Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

TAFSIR AYAT TENTANG SUMBER DAYA EKONOMI


Di ajukan untuk tugas mata kuliah Ayat dan Hadits Ekonomi

Disusun oleh
Ahmad Nur Barkah
1207025010
Nurul Azmy
1407025102
Nur Alfiah
1407025097

Dosen Pembimbing
Lisfa Sentosa, M.A

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini masih terdapat anggapan bahwa Islam menghambat kemajuan. Beberapa
kalangan mencurigai Islam sebagai faktor pembangunan (an obstacle to economic growth).
Pandangan ini berasal dari para pemikir barat. 1 Kesimpulan yang agak tergesa-gesa ini
hampir dipastikan timbul karena kesalahpahaman terhadap Islam.2
Manusia adalah khalifah di muka bumi. Islam memandang bahwa bumi dengan segala
isinya merupakan amanah Allah kepada sang khalifah agar dipergunakan sebaik-baiknya bagi
kesejahteraan bersama. Sedangkan realita yang ada pada saat ini manusia seringkali ingkar
akan tanggung jawabnya sebagai khalifah yang sebagai mestinya, dan justru merusaknya.
Secara umum, tugas kekhalifahan manusia adalah tugas mewujudkan kemakmuran
dan kesejahteraan dalam hidup dan kehidupan. Serta tugas pengabdian dan ibadah dalam arti
luas. Untuk menunaikan tugas tersebut, Allah SWT memberi manusia dua anugrah nikmat
utama, yaitu sistem kehidupan dan sarana kehidupan. Sumber daya ekonomi merupakan
bagian penting dari dua anugrah tersebut.
B. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai salah satu tugas mata kuliah
Tafsir Ayat dan Hadits Ekonomi Islam yang dibimbing oleh ibu Lisfa Sentosa M.A. selaku
dosen mata kuliah ini. Selain itu, maksud dan tujuan dari dibuatnya makalah ini juga untuk
bahan referensi dan bacaan untuk teman-teman mahasiswa/i sekalian.

1 Max Weber, The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism (London: George Allen & Unwin
Ltd.,1976); Irma Adelman dan Cynthia Taft Morris, Economic Growth and Social Equity in
Developing Coutries, (Stanford: Stanford University Press, 1973).
2 M. Rodinson, Islam and Capitalism, (London: Allen Lane, 1974)

BAB II
PEMBAHASAN
A. Surat Ar-Radhu (ayat 4)

Artinya : Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun
anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang,
disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas
sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tandatanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir.
Makna Ayat :
Di bumi, terdapat bagian-bagian tanah yang berdekatan dan berdampingan tetapi
berlainan kesuburannya. Ada tanah yang sangat subur untuk ditanami tanaman apa saja, ada
pula tanah yang hanya dapat ditanami pohon-pohon besar saja, tetapi tidak baik ditanami
tanaman palawija atau sebaliknya, dan ada pula tanah yang lunak dan tanah yang keras.
Begitu juga terdapat kebun-kebun anggur, tanaman palawija dan pohon yang bercabang dan
tidak bercabang. Semua itu disiram dengan air yang sama tetapi menghasilkan buah yang
beraneka baik warna dan rasanya. Hal itu semua tercipta hanya dengan kekuasaan Allah SWT
semata agar kita berfikir.

B. Surat Al-Anam (ayat 141)

Artinya : Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak
berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan
delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya
(yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik
hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.
Makna Ayat :
Dengan ayat ini Allah swt. menegaskan bahwa Dialah yang menciptakan kebunkebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung tanamannya. Dialah yang menciptakan
pohon kurma dan pohon-pohon lain yang berbagai macam buahnya dan beraneka ragam
bentuk warna dan rasanya. Sesungguhnya hal itu menarik perhatian hamba-Nya dan
menjadikannya beriman, bersyukur dan bertakwa kepada-Nya. Dengan pohon kurma saja
mereka telah mendapat berbagai macam manfaat. Mereka dapat memakan buahnya yang
masih segar, yang manis dan gurih rasanya dan dapat pula mengeringkannya sehingga dapat
disiapkan untuk waktu yang lama, dan dapat dibawa ke mana-mana dalam perjalanan dan
tidak perlu dimasak lagi seperti makanan lainnya.
Bijinya dapat dijadikan makanan unta, batangnya, daunnya, pelepahnya dan seratnya
dapat diambil manfaatnya. Kalau dibandingkan dengan pohon-pohon di Indonesia samalah
pohon kurma itu dengan pohon kelapa. Allah membuahkan pula pohon zaitun dan delima.

Ada yang serupa bentuk dan rasanya dan ada pula yang berlain-lainan. Allah membolehkan
hamba-Nya menikmati hasilnya dari berbagai macam pohon dan tanaman itu sebagai karunia
daripada-Nya. Maka tidak ada hak sama sekali bagi hamba-Nya untuk mengharamkan apa
yang telah dikaruniakan-Nya. Karena Dialah yang menciptakan, Dialah yang memberi, maka
Dia pulalah yang berhak mengharamkan atau menghalalkan-Nya. Kalau ada di antara hambaNya yang mengharamkan-Nya maka dia telah menganggap dirinya sama dengan Allah dan
orang-orang yang menaatinya mempersekutukan Allah pula dan inilah syirik yang tak dapat
diragukan lagi. Yang dimaksudkan dengan mengharamkan memakan di sini ialah
menjadikannya haram untuk dimakan, bila dimakan tentu berdosa. Adapun melarang
makanan karena dilarang dokter dan membahayakan kesehatan atau karena sebab-sebab lain
yang membahayakan tidaklah termasuk syirik, karena kita diperintahkan Allah untuk
menjauhkan diri dari bahaya.
Kemudian Allah memerintahkan untuk memberikan sebagian dari hasil tanaman di
waktu selesai panen kepada fakir miskin, kaum kerabat dan anak yatim untuk mensyukuri
nikmat Allah yang telah dilimpahkan-Nya kepada manusia itu.
Dari penjelasan di atas dapat di ambil pemahaman bahwa dalam perekonomian atau
dalam hal ini digambarkan melalui pertanian, selain menyisihkan untuk bekal untuk masa
akan datang, umat Islam juga dituntut harus memberikan sebagiannya kepada yang berhak
menerimanya dalam bentuk sedekah atau zakat dari penghasilan tersebut. Dan dari situ akan
tumbuhlah rasa solidaritas yang tinggi di kalangan umat Islam dan akan terciptalah
masyarakat yang harmonis yang saling tolong menolong.
C. Surat An-Nahl (ayat 6-9)

6. Artinya : Dan kamu memperoleh pandangan yang indah padanya, ketika kamu
membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu melepaskannya ke tempat
penggembalaan.
Makna Ayat :

Bahwasanya Allah semata-mata hanya sekedar menciptakan binatang ternak, tetapi


juga memerintahkan kita untuk memeliharanya mulai dari memberi makan dan menggiring
mereka kekandang yang pada akhirnya binatang tersebut akan bermanfaat untuk kita.

7.

Artinya : Dan ia memikul beban-bebanmu ke suatu negeri yang kamu tidak sanggup

sampai kepadanya, melainkan dengan kesukaran-kesukaran (yang memayahkan) diri.


Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Maka ayat :
Dan Allah menyebutkan manfaat lainnya dari binatang ternak tersebut sebagai
pengangkut barang/ beban yang kita panggul.

8. Artinya : Dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal [820], dan keledai, agar kamu
menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. Dan Allah menciptakan apa yang kamu
tidak mengetahuinya.
Makna ayat :
Allah menyebutkan beberapa binatang yang dapat bermanfaat bagi manusia yaitu,
kuda, bagal, dan keledai untuk dijadikan kendaraan

[820] Bagal yaitu peranakan kuda dengan keledai.

9. Artinya : Dan hak bagi Allah (menerangkan) jalan yang lurus, dan di antara jalan-jalan
ada yang bengkok. Dan jikalau Dia menghendaki, tentulah Dia memimpin kamu semuanya
(kepada jalan yang benar).
Makna ayat :
Allah memerintahkan kita untuk selalu bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan
kepada kita. Allah akan menunjukan jalan yang benar bagi kita yang selalu bersyukur
kepadanya dan sebaliknya bagi yang tidak mensyukuri nikmatya akan menerima ganjaran
berupa jalan yang sesat dan derita.
D. Surat Al-Anam (ayat 12-13)

12. Artinya : Katakanlah: "Kepunyaan siapakah apa yang ada di langit dan di bumi."
Katakanlah: "Kepunyaan Allah." Dia telah menetapkan atas Diri-Nya kasih sayang [462]. Dia
sungguh akan menghimpun kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan padanya. Orangorang yang meragukan dirinya mereka itu tidak beriman.

Makna ayat :
Fenomena terjadinya siang dan malam, matahari dan bulan, apa yang ada dilangit dab
bumi ialah bentuk kekuasaan dan kehendak Allah SWT. Meyakini bahwa itu semua ialah
kehendak Allah merupakan tanda bagi orang2 yang berakal. Begitupun sebaliknya jika kita
meragukannya maka kita termasuk golongan yang tidak beriman.

13. Artinya : Dan kepunyaan Allah-lah segala yang ada pada malam dan siang. Dan Dialah
Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Makna ayat :
Allah mengendalikan segala macam yang diciptakan. Baik yang di permukaan bumi
maupun yang di langit, dengan bentuk dan manfaat yang beraneka ragam. Dan semua itu
merupakan tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang mengambil pelajaran, yaitu yang
memahami betapa besarnya nikmat yang Allah berikan untuk dipergunakan sesuai dengan
keperluan kita.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Allah

SWT

menciptakan

bumi

dan

langit

termasuk

dengan

berbagai

keberanekaragaman sumber daya didalamnya tidaklah dapat terhitung jumlahnya. Juga tidak
terbatas manfaat dan kegunaannya. Hal itu semua merupakan nikmat untuk kita pergunakan
dengan sebaik-baiknya dalam rangka beribadah kepada Allah SWT, termasuk salah satunya
dalam mencukupi kebutuhan hidup kita. Seringkali nikmat yang diberikan oleh Allah SWT
kepada kita, disalahgunakan dan disalah artikan oleh kita manusia yang seringkali berbuat
khilaf. Mulai dengan merusak alam, berperilaku boros, juga mengeruk kekayaan dengan cara
yang bathil. Sikap dan cara kita mensyukuri nikmat Allah-lah yang menjadi takaran keimanan
kita sebagai hambanya yang beriman.

DAFTAR PUSTAKA
Max Weber, The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism (London: George Allen & Unwin
Ltd.,1976); Irma Adelman dan Cynthia Taft Morris, Economic Growth and Social Equity in
Developing Coutries, (Stanford: Stanford University Press, 1973).
M. Rodinson, Islam and Capitalism, (London: Allen Lane, 1974)

Anda mungkin juga menyukai