reaksi


seorang dengan gangguan kepribadian terhadapa kesukaran dan stress sering

26

abnormal. Tetapi karena juga kepribadiannya itu, ia sering mengalami kesukaran


dan terlibat dalam berbagai masalah.
Tidakjarang juga satu macam gangguan berdasarkan pada kedua-duany, baik
gangguan kepribadian maupun gangguan neurotic, gangguan kebiasaan, gangguan
pengendalian impuls dan gangguan prefensi sexsual, hal ini pada suatu individu
biasa dikarenakan oleh gnagguan kepribadiannya terganggu.
Halusinasi adalah persepsi panca indra tanpa adanya rangsangan pada
reseptor-reseptor panca indra, halusinasi dikatakan persepsi tanpa objek.
Halusinasi merupakan suatu gejala psikiatrik yang gawat (serius). Individu
mendengar suara tanpa adanya rangsang akustik. Individu melihat sesuatu tanpa
adanya rangsang pada mata, membau pada sesuatu tanpa adanya rangsang pada
indra penciuman. Gejala halusinasi pada umumnya merupakan suatu gejala
psikotik. Halusinasi pendengaran sering dijumpai pada skiziprenia, sedangkan
halusinasi visual sering dialami pada penderita dengan psikotik akut. Halusinasi
dapat terjadiaa pada orang normal, yaitu halusinasi yang terjadia pada waktu
antara waktu tidur dan waktu bangun.
Penyalahgunaan zat adalah suatu perilaku mengonsumsi atau menggunakan
zat-zat tertentu yang dapat mengakibatkan bahaya pada diri sendiri maupun orang
lain. Menurut DSM, peyalahgunaan zat melibatkan pola penggunaan berulang
yang menghasilkan konsekuensi yang merusak. Konsekuensi yang merusak bisa
termasuk kegagalan untuk memenuhi tanggung jawab utama seseorang (misalnya:
sebagai pelajar, sebagai pekerja, atau sebagai orang tua), menempatkan diri dalam
situasi di mana penggunaan zat secara fisik berbahaya (contoh mencampur

27

minuman dan penggunaan obat), berhadapan dengan masalah hukum berulang


kali yang meningkat karena penggunaan obat. Memiliki masalah sosial atau
interpersonal yang kerap muncul karena penggunaan zat (contoh: berkelahi karena
mabuk-mabukan) (2).
Pada kasus ini, pasien telah mengalami penyalahgunaan obat koplo.
Dekstrometorfan adalah kandungan aktif yang biasa ditemukan pada obat-obat
batuk (antitussif). Obat ini sering disalahgunakan karena efek disosiatif yang
dimilikinya. Obat ini hampir tidak memiliki efek psikoaktif pada dosis yang
direkomendasikan. Saat digunakan melewati dosis terapeutiknya zat ini akan
memiliki efek disosiatif yang kuat. Obat ini tidak tergolong ke dalam narkoba,
tetapi memiliki efek psikotropika jika digunakan melebihi dosis, dan sering
diberi sebutan sebagai pil koplo (3).
Pasien ini mendapatkan terapi medikamentosa berupa Trihexipenidil
3x3mg Triheksifenidil adalah antikolinergik yang mempunyai efek sentral lebih
kuat daripada perifer, sehingga banyak digunakan untuk terapi penyakit parkinson.
Senyawa ini bekerja dengan menghambat pelepasan asetilkolin endogen dan
eksogen. Efek sentral terhadap susunan saraf pusat akan merangsang pada dosis
rendah dan mendepresi pada dosis toksik. Obat ini biasa digunakan untuk
pengobatan penyakit Parkinson akibat penggunaan obat antipsikosis jangka lama
(5). Pasien juga mendapatkan terapi medikamentosa stelosi, merupakan obat anti
psikosis, yang mempunyai mekanisme kerja memblokade dopamine pada reseptor
pasca sinaptik neuron diotak, khususnya di system limbic dan system
ekstrapiramidal (dopamine D2 reseptor antagonis), sehingga efektif untuk gejla

28

positif. Pasien juga mendapatkan medikamentaosa kalxetin, mekanisme kerja obat


anti obsesif kompulsif adalah sebagai serotonin reuptake blokers, sehingga
hipersensitivitas berkurang.
Obat antipsikotik juga dikenal sebagai neuroleptik dan juga sebagai
tranquilizer mayor. Obat antispikotik pada umumnya membuat tenang dengan
mengganggu

kesadaran

dan

tanpa

menyebabkan

aksitasi

paradoksikal.

Penggunaan panjang obat-obat ini memerlukan juga pemutusan obat secara hatihati. Pasien dapat kambuh kembali apabila prosedur pemutusan obatnya kurang
memadai. Sementara itu kambuhnya penyakit dapat terjadi beberapa minggu
kemudian sesudah pemutusan obat itu terjadi.
Mekanisme kerja obat antipsikosis adalah memblokade Dopamine pada
reseptor pasca sinaptik neuron di otak, khususnya di sistem limbik dan sistem
ekstrapiramidal sehingga efek samping obat anti psikosis adalah 1) sedasi dan
inhibisi psikomotor, 2) gangguan otonomik (hipotensi ortostatik, antikolonergik
berupa mulut kering, kesulitan miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur;
3) gangguan endokrin 4) gangguan ekstrapiramidal (distonia akut, akathisia, dan
sindrom Parkinson), 5) hepatotoksik. Sindrom Parkinson: tremor, bradikinesia,
rigiditas. Efek samping ini ada yang cepat dan ditolerir oleh pasien, ada yang
lambat, dan ada yang sampai membutuhkan obat simptomatis untuk meringankan
pasienan pasien. Bila terjadi sindrom Parkinson maka penatalaksanaannya:
hentikan obat anti psikosis atau bila obat antipsikosis masih diperlukan diberikan
trihexyphenidyl 3 x 2 mg/hari p.o. atau sulfas atropin 0,5 0,75 mg im. Apabila

29

sindrom Parkinson sudah terkendali diusahakan penurunan dosis secara bertahap,


untuk menentukan apakah masih dibutuhkan penggunaan obat antiparkinson.
Efek samping obat antipsikosis salah satunya hepatotoksis maka perlu
dilakukan pemeriksaan laboratorium rutin dam kimia darah terutama untuk
memeriksa fungsi hati (SGOT, SGPT) dapat juga dari pemeriksaan fisik, tanda
ikterik, palpasi hepar. Pada pasien ini tidak didapatkan tanda-tanda hepatotoksik
dari pemeriksaan fisik (6,7).
Usulan terapi selanjutnya yang dapat diajukan bila pasien telah agak
tenang adalah psikoterapi untuk menguatkan mental pasien terutama dalam
menghadapi masalah dan agar mempercepat penyembuhan pasien. Juga
diperlukan rehabilitasi yang disesuaikan dengan bakat dan minat pasien dan
dipilih metode yang sesuai untuk pasien tersebut.
Selain itu dilakukan psikoterapi berupa support terhadap pasien dan
keluarga, meminta pasien berbicara pada orang terdekat apabila merasa ada
pikiran maupun masalah. Keluarga diminta mendampingi dan mengajak pasien
berbicara agar tidak melamun lagi. Pasien juga dilatih untuk mengerjakan
aktivitas-aktivitas ringan hingga sedang untuk menjalankan fungsinya. Selain itu,
pasien dan keluarga juga diberikan edukasi mengenai penyakit pasien dan
pentingnya pengawasan keluarga. Di samping itu, edukasi pasien untuk
menghentikan konsumsi obat koplo dan merokok dimulai dari niat dalam diri
pasien juga penting dilakukan. Pasien diberikan saran untuk menjauhi temanteman pergaulan saat ini dan mencari pergaulan yang baik. Apabila muncul sugesti
untuk mengkonsumsi alkohol maupun dekstro kembali, pasien diminta untuk

30

menceritakan hal tersebut pada keluarga pasien sehingga keluarga pasien dapat
memberikan pengawasan serta motivasi untuk mencegah hal tersebut. Pasien juga
direhabilitas sesuai bakat dan minat berdasarkan pemeriksaan psikologi.

31

DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan dari


PPDGJ-III. Jakarta : PT Nuh Jaya, 2001
2. Maramis WF, Maramis AA. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2.
Jakarta: Dapur Design, 2009.
3. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi
ketiga. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya, 2007.

4. Anonymous. DXM abuse and addiction. Retrieved October 16, 2014. At


http://www.info-drug-rehab.com/dxm.html.
5. Dodds A, Revai E (1967). "Toxic psychosis due to dextromethorphan".
Med J Aust 2: 231. Bornstein, S; Czermak, M; Postel, J., (1968). "Apropos
of a case of voluntary medicinal intoxication with dextromethorphan
hydrobromide". Annales Medico-Psychologiques 1 (3): 447451. PMID
5670018.
6. White E.W. DXM FAQ. Retreived October 16, 2014.
http://www.erowid.org/ chemicals/dxm/faq/dxm_experience.shtml

at

7. Bornstein, S; Czermak, M; Postel, J., (1968). "Apropos of a case of


voluntary medicinal intoxication with dextromethorphan hydrobromide".
Annales Medico-Psychologiques 1 (3): 447451. PMID 5670018

32

Anda mungkin juga menyukai