Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH TERAPI REMINISCENCE (SESI 1) TERHADAP DEPRESI LANJUT USIA

DI POSYANDU DESA MAS WILAYAH KERJA PUSKESMAS UBUD I


Effect of Reminiscence Therapy (Session 1) Against Depression Elderly
at the post integrated service Mas Village Puskesmas Ubud I
Dewa Putu Arnawa1, Made Nursari2, I Nyoman Suastana3
1

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika PPNI Bali1


2
Puskesmas Abiansemal2

ABSTRAK
Pendahuluan : Perubahan sistem tubuh pada lanjut usia akibat proses menua mengakibatkan lansia
mengalami penurunan kemampuan aktivitas dan perubahan penampilan fisik yang tidak diinginkan, hal ini
merupakan stressor yang dapat menimbulkan perasaan negatif, sehingga sangat beresiko terjadinya
depresi. Terapi reminiscence efektif untuk menurunkan depresi karena pada terapi ini dapat meningkatkan
harga diri melalui hubungan teraksi sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Terapi
Reminiscence (sesi 1) terhadap depresi pada lanjut usia. Metode : penelitian praeksperimental dengan
pendekatan One - group Pre-post test Design. Jumlah sampel 20 orang. Sampel diambil dengan cara
Purposive Sampling. Instrumen pengumpulan data menggunakan Geriatric Depresion Scale. Hasil :
penelitian rata-rata tingkat depresi pada lansia pre test 6.90 dan post test 3,70. Hasil uji Paired t Test
didapatkan nilai p value = 0,000< 0,05 menunjukkan ada pengaruh terapi reminiscence (sesi 1) terhadap
depresi pada lanjut usia. Adanya pengaruh yang signifikan karena terapi reminiscence meningkatkan
sosialisasi dan hubungan dengan orang lain, memberikan stimulasi kognitif, meningkatkan komunikasi dan
dapat menjadi suatu terapi yang efektif untuk gejala depresi. Diskusi : agar terapi reminiscence dijadikan
sebagai metode alternatif tindakan keperawatan yang dapat dilaksanakan di keperawatan gerontik guna
membantu lansia dalam menurunkan depresi.
Kata Kunci : Terapi Reminiscence, Depresi, Lanjut Usia
ABSTRACT
Introduction : Changes in body systems in the elderly due to the aging process results in the elderly
decreased activity ability and physical appearance changes arent desirable, its a stressor that can cause
negative feelings, so its at risk of depression. Reminiscence therapy are effective for lowering levels in the
treatment of depression because it can improve self-esteem through social interaction. This study aims to
determine the effect of Reminiscence Therapy (session 1) of the depression in the elderly. Method : type of
pre-experimental research approaches One-group pre-post test design. The total sample of 20 people.
Samples taken by purposive sampling. Collection instruments using the Geriatric Depression Scale. Result :
the average rate of depression in older pre-test and post-test 6.90 to 3.70. Paired t Test results obtained p
value = 0,000 < 0,05 showed no effect of reminiscence therapy (session 1) of the depression in the elderly.
There is significant because reminiscence therapy improve socialization and relationships with others,
provide cognitive stimulation, improved communication and may be an effective therapy for the symptoms of
depression. Discussion : that reminiscence therapy is used as an alternative method of nursing actions that
can be implemented in nursing gerontik to assist elderly people in the lower levels of depression.
Keywords: Reminiscence Therapy, Depression, Elderly
Alamat Korespondensi
Email

: Ds Lodtunduh, Ubud, Gianyar Bali


: agusdewa9825@gmail.com

PENDAHULUAN
Lanjut Usia (lansia) adalah individu
yang berumur 60 tahun atau lebih (Depkes,
2012). Individu pada tahap ini biasanya
sudah mengalami kemunduran fungsi
fisiologis organ tubuhnya. Tahap lanjut usia
sel-sel tubuh mengalami proses degeneratif,
sehingga terjadi kelemahan fungsi sistem
saraf pusat, kemunduran fisik, timbulnya
berbagai macam penyakit, terutama penyakit
degeneratif (Mubarak, 2010).
Semua
perubahan sistem tubuh pada lanjut usia
akibat proses menua mengakibatkan lansia
mengalami penurunan kemampuan aktivitas
dan perubahan penampilan fisik yang tidak
diinginkan, sehingga lansia tidak produktif
lagi secara sosial. Keadaan ini merupakan
suatu stressor yang dapat menimbulkan
perasaan negatif bagi lansia yaitu perasaan
tidak berdaya, tidak berguna, frustasi, putus
asa, sedih dan terisolasi, yang menjadikan
lansia akan meminimalkan interaksi dengan
orang lain, sehingga sangat beresiko
terjadinya depresi (Nugroho, 2010).
Berdasarkan Depkes, (2012) jumlah
penduduk lansia di Indonesia pada tahun
2011 sebanyak 20 juta jiwa, dan yang
mengalami depresi mencapai 30%,
kemudian mengalami peningkatan pada
tahun 2013 mencapai 23.992.000 jiwa dan
penduduk lansia yang mengalami depresi
diperkirakan sebesar 33%. Pada tahun
2020 diperkirakan mengalami peningkatan
sebesar 28,8 juta dengan umur harapan
hidup sekitar 70 tahun. Peningkatan tersebut
juga terjadi di tingkat provinsi, salah satunya
di provinsi Bali. Berdasarkan data BPS
Provinsi Bali, jumlah lansia pada tahun 2011
sebanyak 371.900 jiwa, dan mengalami
depresi mencapai 27%. Pada tahun 2012
jumlah lansia yang terdata sebanyak
680.114 jiwa, dan mengalami depresi
mencapai 29%. Pada tahun 2020
diperkirakan akan mengalami peningkatan
hampir dua kali lipat di bandingkan pada
tahun 2011, peningkatan tersebut lebih dari
432 ribu orang atau 11,4% dari jumlah
penduduk (BPS, 2013). Menurut data Dinas
Kesehatan Kabupaten Gianyar, jumlah lansia
di Kabupaten Gianyar tahun 2012 sebanyak
47.647 jiwa dan lansia yang mengalami
depresi mencapai 19%, kemudian pada

tahun 2013 sebanyak 50.082 jiwa yang


terdiri dari 24.939 orang laki-laki dan 25.143
orang perempuan dan yang mengalami
depresi mencapai 24%. Penelitian terhadap
epidemiologi menunjukan bahwa insiden
depresi pada laki-laki berkisar pada 7-12%
sedangkan pada perempuan berkisar pada
20-25% (Frisch & Frisch, 2006).
Depresi menurut World Health
Organization (WHO) merupakan suatu
gangguan mental yang ditandai dengan
mood tertekan, kehilangan kesenangan atau
minat, perasaan bersalah atau harga diri
rendah, gangguan makan atau tidur, kurang
energi, dan konsentrasi yang rendah.
Masalah ini dapat menyebabkan gangguan
kemampuan individu untuk beraktifitas
sehari-hari. Depresi yang tidak ditangani
seacara efektif pada lansia dapat berdampak
terhadap penurunan kualitas hidup lansia
dan mengarah pada penurunan kemampuan
perawatan diri dan penurunan interaksi
sosial. Pada kasus yang lebih parah,
depresi dapat menyebabkan percobaan
bunuh diri (Irawan, 2013). Memperhatikan
hal tersebut, perlu penatalaksanaan yang
tepat untuk mencegah atau mengurangi
tingkat depresi yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup pada lanjut
usia.
Upaya yang dapat dilakukan dalam
penatalaksanaan
depresi
adalah
penatalaksanaan secara farmakologi dan
non farmakologi. Secara farmakologi depresi
diatasi dengan memberikan obat anti
depresan. Secara non farmakologi depresi
dapat diatasi melalui berbagai cara,
diantaranya yaitu pemberian terapi dengan
metode mengingat masa lalu yang
menyenangkan. Mackin & Arean (2005)
menyatakan bahwa penatalaksanaan non
farmakologis atau intervensi untuk depresi
pada lansia dapat diberikan terapi
reminiscence. (Johnson, 2005) juga
menegaskan bahwa terapi reminiscence
mempunyai potensi untuk mencegah
maupun mengatasi depresi pada lansia yang
memiliki faktor risiko untuk mengalami
depresi, termasuk kesedihan, harga diri
rendah dan gender wanita. Salah satu
penelitian Frazer dan Griffith (2005) juga
menunjukan bahwa terapi reminiscence
efektif untuk menurunkan tingkat depresi

pada lanjut usia karena pada terapi ini dapat


meningkatkan harga diri melalui hubungan
interaksi sosial dengan lansia lain. Dalam
kegiatan terapi ini, terapis memfasilitasi
lansia untuk mengumpulkan kembali
memori-memori masa lalu sejak masa anak,
remaja dan dewasa serta hubungan klien
dengan keluarga, kemudian dilakukan
sharing. Melalui terapi ini, diharapkan lansia
akan mengenang kembali masa lalunya
yang menyenangkan.
Wilayah kerja Puskesmas Ubud I
memiliki 5 posyandu diantaranya Posyandu
Desa Mas. Berdasarkan data dari
Puskesmas Ubud I, Posyandu Desa Mas
memiliki lansia sebanyak 94 jiwa dengan
jumlah laki-laki sebanyak 12 orang dan
perempuan
sebanyak
82
orang.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang
dilakukan pada tanggal 28 April 2015 di
posyandu Desa Mas dengan metode studi
dokumentasi dengan melihat laporan register
posyandu dilaporkan lansia yang mengalami
depresi sebanyak 20 orang dan dilaporkan
sudah pernah terjadi kasus kejadian bunuh
diri pada lansia sebanyak 1 orang pada
tahun 2014 yang disebabkan karena lansia
mengalami depresi berat. Menurut hasil
wawancara, mereka yang mengalami
depresi pada lansia dikarenakan lansia yang
kehilangan semangat, gangguan mood untuk
melakukan aktifitas sehari hari, dan merasa
dirinya sudah tidak berharga. Upaya yang
telah dilakukan oleh Puskesmas Ubud I
diantaranya memberikan penyuluhan kepada
pihak keluarga yang memiliki lansia depresi
tentang cara penanganan lansia depresi baik
untuk mencegah dan merawat lansia agar
tidak bertambah parah dan memberikan
pemeriksaan serta pengobatan pada lansia
yang berobat ke Puskesmas.
Berdasarkan latar belakang tersebut
penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai pengaruh Terapi Reminiscence
(sesi 1) terhadap depresi lanjut usia di
Posyandu Desa Mas Wilayah Kerja
Puskesmas Ubud I.

BAHAN DAN METODE

Jenis penelitian ini adalah penelitian


pra-eksperimen
dengan
rancangan
penelitian one group pretest - posttest
design dimana sebelum uji coba dilakukan
pada sebuah kelompok yang diberikan
perlakuan dengan satu kali pengukuran.
Penelitian ini dilaksanakan di Posyandu
Desa Mas, dengan jumlah lansia yang
mengalami depresi sebanyak 20 orang.
Waktu penelitian dilaksanakan pada pagi
hari selama tiga minggu dari tanggal 1
sampai dengan 21 di bulan Agustus 2015.
Sampel dalam penelitian ini adalah lansia
yang mengalami depresi di Posyandu Desa
Mas Wilayah Kerja Puskesmas Ubud I yang
memenuhi kriteria inklusi. Jumlah sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebanyak 20 orang. tehnik sampling yang
digunakan adalah non probability sampling
jenis purposive sampling.
Variabel independen dalam penelitian
ini adalah Terapi Reminiscence (sesi 1).
Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah depresi lanjut usia. Pengumpulan
data menggunakan Instrumen pengumpulan
data yang digunakan pada tahap pre-test
dan post-test berupa lembar observasi dan
pedoman wawancara Geriatric Depresion
Scale (GDS). Kuesioner yang digunakan
untuk mengukur depresi lansia adalah
kuesioner GDS ini dalam bentuk closed
ended dichotomy question yaitu pertanyaan
tertutup dengan jawaban ya atau tidak terdiri
dari 15 pertanyaan.
Prosedur analisis dalam penelitian ini
proses pengolahan data mengikuti langkah langkah sebagai berikut editing, coding, entri
data dan cleaning atau tabulasi. Analisa data
pada penelitian ini mengunakan uji Paired T
Test. Penentuan hipotesis diterima atau
ditolak adalah dengan membandingkan nilai
probability yang didapatkan dari hasil
pengujian dengan nilai signifikansi, pada
penelitian ini tingkat kepercayaan sebesar 95
% dan tingkat signifikansi atau 0,05.
Kesimpulannya apabila nilai probability lebih
kecil dari nilai signifikansi (p < 0,05) maka
ada pengaruh Terapi Reminiscence (sesi 1)
terhadap depresi lanjut usia di Posyandu
Desa Mas Wilayah Kerja Puskesmas Ubud I.
HASIL

Karakteristik Subyek Penelitian


Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Karakteristik Subyek
Berdasarkan Jenis Kelamin di Posyandu
Desa Mas Tahun 2015
Jenis Kelamin

Frekuensi

Presentase

Laki-laki
Perempuan

8
12

(%)
40
60

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan


karakteristik responden berdasarkan jenis
kelamin sebagian besar yaitu 12 orang
(60%) perempuan.
Tabel 2.
Distribusi Frekuensi Karakteristik Subyek
Berdasarkan Pendidikan di Posyandu
Desa Mas Tahun 2015
Pendidikan

Frekuensi

Tidak Sekolah
SD
SMP
Jumlah

3
13
4
20

Presentase
(%)
15
65
20
100

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan


karakteristik
berdasarkan
pendidikan
sebagian besar yaitu 13 orang (65%) tamat
Sekolah Dasar.
Hasil

pengamatan

terhadap

obyek

penelitian berdasarkan variabel penelitian


Tabel 3.
Tingkat Depresi pada Lansia Sebelum di
berikan Terapi Reminiscence (sesi 1) di
Posyandu Desa Mas Wilayah Kerja
Puskesmas Ubud I Tahun 2015
No

Tingkat depresi

Hasil

1
2
3
4
5
6

Nilai rata-rata
Nilai terendah
Nilai tertinggi
Nilai tengah
Nilai sering muncul
Simpangan baku

6,90
4
10
6,50
6
1,774

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan


tingkat depresi pada lansia sebelum
diberikan terapi reminiscence, nilai terendah
adalah 4 sedangkan nilai tertinggi adalah 10

dengan nilai rata-rata tingkat depresi adalah


6,90.
Tabel 4.
Tingkat Depresi pada Lansia Setelah di
berikan Terapi Reminiscence (sesi 1) di
Posyandu Desa Mas Wilayah Kerja
Puskesmas Ubud I Tahun 2015
No

Tingkat depresi

Hasil

1
2
3
4
5
6

Nilai rata-rata
Nilai terendah
Nilai tertinggi
Nilai tengah
Nilai sering muncul
Simpangan baku

3,70
2
6
4
4
1,081

Berdasarkan tabel di atas menunjukan


tingkat depresi pada lansia setelah diberikan
terapi reminiscence, nilai terendah adalah 2
sedangkan nilai tertinggi adalah 6 dengan
nilai rata-rata tingkat depresi adalah 3,70.
Hasil Analisis Data
Tabel 5.
Hasil Analisis Pengaruh Terapi
Reminiscence (sesi 1) Terhadap Depresi
Lanjut Usia di Posyandu Desa Mas Wilayah
Kerja Puskesmas Ubud I Tahun 2015
Tingkat
Depresi
Pre test
Post
test

Paired
Differences
Selisih
Mean
Mean
9,60
3,70

3,20

14,236

P value

0.000

Berdasarkan tabel diatas dapat


diketahui hasil uji statistik Paired t Test
didapatkan nilai t hitung= 14,236> t tabel df 19 =
2.093 dan
p value= 0,000< 0,05
menunjukkan
ada
pengaruh
terapi
reminiscence (sesi 1) terhadap depresi pada
lanjut usia di Posyandu Desa Mas Wilayah
Kerja Puskesmas Ubud I 2015. Selain itu
dapat dilihat adanya penurunan nilai ratarata tingkat depresi dari sebelum dan
sesudah pemberian terapi reminiscence
(sesi 1) sebesar 3,20.

PEMBAHASAN

Tingkat depresi pada lanjut usia sebelum


diberikan Terapi Reminiscence.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat
depresi pada lansia sebelum diberikan terapi
reminiscence, nilai terendah adalah 4
sedangkan nilai tertinggi adalah 10 dengan
nilai rata-rata tingkat depresi adalah 6,90.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
lansia
sebelum
diberikan
terapi
reminiscence rata-rata mengalami depresi
sedang.
Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Syarniah (2012) yang meneliti tentang
pengaruh Cognitive behavior therapy
terhadap depresi pada lansia di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Sejahtera Provinsi
Kalimantan
Selatan.
Penelitian
ini
merupakan penelitian pra eksperimen
pretest-posttest. Hasil penelitian terhadap 20
orang lansia menunjukkan saat pre test
sebagian besar yaitu 15 orang (75%)
mengalami depresi ringan.
Lansia sebagian besar mengalami
depresi ringan, menurut Nugroho, (2010)
karena adanya perubahan sistem tubuh
pada lanjut usia akibat proses menua
mengakibatkan lansia mengalami penurunan
kemampuan aktivitas dan perubahan
penampilan fisik yang tidak diinginkan,
sehingga lansia tidak produktif lagi secara
sosial. Keadaan ini merupakan suatu
stressor yang dapat menimbulkan perasaan
negatif bagi lansia yaitu perasaan tidak
berdaya, tidak berguna, frustasi, putus asa,
sedih dan terisolasi, yang menjadikan lansia
akan meminimalkan interaksi dengan orang
lain, sehingga sangat beresiko terjadinya
depresi.
Menurut Nugroho, (2010) selain
penyakit degeneratif, masalah psikologis
merupakan faktor penting yang dapat
mempengaruhi
kehidupan
lansia,
diantaranya adalah: kesepian, keterasingan
dari
lingkungan,
ketidakberdayaan,
ketergantungan, kurang percaya diri,
keterlantaran terutama bagi lansia yang
miskin serta kurangnya dukungan dari
anggota keluarga. Hal tersebut dapat
mengakibatkan depresi yang dapat
menghilangkan
kebahagiaan,
hasrat,
harapan,
ketenangan
pikiran
dan

kemampuan untuk merasakan ketenangan


hidup, hubungan yang bersahabat dan
bahkan menghilangkan keinginan menikmati
kehidupan sehari-hari. Sedangkan pada
perubahan sosial antara lain terjadinya
penurunan aktivitas, peran dan partisipasi
sosial.
Peneliti beropini, lansia mengalami
depresi
dapat
disebabkan
karena
persepsinya yang negatif terhadap stressor
atau masalah yang menimpa lansia. Klien
mengangap masalah sebagai sesuatu yang
seratus persen buruk. Tidak ada hikmah dan
kebaikan di balik semua masalah yang
diterimanya. Hampir semua masalah yang
muncul di anggap negatif. Karena persepsi
yang salah tersebut maka akan menuntun
lansia untuk berpikir dan bertindak salah.
Pikiran yang selalu muncul adalah saya sial,
saya menderita, saya tidak mampu, tidak
ada harapan lagi, semua buruk, kondisi ini
diperburuk dengan tidak adanya support
sistem yang adekuat seperti dukungan
keluarga, sahabat, tetangga,
terutama
keyakinannya pada Yang Maha Kuasa.
Munculnya fase akumulasi stressor dimana
stressor yang lain turut memperburuk
keadaan klien.
Tingkat depresi pada lanjut usia sesudah
diberikan Terapi Reminiscence.
Hasil penelitian menunjukan tingkat
depresi pada lansia setelah diberikan terapi
reminiscence, nilai terendah adalah 2
sedangkan nilai tertinggi adalah 6 dengan
nilai rata-rata tingkat depresi adalah 3,70.
Hasil penelitian ini menunjukan lansia
mengalami penurunan tingkat depresi pada
lansia setelah diberikan terapi reminiscence.
Hal ini ditunjukkan dengan adanya
perubahan keadaan yang dirasakan oleh
lansia setelah mengikuti terapi reminiscence
dengan melalui pernyataan dalam kuesioner
dimana lansia paling banyak menjawab
tidak untuk pernyataan sering merasa
hidup anda bosan dan paling banyak lansia
menyatakan bahwa hidupnya sekarang ini
menyenangkan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Arumsari (2014), meneliti tentang Pengaruh
Reminiscence Therapy terhadap Tingkat
Stress pada Lansia di PSTW Unit Budi

Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta. Hasil


penelitian dari 20 sampel menunjukkan
tingkat depresi saat pre test sebagian besar
yaitu 15 orang (75%) dalam ketegori depresi
sedang dan saat post test juga sebagian
besar yaitu 12 orang (60%) dalam ketegori
depresi ringan.
Lansia setelah diberikan terapi terapi
reminiscence,
rata-rata
mengalami
penurunan tingkat depresi, hal ini didukung
oleh teori Johnson, (2005) terapi
reminiscence merupakan suatu terapi yang
memberikan perhatian terhadap kenangan
terapeutik pada lanjut usia. Mengingat
kembali pengalaman pada masa lalu yang
menyenangkan menstimulasi memori pada
sistem
limbik
otak,
mengakibatkan
keseimbangan tiga neurotrasmiter utama
yaitu serotonin, norephineprin, dopamin,
sehingga pada lanjut usia yang mengalami
depresi dalam tahap ini akan meningkatkan
perasaan yang positif serta meningkatkan
harga diri pada individu tersebut.
Menurut pendapat peneliti proses
pelaksanaan terapi yang berlangsung secara
terus menerus sebanyak enam kali
pertemuan yang dilaksanakan seminggu 2
kali selama 3 minggu, dapat membentuk
kesadaran
pada
responden
dalam
berperilaku, sehingga responden secara
bertahap dapat memahami dan meniru dan
akhirnya mencoba untuk mengikuti terapi.
Dalam proses terapi Reminiscence yang
dilakukan secara berkelompok akan terjadi
kegiatan eksplorasi pengalaman positif dari
setiap anggota kelompok dan pemberian
tanggapan dari anggota kelompok lain.
Dalam kegiatan diskusi pada terapi
Reminiscence ini, lansia dimotivasi untuk
menyampaikan hal positif yang pernah
dialami dirinya baik secara sendiri maupun
bersama keluarga dan orang lain. Eksplorasi
aspek positif yang pernah dialami lansia
pada masa lalu ini merupakan salah satu
upaya untuk meningkatkan perasaan
berharga bagi lansia dan terapis
memberikan penguatan atas perasaan
bangga dan berharga yang dimiliki oleh
lansia.
Pengaruh Terapi Reminiscence (sesi 1)
terhadap penurunan depresi pada lanjut
usia

Hasil uji statistik Paired t test didapatkan


nilai t hitung= 14,236> t tabel df 19 = 2.093 dan p
value = 0,000< 0,05 menunjukkan ada
pengaruh terapi reminiscence (sesi 1)
terhadap depresi lanjut usia di Posyandu
Desa Mas Wilayah Kerja Puskesmas Ubud I
2015. Selain itu dapat dilihat adanya
penurunan nilai rata-rata tingkat depresi
sebelum dan sesudah pemberian terapi
reminiscence (sesi 1) sebesar 3,20.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Arumsari, (2014) meneliti tentang pengaruh
reminiscence therapy terhadap tingkat stress
pada lansia di PSTW Unit Budi Luhur,
Kasongan, Bantul, Yogyakarta. Hasil
penelitian menunjukkan tingkat stress lansia
mengalami penurunan yang signifikan
setelah mendapatkan intervensi berupa
Reminiscence Therapy sebanyak 3,47 poin.
Hasil uji statistik didapatkan nilai p value
0,000 menunjukkan pengaruh reminiscence
therapy terhadap tingkat stress pada lansia.
Hasil penelitian ini didukung oleh
Collins, (2006) terapi Reminiscence dapat
meningkatkan fungsi kognitif, kemampuan
berkomunikasi dan fungsi prilaku. Terapi ini
tidak hanya memberikan pengalaman yang
menyenangkan untuk meningkatkan kualitas
hidup, tetapi juga meningkatkan sosialisasi
dan hubungan dengan orang lain,
memberikan stimulasi kognitif, meningkatkan
komunikasi dan dapat menjadi suatu terapi
yang efektif untuk gejala depresi.
Peneliti
berpendapat,
terapi
reminiscence berpengaruh terhadap tingkat
depresi, hal ini disebabkan karena dalam
proses terapi reminiscence lansia diajak
untuk mengingat kembali masa lalunya yang
menyenangkan. Proses ini telah memberikan
upaya untuk mencegah lansia mengingat
hal-hal negatif atau kesedihan yang pernah
dialaminya pada masa lalu. Kegiatan terapi
yang dilakukan berulang-ulang juga
merupakan pembelajaran positif bagi lansia,
sehingga hal tersebut akan semakin lebih
baik untuk mengatasi perasaan kesedihan
yang dialami lansia. Lansia akan termotivasi
untuk mengingat kemampuan yang
dimilikinya, sehingga perasaan keterbatasan
karena usia yang telah lanjut dapat
diminimalkan. Lansia juga mulai mengenal
kemampuan-kemampuan
yang
masih

dimilikinya baik biologis, psikologis, sosial,


spiritual dan kognitif. Dengan demikian terapi
reminiscence sangat membantu lansia untuk
memahami dirinya sendiri dan mengoptimal
keterbatasan yang dimilikinya karena proses
menua. Lansia yang memiliki kemampuan
memahami akan proses penuan yang terjadi
pada dirinya merupakan hal yang alamiah
dan setiap orang akan mengalami sehingga
hal ini efektif dapat menurunkan depresi
pada lansia.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Hasil uji statistik Paired t Test
didapatkan nilai t hitung = 14,236 > t tabel df 19 =
2.093 dan p value = 0,000 < 0,05
menunjukkan
ada
pengaruh
terapi
reminiscence (sesi 1) terhadap depresi pada
lanjut usia di Posyandu Desa Mas Wilayah
Kerja Puskesmas Ubud I 2015.
Saran
Diharapkan kepada Puskesmas Ubud
I dalam penatalaksanaan depresi lansia
dapat memberikan terapi reminiscence
(sesi1) sebagai metode alternatif tindakan
keperawatan yang dapat dilaksanakan di
keperawatan gerontik guna membantu lansia
dalam menurunkan tingkat depresi. Serta
harapan peneliti dalam pemberian terapi
reminiscence (sesi 1) pada lansia yang
menjadi responden ini terus dilanjutkan serta
memfollow-up, memfasilitasi, memberikan
umpan balik, memotivasi dan memberikan
penguatan positif pada lansia.
Hasil penelitian yang didapatkan bisa
menjadi referensi untuk mengadakan
penelitian lainnya tentang pengaruh terapi
reminiscence terhadap tingkat depresi pada
lansia. Pada penelitian ini masih terdapat
keterbatasan yang dialami, oleh karena itu
untuk menyempurnakan hasil penelitian ini
maka perlu adanya penelitian lanjutan pada
terapi reminiscence dengan menggunakan
sesi yang lengkap dan memperhatikan faktor
perancu yang mempengaruhi tingkat depresi.
KEPUSTAKAAN

Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, 2013.


Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta:
Badan Pusat statistik.
Collins,

C. 2006. Life Review and


Reminiscence
group
therapy
among senior adults. Available :
http://etd.lib.ttn.edu/etd0418200622
3851/unrestricted, diakses pada
tanggal 12 Agustus 2015

Frisch & Frisch, 2006. Psychiatric mental


health nursing. (3rd ed.). Canada:
Thomson Delmar Learning.
Irawan, 2013. Terapi Modalitas Keperawatan
pada Klien Psikogeriatrik. Jakarta:
Salemba Medika
Johnson, (2005). Reminiscence groups for
people with dementiaand their
family
carers.http://www.ncbi.nlm.nih.gov,
diakses pada tanggal 22 Mei 2015.
Mubarak, 2010.
Ilmu Keperawatan
Komunitas Konsep Dan Aplikasi.
Jakarta: Salemba medika
Nugroho, 2010, Keperawatan Gerontik.
Edisi 2, EGC, Jakarta
Syarniah, 2012. Pengaruh Cognitive
Behavior Therapy terhadap Depresi
pada Lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Sejahtera Provinsi
Kalimantan
Selatan.
Depok:
Fakultas
Ilmu
Keperawatan
Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai