Anda di halaman 1dari 9

Vol. 4 No.

1, Maret 2010
ISSN : 1978-225X

Jurnal
Kedokteran
Hewan

JKH
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA


Bekerjasama dengan
PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA

PDHI

ISSN : 1978-225X

JURNAL KEDOKTERAN HEWAN


Vol. 4 No. 1, Maret 2010
Terbit setiap Maret dan September
Alamat Redaksi : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala,
Jl. Tgk. Hasan Krueng Kalee No. 4 Darussalam, Banda Aceh, 23111
Telp./Fax. No. 0651-7551536, E-mail : jurnal_khusk@yahoo.com

Ketua Penyunting :
Tongku N. Siregar

Penyunting Pelaksana :
Hamdan
T. Armansyah TR
Arman Sayuti
Erdiansyah Rahmi
Amalia Sutriana
Dwinna Aliza

Penyunting Ahli:
Mahdi Abrar
M. Hambal
T. Fadrial Karmil
M. Aman Yaman
Yudha Fahrimal
Sugito
Samadi

Sekretariat :
Fakhrurrazi

Rekening : 158-0000007419 Bank Mandiri


Cabang Banda Aceh

ii

ISSN : 1978-225X

JURNAL KEDOKTERAN HEWAN


SYARAT-SYARAT PENULISAN
1. Ketentuan Umum
Naskah harus asli yang dihasilkan dari hasil penelitian bidang kedokteran hewan dan peternakan yang belum pernah
dipublikasikan.
2. Format Penulisan
a. Artikel diketik dengan jarak 2 spasi kecuali untuk judul, abstrak, judul tabel, judul gambar dan daftar pustaka diketik
menurut ketentuan tersendiri
b. First line dimulai 5 ketukan ke dalam.
c. Huruf Times New Roman 12
d. Kertas HVS ukuran kuarto (8,5 x 11)
e. Naskah dapat ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris
f. Jumlah halaman penulisan maksimal 8 (delapan) halaman
3. Sistematika Penulisan
a. Judul
Judul artikel dalam berkala ilmiah haruslah spesifik dan efektif (tidak boleh lebih dari 14 kata dalam tulisan berbahasa
Indonesia, atau 10 kata bahasa Inggris, atau 90 ketuk pada papan kunci). Judul dibuat dalam 2 bahasa yaitu bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris.
b. Identitas Penulis
Nama-nama penulis ditulis tanpa gelar akademis atau indikasi jabatan dan kepangkatan. Identitas penulis harus
dilengkapi dengan alamat lembaga tempat kegiatan penelitian dilakukan untuk keperluan alamat korespondensi kalau
berbeda (jika ada alamat e-mail dicantumkan)
c. Abstrak
Setiap artikel harus disertai satu paragraf abstrak (bukan ringkasan yang terdiri atas beberapa paragraf) secara gamblang,
utuh, dan lengkap yang menggambarkan esensi isi keseluruhan tulisan. Abstrak ditulis dalam 2 bahasa yakni bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris yang maksimal terdiri dari 200 kata. Abstrak dilengkapi dengan 3-5 kata kunci yang mencerminkan konsep yang dikandung artikel.
d. Pendahuluan
Pendahuluan berisi latar belakang, tujuan dan manfaat penelitian
e. Materi dan Metode
Materi dan metode memuat bahan dan peralatan yang digunakan terutama yang spesifik. Prosedur penelitian harus ditulis
secara singkat.
f. Hasil dan Pembahasan
g. Kesimpulan
h. Ucapan Terimakasih (bila perlu)
i. Daftar Pustaka
Daftar pustaka disusun berdasarkan abjad dan bukan nomor urut. Penulisan nama jurnal harus sesuai dengan singkatan
yang berlaku (kalau tidak ada singkatan, jangan disingkat). Komposisi sumber pustaka adalah jurnal ilmiah/majalah
ilmiah minimal 60% dan textbook maksimal 40%.
Contoh.
Jainudeen, M.R. and E.S.E. Hafez. 2000. Gestation, Prenatal Physiology, and Parturition. In Reproduction in Farm Animals, B.
Hafez and E.S.E. Hafez (ed).7th Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia.
Siregar, T.N., N. Areuby, G. Riady, dan Amiruddin. 2004. Efek pemberian PMSG terhadap respon ovarium dan kualitas embrio
kambing lokal prepuber. Media Kedokteran Hewan 20(3):108-112.
4. Prosedur Pengiriman Naskah
Pengiriman makalah dapat dilakukan setiap saat dalam bentuk cetakan (print out) sebanyak 3 (tiga) eksemplar dan 1 (satu)
disket 3,5 atau CD (program MS World) dikirim ke alamat redaksi:
Jurnal Kedokteran Hewan
Alamat Redaksi : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala,
Jl. Tgk. Hasan Krueng Kalee No. 4 Darussalam, Banda Aceh, 23111
Telp./Fax. No. 0651-7551536, E-mail : jurnal_khusk@yahoo.com
Makalah yang telah dimuat dikenai biaya penerbitan dan pengiriman lewat transfer-bank Mandiri cabang Banda Aceh atas nama
drh. Hamdan, MP., Rek. No. 158-0000007419. Semua keputusan redaksi tidak dapat diganggu-gugat dan tidak diadakan surat
menyurat untuk keputusan tersebut.

iii

Jurnal Kedokteran Hewan


ISSN : 1978-225X

Savitri Novelina, dkk

MORFOLOGI DAN HISTOKIMIA KELENJAR MANDIBULARIS


WALET LINCHI (Collocalia linchi) SELAMA SATU MUSIM
BERBIAK DAN BERSARANG
Morphological and Histochemical Properties of Mandibular Glands of the Cave Swiflets
(Collocalia linchi) During Reproductive and Nesting Period
Savitri Novelina1, Aryani Sismin Satyaningtijas2,
Srihadi Agungpriyono1, Heru Setijanto1, dan Koeswinarning Sigit1
1

Bagian Anatomi, Histologi dan Embriologi, Departemen Anatomi, Fisiologi dan Farmakologi
Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, Bogor
2
Bagian Fisiologi dan Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan, Departemen Anatomi, Fisiologi dan
Farmakologi Institut Pertanian Bogor, Bogor
E-mail: novelina_savitri@yahoo.com.sg

ABSTRAK
Penelitian menggunakan 24 ekor walet linchi (Collocalia linchi) dewasa, bertujuan mempelajari morfologi
dan histokimia kelenjar ludah mandibularis walet linchi selama satu musim berbiak (12 bulan). Kelenjar
mandibularis walet linchi dengan jumlah sepasang, berwarna putih, berbentuk oval, dan terletak di ventral
mandibula. Sel asinar kelenjar mandibularis bertipe mukus. Dengan pewarnaan AB (pH 2,5) -PAS terlihat bahwa sel
asinar kelenjar mandibularis hanya mengandung karbohidrat yang bersifat netral dan tidak terdapat karbohidrat
yang bersifat asam. Pewarnaan dengan tujuh jenis lektin yang terkonjugasi biotin yaitu Con-A, DBA, WGA, RCA,
PNA, SBA, dan UEA memperlihatkan distribusi karbohidrat dengan residu gula galaktosa, N-asetilgalaktosamin,
asam sialat 2-5 N-asetilglukosamin serta a
-D-manosa pada bagian asinar kelenjar mandibularis dengan konsentrasi
yang bervariasi tergantung pada jenis lektin dan waktu pengambilan sampel. Hasil penelitian menunjukkan
kemungkinan adanya hubungan reseptor hormon gonad pada kelenjar mandibularis dengan aktivitas berbiak dan
bersarang pada walet linchi.
_____________________________________________________________________________________________________

Kata kunci: lektin, Collocalia linchi, kelenjar ludah

ABSTRACT
The aimed of present study is to investigate the morphological and histochemical of mandibular glands of the
cave swiflet (Collocalia linchi). The study used 24 adult wallet linchii paired mandibular gland located in the ventral
of the mandible. They were ovoid in form and whitish in color. The gland consisted of mucous acinar cells and was
positive with PAS but negative with AB (pH 2,5). The result suggested that the acinar cells of the mandibular gland
contained only neutral mucopolysaccharides and no acid mucopolysaccharides. Staining with 7 biotinylated lectins,
Con-A, DBA, WGA, RCA, PNA, SBA, and UEA which represent carbohydrates with galactosa-, Nacetylgalactosamine, sialic acid, 2-5 N-acetylglucosamine, -D- mannose, showed various positive reaction in the
secretion of the acinar cells depends on the type of lectin and sampling period. The result suggested possible
correlation between receptor gonadal hormone with the activity of reproductive and nesting period of walet linchi.
_____________________________________________________________________________________________________

Keywords: lectin, Collocalia linchi,salivary gland.

PENDAHULUAN
Walet linchi dinamakan juga burung sriti
termasuk ordo Apodiformes, famili Apodidae
dan genus Collocalia. Spesies burung walet
umumnya dibedakan berdasarkan ukuran
tubuh, warna bulu, bahan yang dipakai dan
ditambahkan dalam pembuatan sarang
(Chantler dan Driessens, 1995) serta
kemampuan ekolokasi yang dimilikinya (Price
et al., 2004; Thomassen et al., 2005). Ada tiga

spesies walet yang sarangnya dapat


dikonsumsi, yaitu walet putih (Collocalia
fuciphaga), walet hitam (Collocalia maxima),
dan walet linchi (Collocalia linchi)
(Soehartono dan Mardiastuti, 2003). Walet
putih menghasilkan sarang yang seluruhnya
terbuat dari saliva sedangkan walet linchi
menghasilkan sarang yang merupakan
campuran saliva dengan bahan lain seperti daun
pinus, ranting atau ijuk. Dengan demikian,
dibandingkan dengan sarang walet putih, harga
1

Jurnal Kedokteran Hewan

sarang walet linchi lebih murah. Harga sarang


walet linchi beserta material penyusunnya
berkisar antara 1-3 juta rupiah per kilogram
(Budiman, 2002). Mahalnya harga sarang walet
putih membuat masyarakat mencari alternatif
lain dengan mengkonsumsi sarang walet linchi.
Sarang walet dikonsumsi masyarakat karena
dipercaya berkhasiat bagi kesehatan, antara lain
sebagai obat sakit pernafasan, obat awet muda,
meningkatkan vitalitas, dan kecantikan serta
menghambat pertumbuhan sel-sel kanker
(Kang et al., 1991).
Pada walet, ludah atau saliva merupakan
komponen yang sangat penting dalam
pembuatan sarang (King dan McLelland,
1984). Bagi walet, sarang berfungsi sebagai
tempat bergantung dan beristirahat. Pada
musim berbiak, yaitu antara bulan September
sampai bulan April, sarang juga berfungsi
sebagai tempat bertelur dan mengeram
(Mardiastuti et al., 1998). Walet linchi jantan
maupun betina berperan dalam membuat dan
menjaga sarang. Kelenjar saliva walet linchi
berkembang dengan baik pada burung dewasa,
terutama pada saat musim berbiak.
Karbohidrat dalam bentuk kompleks
(glikokonjugat) berperan penting dalam
berbagai proses metabolisme tubuh, antara lain
regenerasi dan diferensiasi sel, perlekatan, dan
komunikasi antar sel, dan proses fungsional
lainnya. Glikokonjugat terdapat pada semua
jaringan tubuh hewan, terutama pada sekresi
kelenjar dan permukaan sel (Goldstein et al.,
1977).
Dengan demikian glikokonjugat dapat
menjadi penanda dinamika dan aktivitas
kelenjar eksokrin. Sejauh ini, penelitian
terhadap aktivitas kelenjar ludah yang
diperlihatkan melalui kandungan dan distribusi
glikokonjugat pada kelenjar mandibularis
selama proses reproduksi dan bersarang belum
pernah dilaporkan. Penelitian ini memanfaatkan
spesifisitas yang tinggi dari prosedur
histokimia lektin untuk mendeteksi berbagai
karbohidrat pada kelenjar mandibularis walet
linchi selama proses reproduksi dan bersarang
selama 12 bulan dan untuk melihat keterkaitan
antara proses reproduksi dan bersarang dengan
aktivitas kelenjar mandibularis.
MATERI DAN METODE
Pada penelitian ini walet linchi dewasa
diperoleh dari habitatnya, diambil 2 ekor setiap
bulannya selama 12 bulan, sehingga total walet
yang digunakan adalah 24 ekor. Burung
2

Vol. 4 No. 1, Maret 2010

ditidurkan dengan cara cervical dislocation


setelah dianestesi per inhalasi dengan
menggunakan khloroform dalam stoples
anestesi. Segera setelah hewan mati, sampel
jaringan kelenjar mandibularis dikeluarkan dari
tubuh hewan dan difiksasi dalam larutan
pengawet paraformaldehida 4%. Sampel
jaringan kemudian didehidrasi dengan
menggunakan alkohol, dijernihkan dengan
larutan silol, dan ditanam dalam paraffin
menjadi blok paraffin. Blok paraffin dipotong
secara serial dengan ketebalan 5 m. Setelah
proses deparafinisasi, sediaan kemudian
diwarnai dengan metoda pewarnaan alcian blue
pH 2,5 (AB) - periodic acid Schiff (PAS), dan
pewarnaan histokimia lektin untuk mengamati
distribusi dan komposisi glikokonjugat pada
kelenjar mandibularis burung walet linchi.
Lektin yang digunakan adalah lektin yang
terkonjugasi biotin (Biotinylated lectin kit kode
VEC LK-2000, Vector Lab, USA) terdiri atas
Con A, DBA, RCA, UEA, SBA, PNA, dan
WGA dengan dosis masing-masing 5g/l.
Untuk memastikan spesifisitas reaksi,
digunakan juga sediaan asal mencit yang
diketahui mengandung karbohidrat yang ingin
dideteksi sebagai sediaan kontrol positif.
Intensitas dan konsentrasi karbohidrat yang
terdeteksi digolongkan secara subyektif
menjadi -: bereaksi negatif, +: sedikit, ++:
sedang, +++: banyak.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Morfologi Kelenjar Mandibula Walet Linchi
Kelenjar mandibularis walet linchi
terletak pada daerah ventral mandibula. Kelenjar
berbentuk oval terdapat sepasang di kiri dan
kanan, berwarna putih dan berukuran rata-rata
panjang 0,7 cm dan lebar 0,5 cm. Pengamatan
terhadap ukuran kelenjar mandibularis semua
sampel selama 12 bulan, terlihat bahwa pada
bulan Januari ukuran kelenjar relatif kecil
(panjang 0,4 dan lebar 0,3 cm) dan kemudian
mulai pada bulan September sampai Desember
ukuran kelenjar semakin besar (panjang 0,8 dan
lebar 0,5). Secara histologis, kelenjar
mandibularis tampak diselubungi oleh kapsula
jaringan ikat. Jaringan ikat interlobular
membagi kelenjar menjadi lobulus-lobulus.
Kelenjar terdiri dari bagian asinar dan unit
penyalur. Sel-sel asinar kelenjar mandibularis
walet linchi bertipe mukus. Sel-sel ini berbentuk kuboid pada bulan Januari sampai bulan
Juni dengan inti berbentuk pipih yang terletak
di basal sel (Novelina et al., 2007) (Gambar 1).

Jurnal Kedokteran Hewan

Savitri Novelina, dkk

Selanjutnya pada bulan Juli sampai bulan


Desember sel tersebut mengalami perluasan
lumen dan bentuk sel menjadi silindris. Secara
umum, gambaran histologi kelenjar
mandibularis walet linchi mirip dengan yang
dilaporkan pada walet putih Collocalia
fuciphaga (Novelina dan Adnyane, 2005) dan
ayam (Suprasert et al., 2000).
Pada sampel bulan Januari sampai bulan
Juni terlihat bahwa lobulus kelenjar kecil dan
lumen kelenjar sempit. Pada sampel bulan Juli
sampai bulan Desember terlihat lobulus
membesar dan asinar kelenjar mempunyai
lumen yang luas (Gambar 1).

Kandungan Karbohidrat Kelenjar


Mandibularis Walet Linchi
a. Pewarnaan AB (pH 2,5)-PAS
Pewarnaan AB (pH 2,5) bereaksi negatif
pada semua area di kelenjar mandibularis walet
linchi, sedangkan PAS bereaksi positif pada
sitoplasma dan sekreta sel-sel asinar serta pada
lumen kelenjar dengan intensitas reaksi sedang
sampai kuat (Gambar 2). Hal ini mengindikasikan
bahwa kelenjar dan sekreta mandibularis walet
linchi mengandung karbohidrat yang bersifat
netral tapi tidak yang bersifat asam. Pola
distribusi reaksi positif dari PAS dapat dilihat
pada Tabel 1.

b. Histokimia Lektin
Pada sediaan yang diwarnai dengan
teknik histokimia lektin, reaksi positif ditandai
dengan munculnya warna coklat dari
khromogen. Reaksi positif menandakan adanya
ikatan lektin yang melambangkan
glikokonjugat dengan berbagai residu gula.
Reaksi positif ditemukan terutama pada bagian
asinar kelenjar mandibularis dengan intensitas
reaksi yang bervariasi tergantung pada jenis
lektin dan bulan pengambilan sampel.
Distribusi dan intensitas reaksi positif dari
masing-masing lektin pada sel-sel asinar
kelenjar mandibularis walet linchi dapat dilihat
pada Tabel 2.
Lektin WGA, Con A dan DBA bereaksi
positif dengan intensitas lemah sampai sedang
pada semua bulan mulai bulan Januari sampai
bulan Desember. Hal ini mengindikasikan
bahwa bagian asinar kelenjar mandibularis
mengandung karbohidrat dengan residu gula
aNasetilgalaktosami, aD-glukosa, aD
mannosa dan asetilgalaktosamin, dengan
konsentrasinya yang relatif sama sepanjang
tahun.

Gambar 1. Struktur histologis kelenjar mandibularis


C. linchi. Bagian asinar kelenjar terdiri atas sel-sel
mukus (m) dengan sitoplasma yang basofilik serta
inti pipih terletak di basal. Kelenjar lebih berkembang
dan lumen tampak meluas pada bulan Agustus (B)
dibandingkan dengan kelenjar bulan Januari (A).
Hematoksilin Eosin. Bar A-B: 20 m.

Gambar 2. Kandungan dan distribusi karbohidrat


netral kelenjar mandibularis C. linchi. Pada bulan
April terlihat karbohidrat netral lebih terkonsentrasi
pada bagian apikal dan sekreta sel (A, tanda panah)
dan sedikit karbohidrat netral pada sitoplasma sel,
sedangkan pada bulan November karbohidrat netral
tersebar merata dan dalam jumlah banyak pada
seluruh area sitoplasma sel-sel asinar (B, tanda
panah). Periodic Acid Schiff. Bar A-B: 20 m.

Tabel 1. Pola distribusi reaksi positif PAS pada kelenjar mandibularis walet linchi
Bagian

Bulan

Kelenjar

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Ags

Sep

Okt

Nov

Des

Sitoplasma Sel

+++

++

++

++

++

++

+++

+++

+++

+++

+++

Sekreta Sel

+++

+++

+++

++

+++

++

+++

+++

+++

+++

+++

+++

Lumen Kelenjar

++

+++

++

+++

++

++

++

++

++

++

Keterangan: Jan: Januari, Feb: Februari, Mar: Maret, Apr: April, Mei: Mei, Jun: Juni, Jul: Juli, Ags: Agustus, Sep: September,
Okt: Oktober, Nov: November, dan Des:Desember. -: negatif, +: sedikit, ++: sedang, +++: banyak.

Jurnal Kedokteran Hewan

Vol. 4 No. 1, Maret 2010

Tabel 2. Pola distribusi ikatan lektin pada sitoplasma sel asinar kelenjar mandibularis walet linchi
Jenis
Lektin
PNA
WGA
SBA
DBA
Con A
RCA
UEA

Bulan
Jan
++
+
+
+
+
++
-

Feb
+
++
+
+
+
+
-

Mar
++
+
+
+
+
++
-

Apr
+
++
+
+
+
+
-

Mei
++
+
++
+
++
-

Jun
+
+
++
++
+
++
-

Jul
++
++
++
++
++
++
-

Ags
+
+
+
++
++
-

Sep
+++
++
+++
+
++
++
-

Okt
++++
+
++
+
+
++
-

Nov
+++
++
+++
+
++
+++
-

Des
+++
++
+++
+
++
+++
++

Keterangan: Jan: Januari, Feb: Februari, Mar: Maret, Apr: April, Mei: Mei, Jun: Juni, Jul: Juli, Ags: Agustus, Sep: September,
Okt: Oktober, Nov: November, dan Des: Desember. -: negatif, +: sedikit, ++: sedang, +++: banyak
PNA: peanut agglutinin, WGA: wheat germ agglutinin, SBA: soybean agglutinin, DBA: Dolichos biflorus agglutinin,
Con A: concanavalin A, RCA: Ricinus communis agglutinin, UEA: Ulex europaeus agglutinin.

Aktivitas dan kerja kelenjar


mandibularis antara lain dipengaruhi oleh saraf
simpatis dan parasimpatis. Saraf parasimpatis
dari nervus cranialis (VII, IX, dan X)
merupakan serabut motorik kelenjar saliva.
Stimulus saraf parasimpatis akan meningkatkan aktivitas kelenjar, sedangkan stimulus
saraf simpatis menghambat aliran darah
kelenjar saliva sehingga menghambat produksi
saliva dan mengakibatkan kelenjar dalam
keadaan istirahat (Banks, 1986). Pada lektin
DBA, reaksi positif tampak pada beberapa sel
asinar, sementara di beberapa sel lainnya lektin
DBA bereaksi negatif (Gambar 3).

Pada bulan Januari reaksi positif tampak


pada sel asinar di daerah permukaan, kemudian
pada bulan-bulan selanjutnya reaksi positif
bergerak ke arah dasar dari sel asinar (Gambar
4). Pola reaksi lektin DBA ini mencerminkan
adanya fase keaktifan yang tidak sama antar selsel asinar kelenjar dan lektin DBA, sekaligus
dapat digunakan sebagai penanda aktivitas dan
dinamika kelenjar mandibularis walet linchi.

Gambar 4. Pola distribusi ikatan lektin DBA ( '


)
pada kelenjar mandibularis C. linchi (a) bulan
Januari reaksi positif berdistribusi pada sel asinar
daerah permukaan kelenjar dengan intensitas lemah,
(b) bulan Juni reaksi positif memenuhi sitoplasma
sel asinar dengan intensitas sedang dan (c) bulan
Desember reaksi positif berdistribusi di daerah dasar
sitoplasma sel asinar dengan intensitas lemah. Bar ac: 50 m.

Gambar 3. Pola distribusi ikatan lektin DBA pada


bulan Januari (a), PNA (b), RCA (c), WGA (d), Con
A (e) dan SBA (f) pada bulan Desember pada
kelenjar mandibularis C. linchi. Lektin DBA
bereaksi positif dengan intensitas sedang pada
beberapa sel asinar dan negatif pada sel asinar
lainnya. Lektin PNA, WGA dan SBA bereaksi
positif dengan intensitas sedang sampai kuat dan
lektin RCA dan Con A bereaksi positif dengan
intensitas sedang pada sitoplasma dan sekreta sel
asinar. Bar a-f : 25 m.
4

Lektin PNA, SBA, dan RCA bereaksi


positif dengan intensitas lemah sampai sedang
pada bulan Januari sampai Agustus, dan
bereaksi kuat pada bulan September sampai
Desember, sedangkan lektin UEA hanya
berekasi positif dengan intensitas lemah pada
sampel bulan Desember. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa kandungan karbohidrat
dengan residu gula (1-3) N-asetilgalaktosamin,
sialic acid, 2-6 galaktosa, dan bgalaktosa
terdapat pada kelenjar mandibularis walet
linchii dan konsentrasinya semakin meningkat
pada bulan September sampai Desember

Jurnal Kedokteran Hewan

sedangkan karbohidrat dengan residu gula


a
D-fukosa hanya terdapat pada bulan
Desember. Karbohidrat dengan residu gula
sialic acid berperan pada proses lubrikasi dan
melindungi saluran pencernaan sementara
fungsi fisiologis dari karbohidrat dengan residu
gula galaktosa dan fukosa pada unggas belum
diketahui secara pasti (Suprasert et al., 2000).
Pada unggas, kelenjar saliva terdiri atas
kelenjar ludah mayor yaitu kelenjar
mandibularis dan kelenjar ludah minor
Angularis oris (Farner et al., 1972). Saliva
pada unggas berfungsi
terutama
untuk
membantu membasahi dan melunakkan
makanan yang kering dan sebagai media untuk
memecah dan mengencerkan bahan makanan.
Pada walet, saliva juga berfungsi sebagai bahan
pembuat sarang (King dan Mc Lelland, 1984).
Saliva juga mengandung glikoprotein yang
disebut musin yang berkontribusi terhadap
kekentalan saliva dan aktivitas fisiologis (Wu et
al., 1994). Musin mengandung 30%
heksosamin (galaktosamin dan glukosamin), 833% sialic acid dan sekitar 15% galaktosa atau
fukosa dan sedikit mannosa (Herp, 1988).
Glikoprotein juga berfungsi dalam
metabolisme sel antara lain dalam proses adhesi
sel, mengontrol pertumbuhan dan pengaturan
reseptor sel (Wu et al., 1994).
Pada walet saliva digunakan untuk
merekatkan sarang atau bahan-bahan pembuat
sarang. Komposisi bahan aktif sarang walet
antara lain lipid 0,14-1,28%, abu 2,1%,
karbohidrat 25,62-27,26%, dan protein 62-63%
(Marcone, 2005). Musim berbiak walet
ditandai dengan perilaku membuat sarang,
bertelur, mengerami serta merawat hingga anak
burung dapat terbang dan meninggalkan
sarang. Musim berbiak walet adalah pada
musim hujan, pada saat banyak tersedia bahan
makanan, yang di pulau Jawa umumnya jatuh
pada bulan September dan mencapai
puncaknya pada bulan November serta berakhir
pada bulan April (Mardiastuti et al., 1998).
Pada penelitian ini teramati adanya
peningkatan pada ukuran kelenjar dan
intensitas reaksi positif lektin selama musim
berbiak dan bersarang, antara bulan September
sampai Desember. Hal ini mengindikasikan
adanya peningkatan aktivitas kelenjar
mandibularis walet linchi pada bulan-bulan
tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan
kemungkinan keterlibatan kelenjar
mandibularis dalam aktivitas berbiak dan
bersarang walet linchi. Selain itu, sebagian dari
glikokonjugat yang terdeteksi pada sekreta

Savitri Novelina, dkk

kelenjar mandibularis kemungkinan


merupakan bagian dari bahan penyusun sarang
walet linchi. Pada tikus terdapat reseptor
hormon gonad pada kelenjar submandibularisnya
(Zhuang et al., 1996; Young et al., 2004). Pada
walet linchi diduga memiliki reseptor hormon
gonad pada kelenjar mandibularis, namun
penelitian tersebut belum pernah dilaporkan.
KESIMPULAN
Kelenjar mandibularis walet linchi
mengalami perkembangan dan perubahan pada
morfologi dan kandungan glikokonjugatnya
seiring dengan musim berbiak dan bersarang.
DAFTAR PUSTAKA
Banks, W.J. 1986. Applied Veterinary
Histology. 2nd ed. William & Wilkins 428
East Preston Street, Baltimour.
Budiman, A. 2002. Menetaskan Telur Walet
dengan Induk Walet, Induk Sriti,
Induk Sriti Kembang, Mesin Tetas.
Depok: PT. Penebar Swadaya.
Chantler, P. and G. Drissens. 1995. Swifts: A
Guide to the Swifts and Treeswift of
the World. East Sussex: Pica Press.
Farner, D.S., J.R. King, and K.C. Parkers. 1972.
Avian Biology. Vol II. New York :
Academic Press.
Goldstein, I.J., L.A. Murphy, and S. Ebisu.
1977. Lectin as carbohydrate-binding
proteins. Pure & Appl Chem. 49:109 -1103.
Herp, A., C. Borelli, and A.M. Wu. 1988.
Biochemistry and lectin binding
properties of mammalian salivary
mucous glycoprotein. Adv. Exp. Med.
Biol. 228: 395 435.
Kang, N., C.J. Hails, and J.B. Sigurdsson. 1991.
Nest Construction and Egg Laying in
Edible-nest Swiflets Aerodramus spp.
Nature Malaysia.
King, A.S. and J. Mc Lelland. 1984. Birds:
Their Structure and Function.
Bailliere Tyndall. London.
Marcone, M.F. 2005. Characterization of the
Edible Bird's Nest the Caviar of The
East. Food Research Int. 38(10):11251134.
Mardiastuti, A., Y.A. Mulyani, J. Sugarjito,
L.N. Ginoga, I. Maryanto, A. Nugraha,
dan Ismail. 1998. Teknik Pengusahaan
Walet Rumah, Pemanenan Sarang dan
Penanganan Pasca Panen. Laporan
RUT IV. Bidang Teknologi Perlindungan
5

Jurnal Kedokteran Hewan

Lingkungan. Kantor Menteri Negara


Riset dan Teknologi. Dewan Riset
Nasional. Jakarta.
Novelina, S., C. Nisa, I.K.M. Adnyane, K. Sigit,
H. Setijanto, dan S. Agungpriyono. 2007.
Morphological Study of the Salivary
Gland of the Edible Nest Linchi Swiflet
(Collocalia linchi). Proceeding of the
International Symposium Animal
Science Meeting for Graduate
Students.
Utsunomiya, 11 January
2007. Utsunomiya University. Japan.
Novelina, S. dan I.K.M. Adnyane. 2005.
Deteksi enzim lisozim pada kelenjar
saliva burung walet putih (Collocalia
fuciphaga). Laporan Penelitian Dosen
Muda IPB. Bogor.
Price, J.J., K.P. Johnson, and D.H. Clayton.
2004. The evolution of echolocation in
swiflets. J. Avian Biol. 35:135-143.
Suprasert, A., S. Arthivtong, and S.
Koonjaenak. 2000. Lectin
histochemistry of glycoconjugates in
mandibular gland of chicken. J.
Kasetsart. 34:85-90.

Vol. 4 No. 1, Maret 2010

Soehartono, T. dan A. Mardiastuti. 2003.


Pelaksanaan Konvensi CITES di
Indonesia. JICA. Perpustakaan
Nasional Jakarta. Indonesia.
Thomassen, H.A., R.J. den Tex, M.A.G. de
Baker, and G.D.E. Povel. 2005.
Phylogenetic relationship amongst
swifts and swiflets: A multi locus
approach. J. Mol. Phylo. Evol. 37
(1):264-277.
Wu, A.M., C. Csako, and A. Herp. 1994.
Structure, biosynthesis and function of
salivary mucins. Moll. Cell. Biochem.
17 (137):39-55.
Young, W.G., G.O. Ramirez, T.J. Daley, J.R.
Smid, K.T. Cashigano, J.J. Kopchick,
and M.J. Waters. 2004. Growth
hormone and epidermal growth factor in
saliva glands of giants and dwarf
transgenic mice.
J. Histochem.
Cytochem. 52 (9):1191-1197.
Zhuang, Y.H., M. Blauer, H. Syvala, M. Laine,
and P. Tuohima. 1996. Androgen
receptor in rat harderian and
submandibular glands. J. Histochem.
(28):477-483.

Anda mungkin juga menyukai