Anda di halaman 1dari 7

EKSTRAKSI BUAH KEBEN (Barringtonia asiatica) DENGAN METODE MASERASI

Kattia Setiyani Widiastuti 230210130062


Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Program Studi Ilmu Kelautan
Jl. Raya Bandung Sumedang Km 21 Jatinangor 45363
katiasetiyani@yahoo.com

ABSTRAK
Barringtonia asiatica atau Keben merupakan salah satu flora yang habitatnya di pesisir.
Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawa bioaktif yang
terdapat pada tanaman keben. Senyawa bioaktif adalah senyawa kimia yang menghasilkan
aktivitas biologis dalam tubuh. Praktikum mengenai ekstraksi buah keben ini dilaksanakan pada
27 Oktober 2015 menggunakan metode maserasi. Ekstraksi secara maserasi dilakukan dengan
perendaman simplisia, melalui dua metode yaitu tunggal dan bertingkat. Ekstraksi bertingkat
menggunakan tiga jenis pelarut yaitu n-heksan, etil asetat, dan metanol. Hasil filtrat menunjukkan
pengurangan volume yang drastis dibandingkan dengan volume pelarutnya, hal ini diperkirakan
karena terjadinya kesalahan saat praktek. Berdasarkan penelitianyang telah ada sebelumnya,
keben diketahui mengandung senyawa saponin yang bersifat polar, sehingga efektif diekstrak
dengan pelarut metanol yang bersifat polar juga.
Kata kunci: Keben, ekstrasi, maserasi, pelarut
ABSTRACT
Barringtonia asiatica or Keben is one of flora that lives in coastal area. Many research
has been done to determine the content of bioactive compounds found in keben plant. Bioactive
compounds are chemical compounds that produce biological activity in the body. Practicum on
keben fruit extraction was held on October 27, 2015 using maceration method. Extraction by
maceration is done by soaking bulbs, through two methods of single and multi-storey. Storey
extraction using three types of solvents are n-hexane, ethyl acetate, and methanol. Filtrate results
showed a drastic reduction in volume compared to the volume of the solvent, it is estimated due
to the occurrence of an error when the practice. By supporting a research has been there before,
keben known to contain saponins which are polar compounds, thus effectively extracted with
methanol solvent which is polar, too.
Keyword: Keben, extraction, maseration, solvent.

PENDAHULUAN
Keben
merupakan
tanaman
berbentuk pohon yang hidup dengan
sebagian tubuhnya tergenang di air laut
ketika sedang pasang. Pohon yang juga
dikenal dengan sebutan fish poison tree ini
mudah ditemukan di sepanjang pantai,
pinggiran luar hutan bakau, pinggiran sungai
dataran rendah, mencakup seluruh lautan
India dan Pasifik. Karena keindahan daun
dan bunganya, tanaman ini juga banyak
dibudidayakan di daerah-daerah tropis dan di
perbanyak dengan bijinya. Hingga saat ini
telah banyak penelitian yang dilakukan
untuk mengungkap kandungan senyawa
aktif dalam tanaman keben. Greshoff,
peneliti dari Belanda menemukan jenis-jenis
saponin di dalam biji yang sudah diterapkan
dalam ilmu kedokteran. Dengan kandungan
senyawa tersebut, keben telah dilaporkan
memiliki banyak aktivitas farmakologi
seperti antibakteri, antijamur, dan antitumor.
Metode pemisahan senyawa telah
banyak dilakukan dan merupakan aspek
penting dalam bidang kimia karena
kebanyakan materi yang terdapat di alam
berupa campuran. Untuk memperoleh
senyawa murni dari suatu campuran, maka
harus dilakukan pemisahan. Diantara
berbagai jenis metode pemisahan, ekstraksi
pelarut atau merupakan metode pemisahan
yang paling banyak dilakukan. Ekstraksi
merupakan kegiatan penarikan kandungan
kimia dari suatu bahan alam. Prinsip metode
ini didasarkan pada distribusi zat terlarut
dengan perbandingan tertentu antara dua
pelarut yang tidak saling bercampur.
Ekstraksi secara maserasi dilakukan
dengan perendaman simplisia bahan oleh
pelarut seperti metanol, etanol, etil asetat,
heksana, dan air yang mampu memisahkan
senyawa-senyawa penting yang terdapat
pada bahan tersebut. Pemilihan pelarut yang
akan digunakan dalam proses ekstraksi harus
memperhatikan sifat kandungan senyawa
yang akan diisolasi. Sifat yang penting

adalah gugus polar dan polaritas dari suatu


senyawa. Maserasi banyak digunakan untuk
penelitian karena dapat bekerja pada jenis
senyawa tahan panas ataupun tidak tahan
panas. Selain itu tidak diperlukan alat yang
spesifik, dapat digunakan apa saja untuk
proses perendaman. Namun proses maserasi
membutuhkan waktu yang lama, biasanya
paling cepat 3x24jam, disamping itu
membutuhkan pelarut dalam jumlah yang
banyak.
Tujuan dilakukannya ekstraksi yaitu
untuk mendapatkan senyawa murni yang
nantinya akan digunakan untuk uji fitokimia
yang menentukan ciri senyawa aktif
penyebab efek racun atau efek yang
bermanfaat dari suatu bahan alam.
Sedangkan tujuan dilakukannya praktikum
ini yaitu agar praktikan mengetahui cara
pembuatan ekstrak bahan hayati dengan
menggunakan metode maserasi, serta untuk
mengetahui pengaruh jenis pelarut dan
metode ekstraksi terhadap ekstrak buah
keben
(Barringtonia
asiatica)
yang
dihasilkan.
METODOLOGI
Alat yang digunakan adalah batang
pengaduk, corong saring, erlenmeyer, gelas
ukur, kertas saring, neraca analitis, pipet
tetes, dan rotary evaporator. Sedangkan
bahan yang digunakan yaitu pelarut dengan
jenis kepolaran yang berbeda (n-heksan, etil
asetat, dan methanol) serta simplisia biji
buah keben sebagai sampel.
Metode yang digunakan adalah
ekstraksi secara maserasi, yaitu perendaman
simplisia menggunakan pelarut. Proses
perendaman ini dilakukan dengan dua
metode, yaitu tunggal dan bertingkat.
Ekstraksi bertingkat menggunakan beberapa
jenis
pelarut
sedangkan
tunggal
menggunakan satu jenis pelarut saja.
Masing-masing metode diberikan perlakuan
yang berbeda, yaitu waktu perendaman
selama 1x24 jam dan 2x24 jam, serta

N
o

Perlakuan
Jenis
Maserasi

Perbandingan
Volume Pelarut
1 : 3'

Tunggal

1 : 5'

4
5

Lama Perendaman

Volume Pelarut
(mL)

Pelarut

Volume
Filtrat (mL)

1 x 24

180

Metanol

96

2 x 24

180

Metanol

231

1 x 24

300

Metanol

87.5

2 x 24

300

Metanol

227

135

N-heksana

25

135

Etil Asetat

27

135

Metanol

28

135

N-heksana

39

135

Etil Asetat

50

135

Metanol

51

225

N-heksana

12*

225

Etil Asetat

14*

225

Metanol

15

225

N-heksana

42

225

Etil Asetat

35

225

Metanol

39

1 x 24
1 : 3'

2 x 24
Bertingkat

1 x 24
1 : 5'

2 x 24

Tabel 1. Data Hasil Ekstraksi Barringtonia asiatica


perbandingan antara berat sampel dan
pelarut 1:3 dan 1:5.
Ekstraksi tunggal dilakukan dengan
memasukkan simplisia sebanyak 5 g ke
dalam botol berisi pelarut metanol dengan
volume yang telah ditentukan (15 ml atau 25
ml). Perendaman dilakukan sesuai waktu
yang telah ditentukan pula. Setelah itu
dilakukan penyaringan dan ekstrak kembali
direndam pada pelarut metanol di wadah
lainnya.
Ekstraksi
bertingkat
dilakukan
dengan memasukkan simplisia sebanyak 5 g
ke dalam botol berisi n-heksan dengan
volume yang telah ditentukan (15 ml atau 25
ml), kemudian dilakukan perendaman sesuai
waktu yang telah ditentukan pula. Setelah itu
dilakukan penyaringan dan ekstrak kembali
direndam pada pelarut etil asetat dengan

sama,

volume dan waktu perendaman yang


dan yang terakhir dilakukan

perendaman dengan prosedur yang sama


pada pelarut metanol.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari pelaksanaan ekstraksi secara
maserasi yang telah dilakukan, didapatkan
hasil yang dilampirkan pada Tabel 1.
Telah dilakukan proses ekstraksi
dengan metode tunggal dan bertingkat.
Ekstraksi secara bertingkat digunakan untuk
mendapatkan komponen yang lebih murni
dibandingkan
ekstraksi
satu
tahap.
Kelompok kami menggunakan metode
ekstraksi bertingkat dengan 3 jenis pelarut
dengan kepolaran yang berbeda yaitu nheksan (nonpolar), etil asetat (semi polar),
dan metanol (polar). Perbandingan ekstrak
dan volume pelarut yaitu 1:5 dengan waktu
perendaman tiap pelarut selama 2x24 jam.
Perendaman
dimulai
dengan
menggunakan pelarut yang memiliki
kepolaran yang paling rendah (non polar).
Hal ini dimaksudkan untuk kelancaran
proses ekstraksi yang dilakukan secara

bertahap dan agar seluruh senyawa tidak


ditarik oleh pelarut polar yang bersifat
cenderung menarik atau mengikat seluruh
senyawa lainnya.
Hasil ekstraksi di atas menunjukkan
bahwa volume filtrat yang dihasilkan
berbeda-beda. Waktu perendaman 1x24 jam
menghasilkan volume filtrate yang lebih
banyak daripada perendaman selama 2x24
jam. Pada ekstraksi bertingkat, terjadi
penambahan volume filtrat dari pelarut
pertama sampai pelarut terakhir.
Filtrat merupakan pelarut hasil
penyaringan yang telah mengikat atau
menarik senyawa yang terdapat di sampel.
Secara teori, jumlah volume filtrat yang
dihasilkan tidak akan berbeda jauh dengan
volume pelarut awalnya. Sedangkan hasil di
atas menunjukkan bahwa volume filtrate
umumnya berkurang dalam jumlah yang
cukup besar, kecuali pada ekstraksi tunggal
dengan perbandingan 1:5 dan waktu
perendaman 2x24 jam. Hasil ekstraksi
kelompok juga menunjukkan pengurangan
drastis dari volume pelarut awal 25 ml,
menjadi sebesar; filtrat n-heksan 12 ml, etil
asetat 11 ml, dan metanol 11 ml.
Pengurangan volume filtrat ini disebabkan
oleh terjadinya proses penguapan, atau
kesalahan lainnya seperti pelarut tumpah
pada proses penyaringan.
Metode maserasi bekerja dengan
mekanisme dimana cairan pelarut akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam
rongga sel yang mengandung zat aktif dan
zat aktif akan larut. Berdasarkan referensi,
waktu maserasi pada umumnya efektif
selama 3-5 hari, setelah waktu tersebut
keseimbangan antara bahan yang diekstraksi
pada bagian dalam sel dengan luar sel telah
tercapai. Ini berarti semakin waktu
perendaman yang lebih lama akan
menjadikan proses ekstraksi lebih optimal.
Selain itu dalam proses ekstraksi secara
maserasi diperlukan proses pengocokan
karena
pengocokan
akan
menjamin

keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi


lebih cepat dalam cairan.
Selain itu, telah banyak penelitian
yang mengisolasi senyawa bioaktif yang
terdapat pada buah keben. Buah keben
diketahui memiliki kandungan saponin yang
besar. Berdasarkan strukturnya, saponin
bersifat polar. Sehingga perendaman buah
keben
akan
lebih
efektif
apabila
menggunakan pelarut metanol yang bersifat
polar pula. Pada prinsipnya suatu bahan akan
mudah larut dalam pelarut yang sama
polaritasnya, sehingga mempengaruhi sifat
fisikokimia dari ekstrak yang dihasilkan.
Keberhasilan ekstraksi dapat dilihat
dari warna filtrat yang dihasilkan, dimana
semakin bening warna filtrat maka
kandungan senyawa yang terdapat pada
bahan alam semakin sedikit. Dapat dilihat
pada foto yang terlampir bahwa filtrat yang
dihasilkan relatif keruh. Ini menandakan
bahwa kandungan senyawa aktif pada
simplisia banyak.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktek yang
dilaksanakan dan pembahasan yang telah
diuraikan, dapat diambil kesimpulan bahwa
terjadi pengurangan volume filtrate yang
dihasilkan dibandingkan dengan volume
pelarut awal. Untuk praktek selanjutnya
disarankan
untuk
melakukan
proses
perendaman lebih lama karena proses
maserasi optimal pada 3-5 hari. Juga
perlunya proses pengocokan secara berkala
untuk menjaga keseimbangan konsentrasi.
Selain itu perlunya identifikasi senyawa
yang terdapat pada bahan alam dan
efektivitasnya terhadap pelarut yang
digunakan untuk efisiensi juga penentuan
metode yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Septiana, Aisyah Tri. 2013. Kajian Sifat
Fisikokimia Ekstrak Rumput Laut
Coklat
Sargassum
Duplicatum
menggunakan Berbagai Pelarut dan

Metode Ekstraksi. Jurnal Ilmu dan


Teknologi
Pangan.
UNSOED,
Purwokerto
Indraswari,
Arista.
2008.
Optimasi
Pembuatan Ekstrak Daun Dewandaru
(Eugenia uniflora L.) Menggunakan
Metode Maserasi dengan Parameter
Kadar Total Senyawa Fenolik dan
Flavonoid.
Skripsi
Farmasi.
Universitas
Muhammadiyah,
Surakarta
Septiana, Aisyah Tri. 2013. Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Rumput Laut.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan
Vol. 14 no II. UNSOED, Purwokerto.
Putri, Ika Juniawati. dkk. 2012. Aktivitas
Antioksidan Daun dan Biji Buah
Nipah (Nypa fruticans) Asal Pesisir
Banyuasin Sumatera Selatan Dengan
Metode DPPH. Jurnal Ilmu Kelautan
Vol. 5 (1), 16-21. UNSRI,
Palembang.

LAMPIRAN

Gambar 1. Simplisia Buah Keben


(Sumber: Dokumentasi pribadi)

Gambar 3. Residu dari n-heksan


(Sumber: Dokumentasi pribadi)

Gambar 2. Simplisia yang telah dilarutkan


dengan n-heksan 25 ml
Sumber: Dokumentasi pribadi)

Gambar 4. Filtrat n-heksan


(Sumber: Dokumentasi pribadi)

Gambar 5. Residu yang direndam ke etil


asetat
(Sumber: Dokumentasi pribadi)

Gambar 6. Filtrat n-heksan tersisa sebanyak


12 ml
(Sumber: Dokumentasi pribadi)

Anda mungkin juga menyukai