Anda di halaman 1dari 15

SURVEY INVESTIGASI DESAIN (SID)

LAPORAN ANTARA
PENANGANAN SUNGAI CIBANTEN
KEGIATAN PERENCANAAN NORMALISASI SALURAN SUNGAI

BAB III
SISTEM PERENCANAAN
DESAIN
3.1.

PENGAMANAN SUNGAI
Pengendalian aliran dan pengamanan sungai adalah suatu masalah yang banyak
dijumpai oleh para pengelola sungai dalam usahanya untuk memanfaatkan sumber
daya alam guna kepentingan manusia.
Dengan adanya berbagai ragam pemanfaatan fungsi dan potensi sungai yang
mungkin dapat dikembangkan di dalam satu jaringan sungai, dengan maksud agar
kelestarian fungsi sungai dan potensinya dapat dipertahankan, maka diperlukan
adanya kegiatan pengamanan dari hal-hal yang sifatnya mengganggu/merusak
kelestarian lingkungan sungai. Untuk itu diperlukan adanya panduan dan acuan
mengenai tata cara pengamanan sungai yang sesuai dengan kondisi daerah masing
masing keseluruhan daerah.
Pengamanan sungai merupakan upaya penanggulangan dan tata cara pengamanan
sungai agar tidak terjadi kerusakan yang lebih parah, meliputi perlindungan
secara vertikal dan horizontal.

3.2.

KONSEP PERENCANAAN PENANGANAN SUNGAI


3.2.1

Pengertian dan Definisi

a. Sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air


mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta
sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan sungai.
b. Daerah Pengaliran Sungai (DPS). Sungai (DAS), adalah kesatuan wilayah tata
air yang terbentuk secara alamiah dimana air meresap kedalam tanah dan atau
mengalir melalui sungai dan anak-anak sungai yang bersangkutan.
III - 1

SURVEY INVESTIGASI DESAIN (SID)

LAPORAN ANTARA
PENANGANAN SUNGAI CIBANTEN
KEGIATAN PERENCANAAN NORMALISASI SALURAN SUNGAI

c. Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah tata pengairan sebagai hasil


pengembangan satu atau lebih daerah pengaliran sungai.
d. Morfologi sungai adalah hal-hal yang berhubungan dengan bentuk sifat dan
perilaku sungai.
e. Tebing sungai adalah dinding batas sungai sisi kiri dan kanan dari palung
sungai.
f. Bantaran sungai adalah lahan pada kedua sisi sepanjang palung sungai di hitung
dari tepi sampai dengan kaki tanggul sebelah dalam. Yang dimaksud palung
sungai adalah cekungan yang terbentuk oleh aliran air secara alamiah, atau
galian untuk mengalirkan sejumlah air tertentu.
g. Garis sempadan sungai adalah garis batas luar pengamanan sungai dihitung 5
meter dari luar kaki tanggul untuk sungai yang bertanggul, dan ditetapkan
tersendiri untuk sungai yang tidak bertanggul dan bangunan-bangunan air
sungai. Untuk sungai yang tak bertanggul garis sempadan ditetapkan
berdasarkan pertimbangan teknis dan sosial ekonomi.
h.

Bangunan sungai adalah bangunan yang berfungsi untuk perlindungan,


pembuangan, dan pengendalian, misalnya bendungan, bendung, tanggul, pintu
air.

Yang dimaksud dengan perlindungan sungai adalah upaya pengamanan sungai


terhadap kerusakan kerusakan yang disebabkan oleh kondisi alam maupun
kegiatan manusia.
Pengembangan

sungai,

adalah

upaya

yang

dilakukan

untuk

meningkatkan

kemanfaatan fungsi sungai sebesar-besarnya tanpa merusak keseimbangan sungai


dan lingkungannya.
Pengendalian sungai, adalah upaya untuk lebih memantapkan aliran sungai
sepanjang tahun, guna memperoleh kemanfaatan sungai dan lingkungannya.

III - 2

SURVEY INVESTIGASI DESAIN (SID)

LAPORAN ANTARA
PENANGANAN SUNGAI CIBANTEN
KEGIATAN PERENCANAAN NORMALISASI SALURAN SUNGAI

3.2.2

Upaya Penanggulangan Dan Pengendalian Banjir

Penanganan masalah banjir merupakan aspek utama dari seluruh kegiatan dalam
pekerjaan pengelolaan sumber daya air di Daerah Pengaliran Sungai (DPS)
Cibanten yang sering mengalami banjir harus dilakukan secara seksama, sehingga
misi pengendalian banjir harus terpadu dan membentuk satu kesatuan sistem
dengan misi perlindungan (konservasi) dan pendayagunaan sumber daya air.

3.2.3

Kriteria Desain

1. Kriteria Kapasitas Drainase


Kriteria kapasitas drainase untuk lahan tanaman padi adalah sebagai berikut :

Genangan yang terjadi pada lahan untuk periode 1 hari, 2 hari dan 3
hari yang disebabkan oleh curah hujan periode 5 tahunan berturut-turut
tidak melebihi ketinggian 30 cm, 20 cm, dan 10 cm.

Sisa genangan yang disebabkan curah hujan periode ulang 5


tahunan, harus didrain selama periode yang sama (3 hari) dan setelah
periode tersebut tinggi muka air yang dicapai dalam keadaan kedalaman
genangan normal (5-10 cm).

2. Fasilitas Drainase
Pembuatan saluran drainase kolektor untuk men-drain lahan diatasnya, air
banjir dapat dibilas ke arah hilir bangunan pelindung banjir. Kemudian, untuk
mendrain lahan tanaman padi dibuatkan fasilitas pintu pada tanggul
penanggulangan banjir.

3.2.4 Kriteria Bangunan Pelindung Banjir


1. Kapasitas Debit Rencana
Departemen Pekerjaan Umum merekomendasikan ketinggian rencana dalam
Manual Kontrol Banjir.

III - 3

SURVEY INVESTIGASI DESAIN (SID)

LAPORAN ANTARA
PENANGANAN SUNGAI CIBANTEN
KEGIATAN PERENCANAAN NORMALISASI SALURAN SUNGAI

2. Rencana Tinggi Muka Air Maksimum dan Timbunan


Desain tinggi muka air maksimum dinyatakan sebagai kemungkinan muka air
sungai yang terjadi disebabkan oleh desain banjir di saluran pada sungai yang
ada.
Kriteria dasar, dalam penetuan desain tinggi muka air sebagai awal
perhitungan dianggap sebagai aliran tetap (steady) dan tidak seragam (non-

uniform) pada kondisi hidrologis.


Tinggi jagaan juga ditambahkan kedalam desain tinggi muka air merupakan
elevasi timbunan. Standar tinggi jagaan digambarkan pada tabel berikut :

Tabel 3.1 Ketinggian Rencana Pedoman Direkomendasikan


Pekerjaan Type Sungai
Pengontrol Banjir
1. Pekerjaan Darurat
2. Pekerjaan Baru
3. Pekerjaan Rehabilitasi
3.1 Populasi < 2.000.000
3.2 Populasi > 2.000.000

Sasaran Ketinggian Desain


Tahap Awal

Tahap Akhir

5 tahun
10 tahun

10 tahun
25 tahun

25 tahun
25 tahun

50 tahun
100 tahun

Catatan :
1.

Standar tinggi rencana diaplikasikan pada indikasi analisis ekonomi yang


diinginkan apabila resiko banjir sangat mempengaruhi kehidupan manusia.

2.

Pekerjaan darurat dilaksanakan tanpa perencanaan awal dan studi


kelayakan ekonomi pada lokasi dimana banjir terjadi dan masalah banjir
yang mempengaruhi kehidupan manusia secara langsung.

3.

Pekerjaan baru meliputi pekerjaan pengontrol banjir dimana sebelumnya


tidak ada pengontrol banjir atau pekerjaan darurat dibangun.

III - 4

SURVEY INVESTIGASI DESAIN (SID)

LAPORAN ANTARA
PENANGANAN SUNGAI CIBANTEN
KEGIATAN PERENCANAAN NORMALISASI SALURAN SUNGAI

4.

Pekerjaan rehabilitasi meliputi pekerjaan rehabilitasi dan perbaikan


proyek yang ada. Untuk proyek pembangunan daerah aliran sungai
disarankan untuk direhabilitasi.

III - 5

SURVEY INVESTIGASI DESAIN (SID)

LAPORAN ANTARA
PENANGANAN SUNGAI CIBANTEN
KEGIATAN PERENCANAAN NORMALISASI SALURAN SUNGAI

Tabel 3.2. Kriteria Desain Tinggi Jagaan


Debit Rencana
(m/s)

Tinggi Jagaan
(m)

Q 200
200 Q 500
200 Q 500
200 Q 500
200 Q 500
500 Q

0.50
0.80
1.00
1.20
1.50
2.00

3. Rencana Penampang Melintang


Kemiringan sisi tanggul suatu timbunan dari bahan tanah diasumsikan

1:

1.50 dan lebar atas tanggul 3.00 m.

3m

Tinggi jagaan = 1.00 m


Tinggi Muka Air Rencana

1 : 1,5

1 : 1,5

> 50 m

Sal. Drainase Pengumpul

Lebar Dasar Sal

Gambar 3.1 Potongan Melintang Tanggul

III - 6

SURVEY INVESTIGASI DESAIN (SID)

LAPORAN ANTARA
PENANGANAN SUNGAI CIBANTEN
KEGIATAN PERENCANAAN NORMALISASI SALURAN SUNGAI

3.00 m

1 : 1.50

1 : 1.50

Gambar 3.2 Standar Potongan Melintang Tanggul untuk Saluran Drainase


4.

Syarat syarat Operasi dan Pemeliharaan


Waktu pengoperasian pintu utama dan pintu saluran drainase di hilir
saluran, sangat penting dalam perhitungan perlindungan banjir.
Ketika terjadi kesalahan dalam waktu pengoperasian, air banjir akan
masuk ke lahan dengan cepat dengan demikian sistem perlindungan
menjadi rusak.
Pengoperasian akan efektif apabila dikerjakan atau dikelola oleh
kelompok petani atau pengguna air.

3.2.5 Kriteria Bangunan Pengendali Banjir


Dalam mendesain Bangunan Pengendaii Banjir terdapat beberapa kriteria desain
yang dipertimbangkan dan akan direncanakan yaitu :
A.

Kriteria Desain Debit Banjir Rancangan


Penentuan besarnya Debit Banjir Desain tergantung pada ketersediaan data
dan keputusan hasil Diskusi Interim.

III - 7

SURVEY INVESTIGASI DESAIN (SID)

LAPORAN ANTARA
PENANGANAN SUNGAI CIBANTEN
KEGIATAN PERENCANAAN NORMALISASI SALURAN SUNGAI

Jika hanya membutuhkan puncak banjir dapat dilakukan dengan analisa


frekuensi tetapi jika membutuhkan penelusuran banjir maka harus dilakukan
analisa hidrograf.
1)

Metode berdasarkan Ketersediaan Data


Metode ini dilakukan seperti berikut :
a.

Data debit banjir maksimum tahunan sesaat yang tersedia > 20


tahun dan memenuhi syarat untuk analisa frekuensi (stasioner,
homogen, independensi dan keacakan), perhitungan besarnya debit
banjir desain dapat langsung dilakukan dengan distribusi frekuensi
Gumbel, Log Pearson Tipe III, atau Log normal 2 maupun Pearson
III, baik dengan cara grafis maupun cara analitis.

b.

Data debit banjir maksimum tahunan sesaat yang tersedia < 20


tahun dan > 10 tahun, perhitungan debit banjir desain dapat
menggunakan Metode Analisis Regional yang merupakan hasil analisa
menggunakan gabungan data dari berbagai DPS.

c.

Apabila besarnya debit banjir dipekirakan dari data hujan dan data
karakteristik DPS, maka besarnya debit banjir desain dapat
dilakukan dengan Metode Empiris, Metode Rasional atau Metode
Analisis Regresi (I0H).

d.

Jika ada data hidrograf banjir dan data hujan durasi pendek pada
saat yang sama dengan hidrograf banjir, maka dapat digunakan
Metode Hubungan Hujan Limpasan dengan Unit Hidrograf. Kedua
jenis data jumlahnya cukup memadai dapat digunakan unit hidrograf
pengamatan, jika tidak perlu digunakan unit hidrograf sintetis
dengan parameter hasil kalibrasi dari hidrograf pengamatan.

2)

Metode Berdasarkan Kebutuhan Analisa


Hanya membutuhkan puncak banjir dapat dilakukan dengan antara lain :

III - 8

SURVEY INVESTIGASI DESAIN (SID)

LAPORAN ANTARA
PENANGANAN SUNGAI CIBANTEN
KEGIATAN PERENCANAAN NORMALISASI SALURAN SUNGAI

a.

Analisa frekuensi debit banjir maksimum sesaat dengan data > 20


thn

b.

Anallsis Regresi (I0H)

Apabila membutuhkan hidrograf banjir untuk penelusuran banjir maka


digunakan metode pendekatan hubungan hujan limpasan dengan :
a.

unit hidrograf pengamatan

b.

unit hidrograf pengamatan dan sintetis

c.

unit hidrograf sintetis (Rasional, SCS, Snyder, Nakayasu, dan lainlain).

3)

Verifikasi
Verifikasi sebaiknya dilakukan apapun metode yang digunakan dan
minimnya data yang diperoleh dengan cara mencari data lapangan
sebanyak mungkin. Informasi lapangan dapat diperoleh dari penduduk di
tempat kejadian yang sudah tinggal cukup lama di daerah tersebut
(biasanya orang yang sudah tua) atau dari instansi pemetintah baik
kelurahan, kecamatan maupun dinas terkait. Informasi yang dapat
digunakan antara lain:
a)

Kejadian banjir yang pernah terjadi yang ditinjau dari :

Kekerapan tejadinya banjir misal setiap tahun, setiap


sepuluh tahun dan seterusnya.

Lamanya genangan, apakah cepat surut atau membutuhkan


waktu lebih lama misal satu hari, tiga hari atau hingga satu
minggu.

Tinggi genangan, informasi ini dapat juga diperoleh dari


bekas banjir yang dapat berupa garis di rumah penduduk yang
menunjukkan

frekuensi

tinggi

(tahunan),

atau

banyaknya

sampah-sampah yang tersangkut di pepohonan sehabis banjir.

III - 9

SURVEY INVESTIGASI DESAIN (SID)

LAPORAN ANTARA
PENANGANAN SUNGAI CIBANTEN
KEGIATAN PERENCANAAN NORMALISASI SALURAN SUNGAI

Luas genangan dapat ditunjukkan dari tinggi genangan yang

kemudian dapat di plotkan di peta. Dari peta kasar ini dapat


dibuat sketsa peta banjir yang pernah terjadi (periode ulang
tertentu) dan banjir tahunannya.

b)

Hujan yang menyebabkan banjir dapat diperoleh dari data hujan


durasi pendek di daerah studi kalau tidak ada dapat mencari
informasi :

Jenis hujan rintik - rintik atau intensitas tinggi (deras waktu


pendek)
Lamanya hujan
Hujan merata atau setempat

c)

Kalau

memungkinkan

mempunyai

data

pengukuran

penampang

melintang sungai di tempat terjadinya banjir.

B.

Kriteria Desain Hidraulik


Desain hidraulik bangunan menggunakan rumus hidrolika, metode dan model
hidraulik serta atau model matematik. Sifat-sifat aliran pada saluran
terbuka

umumnya

ditentukan

berdasarkan

persamaan

Manning

atau

persamaan Chezy.

C.

Kriteria Desain Geoteknik


Kriteria Geoteknik merupakan bagian yang penting pada desain bangunan
pengendali banjir (tanggul). Banyak kasus keruntuhan dan kerusakan
bangunan seperti kelongsoran lereng, rembesan, likuifaksi, dan hambatan
pelaksanaan bangunan yang berkaitan dengan kurang diperhatikannya
kriteria-kriteria geoteknik. Kriteria tersebut meliputi kestabilan lereng
tanggul, dan penurunan mercu tanggul, rembesan, tekanan keatas, erosi

III - 10

SURVEY INVESTIGASI DESAIN (SID)

LAPORAN ANTARA
PENANGANAN SUNGAI CIBANTEN
KEGIATAN PERENCANAAN NORMALISASI SALURAN SUNGAI

buluh, kelongsoran dan erosi yang besar yang akan mengganggu kestabilan
bangunan.

D.

Kriteria Desain Struktur


Standar dan peraturan untuk desain dan pelaksanaan bangunan harus
mengacu pada :
1)

Beban rencana yang dipakai harus mengacu pada : Kriteria Perencanaan


Bangunan Irigasi KP 06,1986 dan Peraturan Muatan Indonesia.

2)

Perhitungan stabilitas bangunan harus mempertimbangkan

kekuatan

tanah fondasi, kestabilan terhadap gaya geser, kestabilan terhadap


gaya guling dan gaya tekan keatas (uplift). Faktor keamanan yang cukup
besar harus dipenuhi.

3.2.6 Parameter Desain Bangunan Pengendali Banjir


Sistem pengendalian banjir pada suatu sungai adalah sangat spesifik. Sistem
tersebut pada umumnya tidak hanya terdiri dari upaya pembangunan satu jenis
bangunan pengendali banjir saja, akan tetapi merupakan kombinas! dari beberapa
jenis bangunan pengendali banjir yaitu :
a. Pengaturan Sungai (River Training) dan Normalisasi Alur Sungai.
b. Tanggul Banjir dan Tembok Banjir (Floodwall).
c. Saluran Penyalur Banjir atau Banjir Kanal (Flood Way).
d. Waduk/Kolam Penampung Banjir Sementara (Retarding Basin).
e. Sistem Drainase dan Pompanisasi
f.

Bendungan Pengendali Banjir.

Adapun Parameter parameter

yang perlu ditinjau dalam menetapkan sistem

pengendalian banjir pada suatu sungai meliputi :


a.

Debit Banjir Sungai;

b.

Kondisi alur dan daerah pengailran sungainya;

III - 11

SURVEY INVESTIGASI DESAIN (SID)

LAPORAN ANTARA
PENANGANAN SUNGAI CIBANTEN
KEGIATAN PERENCANAAN NORMALISASI SALURAN SUNGAI

c.

Parameter hidrolis alur sungai;

d.

Besarnya kerugian yang diakibatkan banjir;

e.

Standar debit banjir desain dan atau debit banjir desain optimum.

Untuk menentukan sistem pengendalian banjir yang optimum perlu dilakukan


analisis, ditinjau dari segi teknis, ekonomi dan lingkungan serta besarnya resiko
dengan membandingkan berbagai alternatif kombinasi bangunan pengendali banjir
yang layak dan sesuai untuk diterapkan pada sungai yang bersangkutan.

Untuk mencegah luapan air dari sungai misainya : tanggul dan normalisasi sungai,
sedangkan untuk mengurangi besarnya volume air dapat dilakukan dengan
membuat waduk di hulu sekaligus dapat digunakan untuk penyediaan air berbagai
kepentingan. Upaya mengatasi banjir lokal dapat dilakukan dengan bangunan atau
sistem misainya:
a.

Sistim drainase yang memadai

b.

Waduk penampungan

c.

Polder

d.

Pintu dan Pompa

e.

Manajemen Sistim Pengendalian Banjir Lokal (Storm

Water

Management)
Parameter-parameter yang pedu ditinjau dalam menetapkan sistem pengendalian
banjir pada suatu sungai meliputi
a.

Debit Banjir Sungai

b.

Kondisi alur dan daerah pengaliran sungai

c.

Parameter hidrolis alur sungai

d.

Besarnya kerugian yang dialdbatkan banjir

e.

Standar debit banjjr desain dan atau debit banjir desain optimum

3.2.7 Pengaturan Sungai dan Normalisasi Alur Sungai

III - 12

SURVEY INVESTIGASI DESAIN (SID)

LAPORAN ANTARA
PENANGANAN SUNGAI CIBANTEN
KEGIATAN PERENCANAAN NORMALISASI SALURAN SUNGAI

Pengaturan sungai dan normalisasi alur adalah upaya untuk memperbesar


kapasitas alur sungai yang meliputi pelurusan tikungan sungai dengan penyudetan,
pendalaman dan atau pelebaran alur termasuk pengerukan, mengurangi besarnya
koefisien kekasaran, mengendalikan arah aliran dan penanggulangan penggerusan
di alur sungai

3.2.8 Tanggul Banjlr dan Tembok Banjir


Tanggul dari timbunan tanah yang dipadatkan atau tembok banjir dari pasangan
batu/konstruksi beton bertulang merupakan salah satu bangunan pengendali
banjir yang paling praktis dan ekonomis. Tanggul atau tembok banjir banyak
digunakan untuk melindungi daerah dataran banjir yang telah berkembang
menjadi daerah pemukiman, pertanian, perkebunan, industri, dan lain-lain.
Pemakalan tanggul dan tembok banjir sebagai bangunan pengendali banjir
seringkali dikombinasikan dengan upaya pengaturan dan normalisasi alur sungai
untuk menjamin kestabilan tanggul.

3.2.9

Saluran Penyalur Banjir (Saluran Bypass atau Banjir Kanal)

Saluran Penyalur Banjir adalah saluran buatan yang dibuat atau dibangun untuk
menyalurkan sebagian atau seluruh debit banjir dari suatu sungai yang melewati
suatu daerah yang harus diamankan dari bencana banjir, dengan percabangan
saluran penyalur banjir dan sungai terletak di sebelah udik dari daerah yang
diamankan dan muara dari saluran penyalur banjir tersebut bisa terletak di sungai
itu sendiri di bagian hilir dari daerah yang diamankan ( Saluran Bypass), di sungai
lain, di rawa/danau, atau dipantai (Banjir Kanal)
Pada percabangan sungai dengan saluran penyalur banjir (Saluran Banjir atau
Banjir Kanal) harus dilengkapi dengan bangunan pembagi debit banjir yang
penempatannya dapat di bagian hulu dari saluran penyalur banjimya atau di sungai
aslinya pada lokasl tidak jauh di hilir percabangan. Pada umumnya Saluran
Penyalur Banjir dibuat apabila kapasitas dari sungai alam yang melewati daerah

III - 13

SURVEY INVESTIGASI DESAIN (SID)

LAPORAN ANTARA
PENANGANAN SUNGAI CIBANTEN
KEGIATAN PERENCANAAN NORMALISASI SALURAN SUNGAI

perkotaan / kawasan industri / daerah yang harus terhindar dari banjir, tidak lagi
mampu melewatkan debit banjir tanpa menggenangi daerah yang dilaluinya.
3.2.10 Tampungan Banjir Sementara
Tampungan Banjir Sementara (Retarding Basin), dibangun memanfaatkan dataran
banjir/rawa di kiri/kanan sungai untuk menampung sebagian atau seluruh debit
banjir untuk sementara waktu. Tujuannya mengamankan daerah di hilir yang
kemudian apabila banjir di sungainya telah surut maka air dari waduk tersebut
dapat dialirkan kembali ke sungai.
Pada bagian inlet waduk perlu dibuat bangunan pelimpah untuk memasukkan air
banjir dari sungai ke waduk tersebut dan pada bagian outletnya di sebelah hilir
dari lokasi inlet dipasang pintu air yang dapat berupa pintu sorong atau pintu klep
untuk mengeluarkan air tampungan waduk kembali ke sungai. Pada musim kemarau
areal waduk tersebut apabila terletak dalam kawasan perkotaan dapat
dimanfaatkan antara lain sebagai lapangan parkir, taman bermain atau sarana olah
raga yang tidak memerlukan bangunan (Out Door) : lapangan tenis, sepak bola,
atau apabila areal terletak di kawasan perdesaan, dalam musim hujan areal waduk
tersebut dapat dimanfaatkan untuk tambak dan dalam musim kemarau dapat
dimanfaatkan untuk pertanian.

3.2.11

Sistem Drainase dan Pompanisasi

Sistem drainase dan pompanisasi umumnya digunakan untuk mengatasi masalah


banjir genangan disuatu daerah dataran banjir yang telah diamankan dari banjir
limpasan dari sungai dengan tanggul banjir atau daerah dataran banjir yang
letaknya jauh dari sungai alam. Debit Banjir Rencana untuk perencanaan. Kriteria
Desain lainnya sangat tergantung pada kondisi setempat, biaya dan pengaruh
lainnya.

3.2.12 Sistem Polder

III - 14

SURVEY INVESTIGASI DESAIN (SID)

LAPORAN ANTARA
PENANGANAN SUNGAI CIBANTEN
KEGIATAN PERENCANAAN NORMALISASI SALURAN SUNGAI

Sistim Polder blasanya dilakukan di daerah rendah dan di perkotaan. Polder


adalah sistim yang berdiri sendiri dengan mengendalikan tinggi muka air.
Pengendalian tinggi muka air ini dapat dilakukan dengan tanggul, jaringan drainase
permukaan dan bawah permukaan, tampungan/waduk, pelimpah, pompa dan atau
pintu.

3.2.13

Bendungan Pengendali Banjir.

Bendungan pengendali banjir fungsinya hampir sama dengan kolam penampung


banjir sementara, akan tetapi volume lebih besar, sehingga selain untuk
pengendali banjir, biasanya bendungan tersebut dimanfaatkan sebagai penampung
air saat musim hujan, dan digunakan sebagai sumber air saat musim kemarau.
Kriteria untuk debit banjir dengan periode ulangnya tergantung dari konsekuensi
resiko jika bendungan jebol.

III - 15

Anda mungkin juga menyukai