Anda di halaman 1dari 23

Penanganan dan Penatalaksanaan Ureterolithiasis

Katarina Dewi Sartika


Mahasiswa Fakultas Kedokteran Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510, Tlp : 5666952
katarinadewisartika@gmail.com
Pendahuluan
Batu saluran kencing merupakan keadaan patologis karena adanya massa keras
berbentuk seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kencing dan dapat menyebabkan
nyeri, perdarahan atau infeksi pada saluran kencing. Terbentuknya batu disebabkan karena air
kemih kekurangan materi-materi yang dapat menghambat terbentuknya batu. Batu saluran
kencing dapat terbentuk karena adanya peningkatan kalsium, oksalat, atau asam urat dalam
air kencing serta kurangnya bahan-bahan seperti sitrat, magnesium, tamm horsfall yang dapat
menghambat pembentukan batu, kurangnya produksi air seni, infeksi saluran kencing,
gangguan

aliran

air

kencing

dan

keadaan-keadaan

lain

yang

masih

belum

terungkap/idiopatik. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam
kandung kemih (batu kandung kemih). Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis, dan
dapat terdapat pada ginjal (nefrolithiasis), ureter (ureterolithiasis), vesica urinaria
(vesicolithiasis) dan uretra (urethrolithiasis).
Anamnesis
Pada anamnesis penyakit ureterolithiasis, ada beberapa hal yang harus ditanyakan
kepada orang yang diwawancara untuk mendapat informasi, seperti :
1) Identitas yang meliputi nama, usia, pekerjaan dan tempat tinggal;
2) Keluhan utama yang meliputi keluhan apa yang dirasakan pasien sehingga menjadi alasan
pasien datang ke dokter seperti :
- Nyeri pada pinggang kanan
3) Riwayat penyakit sekarang yang meliputi cerita kronologis, terinci dan jelas mengenai
keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama sampai pasien datang berobat :
Sejak kapan pasien merasa nyeri pinggang?
Kapan pasien merasa nyeri pinggang: apakah nyerinya berkurang saat istirahat atau
nyerinya bertambah saat aktivitas?

Bagaimana karakteristik nyeri pinggang yang muncul? Seperti ditekan/rasa

terbakar/ditindih benda berat/seperti ditusuk?


Apakah nyerinya menjalar? Jika ya, menjalar kemana?
Apakah ada rasa nyeri saat berkemih? Jika ya, apakah nyerinya berkurang saat

dipengaruhi posisi berkemih?


Apakah ada gangguan pancaran saat berkemih?
Apakah ada hematuria?
Apakah ada demam?
Apakah ada rasa mual/muntah?
Apakah ada rasa kembung?
4) Riwayat penyakit dahulu seperti apakah sebelumnya pernah mengalami keluhan nyeri
pinggang? Jika ya, kapan, bagaimana karakteristik nyerinya? Apakah pernah mengalami
infeksi saluran kemih sebelumnya? Apakah pernah berkemih yang mengeluarkan batu?
5) Riwayat penyakit keluarga seperti apakah di keluarga ada riwayat sakit batu ginjal?
6) Riwayat pribadi seperti adakah kebiasaan mengkonsumsi vit. C? Jika ya, sejak kapan,
berapa banyak sehari? Apakah pasien rajin mengkonsumsi air putih? Jika ya, berapa liter
per hari? Apakah pasien biasa mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung
kalsium, protein dan asam urat?
7) Riwayat sosial seperti sumber air yang biasa digunakan oleh pasien berasal dari mana?
Pasien sehari-hari mengkonsumsi air minum dari mana?
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum
Menilai keadaan umum pasien baik/buruk, yang perlu diperiksa :

Kesadaran pasien : Kompos mentis/Apatis/Delirium/Somnolen/Sopor/Stupor/Koma.1


Kesakitan yang dialami pasien, dapat dilihat dari raut wajah pasien dan keluhan pasien
ketika datang yaitu pasien tampak sakit ringan/sedang/berat.1

Pemeriksaan tanda-tanda vital yaitu terdiri dari tekanan darah, denyut nadi, frekuensi
pernapasan dan suhu tubuh.
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
pada rongga abdomen bagian anterior dan posterior. Selain itu kita juga melakukan
pemeriksaan balotemen ginjal, bimanual ginjal dan costovertebra angle.

Pemeriksaan Penunjang
2

Foto Polos Abdomen


Pembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu
radio opak di saluran kemih. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan ukuran, bentuk, posisi
dan jenis batunya Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radio opak
dan paling sering dijumpai diantara batu lain, sedangkan batu asam urat bersifat non
opak (radio lusen).1 Urutan radioopasitas beberapa batu saluran kemih seperti pada tabel
Jenis Batu
Kalsium
Struvit
Urat/Sistin

Radioopasitas
Opak
Semiopak
Non opak

Intra Vena Pyelografi (IVP)


Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu IVP
dapat mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu non opak yang tidak dapat terlihat
oleh foto polos abdomen. Jika IVP belum dapat menjelaskan keadaan sistem saluran
kemih akibat adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaan
pielografi retrograd.1

Ultrasonografi
USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVP, yaitu pada
keadaan-keadaan: alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun, dan pada
wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan USG dapat menilai adanya batu di ginjal atau di
buli-buli (yang ditunjukkan sebagai echoic shadow), hidronefrosis, pyonefrosis, atau
pengkerutan ginjal. 1

Urogram
Deteksi batu radiolusen sebagai defek pengisian (filling) (batu asam urat, xantin, 2,8
dihidroksiadenin amonium urat). Menunjukkan lokasi batu dalam sistem kolektikus dan
kelainan anatomis. 1

Pemeriksaan mikroskopik urin, untuk mencari hematuria dan kristal. 1

Analisis batu, untuk mengetahui asal terbentuknya. 1

Kultur urin, untuk mecari adanya infeksi sekunder. 1

Pemeriksaan ureum, kreatinin, elektrolit, kalsium, fosfat, urat, protein, fosfatase alkali
serum untuk mengetahui fungsi faal ginjal. 1

Working Diagnosis
Ketika berbicara tentang ureterolithiasis, berarti membahas tentang adanya batu
(kalikuli) di saluran ureter. Batu ureter pada umumnya berasal dari batu ginjal yang turun ke
ureter. Batu ureter mungkin dapat lewat sampai ke kandung kemih dan kemudian keluar
bersama kemih. Batu ureter juga bisa sampai ke kandung kemih dan kemudian berupa nidus
menjadi batu kandung kemih yang besar. Batu juga bisa tetap tinggal di ureter sambil
menyumbat dan menyebabkan obstruksi kronik dengan hidroureter yang mungkin
asimtomatik. Tidak jarang terjadi hematuria yang didahului oleh serangan kolik.2

Differential Diagnosis
1. Nefrolithiasis1,2
Pasien dengan batu ginjal sering kali datang dengan keluhan utama nyeri pinggang dan
hematuria. Nyeri pinggang tersebut dapat juga menjalar ke kuadran abdomen atas dan
bawah. Tidak semua pasien dengan batu ginjal akan mengalami hematuria, namun
hampir seluruhnya iya (85%). Tidak seperti pasien akut abdomen lainnya, pasien dengan
kolik renal akan lebih suka untuk mengubah posisinya hingga mencari posisi ternyaman.
Selain itu, kadang akan ditemukan gejala seperti pada ISK yaitu disuria, frequency,
urgency. Demam tidak selalu ditemukan pada pasien batu ginjal, biasa demam muncul
jika sudah timbul infeksi, biasa juga disertai pyuria leukositos dan bakteriuria. Selain itu,
50% pasien mungkin mengalami mual dan muntah.
Pasien dengan batu saluran kemih biasa akan mengalami nyeri, infeksi, atau hematuria.
Pada batu ginjal yang kecil dan tidak mengalami obstruksi jarang menimbulkan gejala.
Sekalipun ada gejala, gejalanya ringan sampai sedang. Selain itu, pasien dengan staghorn
calculi seringkali juga asimptomatik.Turunnya batu ke ureter akan menimbulkan
obstruksi akut, dilatasi traktus urinarius bagian proksimal, dan spasme yang berhubungan
dengan kolik renal klasik. Kolik renal ditimbulkan akibat reseptor nyeri pada traktus
urinarius bagian atas pada submukosa pelvis, kaliks, dan kapsul renalis serta ureter
bagian atas. Pembentukan rasa nyeri lebih dipengaruhi oleh distensi dibandingkan
dengan spasme, iritasi lokal, dan hiperperistaltik. Stimulasi kapsul renal peripelvis
memnyebabkan nyeri punggang, sedangkan stimulasi pelvis dan kaliks renalis yang
menyebabkan kolik renal.
2. Infeksi saluran kemih (ISK) 1,2

Istilah umum yang dipakai untuk menyatakan adanya invasi atau masuknya
mikroorganisme pada saluran kemih atau dapat juga disebut suatu infeksi yang terjadi
ketika bakteri masuk ke uretra yang terbuka dan berpindah ke saluran kemih atau
bladder. Infeksi ini biasanya terjadi di saluran kemih bagian bawah, namun jika tidak
segera diobati maka akan terus naik ke bagian atas dan terjadi di ginjal. Gejala klinis ISK
tidak khas bahkan pada sebagian pasien ada yang tanpa gejala. Gejala ISK ini tidak
mudah untuk dihilangkan. Gejala yang biasanya timbul misalnya pada bagian bawah,
yaitu rasa sakit atau panas di uretra atau saluran kemih sewaktu kencing dengan air
kemih sedikit-sedikit dan tidak jarang berdarah serta rasa tidak enak di daerah
suprapubik. Sedangkan pada ISK bagian atas gejalanya seperti mengigil, demam, mual,
muntah, sakit kepala, malaise atau rasa tidak enak, atau nyeri pinggang.
Definisi
Batu ureter adalah keadaan dimana terdapat batu saluran kencing, yang terbentuk
ketika konsentrasi substansi tertentu seperti kalium, oksalat, kalium fosfat, dan asam urat
meningkat. Urolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, calculi (batu
ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal. Urolithiasis terjadi bila batu ada di dalam saluran
perkemihan. Batu itu sendiri disebut calculi. Pembentukan batu mulai dengan kristal yang
terperangkap di suatu tempat sepanjang saluran perkemihan yang tumbuh sebagai pencetus.
Calculi bervariasi dalam ukuran dan dari fokus mikroskopik sampai beberapa centimeter
dalam diameter cukup besar untuk masuk dalam pelvis ginjal. Batu ureter pada umumnya
berasal dari batu ginjal yang turun ke ureter. Gerakan peristaltik ureter mencoba mendorong
batu ke distal, sehingga menimbulkan kontraksi yang kuat dan dirasakan sebagai nyeri
hebat/kolik. 2
Anatomi dan Fisiologi
Ureter terletak di organ retroperitoneal. Ureter merupakan saluran muskuler silindris
urine yang mentranspor urin dari ginjal menuju vesica urinaria dengan panjang sekitar 20-30
cm diameter 1.7 cm. Batas-batas Ureter:
Ureter dextra :

Anterior : duidenum, ileum terminalis, a.v. colica dextra, a.v. testicularis/ovarica

dextra
Posterior: m psoas dextra, bifurcatio a. iliaca communic dextra
5

Ureter Sinistra :

Anterior : Colon sigmoid, Mesocolon sigmoid, a.a jejunalis, a.v. testiculari/orarica

sinistra.
Posterior: M. Psoas sinistra, Bifurcatio a. iliaca comunis sinistra.

Sama dengan pielum, dinding ureter mempunyai lapisan otot yang kuat yang dapat
menyebabkan kontraksi hebat disertai nyeri sangat hebat. Dinding muskuler tersebut
mempunyai hubungan langsung dengan lapisan otot dinding pielum di sebelah cranial dan
dengan otot dinding buli-buli disebelah kaudal. Ureter menembus dinding muskuler masuk ke
kandung kemih secara miring sehingga dapat mencegah terjadinya aliran balik dari kandung
kemih ke ureter. sepanjang perjalanan ureter dari pielum menuju buli-buli secara anatomik
terdapat beberapa tempat yang ukuran diameternya relative lebih sempit dari pada ditempat
lain, sehingga batu atau benda-benda lain yang berasal dari ginjal seringkali tersangkut
ditempat itu. Tempat-tempat penyempitan yang dimaksud adalah :

Perbatasan pelvis renalis - ureter (pelvi-ureter junction)


Tempat ureter menyilang arteri iliaka di rongga pelvis
Saat masuk ke dalam vesica urinaria

Vaskularisasi :

Arteriae : arteri yang memperdarahi ureter adalah ujung atas oleh arteri renalis,
bagian tengah oleh arteri testicularis atau arteri ovarica, dan didalam pelvis oleh

arteri vesicalis inferior


Vena : vena dialirkan kedalam vena yang sesuai dengan arteri

Innervasi :

plexus renalis, testicularis, dan plexus hypogastricus (didalam pelvis)


serabut aferen berjalan bersama denga saraf simpatis dan masuk medulla spinalis
setinggi segmen lumbalis I dan II

Untuk kepentingan pembedahan ureter dibagi menjadi 2 bagian :

Ureter pars abdominalis : yang berada dari pelvis renalis sampai menyilang vasa
iliaka
6

ureter pars pelvika : mulai dari persilangan dengan vasa iliaka sampai masuk ke
kandung kemih

Untuk kepentingan radiology, dibagi 3 bagian :

1/3 proksimal : dimulai dari pelvis renalis sampai batas atas sacrum
1/3 medial : dimulai dari batas atas sacrum sampai batas bawah sacrum
1/3 distal : dimulai dar batas bawah sacrum sampai masuk ke kandung kemih

Pengisian ureter dengan urin merupakan proses pasif. Peristalstis pelvis ginjal dan
ureter meneruskan air kemih dari ureter ke kandung kemih, mengatasi tahanan pada
hubungan antara ureter dan kandung kemuh dan mencegah terjadinya refluks. Hubungan
ureter dan kandung kemih menjamin aliran urin bebas dari ureter ke dalam bulu-buli.
Susunan anatominya membentuk mekanisme katup muscular sehingga makin terisi kandung
kemih, katup uretervesika makin tertutup rapat.

Jenis-jenis batu

Batu kalsium oksalat


Insiden terjadinya batu kalsium oksalat adalah sekitar 70% dari seluruh kasus batu
saluran kemih. Sebenarnya batu kalsium fosfat juga masuk golongan batu kalsium oksalat
karena faktor predisposisi, sifat dan terapinya sama. Prinsip terbentuknya batu ini adalah
adanya keadaan hiperkalsiuria (dan hiperkalsemia), hiperoksalouria, hipositraturia,
hiperurikosuria, pH urin rendah, asidosis tubulas ginjal dan hipomagnesuria. 3
Pada keadaaan hiperkalsiuria (>4mg/kg/hari), kalsium bebas dalam urin
meningkat. Kalsium bebas tersebut memiliki kecenderungan untuk berikatan dengan
oksalat atau pun fosfat menjadi kalsium oksalat atau kalsium fosfat (lebih jarang).
Proporsi kalsium dengan oksalat dalam kalsium oksalat adalah satu banding satu sehingga
kelebihan kalsium pada urin tanpa disertai kelebihan oksalat pada urin tidak terlalu
meningkatkan pembentukan kalsium oksalat. Kalsium oksalat pada suhu tubuh secara
normal berbentuk padat namun pada urin, kalsium oksalat terlarut. Oleh karena itu pada
keadaan tidak stabil (unstable), kalsium oksalat akan menjadi kristal dan mengendap. 3
Hiperkalsiuria berbeda dengan hiperkalsemia dan kadar kalsium tinggi dalam
lumen usus. Kalsium yang terdapat dalam makanan (di lumen usus) tidak semuanya
7

diserap oleh sel usus. Perlu diingat bahwa kalsium diserap di tubuh apabila ada vitamin
D. Dengan vitamin D kalsium bisa dibawa ke darah dan digunakan untuk kebutuhan
kalsium tubuh. Kalsium berlebihan akan dibuang melalui urin (lihat diagram 3-3). Jadi
jangan sampai terjebak bahwa semakin banyak intake kalsium maka kemungkinan batu
saluran kemih akan meningkat. Pernyataan tersebut kurang tepat karena kembali ke
pernyataan tidak semua kalsium diserap tubuh. Hal tersebut justru akan mengurangi
kemungkinan batu saluran kemih karena akan mengurangi penyerapan oksalat (kalsium
memiliki kecenderungan mengikat oksalat menjadi dan sel usus tidak akan menyerap
kalsium oksalat). Namun peningkatan kadar vitamin D dalam tubuh akan meningkatkan
angka kejadian batu saluran kemih karena meningkatkan penyerapan kalsium.
Hiperkalsemia

dan

hiperkalsiuria

yang

lebih

cenderung

meningkatkan

risiko

pembentukan batu saluran kemih karena dua keadaan tersebut meningkatkan jumlah
kalsium urin. 3
Ada 4 keadaan gangguan metabolik yang menyebabkan hiperkalsiuria yaitu
absorptif, renal, resorptif dan idiopatik. Absorptif adalah peningkatan absorpsi kalsium
dari lumen usus yang tidak normal. Renal adalah berkurangnya penyerapan kembali
kalsium dari hasil filtrasi glomerulus oleh tubulus-tubulus nefron. Resorptif adalah
peningkatan hormon paratiroid sehingga menyebabkan hiperkalsemia. Dan idiopatik
adalah hiperkalsiuria yang tidak diketahui penyebabnya. 3
Pada keadaan hiperoksalouria (>40mg/hari), oksalat bebas dalam urin akan terikat
dengan kalsium membentuk kalsium oksalat. Sekadar mengingatkan bahwa kadar
kalsium dalam lumen usus tinggi maka akan mencegah hiperoksalouria (apabila kadar
vitamin D normal). Beberapa makanan yang mengandung tinggi oksalat adalah teh hitam,
coklat, bayam, bits, kacang tanah, lada dan lain-lain. 3
Pada keadaan hipositraturia (<320mg/hari), inhibitor pembentukan kristal berkurang
(mengingat sitrat merupakan inhibitor pada keadaan metastabil). Sitrat memiliki sifat
inhibitor karena sitrat memiliki kemampuan mengikat kalsium menjadi kalsium sitrat
(mengurangi pembentukan kalsium oksalat) dan meningkatkan efek inhibitor lain yaitu
tamm-horsfal. 3
Pada keadaan hiperurikosuria (>600mg/hari), akan meningkatkan monosodium
urat yang juga akan meningkatkan pembentukan kalsium oksalat dan menurunkan kerja
inhibitor. 3
8

Pada keadaan pH urin rendah (<5,5), formasi batu asam urat dan batu kalsium
oksalat akan meningkat. Pada asidosis tubulus ginjal, terjadi defek sekresi ion hidrogen.
Pada hipomagnesuria, inhibitor pada keadaan metastabil akan berkurang (mengingat
magnesium adalah inhibitor dengan mengikat oksalat menjadi magnesium oksalat.
Namun keadaan ini jarang terjadi.

Batu struvit (magnesium amonium fosfat)


Batu jenis ini terjadi pada sekitar 15% kasus batu saluran kemih di Amerika
Serikat dan 30% di dunia. Batu jenis ini merupakan satu-satunya batu saluran kemih yang
diakibatkan oleh infeksi saluran kemih. Dua contoh golongan bakteri yang sering
menyebabkan batu jenis ini adalah golongan proteus dan stafilokokus. 1,3
Unsur penting penyebab batu ini ada 2 hal yaitu adanya amonia dan pH urin yang
meningkat (> 7,2). Amonia disebabkan oleh adanya infeksi oleh mikroorganisme yang
mengubah urea menjadi amonia dilanjutkan menjadi amonium (diagram 3-4). Adanya
amonium membuat reaksi dengan magnesium dan fosfat menjadi amonium magnesium
fosfat (struvite).
Batu struvite biasanya terjadi apabila didahului dengan infeksi saluran kemih.
Batu struvit merupakan salah satu batu yang bisa membentuk tanduk rusa (staghorn
caliculi) di ginjal. Ditemukannya batu tanduk rusa secara radiologis merupakan indikasi
untuk dilakukan intervensi secara cepat karena dapat mengganggu fungsi ginjal. 1,3

Batu asam urat


Batu asam urat terjadi pada sekitar 10%-15% kasus batu saluran kemih. Terjadi
pada keadaan hiperurisemia seperti pirai dan leukemia. Batu asam urat biasanya terbentuk
apabila kadar asam urat dalam urin lebih dari 600 mg per hari. Batu asam urat terjadi
akibat asam urat yang cukup banyak akan menurunkan pH urin menjadi dibawah 5,5.
Pada keadaan pH tersebut asam urat tidak dapat larut. Batu asam urat memiliki sifat
radiolusen sehingga tidak terlihat pada pemeriksaan foto polos. 2

Batu sistin
Batu sistin sangat jarang terjadi, kira-kira sekitar 1%-2% dari kejadian batu
saluran kemih. Batu sistin disebabkan oleh defek genetik pada reabsorpsi asam amino
9

(terutama sistin) sehingga menyebabkan sistinuria. Keadaan sistinuria akan membuat pH


rendah sehingga batu dapat terbentuk. Beberapa sumber mengatakan defek genetik
reabsorpsi asam amino ini merupaka autosomal resesif. 1

Batu jenis lain


Pada klinisnya batu saluran kemih dapat disebabkan oleh hal-hal lain selain yang
dijelasakan di atas. Beberapa obat dapat membentuk batu dengan komposisi obat itu
sendiri. Contoh obat-obat tersebut adalah indinavir, triamteren, guaifenesin. 1,3

Epidemiologi
Batu ginjal merupakan penyebab terbanyak kelainan di saluran kemih. Di negara maju
seperti Amerika Serikat, Eropa, Australia, batu saluran kemih banyak dijumpai di saluran
kemih bagian atas, sedang di negara berkembang seperti India, Thailand dan Indonesia lebih
banyak dijumpai batu kandung kemih. Peningkatan kejadian batu pada saluran kemih bagian
atas terjadi di abad 20, khususnya di daerah bersuhu tinggi dan dari negara yang sudah
berkembang. Epidemiologi batu saluran kemih bagian atas di negara berkembang dijumpai
ada hubungan yang erat dengan perkembangan ekonomi serta dengan peningkatan
pengeluaran biaya untuk kebutuhan makanan perkapita. 2
Etiologi
Pada klinisnya, batu yang terbentuk pada saluran kemih terdapat beberapa jenis. Jenis
tersebut dibagi berdasarkan komposisinya. Pembagian ini cukup penting karena setiap batu
memiliki predisposisi yang berbeda, sifat yang berbeda dan pada akhirnya memiliki terapi
yang cukup berbeda pula. Contoh komposisi batu yang mungkin terbentuk dalam saluran
kemih adalah batu kalsium oksalat, batu magnesium amonium fosfat (struvit), batu asam urat,
batu sistin dan batu lainnya. Etiologi ureterolithiasis adalah kondisi-kondisi yang mendukung
terbentuknya batu yaitu matrik protein dan inflamasi bakteri, peningkatan konsentrasi urine,
sebagai pencetus percepatan pembentukan kristal seperti kalsium, asam urat dan posfat, level
keasaman yang abnormal (alkali) juga mempercepat pembentukan kristal dan statis urin juga
sebagai predisposisi pembentukan batu.

1,3

Faktor-faktor yang berperan pada pembentukan

batu dibagi atas 2 golongan, yaitu :


1. Faktor endogen yaitu ;
a. Faktor genetik
10

Hipersistinuria : gangguan metabolisme yang menyebabkan terjadinya absorbsi


khusus yang berlebihan juga pengaruh vitamin D dan hiperparatiroid
Hiperkalsiuria primer : kebocoran pada ginjal
Hiperokalsuria primer : inflamasi saluran cerna, reseksi usus halus, by
jejenoikal, sindrom malabsorbsi.
2. Faktor eksogen yaitu
a. Infeksi
Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan
menjadi inti pembentukan batu saluran kemih. Infeksi oleh bakteri yang memecah
ureumdan membentuk amonium akan mengubah pH urin menjadi alkali dan
mengendapkan garam-garam fosfat.
b. Jenis kelamin
Data menunjukkan bahwa batu saluran kemih lebih banyak ditemukan pada pria.
Ratio pria dan wanita yang mengalami urolithiasis adalah 4 : 1.
c. Air minum
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum akan

mengurangi

kemungkinan terjadinya batu, sedangkan bila kurang minum menyebabkan kadar


semua substansi dalam urin meningkat dan akan mempermudah pembentukan batu.
Kejenuhan air yang diminum sesuai dengan kadar mineralnya terutama kalsium
diperkirakan mempengaruhi terbentuknya batu saluran kemih.
d. Pekerjaan
Pekerja-pekerja keras yang banyak bergerak misalnya buruh dan petani akan
mengurangi kemungkinan terjadinya batu saluran kemih bila dibandingkan dengan
pekerja-pekerja yang banyak duduk.
e. Makanan
Pada orang yang banyak mengkonsumsi banyak protein hewani angka morbiditas
batu saluran berkurang. Penduduk vegetarian yang kurang makan putih telur lebih
sering menderita batu saluran kemih.
f. Suhu
Tempat yang bersuhu panas, misalnya daerah tropis, menyebabkan banyak
mengeluarkan keringat, akan mengurangi produksi urin dan mempermudah
pembentukan saluran kemih.
Faktor risiko
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya renal kalkuli seperti :
a. Hiperparatiroidisme
b. Asidosis tubular renal
11

c. Malignansi
d. Penyakit granulomatosa (sarcoidosis,tuberculosis)
e. Masukan vitamin D yang berlebihan
f. Masukan susu dan alkali
g. Penyakit mieloproliferatif ( leukaemia, polisitemia, mieloma multiple).
Serta faktor presipitasi seperti: gaya hidup, intake cairan kurang, retensi urine, konsumsi
vitamin C dosis tinggi, immobilisasi. Semua kondisi diatas akan mempengaruhi keadaan
metastabel dari zat-zat yang terlarut dalam urine, dimana keadaan metastabel ini sangat
berkaitan dengan Ph larutan, suhu, konsentrasi solut dalam urine, dan laju aliran urine yang
jika tidak seimbang maka akan menimbulkan pembentukan kristal-kristal urine yang lamakelamaan akan membesar dan menimbulkan obstruksi traktus urinarius dan menimbulkan
gejala seperti nyeri kostovertebral dan gejala lain tergantung daerah batu terbentuk. Apabila
sebagian dari tractus urinarius mengalami obstruksi, urine akan terkumpul dibagian atas dari
obstruksi dan mengakibatkan dilasi pada bagian itu. 1-3

Patofisiologi
Pembentukan kalikuli disebabkan oleh keadaan supersaturasi. Supersaturasi adalah
ketika suatu pelarut sudah kehabisan daya larutnya. Suatu jenis larutan mempunyai ambang
batas kejenuhan dimana sudah tidak bisa melarutkan suatu zat terlarut sama seperti jika ada
segelas air tawar kemudian dimasukan gula sebanyak-banyaknya sampai air tersebut tidak
bisa melarutkan lagi. Tanda bahwa air tersebut tidak bisa melarutkan lagi adalah ketika
melihat gula yang dimasukan tersebut mengendap di dasar gelas dan tidak bisa larut
walaupun Anda aduk selama mungkin. Hal ini terjadi juga pada batu saluran kemih.

2,3

Ada

beberapa istilah yang harus diketahui mengenai pembentukan kalikuli ini yaitu :
Stabil (stable) adalah keadaan dimana tidak terdapat endapan atau kristal yang terbentuk

karena zat pelarut masih adekuat untuk melarutkan zat terlarut.


Metastabil (metastable) adalah keadaan dimana kemampuan zat pelarut sudah maksimal
dan mulai terbentuk nukleasi atau kristalisasi namun terhambat oleh inhibitor sehingga
masih dapat terkompensasi dan tidak terjadi pengendapan.

12

Tidak stabil (unstable) adalah keadaan dimana kemampuan zat pelarut sudah maksimal
dan inhibitor sudah berfungsi maksimal atau tidak aktif oleh hal-hal tertentu sehingga

terjadi pengendapan.
Nukleasi adalah proses ikatan komponen tertentu dari substansi yang ada.
Kristalisasi adalah proses pembentukan benda homogen padat dari elemen tertentu.
Agregasi adalah penggumpalan atau penggabungan kristal.
Inhibitor adalah substansi atau zat yang mencegah terjadinya nukleasi, kristalisasi dan
agregasi.
Pada tahap stabil, tidak ada kristal yang terbentuk sama sekali dan tidak ada kalikuli

sama sekali. Hal ini disebabkan tidak ada komponen urin yang terlalu pekat dan pH yang
stabil. Pada tahap metastabil, kemampuan zat pelarut untuk melarutkan sudah maksimal dan
tidak mampu melakukan kompensasi terhadap zat terlarut. Namun dalam sistem nefron,
terdapat inhibitor yang menunjang kelarutan. Inhibitor mencegah supersaturasi dari 7 sampai
11 kali dari kemampuan pelarut melarutkan zat terlarut. 2,3 Beberapa hal yang mempengaruhi
pembentukan nuklei adalah tingkat supersaturasi (kepekatan zat terlarut), stabilitas nuklei
(kekuatan ikatan beberapa komponen yang membentuk batu), waktu (kecepatan aliran cairan
dalam nefron) dan inhibitor yang ada. Bisa dibilang awal pembentukan batu adalah nukleasi
dilanjutkan kristalisasi kemudian agregasi sehingga pembentukan nuklei penting dalam
terjadinya batu saluran kemih.
Beberapa contoh inhibitor dan sifatnya :

Sitrat : mengurangi avaibilitas ion kalsium dengan mengikatnya menjadi kalsium

sitrat dan menghambat presipitasi kalsium oksalat secara spontan.


Magnesium : mengurangi avaibilitas oksalat dengan mengikatnya menjadi magnesium

oksalat.
Nefrokalsin : secara spontan menghambat pembentukan kalsium oksalat
Tamm-Horsfall : secara spontan menghambat agregasi
Uropontin
Bikunin
Pada tahap tidak stabil, kepekatan terlampau hebat sehingga kemampuan melarutkan

dan fungsi inhibitor tidak bisa mengimbangi. Namun bisa juga akibat inhibitor tidak aktif.
Pada tahap ini nukleasi, kristalisasi dan agregasi mudah terjadi.
Biasanya kristal dan agregat yang terbentuk tidak sempat mengendap karena aliran
cairan nefron lebih cepat. Oleh karena itu berkurangnya cairan yang masuk ke ginjal
merupakan faktor predisposisi batu saluran kemih karena memperlambat laju cairan sehingga
cukup untuk menjadi agregat yang cukup besar lalu mengendap. 2,3

13

Gejala Klinis
Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius (Batu di ureter) bergantung pada
adanya obstruksi, infeksi dan edema ;

Nyeri pinggang menyebar sampai ke paha dan genitalia.


Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urine yang keluar
Hematuria akibat aksi abrasi batu.
Biasanya batu bisa keluar secara spontan dengan diameter batu 0,5-1cm.
Gerakan peristaltik ureter mencoba mendorong batu ke distal menimbulkan kontraksi

yang kuat dan dirasakan sebagai nyeri hebat (kolik). Nyeri ini dapat menjalar hingga ke perut
bagian depan, perut sebelah bawah, daerah inguinal, dan sampai ke kemaluan.Batu yang
terletak di sebelah distal ureter dirasakan oleh pasien sebagai nyeri pada saat kencing atau
sering kencing. Batu yang ukurannya kecil (<5 mm) pada umumnya dapat keluar spontan
sedangkan yang lebih besar seringkali tetap berada di ureter dan menyebabkan reaksi
peradangan

(periureteritis)

serta

menimbulkan

obstruksi

kronik

berupa

hidroureter/hidronefrosis, sering disertai perut kembung, mual dan muntah, hematuria. 1,2
Diagnosis
Besarnya nilai faktor risiko dalam menimbulkan penyakit batu bervariasi sesuai
dengan populasi yang ada. Pengenalan ke semua faktor risiko batu ginjal diperlukan untuk
tindakan evaluasi dan tindakan pengobatan pasien dengan penyakit batu kambuh. 2,4
Cara penetapan diagnosis penyebab batu :
1. Riwayat penyakit batu (ditanyakan jenis kelamin, usia, pekerjaan, hubungan keadaan
penyakit, infeksi dan penggunaan obat-obatan. Riwayat tentang keluarga yang menderita
batu saluran kemih, pencegahan, pengobatan yang telah dilakukan, cara pengambilan
batu, analisis jenis batu, dan situasi batunya)
2. Gambaran batu saluran kemih dilakukan pemeriksaan : USG, radiogafi, urogram, CTscan helikal dan kontras
3. Investigasi biokimiawi
Pemeriksaan laboratorium rutin, sampel dan air kemih. Pemeriksaan pH, berat jenis air
kemih, sedimen air kemih untuk menentukan hematuri, leukosituria dan kristaluria.
Pemeriksaan kultur kuman penting untuk adanya infeksi saluran kemih. Apabila batu
keluar, diperlukan pencarian faktor risiko dan mekanisme timbulnya batu.
Perlu dilakukan :
14

Pengumpulan air kemih 24 jam (atau waktu tertentu)


Pengurangan pH air kemih
Penampungan air kemih dengan bahan pengawet 10 ml timol 5% di dalam isopropanol

untuk 2 L atau 15 ml HCN 6 N


Pemeriksaan serum
Mengikuti protokol diet

Cara pengumpulan air kemih :

Pada hari penampungan air kemih, air kemih dibuang sesudah bangun pagi dan

dicatat waktu pengosongan air kemih.


Sesudahnya, semua air kemih ditampung ke dalam botol. Diusahakan jangan ada air

kemih yang hilang, tampungan disimpan dalam tempat dingin


Penampungan sampai dengan waktu yang sama dengan sehari sebelumnya
Bila pengumpulan lengkap, kemudian dibawa ke laboratorium secepatnya

Penatalaksanaan
Tujuan :

Mengatasi gejala2,4
Batu saluran kemih dapat menimbulkan keadaan darurat bila batu turun dalam sistem
kolektikus dan dapat menyebabkan kelainan sebagai kolik ginjal atau infeksi di dalam
sumbatan saluran kemih. Nyeri akibat batu saluran kemih dapat dijelaskan melalui 2
mekanisme :
1. Dilatasi sistem sumbatan dengan peregangan reseptor sakit
2. Iritasi lokal dinding ureter atau dinding pelvis ginjal disertai edema dan penglepasan
mediator sakit
Keluhan nyeri kolik batu saluran kemih dapat dilakukan diagnosis banding dengan
keadaan seperti :
a. Kolik ginjal akibat penyakit urologi lain seperti aliran bekuan darah, aliran jaringan
nekrotik, striktur, kompresi atau angulasi berat ureter
b. Nyeri abdomen oleh sebab lain seperti gastrointestinal (appendisitis, kolesistitis, batu
empedu, pankreatitis) vaskular (infark ginjal, infark limpa, aneurisma aorta),
ginekologi (kista ovarium, adneksitis, kehamilan ektopik, endometriosis) dan lainnya
(abses psoas, infark jantung, diabetes melitus, feokromositoma)
Pengobatan dengan hanya pemberian antibiotik saja kurang memadai. Infeksi progesif
menyebabkan sepsis urologi dan dilaporkan mortalitasnya lebih dari 50%. Tindakan
emergensi ditujukan kepada pasien dengan kolik ginjal. Pasien dianjurkan untuk tirah

15

baring dan dicari penyebab lain. Berikan spasme analgetik atau inhibitor sintesis

prostaglandin (intravena, intramuskular, supositoria)


Menghilangkan batu untuk mempertahankan fungsi ginjal2,4
Sumbatan dalam sistem kolektikus tidak selalu dihubungkan dengan kolik ginjal.
Kombinasi nyeri pinggang dan febris merupakan petanda, infeksi saluran kemih dan
dilatasi sistem kolektikus yang merupakan petanda timbulnya kedaruratan untuk
menghilangkan sumbatan.
Batu dapat keluar spontan. Bila masalah akut dapat diatasi, gambaran radiologis yang
ditemukan merupakan basis penanganan selanjutnya. Berdasarkan ukuran, bentuk dan
posisi batu dapat diestimasi batu akan keluar spontan atau harus diambil. Sekitar 60-70%
dari batu yang turun spontan sering disertai dengan serangan kolik ulangan. Diberikan
terapi atau untuk pencegahan kolik, dijaga pembuangan tinja tetap baik, diberikan terapi
antiedema dan diuresis sert aktivitas fisis. Batu tidak diharapkan keluar spontan bila batu
ukuran sebesar atau melebihi 6mm, disertai dilatasi hebat pelvis, infeksi/sumbatan sistem
kolektikus dan keluhan pasien terhadap nyeri dan kerapan nyeri. Bila diperkirakan tidak
memungkinkan keluar spontan dilakukan tindakan pengambilan batu dan pencegahan
batu kambuh. Pengambilan batu : ESWL, PNL, pembedahan
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih secepatnya harus
dikeluarkan

agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk

melakukan tindakan/terapi pada batu saluran kemih adalah jika batu telah menimbulkan
obstruksi, infeksi. Obstruksi karena batu saluran kemih yang telah menimbulkan
hidroureter/hidronefrosis dan batu yang sudah menyebabkan infeksi saluran kemih harus
segera dikeluarkan.
Pilihan terapi antara lain :
1. Terapi Konservatif1
Sebagian besar batu ureter mempunyai diameter <5 mm. Seperti disebutkan sebelumnya,
batu ureter <5 mm bisa keluar spontan. Terapi bertujuan untuk mengurangi nyeri,
memperlancar aliran urin dengan pemberian diuretikum, berupa :
a) Minum sehingga diuresis 2 liter/ hari
b) blocker
c) NSAID
Batas lama terapi konservatif adalah 6 minggu. Di samping ukuran batu syarat lain untuk
observasi adalah berat ringannya keluhan pasien, ada tidaknya infeksi dan obstruksi.
Adanya kolik berulang atau ISK menyebabkan observasi bukan merupakan pilihan.
Begitu juga dengan adanya obstruksi, apalagi pada pasien-pasien tertentu (misalnya

16

ginjal tunggal, ginjal transplan dan penurunan fungsi ginjal ) tidak ada toleransi terhadap
obstruksi. Pasien seperti ini harus segera dilakukan intervensi.
2. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy) 2,5
Berbagai tipe mesin ESWL bisa didapatkan saat ini. Walau prinsip kerjanya semua sama,
terdapat perbedaan yang nyata antara mesin generasi lama dan baru, dalam terapi batu
ureter. Pada generasi baru titik fokusnya lebih sempit dan sudah dilengkapi dengan
flouroskopi, sehingga memudahkan dalam pengaturan target/posisi tembak untuk batu
ureter. Hal ini yang tidak terdapat pada mesin generasi lama, sehingga pemanfaatannya
untuk terapi batu ureter sangat terbatas. Meskipun demikian mesin generasi baru ini juga
punya kelemahan yaitu kekuatan tembaknya tidak sekuat yang lama, sehingga untuk batu
yang keras perlu beberapa kali tindakan.
Dengan ESWL sebagian besar pasien tidak perlu dibius, hanya diberi obat penangkal
nyeri. Pasien akan berbaring di suatu alat dan akan dikenakan gelombang kejut untuk
memecahkan batunya Bahkan pada ESWL generasi terakhir pasien bisa dioperasi dari
ruangan terpisah. Jadi, begitu lokasi ginjal sudah ditemukan, dokter hanya menekan
tombol dan ESWL di ruang operasi akan bergerak. Posisi pasien sendiri bisa telentang
atau telungkup sesuai posisi batu ginjal. Batu ginjal yang sudah pecah akan keluar
bersama air seni. Biasanya pasien tidak perlu dirawat dan dapat langsung pulang.
ESWL hanya sesuai untuk menghancurkan batu ginjal dengan ukuran kurang dari 3 cm
serta terletak di ginjal atau saluran kemih antara ginjal dan kandung kemih (kecuali yang
terhalang oleh tulang panggul). Hal lain yang perlu diperhatikan adalah jenis batu apakah
bisa dipecahkan oleh ESWL atau tidak. Batu yang keras (misalnya kalsium oksalat
monohidrat) sulit pecah dan perlu beberapa kali tindakan. ESWL tidak boleh digunakan
oleh penderita darah tinggi, kencing manis, gangguan pembekuan darah dan fungsi
ginjal, wanita hamil dan anak-anak, serta berat badan berlebih (obesitas).
Penggunaan ESWL untuk terapi batu ureter distal pada wanita dan anak-anak juga harus
dipertimbangkan dengan serius. Sebab ada kemungkinan terjadi kerusakan pada
ovarium. Meskipun belum ada data yang valid, untuk wanita di bawah 40 tahun
sebaiknya diinformasikan sejelas-jelasnya
3. Endourologi5
Tindakan Endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu saluran
kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran
kemih melalui alat yang dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih. Alat itu
dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses
17

pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai energi hidraulik,
energi gelombang suara, atau dengan energi laser.
Beberapa tindakan endourologi antara lain:

PNL (Percutaneous Nephrolithotomy) yaitu mengeluarkan batu yang berada di


dalam saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke sistem kalises
melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu
menjadi fragmen-fragmen kecil. PNL yang berkembang sejak dekade 1980-an secara
teoritis dapat digunakan sebagai terapi semua batu ureter. Tapi dalam prakteknya
sebagian besar telah diambil alih oleh URS dan ESWL. Meskipun demikian untuk
batu ureter proksimal yang besar dan melekat masih ada tempat untuk PNL. Prinsip
dari PNL adalah membuat akses ke kalik atau pielum secara perkutan. Kemudian
melalui akses tersebut kita masukkan nefroskop rigid atau fleksibel, atau
ureteroskop, untuk selanjutnya batu ureter diambil secara utuh atau dipecah dulu.
Keuntungan dari PNL, bila batu kelihatan, hampir pasti dapat diambil atau
dihancurkan; fragmen dapat diambil semua karena ureter bisa dilihat dengan jelas.
Prosesnya berlangsung cepat dan dengan segera dapat diketahui berhasil atau tidak.
Kelemahannya adalah PNL perlu keterampilan khusus bagi ahli urologi. Sebagian
besar pusat pendidikan lebih banyak menekankan pada URS dan ESWL dibanding

PNL.
Litotripsi (untuk memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukkan alat

pemecah batu/litotriptor ke dalam buli-buli),


Ureteroskopi atau uretero-renoskopi. Keterbatasan URS adalah tidak bisa untuk
ekstraksi langsung batu ureter yang besar, sehingga perlu alat pemecah batu seperti
yang disebutkan di atas. Pilihan untuk menggunakan jenis pemecah batu tertentu,

tergantung pada pengalaman masing-masing operator dan ketersediaan alat tersebut.


Ekstraksi Dormia (mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui alat

keranjang Dormia).
4. Bedah Terbuka5
Di klinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk tindakan-tindakan
endourologi, laparoskopi, maupun ESWL, pengambilan batu masih dilakukan melalui
pembedahan terbuka. Pembedahan terbuka itu antara lain adalah: pielolitotomi atau
nefrolitotomi untuk mengambil batu pada saluran ginjal, dan ureterolitotomi untuk batu
di ureter. Tidak jarang pasien harus menjalani tindakan nefrektomi atau pengambilan
ginjal karena ginjalnya sudah tidak berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis), korteksnya
18

sudah sangat tipis, atau mengalami pengkerutan akibat batu saluran kemih yang
menimbulkan obstruksi atau infeksi yang menahun.
Beberapa variasi operasi terbuka untuk batu ureter mungkin masih dilakukan. Tergantung
pada anatomi dan posisi batu, ureterolitotomi bisa dilakukan lewat insisi pada flank,
dorsal atau anterior. Meskipun demikian dewasa ini operasi terbuka pada batu ureter
kurang lebih tinggal 1-2 persen saja, terutama pada penderita-penderita dengan kelainan
anatomi atau ukuran batu ureter yang besar.
5. Pemasangan Stent5
Meskipun bukan pilihan terapi utama, pemasangan stent ureter terkadang memegang
peranan penting sebagai tindakan tambahan dalam penanganan batu ureter. Misalnya
pada penderita sepsis yang disertai tanda-tanda obstruksi, pemakaian stent sangat perlu.
Juga pada batu ureter yang melekat (impacted).
Setelah batu dikeluarkan dari saluran kemih, tindakan selanjutnya yang tidak kalah
pentingnya adalah upaya menghindari timbulnya kekambuhan. Angka kekambuhan batu
saluran kemih rata-rata 7% per tahun atau kurang lebih 50% dalam 10 tahun.
Obat-obatan dalam tindakan penatalaksanaan medis :-2,3
1. Analgesik untuk meredakan nyeri dan memberi kesempatan batu untuk keluar sendiri.
2. Opioid (injeksi morfin sulfat, petidin hidroklorida) atau obat AINS (ketorolac dan
3.
4.
5.
6.

naproxen) dapat diberikan, bergantung pada intensitas nyeri.


Propantelin dapat digunakan untuk mengatasi spasme ureter.
Allopurinol untuk batu asam urat.
Renisillin untuk batu systin.
Pada batu struvit yang tidak dapat dibuang, maka diberikan Acetohydroxamidc acid

(AHA) untuk mencegah infeksi yang dapat mengarah terbentuknya batu.


7. Jika batu cystine tidak dapat dikontrol melalui minum banyak, maka Thiola dan
Cuprimine, akan membantu menurunkan jumlah cystine dalam urine.
8. Pemberian antibiotic dilakukan apabila terdapat infeksi saluran kemih atau pada
pengangkatan batu untuk mencegah infeksi sekunder. Setelah dikeluarkan, batu ginjal
dapat dianalisis dan obat tertentu dapat diresepkan untuk mencegah atau menghambat
pembentukan batu berikutnya. Preparat diuretik tiazida akan mengurangi kandungan
kalsium dalam urine dengan menurunkan ekskresi kalsium dalam tubulus ginjal.
Produksi asam urat dapat dikurangi dengan pemberian allopurinol. Urine yang asam
harus dibuat basa dengan preparat kalium sitrat.
Pemberian obat untuk mencegah presipitasi batu baru kalsium oksalat disesuaikan kelainan
metabolik yang ada :-2
a. Hiperkalsiuria idiopatik
19

Batasi pemasukan garam dan diberikan diuretik tiazid seperti hidroklorotiazid per hari
25-50mg. Hindarkan terjadinya hipokalemia, bila perlu tambahkan kalium
sitrat/kalium bikarbonat.
b. Pemberian fosfat netral (ortofosfat) yang mengurangi ekskresi kalsium dan
meningkatkan ekskresi inhibitor kristalisasi (seperti pirofosfat)
c. Hiperurikosuria
Diberikan allopurinol 100-300mg/hari
d. Hipositraturia
Diberikan kalium sitrat. Pemberian minuman 2 buah jeruk nipis sesudah makan
malam pada pasien batu ginjal kalsium dengan hipositraturia dilaporkan dapat
meningkatkan ekskresi asam sitrat dan pH air kemih di atas 6 secara bermakna.
e. Hiperoksaluria enterik
Diusahakan pengurangan absorpsi oksalat intestinal. Diberikan banyak masukan
cairan dan kalium sitrat/kalium karbonat. Berikan diet rendah lemak dan diet rendah
oksalat. Pertimbangan pemberian fosfor elemental sebagai fosfat netral.
f. Batu kalsium fosfat
Diberikan kalium sitrat.

Komplikasi
Dibedakan komplikasi akut dan komplikasi jangka panjang. Komplikasi akut yang
sangat diperhatikan oleh penderita adalah kematian, kehilangan ginjal, kebutuhan transfusi
dan tambahan intervensi sekunder yang tidak direncanakan. Data kematian, kehilangan ginjal
dan kebutuhan transfusi pada tindakan batu ureter memiliki risiko sangat rendah. Komplikasi
akut dapat dibagi menjadi yang signifikan dan kurang signifikan. Yang termasuk komplikasi
signifikan adalah avulsi ureter, trauma organ pencernaan, sepsis, trauma vaskuler, hidro atau
pneumotorak, emboli paru dan urinoma. Sedang yang termasuk kurang signifikan perforasi
ureter, hematom perirenal, ileus, stein strasse, infeksi luka operasi, ISK dan migrasi stent. 2,3
Komplikasi jangka panjang adalah striktur ureter. Striktur tidak hanya disebabkan oleh
intervensi, tetapi juga dipicu oleh reaksi inflamasi dari batu, terutama yang melekat. Angka
kejadian striktur kemungkinan lebih besar dari yang ditemukan karena secara klinis tidak
tampak dan sebagian besar penderita tidak dilakukan evaluasi radiografi (IVP) pasca operasi.
Obstruksi adalah komplikasi dari batu ginjal yang dapat menyebabkan terjadinya
hidronefrosis dan kemudian berlanjut dengan atau tanpa pionefrosis yang berakhir dengan
kegagalan faal ginjal yang terkena. Komplikasi lainnya dapat terjadi saat penanganan batu
dilakukan. Infeksi, termasuk didalamnya adalah pielonefritis dan sepsis yang dapat terjadi
melalui pembedahan terbuka maupun noninvasif seperti ESWL. Biasanya infeksi terjadi
20

sesaat setelah dilakukannya PNL, atau pada beberapa saat setelah dilakukannya ESWL saat
pecahan batu lewat dan obstruksi terjadi. Cidera pada organ-organ terdekat seperti lien, hepar,
kolon dan paru serta perforasi pelvis renalis juga dapat terjadi saat dilakukan PNL, visualisasi
yang adekuat, penanganan yang hati-hati, irigasi serta drainase yang cukup dapat
menurunkan resiko terjadinya komplikasi ini.
Pada batu ginjal nonstaghorn, komplikasi berupa kehilangan darah, demam, dan terapi
nyeri yang diperlukan selama dan sesudah prosedur lebih sedikit dan berbeda secara
bermakna pada ESWL dibandingkan dengan PNL. Demikian pula ESWL dapat dilakukan
dengan rawat jalan atau perawatan yang lebih singkat dibandingkan PNL. Komplikasi akut
meliputi transfusi, kematian, dan komplikasi keseluruhan. Dari meta-analisis, kebutuhan
transfusi pada PNL dan kombinasi terapi sama (< 20%). Kebutuhan transfusi pada ESWL
sangat rendah kecuali pada hematom perirenal yang besar. Kebutuhan transfusi pada operasi
terbuka mencapai 25-50%. Mortalitas akibat tindakan jarang, namun dapat dijumpai,
khususnya pada pasien dengan komorbiditas atau mengalami sepsis dan komplikasi akut
lainnya. Dari data yang ada di pusat urologi di Indonesia, risiko kematian pada operasi
terbuka kurang dari 1%.2,3
Pencegahan
Setelah batu dikeluarkan dari saluran kemih, tindakan selanjutnya yang tidak kalah
pentingnya adalah upaya menghindari timbulnya kekambuhan. Angka kekambuhan batu
saluran kemih rata-rata 7% pertahun atau kurang lebih 50% dalam 10 tahun.4
Pencegahan yang dilakukan adalah berdasar atas kandungan unsur yang menyusun batu
saluran kemih yang diperoleh dari analisis batu. Pada umumnya pencegahan ini berupa :
1. Menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan diusahakanproduksi urin sebanyak 2-3
liter perhari.
2. Diet untuk mengurangi kadar zat-zat komponen pembentuk batu.
3. Aktivitas harian yang cukup
4. Pemberian medikamentosa
Untuk mencegah pembentukan kristal fosfat, ammonium, magnesium, semua batu yang ada
dalam saluran kemih harus dihilangkan karena kuman B.Proteus dapat berada di bagian yang
sulit dicapai oleh antibiotic. Karena itu untuk batu struvit mutlak harus dicegah adanya batu
residu agar infeksi dapat dibasmi sempurna. Kristalisasi asam urat sangat tergantung pada pH
21

urin. Bila pH selalu di atas 6,2 maka tidak akan terbentuk kristal asam urat. Pencegahannya
adalah dengan diit dan pada penyakit asam urat yang tinggi dalam serum dapat diberikan
alopurinol. 4
Diet atau pengaturan makanan sesuai jenis batu yang ditemukan :
1. Batu kalsium oksalat
Makanan yang harus dikurangi adalah jenis makanan yang mengandung kalsium oksalat
seperti bayam, daun seledri, kacang-kacangan, kopi, teh, dan coklat. Sedangkan baut
kalsium fosfat : mengurangi makanan yang mengandung kalsium tinggi seperti : ikan
laut, kerang, daging, sarden, keju dan sari buah.
2. Batu asam urat
Makanan yang dikurangi : daging, kerang, gandum, kentang, tepung-tepungan, saus dan
lain-lain.
3. Batu struvit
Makanan yang dikurangi : keju, telur, buah murbai, susu dan daging.
4. Batu cystin
Makanan yang dikurangi : sari buah, susu, kentang.
Anjurkan pasien banyak minum : 3-4 liter/hari serta olahraga yang teratur. Faktor utama
yang menentukan saturasi oksalat kalsium adalah kalsium dan oksalat. Oksalat
mempunyai potensi jauh lebih besar jika dibanding dengan kalsium sebagai faktor
saturasi di air kemih sehingga untuk menghindari terjadinya kristalisasi kalsium oksalat
yang terpenting adalah mencegah ekskresi oksalat di air kemih. Ekskresi oksalat di air
kemih sebagian berasal dari makanan, tetapi sebagian besar bersumber dari metabolisme
endogen. Dari bahan makanan yang paling banyak mengandung oksalat adalah bayam,
teh, kopi dan coklat. Makanan dengan rendah oksalat merupakan cara yang bermanfaat
untuk mengurangi ekskresi okasalat.
Prognosis
Prognosis batu ginjal tergantung dari faktor-faktor ukuran batu, letak batu, dan adanya
infeksi serta obstruksi. Makin besar ukuran suatu batu, makin buruk prognosisnya. Letak batu
yang dapat menyebabkan obstruksi dapat mempermudah terjadinya infeksi. Makin besar
kerusakan jaringan dan adanya infeksi karena faktor obstruksi akan dapat menyebabkan
penurunan fungsi ginjal. Pada pasien dengan batu yang ditangani dengan ESWL, 60%
dinyatakan bebas dari batu, sisanya masih memerlukan perawatan ulang karena masih ada
sisa fragmen batu dalam saluran kemihnya. Pada pasien yang ditangani dengan PNL, 80%
dinyatakan bebas dari batu, namun hasil yang baik ditentukan pula oleh pengalaman
operator.1,2
22

Kesimpulan
Penanganan batu saluran kemih dilakukan dengan pengenalan sedini mungkin.
Tatalaksana awal yang dilakukan adalah evaluasi faktor risiko batu saluran kemih. Terapi
diberikan untuk mengatasi keluhan dan mencegah serta mengobati gangguan akibat batu
saluran kemih. Pengambilan batu dapat dilakukan dengan pembedahan/litotripsi dan yang
terpenting adalah pengenalan faktor risiko sehingga diharapkan dapat memberikan hasil
pengobatan dan memberikan pencegahan timbulnya batu saluran kemih yang lebih baik.

Daftar Pustaka
1. Longo, Fauci, Kasper, et al. Harrisons principle of internal medicine. 18th ed. New
york: Mc-Graw Hill; 2011. p.4764-8.
2. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid I. Edisi 6.
Jakarta: Interna Publishing; 2014. h.2121-7.
3. Papadakis MA, McPhee SJ. Current medical diagnosis and treatment 2015. 45th ed.
New York: McGraw-Hill; 2015. p.933-5.
4. Purnomo B. Buku dasar-dasar urologi. Edisi ke-2. Jakarta: Sagung Seto; 2005.hal.182203.
5. Sjamsuhidajat R, Wim de Jong. Buku ajar ilmu bedah. Edisi ke-2. Jakarta: EGC;
2005.hal.678-89.

23

Anda mungkin juga menyukai