hambatan baik secara fisik, mental, intektual maupun emosional.
Oleh karena itu, diperlukan sikap guru yang sabar dalam mendidik mereka.
Kesabaran
diperlukan
karena
ABK
dalam
menerima
informasi pembelajaran yang disampaikan oleh guru tidak semudah
dan secepat siswa normal walaupun ada beberapa ABK yang walaupun ia memiliki hambatan secara fisik namun mereka cepat dalam menangkap informasi pembelajaran yang disampaikan oleh guru karena memiliki IQ di tas rata-rata. Dan pada tak jarang pula terkadang rancangan pembelajaran yang dibuat tidak sesuai ketika dipraktekkan di kelas karena ada beberapa ABK yang susah diatur, belum lagi dalam pembelajaran terasa lama karena tipe anak yang dihadapi mudah lupa dengan pembelajaran yang telah diajarkan sehingga perlu diulang-ulang materi tersebut. Maka dalam hal ini guru hendaklah tetap sabar dan menahan emosi karena apabila guru tidak sabar hal tersebut akan berdampak buruk kepada siswa, tertama secara psikis. 2. Sikap Optimis Kebanyakan orang memandang ABK adalah anak yang memiliki masa
depan
yang
suram
karena
mereka
memiliki
banyak
kekurangan. Banyak orang beranggapan pula bahwa mereka tidak
mampu bertahan hidup tanpa bantuan orang lain, kerjaan mereka hanyalah menyusahkan orang lain. Seorang guru ABK
yang
profesional tidaklah bersikap seperti orang-orang di atas. Mereka
harus memiliki sikap optimis bahwa ABK bisa. Bisa mandiri, tidak menggantungkan diri kepada orang lain, bahkan mereka bisa bekerja seperti orang pada umumnya walaupun untuk ABK tertentu pekerjaannya cukup sedrhana, seperti untuk anak down sindrom pekerjaan yang cocok adalah menyortir telur, tapi paling tidak mereka tidak bergantung pada orang lain. Agar sikap optimis ini muncul di dalam benak guru ABK maka guru haruslah fokus pada kemampuan dan potensi anak bukan justru pada kelemahannya.