26 Pengolahan Air Asam Tambang Cynthia-Libre
26 Pengolahan Air Asam Tambang Cynthia-Libre
ABSTRAK
Aktivitas penambangan seperti penambangan timah di Pulau Bangka menghasilkan
aliran asam tambang (AMD; Acid Mine Drainage) yang menimbulkan pencemaran pada aliran
sungai dan estuarin. Permasalahan dari AMD adalah kualitas airnya yang asam dengan pH< 3
dan kandungan logam seperti Fe, Zn, Pb, Al, dan As yang cukup tinggi. Keasaman dan kandungan
logam yang tinggi dari AMD telah mengganggu kehidupan akuatik di sungai atau estuarin
sekitarnya. Kajian kinerja dari sistem passive treatment skala kecil dilakukan di area
penambangan timah di Pulau Bangka untuk meningkatkan kualitas AMD yang berasal dari aliran
air danau bekas tambang yang masih aktif. Tujuan dari penelitian adalah untuk meningkatkan
kualitas AMD agar bisa digunakan sebagai sumber air bersih dan untuk mencegah pencemaran
lingkungan. Sistempassive treatment yang dikaji merupakan gabungan sistem kapur anoksik
(ALD; Anoxic Limestone Drains ) dan sistem rawa buatan (CTW; Conctructed Wetland, Aerobic
dan Anaerobic ). Penambahan filter pasir (sand filter) yang terpisah dilakukan untuk menurunkan
kandungan padatan terlarut. Sistem pengolahan bersifat pasif tidak memerlukan energi seperti
listrik, dimana aliran air menggunakan pengaruh grvitasi. Sistem ALD mnggunakan batu kapur
dan CTW menggunakan tanaman air Eichornia sp dan Lepironia sp. Sistem pengolahan passive
treatment meningkatkan pH AMD dari 2,8 menjadi 7, menurunkan turbiditas dan konduktivitas.
Penyisihan sulfat mencapai 67 90% sedangkan penyisihan logam Fe mencapai 100% dan
penyisihan Al 93-97%. Sistem passive treatment yang diuji terbukti cukup efektif dan efisien
dalam meningkatkan pH dan menurunkan kandungan logam AMD. Secara keseluruhan kualitas
air AMD olahan cukup baik sesuai standar mutu untuk air bersih.
Kata kunci: teknologi pengolahan air, passive treatment, air asam tambang
ABSTRACT
Activities of tin mining in Bangka Island have been producing mine waste. These mine
wastes are continuing sources of environmental contamination, mostly in the form of acid mine
drainage (AMD). These acid mine waters have caused severe pollution in the streams and
estuarine. The problem of acid mine water is that the water is acid with pH < 3 and the metal
concentrations such as Fe, Zn, Pb, Al, and As are relatively high. Acidity and metal
concentrations of the AMD-affected streams have caused the loss of most forms of aquatic life. The
purpose of this study is to evaluate the passive treatment system to treat the AMD (acid mine
drainage) by increasing the water pH and reducing the metal concentrations to prevent
environmental pollution. The passive treatment system evaluated is a combining of anoxic
limestone drains (ALDs)) and constructed wetland (Aerobic and Anaerobic CTW) with additional
of sand filter to reduce the concentration of dissolved solids. The water flows passively under
gravitational force in the system without energy such by using electric power. The ALDs system
used coarse limestone and the CTW used water plants of Eichornia sp and Lepironia sp. The
passive treatment system tested has increased the pH of the AMD from 2.8 to 7 and reduced the
turbidity and conductivity. The sulfate removal was 67-90%, while the removal of metals was
nearly 100% for Fe and 93-97% for Al. The system of passive treatment approved to be very
effective and efficient to increase the pH and reduce the metals concentration of acid mine water.
Overall the quality of treated AMD has met the clean water standard.
Keywords: wastewater treatment, passive treatment, acid mine drainage
331
PENDAHULUAN
Permasalahan utama berhubungan dengan penambangan dan limbah
tambang (tailing dan batu-batuan) adalah terbentuknya aliran asam tambang
(AMD; Acid Mine Drainage), yang terbentuk dari hasil reaksi oksidasi
batuan/mineral sulfida secara kimia dan biologi. AMD merupakan sumber
kontaminasi lingkungan karena selain mempunyai pH yang rendah juga
mengandung logam-logam berat berbahaya seperti Fe, Al, Mn, Cu, Zn, Cd, Pb, As
dan biasanya juga mengandung sulfat yang tinggi (Davis et al., 2000; Achterberg
et al., 2003; Braungardt et al., 2003; Elisa et al.,2006; Blodau, 2006; Dowling et
al., 2004; Sengupta, 1993). Keasaman dan kandungan logam yang tinggi telah
menyebabkan hilangnya beberapa jenis dari biota akuatik pada sungai-sungai
kecil yang mendapat efek buangan AMD (Lopez-Archilla et al., 2001;
Gonzalez-Toril et al., 2003; Nyogi et al, 2002).
Diperlukan pengolahan AMD untuk mengurangi pencemaran sungai,
sebelum dibuang ke perairan. Seperti diketahui bahwa banyak teknologi yang
dapat digunakan untuk perbaikan AMD. Passive Treatment yang merupakan
gabungan beberapa sistem pengolahan seperti sangat efektif meningkatkan pH dan
menurunkan kandungan logam AMD. Adapun sistem yang umum digunakan
untuk pengolahan AMD seperti sistem permeable reactive barrier (PRB), open
limestone channels (OLCs), anoxic limestone drains (ALDs) dan rawa buatan
(CW; constructed wetland) (Benner, 1997; Gilbert et al., 2003; Zipper dan Jage,
2002; Gloss et al., 1998; Zimkiewicz et al., 2003). Metode yang murah dan cukup
efisien untuk menetralisasikan AMD adalah dengan menggunakan bahan alkalin
seperti batu kapur (limestone) (Mylona et al., 2000; G Maree et al 2004). Sistem
passive treatment yang sangat efektif dalam menurunkan asiditas AMD adalah
sistem OLCs dan ALDs yang digabung dengan sistem CW, dan sistem ini sudah
dikembangkan secara komersial di Kanada dan Amerika Serikat.
Sistem
limestone dan wetland yang terpisah akan lebih efektif dan lebih terkontrol
dibandingkan dengan sistem yang disatukan dalam CW. Pengolahan AMD
biasanya menggunakan sistem pengolahan bertingkat dari beberapa sistem yang
disebutkan di atas untuk perbaikan kualitas airnya (Zipper dan Jage, 2002;
332
Faulkner et al, 2005; Zimkiewicz et al, 2003; Hedin et al, 1994; Daugherty et al,
2003).
Sistem fluidized-bed limestone mampu menurunkan asiditas AMD
batubara dari 12000 menjadi 300 mg/L (CaCO3) dimana pH meningkat dari 2,2
menjadi 7 dengan penurunan kandungan Fe dan Al mencapai 95% (Maree et al.,
2004). Peningkatan pH air asam tambang yang ber pH<5, Fe> 20 mg/L, alkalinity
<80 mg/L dan oksigen terlarut< 2mg/L dengan sistem ALD sangat efektif
sebelum di alirkan ke sistem CW (Brodie et al, 1993). Selain meningkatkan pH,
sistem ALD dapat meningkatkan alkalinitas efluen untuk menjaga pH agar tidak
turun setelah melewati sistem CW. Sistem ALD harus diikuti oleh CW anaerobik
ataupun aerobik untuk mendapatkan kualitas air efluen yang memenuhi standar
mutu air bersih (Brodie, 1993), karena untuk AMD yang mengandung Fe>80
biasanya dengan hanya sistem CW tidak bisa meningkatkan pH. Dengan desain
yang tepat, sistem passive treatment bisa mempunyai umur (lifespan) > 20 tahun
(Zimkiewicz et al, 2003).
Sistem CW atau rawa buatan juga merupakan sistem passive treatment
yang cukup efektif untuk pengontrolan AMD, akan tetapi untuk efektifitas
pengolahan air, sistem CW tidak bisa langsung digunakan untuk mengolah AMD
kecuali sistem dilengkapi dengan media kapur. Sistem CW secara alamiah adalah
daerah transisi (ekoton) antara ekosistem perairan dimana memiliki kondisi basah
dan tergenang dengan ekosistem darat yang kering. Sistem CW dapat memiliki
masa terendam air namun juga dapat praktis kering (Kadlec dan Knight, 1996).
Secara alamiah, pada sistem CW terjadi proses-proses biologi, kimia dan fisika.
Proses biologi terjadi pada interaksi antara tumbuhan penyusun CW dengan
lingkungannya tersebut. Penyerapan (up taking) unsur-unsur yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan diserap melalui akar atau organ yang berfungsi seperti akar
pada air dan substrat tumbuh tumbuhan tersebut. Penyerapan logam dalam air,
terutama Fe dan Mn, akan berlangsung efektif apabila terdapat intreraksi secara
biologis yang menjembatani proses oksidasi dan reduksi. Sistem CW adalah satusatunya ekosistem yang di dalamnya terjadi proses-proses oksidasi dan reduksi.
Proses biologi lainnya yang terjadi pada CW adalah proses pelepasan material
organik dari tumbuhan ke lingkungan sekitarnya. Tumbuhan merupakan elemen
333
SO4
2+
+ 2CH2O + 2H
Me + S
2-
MeS
334
V-1
SETTLING POND
Water level
Water level
GRAVEL
AEROBIC POND
ANAEROBIC POND
FINAL BASIN
CONSTRUCTED WETLAND
Sistem Pengolahan
Kolam penampungan influen dan effluen berukuran 2x2x1,5 m. Kolam
ALD berukuran 1x1x1 m, dengan komposisi reactive mixtures yang digunakan
pada limestones bed terdiri dari lapisan atas: kompos dan tanah (5 cm, porositas
70 - 80%), lapisan utama: limestone (coarse grain) dengan diameter 0,5 - 1 cm (70
cm, porositas 30%), lapisan bawah: gravel (10 cm, porositas 10%), aliran yang
digunakan menggunakan sistem upflow. Kolam CW sistem aerobik berukuran
2x0,5x1 m dengan tanaman mengapung eceng gondok (Eichornia sp), sedangkan
komposisi kolam CW sistem anaerobik yang berukuran 2x2x1 m terdiri dari
335
lapisan bawah: liner (bentonit), gravel (10 cm, porositas 20%), lapisan tengah:
campuran pasir, kompos (40 cm, porositas 70%), lapisan atas: tanah (20 cm,
porositas 80%), tanaman: tanaman lokal purun (Lepironia sp), tinggi permukaan
air 10 cm. Kolam filter pasir berukuran 1x1x0,8 m dengan ketinggian lapisan
kerikil 10 cm dan ketinggian pasir 60 cm, porositas 50 - 60%. Kolam dibuat
dengan kemiringan 10%. Kecepatan aliran 500L/d. HRT: 5,5 hari.
Metode Analisa
Analisa parameter mengikuti prosedur metode baku (APHA, 2005).
Masing-masing parameter ditetapkan berdasarkan standar kurva dari hasil analisa
1 seri konsentrasi yang sudah ditentukan. Logam air: Ekstraksi menggunakan
asam HNO3 dan dianalisa dengan AAS Hitachi Z-6100. Sulfat: Menggunakan
reagen BaCl2 dan dianalisa dengan spektrofotometer pada
420 nm.
Air yang dianalisa pada sistem passive treatment adalah K0: Air di saluran
masuk; K1: Air di kolam Penampungan influen; K2: Air keluar dari kolam ALD;
K3: Air keluar dari CW anaerobik; dan K4: Air di kolam penampungan effluen.
336
(AMD) meningkat dan terjaga pH nya, karena air AMD yang keluar dari kolam
ALD sudah mempunyai alkalinitas yang tinggi dari pelepasan kalsium.
Sistem CW selain menurunkan kandungan sulfat dan logam, CW juga bisa
meningkatkan pH disebabkan adanya kandungan alkalinitas (karbonat) pada
kompos
yang digunakan.
CW anaerobik
juga
memiliki
fungsi untuk
mengendapkan logam-logam terlarut yang masih ada di air AMD dan menurunkan
kandungan sulfat yang tinggi di air AMD melalui proses kimia dan biologi oleh
bakteri pereduksi sulfat (Chang et al, 2000). Air keluar dari CW anaerobik (K3)
memiliki pH yang lebih tinggi (>6) bahkan setelah kolam filtrasi effluen pH air
AMD yang sudah diolah (K4) di kolam penampungan mencapai pH di atas 7.
Gambar 2. Profil pH air AMD/AMD pada sistem passive treatment skala lapangan
337
buangan tambang influen dari saluran (K0), namun beberapa hari setelah itu
turbiditas menurun karena terjadi endapan di kolam penampungan.
Gambar 3. Profil konduktivitas air AMD/AMD pada sistem passive treatment skala lapangan
Tabel 1. Salinitas, turbiditas dan temperatur air AMD sebelum dan sesudah passive treatment
Kolam
K.0 Influen
K.1 Penampungan
K.2 SF Wetland setelah kolam kapur
(CW aerobik )
K.3 SSF CW (CW anaerobik )
K.4 Effluen
Sal
%
0,11 - 0,16
0,09 - 0,11
Turb
(NTU)
50-200
15 - 200
Temp.
(C)
27 33
25 33
0,09 - 0,11
0,06 - 0,08
0,07 - 0,08
3-5
3-8
0-1
26 33
26 33
26 33
Turbiditas air AMD yang keluar dari kolam CW aerobik, anaerobik dan
kolam penampungan effluen juga menurun. Perubahan warna air AMD dari keruh
dan coklat kekuningan sebelum diolah menjadi jernih setelah diolah. Selain dari
pengendapan, sistem ALD, CW dan filter dapat menurunkan turbiditas/kandungan
padatan yang terdapat pada air AMD /air asam tambang (Tabel 1).
Kandungan sulfat pada air AMD influen yang diolah juga menurun dari
>1200 mg/L menjadi 100 - <400 mg/L pada air AMD effluen (Gambar 4). Sulfat
merupakan ion sulfur di air dalam kondisi oksidasi dan sangat terlarut di dalam
338
air. Kehilangan kandungan sulfat di alam hanya melalu proses biologi reduksi
sulfat oleh kolamteri pereduksi sulfat pada kondisi anaerobik menjadi sulfida.
Sulfida mudah bereaksi dengan logam sehingga membentuk endapan metal
sulfida. Turunnya kandungan sulfat di air AMD pada sistem passive treatment
disebabkan oleh aktivitas bakteri pereduksi sulfat di sistem CW anaerobik dan
sand filter (sebagai biofilm) (Steed et al., 2002; Chang et al.,2000; Gilbert et al.,
2005).
Walaupun tidak ada peraturan mengenai baku mutu air bersih kandungan
sulfat pada air bersih, namun kandungan sulfat yang tinggi di perairan dapat
memicu turunnya kualitas air yang mempunyai kandungan organik yang tinggi.
Pembentukan sulfida dapat menyebabkan perairan menjadi anoksik dan terjadi
pelepasan fosfat ke badan air sehingga bisa menyebabkan eutrofikasi yang parah
di perairan (Weiner, 2000). Penyisihan sulfat (sulfate removal) di sistem passive
tretment mencapai 67- 90%.
Tidak seperti kandungan sulfat di air AMD, hilangnya Fe dari sistem
passive treatment cukup besar pada kolam penampungan (K1) karena mengalami
oksidasi dan pengendapan, serta setelah melewati kolam kapur dan CW aerobik
(K2) (Gambar 5). Kandungan Fe pada kolam penampungan berkisar antara 15
80 mg/L. Kandungan Fe di kolam ini sangat fluktuatif
339
menurun cukup nyata tetapi masih cukup tinggi bila dibandingkan setelah air
melewati sistem ALD, CW aerobik dan anaerobik. Penyisihan logam Fe pada
sistem mencapai 100%.
Gambar 5. Profil Fe air AMD pada sistem passive treatment skala lapangan
Seperti juga Fe, kandungan Al di air AMD yang diolah menurun setelah
melewati kolam penampungan, ALD dan CW aerobik dan anaerobik (Gambar 6).
Kandungan Al di kolam penampungan (K1) berkisar antara 11,68 109 mg/L.
Penyisihan Al setelah passive treatment mencapai 93 99%.
Tanaman yang digunakan untuk CW aerobik adalah kolam dengan
tanaman eceng gondok, sedangkan untuk CW anaerobik menggunakan purun.
Kandungan logam air AMD olahan setelah CW aerobik tidak berbeda secara
signifikan dengan air AMD olahan setelah CW anaerobik. Namun untuk jangka
panjang tanaman air selain sumber organik bagi bakteri, penyerapan logam oleh
tanaman air juga sangat signifikan seperti temuan pada kandungan logam di
tanaman air AMD (Chang et al., 2000; Sengupta, 1993).
340
Gambar 6. Profil Fe air AMD pada sistem passive treatment skala lapangan
KESIMPULAN
Sistem passive treatment yang merupakan gabungan sistem kapur (ALD)
dan rawa buatan (CW; constructed wetland) secara efektif dan efisien dalam
meningkatkan pH dan menurunkan kandungan padatan tersuspensi, logam dan
sulfat air asam tambang dari aliran buangan tambang timah di Pulau Bangka. Air
AMD setelah melewati kolam penampungan, ALD dan CW aerobik mempunyai
kualitas air yang memenuhi standar mutu air bersih gol B (PP no.82,2001) .
DAFTAR PUSTAKA
Achterberg, E.P., Herzl, V.M.C., Braungardt, C.B., Millward, G.E., 2003. Metal
behaviour in an estuary polluted by acid mine drainage: the role of
particulate matter. Environ. Poll.121, 283292.
Benner, S. G., D. W. Blowes dan C. J. Ptacek. 1997. A Full Scale Porous Reactive
Wall for Prevention of Acid Mine Drainange. GWMP. Vol 17. no.4. 99
107.
Blodau, C. 2006. A review of acidity generation and consumption in acidic coal
mine lakes and their watersheds. Science of the Total Environment
369:307332
Brody , G.A., C.R. Britt, T.M. Tomaszewski, and H.N. Taylor. 1993. Anoxic
Limestone Drains to Enhance Performance of Aerobic Acid Drainage
Treatment Wetlands: Experiences of the Tennessee Valley Authority. In:
G.A.Moshiri. Constructed Wtelands for WaterQuality Improvement.
Lewis Publishers. Boca Raton. 129-138.
341
Chang, I.S., Shin, P.K., Kim, B.H., 2000. Biological treatment of acid mine
drainage under sulphate-reducing conditions with solid waste materials as
substrate. Water Res. 34,12691277.
Daugherty, A.J., Martin, A., Bowden, L., Aplin, A.C.,Johnson, D.B., 2003.
Passive treatment of acidic mine watersin subsurface flow systems:
exploring RAPS and permeable reactive barriers. Land Contam. Reclam.
11, 127135.
Dowling Jeremy ,Steve Atkin, Geoff Beale, dan Glenn Alexdaner. 2004.
Development of the Sleeper Pit Lake. Mine Water dan the Environment 23:
211.
Faulkner Ben B., E. Griff Wyatt, John A. Chermak, dan Franklin K. Miller. 2005.
The Largest Acid Mine Drainange treatment Plant in The World. U.S. Fish
dan Wildlife Service, Kearneysville, WV. Paper presented at the 26th
West Virginia Surface Mine Drainage Task Force, April 19-20.
Elisa, M., P. Gomes, and J.C. Favas, 2006. Mineralogical controls on mine
drainage of the abandoned Ervedosa tin mine in north-eastern Portugal.
Applied Geochemistry. 21:13221334
Gonzalez-Toril, E., Llobet-Brossa, E., Casamayor, E.O.,Amann, R., Ails, R.,
2003. Microbial ecology of an extremeacidic environment, the Tinto
River. Appl. Environ.Microbiol. 6, 48534865.
Gibert, O., J. de Pablo, J. L. Cortina, and C. Ayora. 2005. Municipal compostbased mixture for acid mine drainage bioremediation: Metal retention
mechanisms. Applied Geochemistry .20:16481657.
Gilbert, O., de Pablo, J., Cortina, J.L., Ayora, C., 2003. Evaluation of municipal
compost/limestone/iron mixtures as filling material for permeable reactive
barriers for in situ acid mine drainage treatment. J. Chem. Technol.
Biotechnol.78, 489496.
Hedin, R.S., R.W. Nairn, dan R.L.P. Kleinmann. 1994. Passive treatment of coal
mine drainage. U.S. Bureau of Mines Information Circular IC 9389.
Pittsburgh, PA.
Kadlec R. H. dan R. L. Knight. 1996. Treatment Wetlands. CRC Press LLC.
Florida.
Lopes, I., Goncalves, F., Soares, A. M. V. M., & Ribeiro, R. (1999).
Discriminating the Ecotoxicity due to Metals dan to Low pH in Acid Mine
Drainage. Ecotoxicology dan Environmental Safety, Environmental
Research., (44), 207 - 214.
Lopez-Archilla, A.I., Marn, I., Amils, R., 2001. Microbial community
composition and ecology of an acidic aquatic environment: the Tinto river,
Spain. Microbial Ecol. 41 (1),2035.
342
343
DISKUSI
Penanya
Pertanyaan
Jawaban
CATATAN
1. Uraian mengenai pengolahan AMD terlalu panjang sementara ulasan
permasalahan tambang di Bangka sangat sedikit.
2. Perlu diperhatikan konsistensi penggunaan istilah seperti wetland,
constructed wetland, CW dan rawa buatan.
344