Anda di halaman 1dari 1

Masalah perdagangan Perdagangan Internasional yang dilakukan

Indonesia salah satunya adalah ACFTA. Dengan adanya pendirian ACFTA, siap
atau tidak siap Indonesia harus membuka pasar dalam negeri secara luas
kepada negara-negara ASEAN dan Cina. Sebaliknya, Indonesia dipandang
akan mendapatkan kesempatan lebih luas untuk memasuki pasar dalam negeri
negara-negara tersebut. Pembukaan pasar ini merupakan perwujudan dari
perjanjian perdagangan bebas antara negara anggota ASEAN (Indonesia,
Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina dan Brunei Darussalam) dengan Cina,
yang disebut dengan ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA).[3]
Tujuan ACFTA bagi Indonesia adalah agar pengusaha-pengusaha dalam
negeri dapat meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan dengan harga
yang lebih murah atau sebanding, sehingga produk dalam negeri dapat
bersaing dengan produk luar negeri. Akan tetapi, tujuan yang diharapkan oleh
pemerintah Indonesia dalam mewujudkan perekonomian yang tinggi melalui
ACFTA, ternyata kurang maksimal. Hal ini merupakan masalah besar bagi
perekonomian Indonesia, yaitu dampak yang akan terjadi akibat pendirian
ACFTA. Namun, hal ini masih bisa diantisipasi oleh masyarakat luas Indonesia
dan pemerintah Indonesia melalaui kebijakan-kebijakan khusus
Masalah pinjaman terbelit hutang yunani Dari awal, ketika dana talangan tahap
pertama disetujui pada 2010, privatisasi sudah menjadi salah satu syarat
utama agar uang bantuan bisa dikucurkan.
Ada dua alasan yang membuat pihak kreditur, yang terdiri dari Komisi Eropa,
Bank Sentral Eropa dan IMF, tertarik memasukkan penjualan aset milik negara
sebagai persyaratan. Salah satunya adalah meningkatkan efisiensi ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai