Anda di halaman 1dari 6

PROSEDING SEMINAR TUGAS AKHIR (2012) 1-6

Permodelan Transient Reaktor Shunt pada Sistem Transmisi


500 kV Akibat dari Gangguan Fasa ke Tanah
Wisnu Pribadi, I Made Yulistya Negara, I Gusti Ngurah Satriyadi H.
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: yulistya@ee.its.ac.id ; didit@ee.its.ac.id

Abstrak Pada transmisi tegangan tinggi akan muncul


adanya line charging, yaitu tegangan pada sisi terima akan
lebih besar dari tegangan pada sisi kirim. Untuk
mengatasi permasalahan seperti itu maka diperlukan
pemasangan reaktor shunt yang berfungsi untuk
menyuplai daya reaktif induktif untuk mengurangi line
charging yang terjadi. Pada saat terjadi gangguan auto
reclouser bekerja untuk memadamkan arus gangguan,
akan tetapi selama proses pemadaman, arus gangguan
akan disuplai dengan arus kapasitansi sehingga muncullah
secondary arc. Reaktor netral bersifat induktif yang
digunakan untuk memadamkan secondary arc. Dalam
tugas akhir ini dilakukan simulasi gangguan satu fasa ke
tanah, dua fasa ke tanah dan tiga fasa ke tanah terhadap
saluran transmisi 500 kv dengan menggunakan perangkat
lunak EMTP/ATP. Pada simulasi gangguan satu fasa ke
tanah secondary arc mengalami penurunan yaitu dari 70 A
menjadi 24 A setelah dipasang reaktor netral. Pada
simulasi gangguan dua fasa ke tanah secondary arc
sebelum di pasang reaktor netral adalah 90 A menjadi 34
A setelah di pasang reaktor netral. Pada gangguan tiga
fasa ke tanah secondary arc sebelum di pasang reaktor
netral adalah 72 A menurun hingga 61 A setelah di pasang
reaktor netral.

II. REAKTOR SHUNT DAN REAKTOR NETRAL


A. Pemasangan Reaktor Shunt[1]
Reaktor shunt dirancang untuk terhubung ke saluran
transmisi untuk mengatur tegangan saluran dengan cara
menyerap daya kapasitif. Dalam keadaan normal reaktor shunt
mengkompensasi daya reaktif antara 60% dan 75 %[1]. Dalam
tugas akhir ini akan dijelaskan efek dari pemasangan reaktor
shunt terhadap parameter beban dan saluran. Reaktor shunt
dipasang pada sisi penerima.
Pada gambar 1 dijelaskan pengaruh dari kapasitansi,
pemasangan reaktor shunt.

Gambar 1. Rangkaian pengganti saluran transmisi setelah dipasang reaktor


shunt

Kata Kunci Reaktor shunt , ATP/EMTP, Secondary


Arc,Reaktor Netral.

Dari gambar tersebut maka besar dari Lp (reaktor shunt)


dirumuskan seperti di bawah ini:

I. PENDAHULUAN

EAKTOR SHUNT adalah salah satu alat yang digunakan


untuk mengurangi line charging yang disebabkan oleh
transmisi yang jauh. Pada saat terjadi gangguan pada saluran
transmisi auto reclouser akan bekerja untuk mematikan arus
gangguan. pada saat itu arus yang sudah padam akan kembali
muncul karena disupply oleh arus kapasitif yang tersisa karena
kompensasi arus induktif yang diberikan oleh reaktor shunt
bernilai lebih kecil sehingga secondary arc akan muncul.
Untuk mengurangi arus kapasitif tersebut maka dipasanglah
reaktor netral. Pemasangan reaktor netral bertujuan untuk
mengurangi secondary arc sehingga memudahkan auto
reclouser bekerja. Reaktor netral dipasang di bawah
pemasangan reaktor shunt. [3]

2 ..( +3 )

Dimana:
: Reaktor shunt
k : Kostanta
: Kapasitansiantar kabel fasa
: Kapasitansi kabel fasa ke tanah

(1)

B. Pemasangan Reaktor Netral[1]


Pemasangan reaktor netral berfungsi untuk mengurangi arus
kapasitif yang yang ada pada saluran transmisi. Reaktor netral
bersifat induktif yang bertujuan untuk mengurangi arus
kapasitif tersebut.
Gambar 2 merupakan rangkaian pengganti transmisi setelah
di pasang reaktor netral.

PROSEDING SEMINAR TUGAS AKHIR (2012) 1-6

2
Jarak antar fasa adalah 16 m, maka Dab= 16 m, Dbc= 16 m,
dan Dca= 32 m.
3
Deq= 16 16 32
Deq= 20.16 m.
Tinggi kawat fasa adalah 70 m.
Sehingga Ha= 70 m, Hb= 70 m, dan Hc= 70 m.
3
Heq= 70 70 70
Heq= 70 m.
Mencari GMD.
1
= .
2
1 +
42

Gambar 2. Rangkaian pengganti saluran setelah dipasang reaktor netral

Besar dari dapat ditentukan dengan menggunakan rumus


dibawah ini:
1
.(0 ).
1

3 (0 ).1 2 1
. .
0
Dimana 0 =

Sehingga persamaan menjadi:

1
3

. 0

= 20.16

= 19.75

(2)

2
1 + 20.16 2
4 70

Mencari GMR.

= [ . . 1 ]

(3)

2.

45 102
=

2.
4
= 0.3182
Sehingga GMR adalah

Dimana:
K : 0.6 dan 0.8
: Reaktor netral
: Reaktor shunt
0 :
Pada tabel di bawah ini dijelaskan nilai-nilai yang digunakan
untuk mencari besar dari [3]:

= [ 4 0.16395 0.318241 ]4
= 0.381
Sehingga nilai dari adalah
0.0388
=

log

0.0388
=
19.73
log
0.381
= 0.0226 Fmile
= 3.53 F
Untuk menghitung kapasitansi saluran kabel ke tanah
maka perlu menggunakan metode muatan bayangan. Hal ini
kan di jelaskan pada gambar 4 di bawah ini.
1
2
3

Tabel 1
Konsatanta perbadingan dan , besar 0 dan k

0 = 0.3
0 = 0.45
k = 0.6
0.33
1
k = 0.8
0.2
0.43

III. ANALISA HASIL SIMULASI


A. Perhitungan Nilai dari Reaktor Shunt dan Reaktor
Netral
Sebelum dilakukan simulasi terlebih dahulu, diperlukan
perhitungan nilai dari reaktor shunt dan reaktor netral terlebih
dahulu. Dalam perhitungan ini perlu untuk mengetahui nilai
dari kapasitansi antar kabel fasa dan kapasitansi antara kabel
fasa dengan tanah.

H1

H2

H3

Permukaan bumi

H23
H31

H12

Gambar 3. Rangkaian pengganti kapasitansi dan reaktor shunt

1
Gambar 4. Metode muatan bayangan

Menghitung kapasitansi saluran:


2

PROSEDING SEMINAR TUGAS AKHIR (2012) 1-6


=

ln

20

perhitungan dan perbedaan antara dipasang reaktor netral


dengan tidak di pasang reaktor netral.

12 23 31

ln( 3
)

1 2 3

B. Pemodelan dengan Menggunakan EMTP /ATP


Dalam simulasi kali ini kita menggunakan fasilitas
ATPDraw dari software EMTP untuk memodelkan dan
mensimulasikan pengaruh switching terhadap reaktor shunt
500 kV. Sumber yang digunakan merupakan sumber arus
bolak-balik (AC) dengan tegangan rms line-line (V L-Lrms ) 500
kV. Frekuensi yang digunakan adalah 50 Hz. Untuk sumber,
digunakan Single Phase Programmable Voltage Source.
Circuit Breaker berfungsi sebagai pemutus daya. Pada
simulasi ini digunakan Breaker yang memiliki pengaturan
waktu eksternal, yang diatur dengan Timer. saluran transmisi
yang digunakan memiliki komponen utama berupa komponen
resistif, kapasitif dan induktif. Untuk simulasi ini, panjang
saluran diasumsikan 251.1 km. dapat terlihat pada Gambar 8.
Reaktor shunt dihubungkan dengan saluran transmisi pada
gardu induk, diasumsikan diletakkan sebelum transformator
daya.

1 = 70 m, 2 = 70 m, dan 3 = 70 m
12 = 140.9 m, 23 =140.9 m, dan 31 = 143.6 m
Maka nilai dari adalah.
20
=
3
12 23 31

ln
ln( 3
)

1 2 3
=

ln

2 8.854 1012
3

19.75
140.9 140.9 143.6
ln(
)
3
0.16395
70 70 70

= 1.36 1011

Besar dari reaktor shunt adalah:


1
= 2
. k(CE + 3. CC )
1
=
2. . f. k(CE + 3. CC )
=

C. Kondisi Sistem Tanpa Reaktor Shunt


Pada simulasi dibawah ini dilakukan saluran transmisi
tanpa menggunakan reaktor shunt. Maka akan terlihat bahwa
tegangan pada sisi terima akan lebih besar dari sisi kirim.

1
2 50 0,6 (1.36 1011 + 3. (3.53 106 )

= 351.57

Untuk mencari reaktor netral maka perlu dilihat


dengan gambar 4.3 di bawah ini.

Gambar 6. Pemodelan Sistem Transmisi 3-fasa 500 kV menggunakan


ATP/EMTP dalam kondisi berbeban tanpa reaktor shunt

Pada simulasi ini saluran transmisi 500 kV tidak memakai


reaktor shunt yang digunakan untuk kompensasi adanya line
charging. Simulasi ini digunakan untuk melihat adanya line
charging yang terjadi pada saluran transmisi ini.

Gambar 7. Plot tegangan sistem tanpa reaktor Shunt


Gambar 5. Rangkaian pengganti kapasitansi dengan reaktor shunt dan reaktor
netral

Keterangan:
Gelombang warna merah menunjukan BUS A
Gelombang warna hijau menunjukan BUS B
Pada keadaan sistem tanpa reaktor shunt , tegangan sumber
adalah 500 kV dengan frekuensi 50 Hz. Dari plot gambar 4.2
dapat dilihat pengaruh adanya line charging pada transmisi
sehingga nilai tegangan pada sisi terima lebih besar dari pada
sisi kirim. Disini terlihat bahwa efek feranti yang timbul pada
saluran ungaran menuju krian tidak terlalu besar yaitu hanya
sekitar 17,78 kV. Tetapi meskipun efek feranti ini kecil juga
perlu d kompesasikan di gardu induk krian agar kualitas
sistem terjaga.

Besar dari reaktor netral adalah:


1 . 0
= .
3 k 0

1 351.57. 0.33
.
3 0.6 0.33

= 143.22 H

Setelah dilakukan perhitungan di atas nilai dari reaktor


shunt dan reaktor netral digunakan sebagai data dalam
simulasi dengan menggunakan ATP/EMTP. Setelah itu dilihat

PROSEDING SEMINAR TUGAS AKHIR (2012) 1-6

cos
(1.2x 103 . . )
500
=
cos(1.2x 103 .50.251)
= 517,78
=

D. Kondisi Sistem dengan Reaktor Shunt

Gambar 11. Arus secondary arc dengan reaktor shunt


Gambar 8. Pemodelan Sistem Transmisi 3-fasa 500 kV
ATP/EMTP dalam kondisi berbeban dengan reaktor shunt

Nilai dari secondary arc adalah 70 A


Gangguan satu fasa ke tanah pada simulasi diatas
merupakan gangguan paling banyak yang dialami pada sistem
transmisi. Gangguan satu fasa ke tanah tersebut juga
mempengaruhi kerja dari Single Pole Auto Reclosing (SPAR)
karena munculnya secondary arc. Pada t= 0.1 sistem transmisi
mengalami gangguan satu fasa ke tanah. Pada t= 0.2
muncullah secondary arc.

menggunakan

Setelah melakukan simulasi sistem tanpa reaktor shunt dan


didapat bahwa tegangan sisi kirim lebih kecil dari pada
tegangan sisi terima. Pada simulasi kedua ini sistem ditambah
dengan reaktor shunt. Hasil dari simulasi adalah sebagai
berikut.

F. Pemasangan Reaktor Netral Sebagai Kopensasi dari


Secondary Arc
Pada simulasi ini dilakukan penambahan reaktor netral
sebagai kompensasi dari adanya secondary arc yang muncul
karena pemasangan reaktor shunt. Similasi dapat dilihat pada
gambar di bawah ini:

Gambar 9. Plot tegangan sistem dengan reaktor shunt

Keterangan:
Gelombang warna merah menunjukan BUS A
Gelombang warna hijau menunjukan BUS B
Pada keadaan sistem dengan reaktor shunt , tegangan
sumber adalah 500 kV dengan frekuensi 50 Hz. Dari plot
gambar 4.5 dapat dilihat pengaruh adanya daya reaktif yang
dihasilkan oleh reaktor shunt sehingga daya pada sisi terima
meniliki nilai lebih rendah apabila dibandingkan dengan daya
pada sisi kirim.

Gambar 12. Pemodelan Sistem Transmisi 3-fasa 500 kV


ATP/EMTP dengan menambahkan reaktor netral.

menggunakan

Hasil dari simulasi gangguan satu fasa ke tanah di atas


menunjukan adanya penurunan besar dari secondary arc
karena adanya pemasangan reaktor shunt dan penambahan
reaktor netral. Hasil dari simulasi di atas dapat dilihat pada
gambar di bawah:

E. Gangguan Satu Fasa ke tanah dengan Munculnya


Secondary Arc
Pada simulasi ini digambarkan bahwa sistem transmisi
mengalami gangguan satu fasa ke tanah. Simulasi dapat dilihat
pada gambar di bawah ini:

Gambar 13. Arus secondary arc dengan reaktor shunt dan reaktor netral
Gambar 10. Pemodelan Sistem Transmisi 3-fasa 500 kV
ATP/EMTP dalam kondisi gangguan satu fasa ke tanah.

Nilai dari secondary arc adalah 24 A


Dari hasil simulasi di atas dapat dapat terlihat hasil dari
pemasangan reaktor netral. Secondary arc memiliki nilai yang
lebih kecil setelah dipasang reaktor netral. Pada t= 0.1 sisten
transmisi mengalami gangguan satu fasa ke tanah, pada t= 0.2
muncul adanya secondary arc setelah itu akan perlahan-lahan
akan stabil.

menggunakan

Hasil dari simulasi gangguan satu fasa ke tanah di atas


menunjukan adanya secondary arc karena adanya pemasangan
reaktor shunt. Hasil dari simulasi di atas dapat dilihat pada
gambar di bawah:

PROSEDING SEMINAR TUGAS AKHIR (2012) 1-6

G. Gangguan Dua Fasa ke tanah dengan munculnya


Secondary Arc
Pada simulasi ini digambarkan bahwa sistem transmisi
mengalami gangguan dua fasa ke tanah. Pada t= 0.1 terjadi
gangguan dua fasa ketanah. Selanjutnya bisa dilihat dari gabar
di bawah ini:

Gambar 17. Arus secondary arc dengan reaktor shunt dan reaktor netral
Gambar 14. Pemodelan Sistem Transmisi 3-fasa 500 kV
ATP/EMTP dalam kondisi gangguan dua fasa ke tanah.

Nilai dari secondary arc adalah 34 A


Pada gambar 15 dan 17 terlihat perbandingan besarnya
secondary arc sebelum dan sesudah di pasang reaktor netral.
Pada simulasi stelah dipasang reaktor netral secondary arc
terlihat menurun karena adanya reaktor netral yang telah
dipasang. Reaktor netral tersebut bersifat reaktif sehingga
mengurangi besar dari secondary arc yang timbul setelah
gangguan. hal ini disebabkan karena reaktor netral akan
mengurangi kapasitansi pada fasa yang terkena gangguan
sehingga secondary arc yang terjadi akan lebih kecil setelah
dipasang reaktor netral.

menggunakan

Hasil dari simulasi gangguan dua fasa ke tanah di atas


menunjukan adanya secondary arc karena adanya pemasangan
reaktor shunt. Hasil dari simulasi di atas dapat dilihat pada
gambar di bawah:

I. Gangguan Tiga Fasa ke Tanah dengan munculnya


Secondary Arc
Pada simulasi ini digambarkan bahwa sistem transmisi
mengalami gangguan tiga fasa ke tanah. Pada t= 0.1 terjadi
gangguan tiga fasa ketanah. Selanjutnya bisa dilihat dari gabar
di bawah ini:

Gambar 15. Arus secondary arc dengan reaktor shunt

Nilai dari secondary arc adalah 100 A


Pada simulasi gangguan dua fasa ke tanah di atas dapat
dilihat pada t= 0.1 sistem transmisi mengalami gangguan.
Pada t= 0.2 timbullah secondary arc. Pada saat t= 0.3
secondary arc muali stabil kembali.
H. Pemasangan Reaktor Netral pada Gangguan Dua Fasa
ke Tanah
Pada simulasi ini digambarkan bahwa sistem transmisi
mengalami gangguan dua fasa ke tanah. Pada t= 0.1 terjadi
gangguan dua fasa ketanah. Stelah dilihat hasil dari simulasi
gangguan dua fasa ketanah di atas muncullah secondary arc
maka pada simulasi ini dipasanglah reaktor netral yang
digunakan untuk mengurangi nilai dari secondary arc.
Selanjutnya bisa dilihat dari gambar di bawah ini

Gambar 18. Pemodelan Sistem Transmisi 3-fasa 500 kV


ATP/EMTP dalam kondisi gangguan tiga fasa ke tanah

menggunakan

Hasil dari simulasi gangguan tiga fasa ke tanah di atas


menunjukan adanya secondary arc karena adanya pemasangan
reaktor shunt. Hasil dari simulasi di atas dapat dilihat pada
gambar di bawah:

Gambar 16. Pemodelan Sistem Transmisi 3-fasa 500 kV menggunakan


ATP/EMTP dalam kondisi gangguan dua fasa ke tanah dengan penambahan
reaktor netral.

Gambar 19. Arus secondary arc dengan reaktor shunt

Nilai dari secondary arc adalah 72 A


Pada simulasi gangguan tiga fasa ke tanah di atas dapat
dilihat pada t= 0.1 sistem transmisi mengalami gangguan.
Pada t= 0.2 timbullah secondary arc. Pada saat t= 0.3
secondary arc mulai stabil kembali.

Hasil dari simulasi gangguan dua fasa ke tanah di atas


menunjukan adanya penurunan besar dari secondary arc
karena adanya pemasangan reaktor shunt dan penambahan
reaktor netral. Hasil dari simulasi di atas dapat dilihat pada
gambar di bawah:

PROSEDING SEMINAR TUGAS AKHIR (2012) 1-6

J. Pemasangan Reaktor Netral pada Gangguan Tiga Fasa


ke Tanah
Pada simulasi ini digambarkan bahwa sistem transmisi
mengalami gangguan tiga fasa ke tanah. Pada t= 0.1 terjadi
gangguan tiga fasa ketanah. Selanjutnya bisa dilihat dari gabar
di bawah ini:

4.

sebesar 34 A. Terdapat penurunan besar dari secondary


arc.
Pada gangguan satu fasa ke tanah besar secondary arc
sebelum dipasang reaktor netral sebesar 72 A. Setelah
dipasang reaktor netral nilai dari secondary arc adalah
sebesar 61 A. Terdapat penurunan besar dari secondary
arc.
DAFTAR PUSTAKA

[1]

Ramold, M., Idarraga, G., dan Jger, J., Transient shunt reactor
dimensioning for bulk power transmission systems during normal and
faulty network conditions, International Conference on Power System
Technology, 2006.
[2] IEEE Power System Relaying Committee Working Group, Single
phase tripping and auto reclosing of transmission lines IEEE
committee report, IEEE Transactions on Power Delivery, Vol. 7, No.
1, pp. 182-192, Jan. 1989
[3] E. W. Kimbark, Suppression of Ground-Fault Arcs on Single-PoleSwitched EHV Lines by Shunt Reactors, IEEE Transactions on Power
Apparatus and Systems, vol PAS-83, pp. 285-290, March/April 1964
[4] J. A. Filho, P.C. Fernandez, E. H. Rose, A DAjuz and A. Castanheira,
Brazilian Successful Experience in the Usage of Current Limiting
Reactors for Short-Circuit Limitation, paper 206, Cigre session in
Tokyo,2005.
[5] Wahyudi, R, Ir. Transmisi Tenaga Listrik, Diktat Kuliah Jurusan
Teknik Elektro, FTI ITS, 2010.
[6] Hutauruk, T.S., Gelombang Berjalan dan Proteksi Surja, Jakarta,
Erlangga, 1989.
[7] M. V. Escudero, M. Redfern, Effects of Transmission Line
Construction on Resonance in Shunt Compensated EHV Lines,
International Conference on Power Systems Transients (IPST05) in
Montreal, Canada on June 19-23, 2005, Paper No. IPST05-109
[8] Kadir, Abdul, Transmisi Tenaga Listrik, UI-Press, Jakarta, 1998.
[9] Arismunandar, A., 1984, Buku Pegangan Teknik Tenaga Listrik, Jilid
III, Gardu Induk, Pradnya Paramita, Jakarta.
[10] Aslimeri dkk., 2008, Teknik Transmisi Tenaga Listrik, Jilid II,
Direktorat
Pembinaan
Sekolah
Menengah
Kejuruan,
Jakarta.Arismunandar,A., Teknik Tegangan Tinggi Suplemen,GhaliaIndonesia,Jakarta,1983.
[11] Zoran G., Birger H., Fahrudin M., Oktober 2003. HV Shunt Reactor
Secrets for Protection Engineers, presented at 30th Western Protective
Relaying Conference, Washington.

Gambar 20. Pemodelan Sistem Transmisi 3-fasa 500 kV menggunakan


ATP/EMTP dalam kondisi gangguan dua fasa ke tanah dengan penambahan
reaktor netral.

Hasil dari simulasi gangguan tiga fasa ke tanah di atas


menunjukan adanya penurunan besar dari secondary arc
karena adanya pemasangan reaktor shunt dan penambahan
reaktor netral. Hasil dari simulasi di atas dapat dilihat pada
gambar di bawah:

Gambar 21. Arus secondary arc dengan reaktor shunt dan reaktor netral

Nilai dari secondary arc adalah 61


Pada gambar 19 dan 21 terlihat perbandingan besarnya
secondary arc sebelum dan sesudah di pasang reaktor netral.
Pada simulasi stelah dipasang reaktor netral secondary arc
berbeda hanya kecil sekali.
Dibawah ini adalah hasil dari simulasi mengenai
pemasangan reaktor netral:
Tabel 1
Perbandingan nilai secondary arc sebelum dan sesudah di pasang
reaktor netral
Jenis Gangguan
Besar Secondary Arc tanpa
Besar Secondary
Reaktor Netral
Arc dengan Reaktor
Netral
1 fasa ke tanah
70 A
24 A
2 fasa ke tanah
100 A
34 A
3 fasa ke tanah
72 A
61 A

IV. KESIMPULAN
1.

2.

3.

Pada saluran transmisi 500 kV GITET Ungaran menuju


GITET Krian terjadi line charging pada sisi terima yaitu
pada GITET Krian yaitu sebesar 517,78 kV. Setelah di
lakukan pemasangan reaktor shunt maka besar tegangan
terima adalah 494,64 kV.
Pada gangguan satu fasa ke tanah besar secondary arc
sebelum dipasang reaktor netral sebesar 70 A. Setelah
dipasang reaktor netral nilai dari secondary arc adalah
sebesar 24 A. Terdapat penurunan besar dari secondary
arc.
Pada gangguan satu fasa ke tanah besar secondary arc
sebelum dipasang reaktor netral sebesar 100 A. Setelah
dipasang reaktor netral nilai dari secondary arc adalah
6

Anda mungkin juga menyukai