teratas pada kulit pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan golongan jamur
dermatofita (jamur yang menyerang kulit). Tinea kruris sendiri merupakan penyakit kulit
yang disebabkan oleh jamur pada daerah genitokrural (selangkangan), sekitar anus,
bokong dan kadang-kadang sampai perut bagian bawah.
Penyebab
Jamur dermatofita yang sering ditemukan pada kasus tinea kruris adalah, E.Floccosum, T.
Rubrum, dan T. Mentagrophytes.
Pria lebih sering terkena daripada wanita. Maserasi dan oklusi kulit lipat paha menyebabkan
peningkatan suhu dan kelembaban kulit yang akan memudahkan infeksi. Tinea kruris biasanya
timbul akibat penjalaran infeksi dari bagian tubuh lain. Penularan juga dapat terjadi melalui
kontak langsung dengan individu yang terinfeksi atau tidak langsung melalui benda yang
mengandung jamur, misalnya handuk, lantai kamar mandi, tempat tidur hotel dan lain-lain
Gejala
Biasanya lokasi pada daerah selangkangan atau sisi paha atas bagian dalam, dapat terjadi di
kedua paha atau di salah satu paha saja. Keluhan utama adalah rasa gatal yang dapat hebat. Lesi
berbatas tegas, tepi meninggi yang dapat berupa bintil-bintil kemerahan atau lenting-lenting
kemerahan, atau kadang terlihat lenting-lenting yang berisi nanah. Bagian tengah menyembuh
berupa daerah coklat kehitaman bersisik. Garukan terus-menerus dapat menimbulkan gambaran
penebalan kulit. Buah zakar sangat jarang menunjukkan keluhan, meskipun pemeriksaan jamur
dapat positif, hal yang berbeda dengan kandidiasis yang sering menunjukkan keterlibatan pada
buah zakar dan penis.
Pemeriksaan penunjang
Pada tinea kruris, bahan untuk pemeriksaan jamur sebaiknya diambil dengan mengerok tepi lesi
yang meninggi atau aktif. Khusus untuk lesi yang berbentuk lenting-lenting, seluruh atapnya
harus diambil untuk bahan pemeriksaan. Pemeriksaan mikroskopik (dengan menggunakan
mikroskop) secara langsung menunjukkan artrospora (hifa yang bercabang) yang khas pada
infeksi dermatofita.
Penatalaksanaan
Menghilangkan faktor penunjang sangat penting, misalnya mengusahakan daerah lesi selalu
kering dengan memakai baju yang menyerap keringat. Obat antijamur yang dioleskan adalah
terapi pilihan untuk lesi yang terbatas dan dapat dijangkau. Berbagai macam obat imidazol dan
alilamin tersedia dalam beberapa formulasi. Semuanya memberikan keberhasilan terapi yang
tinggi (70-100%) dan jarang ditemukan efek samping. Obat ini digunakan pagi dan sore hari
selama sekurang-kurangnya 2-4 minggu. Terapi dioleskan sampai 3 cm di luar batas lesi dan
diteruskan
sekurang-kurangnya
minggu
setelah
lesi
menyembuh.
Pengobatan dengan obat yang diminum diperlukan jika lesi luas atau gagal dengan pengobatan
topikal. Obat oral yang dapat digunakan adalah.
griseofulvin microsized 500-1000 mg/hari selam 2-6 minggu, meskipun beberapa laporan
menunjukkan kemungkinan kasus kebal terhadap pengobatan
itrakonazol 100 mg/hari selama 2 minggu atau 200 mg/hari selama 1 minggu
Mengobati atau menghilangkan sumber penularan merupakan hal penting untuk mencegah
penularan jamur kembali dan penyebaran lebih lanjut kepada manusia
a.
b. Kurangnya menjaga hygiene. Popok jarang diganti atau terlalu lama tidak segera diganti setelah
BAK atau BAB (feces).
c.
f.
g.
b. Crupsi pada daerah kontak yang menonjol, seperti pantat, alat kemaluan, perut bawah paha atas.
c.
d. Kulit kemerahan dan lecet. Kulit pada lipatan kaki lecet dan berbau tajam.
e.
f.
Bila penyakit telah berlangsung lebih dari 3 hari, daerah tersebut sering terkolonisasi
( ditumbuhi) oleh jamur, terutama jenis Candida Albicans, sehingga kelainan kulit bertambah
merah dan basah.
i.
Mudah terjadinya infeksi kuman, biasanya staphylococcus aureus atau Sreptococcus beta
hemolyticus sehingga kulit menjadi lebih bengkak, serta di dapatkan nanah dan keropeng.
j.
1. Gantilah popok segera setelah anak kencing atau buang air besar. Hal ini mencegah lembab pada
kulit. Janganlah memakai popok dengan ketat khususnya sepanjang malam hari. Gunakan popok
dengan longgar sehingga bagian yang basah dan terkena tinja tidak menggesek kulit lebih luas.
Bersihkan dengan lembut daerah popok dengan air. Anda tidak perlu menggunakan sabun setiap
kali mengganti popok atau setiap kali buang air besar. (Bayi yang mendapat ASI dapat BAB
sebanyak 8 kali per hari). Gunakan sabun hanya bila tinja tidak mudah keluar.
2.
Jangan menggunakan bedak bayi atau talk karena dapat menyebabkan masalah dengan
pernapasan pada bayi.
3.
Hindari selalu membersihkan dengan usapan yang dapat mengeringkan kulit. Alkohol atau
parfum pada produk tersebut dapat mengiritasi kulit bayi.
4.
5. Gunakan air bersih untuk membersihkan area popok setiap kali mengganti popok. Gunakan air
mengalir sehingga anda dapat membersihkan dan membilas tanpa tidak perlu menggosok.
6. Tepuk sehingga kering; jangan menggosok. Biarkan area di udara terbuka sehingga benar-benar
kering
7.
Gunakan tipis-tipis ointment atau krim pelindung (seperti yang mengandung zinx ixide atau
petrolatum) untuk membentuk lapisan pelindung pada kulit. Salep ini biasanya tebal dan lengket
dan tidak hilang, seluruhnya pada penggantian popok berikutnya. Perlu diingat garukan keras
atau gosokan kuat hanya akan lebih memperberat kerusakan kulit.
8. Konsultasikan dengan dokter anda bila ruam: melepuh atau terdapat nanah, tidak hilang dalam
waktu 48 sampai 72 jam, menjadi lebih berat
9.
Gunakan krim yang mengandung steroid hanya bila dokter anda merekomendasikan. Krim
tersebut jarang diperlukan dan mungkin berbahaya