Anda di halaman 1dari 8

Penatalaksanaan Gawat Darurat Pada Gastroenteritis

Akut Dengan Syok Hipovolemik


Abstrak
Latar Belakang
Gastroenteritis akut merupakan inflamasi membran mukosa lambung dan usus halus yang ditandai gejala diare
dengan atau tanpa disertai muntah dan peningkatan suhu tubuh. Diare dapat dimaksudkan dengan buang air besar
lebih dari 4x dalam sehari dengan bentuk feses yang cair, dapat disertai darah atau lendir, yang dapat mengakibatkan
kehilangan cairan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan syok hipovolemik. Penyakit diare hingga kini masih
merupakan salah satu penyakit utama yang menjadi masalah kesehatan masyasakat di Indonesia karena memiliki
insidensi dan mortalitas yang tinggi.
Presentasi Kasus
Seorang laki-laki umur 49 tahun diantar oleh anak laki-laki nya ke Instalasi Gawat Darurat RSUD Pasar Rebo
dengan keluhan BAB cair lebih dari 10x sejak kemarin malam. Keluhan disertai dengan nyeri perut bagian kiri dan
mual muntah. Saat dilakukan pemeriksaan, akral teraba dingin, nadi tidak teraba, tensi 60 per palpasi, pernafasan 40
kali/menit
Diskusi Kasus
Penanganan pada kasus gastroenteritis akut dengan tanda syok hipovolemik diberikan infus cairan NaCl 0,9 loading
dose 1 kolf untuk mengatasi kehilangan cairan dan elektrolit. Pemberian Ranitidin iv untuk mengatasi keluhan nyeri
lambung dan Buscopan sebagai anti-spasmodik. Semua penanganan tersebut harus dilakukan dengan tanggap dan
melakukakn follow-up untuk menilai terapi.
Kesimpulan
Dalam penanganan kasus gastroenteritis akut dengan tanda syok hipovolemik di IGD dibutuhkan suatu sikap
tanggap darurat yang dimiliki oleh semua dokter dan para perawat. Selain itu, dalam menjalankan prosedur
penanganan gastroenteritis dibutuhkan seorang penanggung-jawab yang bertugas mengawasi serta melakukan
follow-up pasien.
Keyword : gastroenteritis akut, penanganan gastroenteritis, syok hipovolemik

Pendahuluan
Gastroenteritis adalah penyakit yang terjadi akibat adanya peradangan pada saluran pencernaan
yang disebabkan oleh infeksi dengan gejalanya terutama adalah muntah, dehidrasi dan diare.
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk encer lebih dari tiga kali
perhari.Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lender dan darah (Noerasid, 1988).
Gastroenteritis akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Sedangkan menurut World
Gastroenterology Organization Global Guidelines 2005, diare akut didefenisikan sebagai pasase
tinja cair/lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari.
Gastroenteritis akut disebabkan oleh 90 % adanya infeksi bakteri dan penyebab lainnya antara
lain obat-obatan, bahan-bahan toksik, iskemik dan sebagainya.
1

Kematian pada diare sering disebabkan karena dehidrasi, maka pasien diare harus selalu
dikontrol agar tidak terjadi kehilangan cairan dan elektrolit berlebihan yang dapat menyebabkan
syok hipovolemik. Syok merupakan keadaan gawat yang membutuhkan terapi yang agresif dan
pemantauan yang kontinyu atau terus-menerus di unit terapi intensif. Syok hipovolemik dapat
diartikan sebagai kehilangan cairan intravaskuler yang terjadi karena kehilangan protein plasma
atau cairan ekstraseluler. Penanganan yang penting dalam klinik adalah fokus perhatian pada
syok hipovolemik adalah saturasi oksigen yang perlu diperbaiki serta perfusi jaringan yang harus
segera dipulihkan dengan penggantian cairan.
Sebagai pelayanan lini pertama yang cepat, tanggap, dan akurat, IGD (Instalasi Gawat Darurat)
harus mampu melakukan penatalaksanaan pertama terhadap berbagai macam kasus gawat
darurat. Berdasarkan hal tersebut, tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk membahas
penatalaksanaan gastroenteritis dengan syok hipovolemik secara tanggap dan tepat di IGD
(Instalasi Gawat Darurat).

Deskripsi Kasus
Seorang laki-laki umur 49 tahun diantar oleh anak laki-lakinya ke Instalasi Gawat Darurat RSUD
Pasar Rebo dengan keluhan BAB cair lebih dari 10x sejak kemarin malam. Pasien mengaku
sering menunda makan dan terakhir kali membeli jajanan gado-gado di pasar pada sore hari
sebelum muncul gejala yang dirasakan. Setelah beberapa jam, pasien mengeluh nyeri perut dan
buang air besar berbentuk cairan terus-menerus. Setelah itu, pasien mulai merasa pusing lemas
dan tidak bisa untuk makan minum karena merasa mual dan nyeri pada perutnya. Kemudian
pasien langsung dibawa ke RS, selama diperjalanan pasien mengeluh nyeri hebat pada daerah
perut kiri dan menjadi muntah-muntah.
Sesampainya di IGD RSUD Pasar Rebo, dokter melakukan anamnesis dan pemeriksanan fisik.
Pada pemeriksaan ditemukan kesadaran umum pasien delirium, tubuh pasien teraba dingin pada
ujung-ujung ekskremitas, nadi tidak teraba, pernafasan 60 kali/menit, pengukuran tekanan darah
60 per palpasi. Dokter segera memberikan infus cairan NaCl 0,9 loading dose 1 kolf untuk
mengatasi kehilangan cairannya dan pemberian ranitidine untuk mengatasi nyeri lambung dan
mual. Kemudian pemberian Bucospan sebagai anti spasmodic. Kondisi pasien akan terus
dipantau hingga tanda vital mulai membaik dan syok dapat teratasi.
2

Diskusi Kasus
Penyakit diare hingga kini masih merupakan salah satu penyakit utama yang menjadi masalah
kesehatan masyasakat di Indonesia, karena memiliki insidensi dan mortalitas yang tinggi.
Diperkirakan terdapat antara 20-50 kejadian diare per 100 penduduk setahunnya. Kematian
terutama disebabkan karena penderita mengalami dehidrasi berat.
Etiologi gastroenteritis akut menurut World Gastroenterology Organization Global Guidelines
2005 dibagi 4 yaitu bakteri, virus, parasit dan non-infeksi. Bakteri yang sering menyebabkan
diare adalah Escherichia coli pathogen, Shigella sp, Salmonella sp, Vibrio cholera, Pseudomonas
sp, Staphylococcus aureus, Streptococcus sp., Klabsiella sp. Virus berupa rotavirus, adenovirus,
Norwalk virus, CMV. Parasit dari golongan Entamoeba histolitica, Giardia lamblia. Cacing dari
Ascaris lumbricoides, cacing tambang. Fungus berupa kandida/moniliasis. Sedangkan dari faktor
non-infeksi disebabkan oleh imunodefisiensi (hipogamaglobulinemia), terapi obat antibiotik,
kemoterapi, antasida. (Anggraini. 2008)
Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan proses patofisiologinya, yaitu osmotic, sekretori,
inflamasi dan perubahan motilitas. Diare osmotik terjadi akibat asupan dari bahan makanan yang
tidak dapat diabsorbsi dengan baik, tetapi bahan tersebut larut dalam air sehingga akan
menyebabkan retensi air dalam lumen usus. Penyebab terbanyak adalah intoleransi laktosa dari
penyerapan antasida yang mengandung magnesium.Diare sekretorik terjadi akibat peningkatan
sekresi ion-ion dalam lumen usus sehingga terjadi peningkatan jumlah cairan intralumen. Obatobatan, hormon dan toksin dapat menyebabkan aktivitas sekretorik ini. Yang khas pada diare ini
yaitu secara klinis ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali.Diare inflamasi atau
eksudat terjadi akibat perubahan mukosa usus sehingga proses absorbsi terganggu dan
menyebabkan peningkatan protein dan zat lain dalam usus disertai retensi cairan. Adanya darah
atau leukosit dalam tinja biasanya mengindikasikan proses inflamasi.
Peningkatan motilitas usus menyebabkan penurunan waktu kontak antara makanan yang akan
dicerna dengan mukosa usus sehingga terjadi penurunan reabsorbsi dan peningkatan cairan
dalam tinja (Sugiarto, 2008)

Diagnosis dan pemeriksaan yang dilakukan dapat berupa anamnesis, perlu ditanyakan mengenai
riwayat perjalanan penyakit kepada keluarga atau penderita, seperti lamanya sakit diare,
frekuensinya, volumenya, warnanya, riwayat penyakit sebelumnya, demam sebelum atau selama
diare, riwayat pada keluarga dan lainya (Suraatmaja, 2007). Pada pasien ini didapatkan
anamnesis dari keluarga sehingga berupa alloanamnesis. Keluarga mengatakan bahwa keluhan
yang dirasakan dimulai sejak kemarin malam, frekuensi diare >10 kali pasien tidak ada demam
dan keluarga tidak ada yang mengalami keluhan yang sama.
Pada pemeriksaan fisik kelainan yang ditemukan sangat berguna dalam menentukan beratnya
diare. Status volume dinilai dengan memperhatikan perubahan ortostatik pada tekanan darah dan
nadi, temperatur tubuh dan tanda toksisitas. Pada pemeriksaan abdomen adanya kualitas bunyi
usus dan ada tidaknya distensi abdomen dan nyeri tekan merupakan tanda bagi penentuan
etiologi (Simadibrata, 2006). Pada pemeriksaaan fisik didapatkan kesadaran umum delirium,
nadi tidak teraba, akral dingin, tekanan darah 60 per palpasi, abdomen kembung terdengar bunyi
usus positif lemah.
Pemeriksaan laboratorium yang perlu dikerjakan seperti pemeriksaan tinja, pemeriksaan darah
berupa darah lengkap, pemeriksaan elektrolit, pH dan intubasi duodenal pada diare kronik untuk
mencari kuman penyebab(Suraatmaja, 2007). Namun, pada kasus ini, pasien belum dilakukan
pemeriksaan laboratorium sehingga belum dapat menentukan penyebab diare akut pasien.
Tatalaksana yang dapat dilakukan untuk diare akut yaitu rehidrasi. Pemberian rehidarasi per oral
menjadi pilihan utama dalam terapi menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang pada diare.
Saat ini telah direkomendasikan penggunaan cairan rehidrasi peroral yang mengandung natrium
75 mEq/l , glukosa 75 mmol/l dengan osmolaritas total 245 mOsm/l. Pemberian cairan rehidrasi
oral dengan osmolaritas rendah ini, telah terbukti memperpendek durasi diare dan mengurangi
penggunaancairan intravena untuk rehidrasi. Bila pasien kehilangan cairan banyak dengan
dehidrasi, maka beri cairan intavena atau rehidrasi oral dengan cairan isotonik yang mengandung
elektrolit dan gula. Cairan diberikan 50-200 ml/kg BB/24 jam tergantung kebutuhan dan status
hidrasi.
Pengobatan empirik diindikasikan pada pasien yang diduga mengalami infeksi bakteri invasif.
Obat pilihan yaitu Kuinolon (misalnya Ciprofloksasin 500 mg selama 5-7 hari). Metronidazol
4

250 mg 3 kali sehari selama 7 hari diberikan bagi yang dicurigai giardiasis (Depkes, 2006)
Suplemen zink merupakan strategi penatalaksanaan yang baru untuk diare dan menjanjikan
untuk penatalaksanaan diare. Suplemen zinc ini telah direkomendasikan oleh WHO, UNICEF,
dan beberapa negara di dunia untuk pengobatan diare.
Beberapa komplikasi dari diare yaitu dehidrasi karena kehilangan cairan yang lebih banyak dari
pemasukannya, adanya gangguan asam basa karena terjadi kehilangan natrium bikarbonat
bersama tinja dan metabolisme lemak yang tidak sempurna sehingga kotoran tertimbun dalam
tubuh terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoreksia jaringan. Dapat juga terjadi syok
hipovolemik akibat persuasi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia asidosis yang bertambah
berat yang dapat mengakibatkan perdarahan pada otak, kesadaran menurun dan jika tidak segera
diatasi dapat menyebabkan kematian.
Diare akut dengan dehidrasi berat yang tidak teratasi dapat menyebabkan syok hipovolemik.
Pasien syok sangat memerlukan pemantauan ketat terhadap tanda-tanda klinis serta status
hemodinamik dan status intravaskular. Tanda-tanda dari syok hipovolemik berupa kesadaran
menurun, akral dingin, frekuensi nadi meningkat isi dan teganganya lemah, tekanan nadi
<20mmHg, frekuensi nafas meningkat, volume urin berkurang, tensi turun. Tanda-tanda ini
muncul sebagai bentuk kompensasi tubuh untuk mempertahankan tekanan darah. Prinsip
pengelolaan syok yaitu dengan pemberian oksigen, cairan resusitasi yang adekuat, rehidrasi
dehidrasi berat (Infus Ringer laktat atau ringer asetat 100 cc/kg BB), koreksi gangguan asam
basa, waspadai hipoglikemia. Tujuan pengelolaan pada fase syok ini untuk memperbaiki perfusi
jaringan, memberikan support nutrisi pada sel dan mencegah gangguan metabolik lebih lanjut.
Maka dapat ditentukan diagnosa dari pasien ini yaitu gastroenteritis akut dengan tanda syok
hipovolemik yang dapat dilihat dari pemeriksaan tanda vital pasien. Dokter segera memberikan
infus cairan NaCL0,9 loading dose 1 kolf untuk mengatasi fase syok. Namun, pada pasien ini
juga terdapat keluhan nyeri pada daerah lambung sehingga diberikan pengobatan ranitidin
melalui intravena dan pemberian buscopan sebagai antispasmodic. Tetapi pada pasien ini belum
dapat diketahui penyebab pasti dari diare akut yang dialami karena masih kurangnya informasi
yang didapat dan belum dilakukanya pemeriksaan yang menunjang diagnosa. Sehingga dokter
belum dapat mengobati etiologi dari gastroenteritis akut dan hanya memberikan pengobatan
untuk mengatasi fase syok dan gejala lain yang dirasakan.
5

Ajaran Islam sangat memperhatikan tentang kesehatan. Banyak tuntunan dan petunjuk
Rasulullah SAW terkait kesehatan yang merupakan penjelasan dan sekaligus merupakan
pengamalan pokok-pokok ajaran yang ada dalam Al-Quran serta tecermin dalam kehidupan
dalam hubungannya dengan keluarga, sahabat, praktek pendidikan dan pengajaran, kehidupan
pribadi dan kelompok yang dilakukan Rasulullah SAW. Untuk dapat hidup sehat di dunia, maka
Islam telah menyampaikan pokok-pokok ilmu kesehatan seperti :

Menjaga kebersihan. Kebersihan yang dimaksud meliputi kebersihan jasmaniah dan


kebersihan rohaniyah. Dasarnya firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 222,
artinya: Sesungguhnya Allah suka kepada orang-orang yang taubat (sehingga bersih) dan
orang-orang yang bersih (badannya/jasmaniyahnya)

Menjaga makanan/gizi. Untuk dapat hidup sehat maka takaran makanan harus dijaga, yaitu
tidak boleh makansecara berlebihan. Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam Q.S. Al-Araf ayat
31 : Makanlah dan minumlah tapi janganlah berlebihan, karena sesungguhnya Allah tidak
senang kepada orang yang makan berlebihan.

Islam telah mengatur manusia sedemikian detailnya dalam masalah kebersihan dan adab makan.
Rasulullah memerintahkan manusia untuk makan menggunakan tangan kanan dan bersitinja
menggunakan tangan kiri. Makna dari perintah tersebut adalah untuk mencegah transmisi atau
penularan penyakit diare melalui jalur fekal-oral, karena jalur transmisi tersebut merupakan jalur
utama untuk masuknya patogen penyebab diare. Orang yang setelah BAB beristinja
menggunakan tangan kanan memiliki kerentanan terkena diare. Hal itu dapat dianggap demikian
karena ketika makan, tangan kanan adalah yang digunakan untuk memegang makanan dan
memasukkan makanan ke mulut, sehingga jika tangan kanan tersebut mengandung patogen
penyebab diare yang berasal dari bekas istinja, maka patogen tersebut akan mudah masuk ke
dalam mulut begitu saja dan menginfeksi saluran pencernaan. Maka dari itu, Islam sangat
menganjurkan umatnya untuk selalu menjaga kebersihan dan kesehatan karena kebersihan adalah
sebagian dari iman.

Kesimpulan
Diare akut merupakan masalah yang sering terjadi baik di negara berkembang maupun negara
maju. Sebagian besar bersifat self limiting sehingga hanya perlu diperhatikan keseimbangan
cairan dan elektrolit.Penanganan diare akut dengan tanda syok hipovolemik di IGD (Instalasi
Gawat Darurat) meliputi pemberian cairan intravena , kontrol tanda vital, pemberian obat-obat
simptomatik. Bila ada tanda dan gejala diare akut karena infeksi bakteri dapat diberikan terapi
antimikrobial secara empirik, yang kemudian dapat dilanjutkan dengan terapi spesifik sesuai
dengan hasil kultur. Pengobatan simptomatik dapat diberikan karena efektif dan cukup aman bila
diberikan sesuai dengan aturan. Dengan hygiene dan sanitasi yang baik merupakan pencegahan
untuk penularan diare infeksi bakteri. Keberhasilan penanganan kasus diare akut dengan syok
hipovolemik diperkuat dengan tindakan dokter dan perawat yang tanggap dan tepat serta followup pasien yang cermat dan akurat. Di dalam pandangan Islam, etika menolong pasien
gawatdarurat harus dilakukan dengan penuh tanggungjawab dan umat Islam sangat dianjurkan
untuk mengaja kesehatan dan kebersihan tubuh.

Saran
Dalam laporan kasus ini saran yang dipertimbangkan yaitu meningkatkan respon time (kecepatan
pelayanan pertama pada pasien gawat darurat) para petugas kesehatan di IGD serta memperbaiki
manajemen penanganan dalam pengaturan tugas follow-up terhadap pasien dengan kasus yang
harus diawasi sampai terjadi perbaikan, seperti pada kasus gastroenteritis akut dengan syok
hipovolemik yang telah dibahas dalam laporan ini. Seharusnya, tindakan penanganan untuk fase
syok pada kasus diare akut ini dapat tertasi dengan cepat dan segera mencari tahu penyebab pasti
dari diare akut ini sehingga dapat diberikan pengobatan terapi yang tepat.

Ucapan Terimakasih
Dalam kesempatan ini penulis mendedikasikan hasil laporan kasus kepada kedua Orang Tua
yang telah mendukung secara moral maupun materiil dalam penyelesaian kasus ini. Penulis juga
ingin berterimakasih kepada RSUD Pasar Rebo serta staff pekerja, dokter, dan perawat yang
telah

memberikan

kesempatan

untuk

berkunjung

dan

melihat

penanganan

kasus

kegawatdaruratan secara langsung di Instalasi Gawat Darurat. Kepada dr. M. Syamsir,


7

MS.PA.H.yang telah memberikan bimbingannya sehingga terselesaikannya laporan kasus ini.


Tidak

lupa

kepada

dr.Kamal

Anas,Sp.B

selaku

Koordinator

Tutor

Kepeminatan

Kegawatdaruratan serta dr. Hj. Susilowati, Mkes dan DR. Drh.Hj Titiek Djannatun selaku
Koordinator Blok Elektif.. Kemudian terakhir kepada rekan-rekan kelompok 3 bidang
kepeminatan kegawatdaruratan, terima kasih atas saran dan kerjasamanya selama tugas di
lapangan sampai terselesaikannya penulisan ini.

Daftar Pustaka
Al-albani M N. 2003. Mukhtashar Shahih Muslim. Jakarta: Gema Insani Press.
Anggraeni W. 2008. Situasi Gastroenteritis Akut di Indonesia. Surakarta : Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Ditjen PPM dan PL., 2005. Pedoman
Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Noerasid H. 1988. Gastroenteritis (Diare) Akut, Dalam Gastroenterologi Praktis. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Simadibrata M. 2006. Diare Akut. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4 ed. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 408-413.
Sugiarto N. 2008. Uji Antidiare. Jakarta: Penerbit FMIPA Universitas Indonesia.
Suraatmaja S. 2007. Kapita Selekta Gastroenterologi. Jakarta: Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai