Anda di halaman 1dari 16

Proposal Seminar Geologi

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Indonesia, diidentifikasi memiliki 5 peristiwa tabrakan lempeng yang
membentuk

atau

mempengaruhi

sejarah

tektonik

Indonesia

sepanjang

Kenozoikum (Satyana, 2007, geologi.iagi.or.id). Benturan pertama adalah


benturan India ke Eurasia yang terjadi mulai 50 atau 45 Ma (Eosen awal-tengah).
Benturan ini telah menghasilkan Jalur Lipatan dan Sesar Pegunungan
Himalaya yang juga merupakan suture Indus. Benturan ini segera diikuti oleh
gerakan lateral Daratan Sunda (Sundaland) ke arah tenggara, sebagai wujud
escape tectonics, diakomodasi dan dimanifestasikan oleh sesar-sesar mendatar
besar di wilayah Indocina dan Daratan Sunda, pembukaan Laut Cina Selatan,
pembentukan cekungan-cekungan sedimen di Malaya, Indocina, dan Sumatra, dan
saat ini oleh pembukaan Laut Andaman. Sesar-sesar ini terbentuk di atas dan
menggiatkan kembali garis-garis suture akresi batuandasar berumur Mesozoikum
di Daratan Sunda. Sesar-sesar besar hasil escape tectonics ini adalah : Sesar Red
River-Sabah, Sesar Tonle-Sap-Mekong (Mae Ping), Sesar Three Pagoda-MalayaNatuna-Lupar-Adang, dan Sesar Sumatra (Gambar I.1.1).

Pranjono Aji Nugroho


410012310

Proposal Seminar Geologi

Gambar I.1.1. Tectonic escape di Indonesia Barat pada 45 Ma dicirikan oleh benturan India dan
Eurasia dan bergeraknya massa daratan Asia Timur, Indocina dan Indonesia Barat ke arah timur
dan tenggara. Sesar-sesarmendatar besar di Asia (misalnya Altyn Tagh), pembukaan Laut Jepang
dan Laut Cina Selatan adalah juga manifestasi tectonic escape akibat benturan India-Eurasia
(dimodifikasi dari Tapponnier dkk., 1982;Satyana, 2006)

Pada awalnya subkontinen India itu masih terpisah dari Eurasia, dan
tumbukan atau collision antara India dan Eurasia itu mulai terjadi sekitar 50 juta
tahun yang lalu. Tumbukan itu menyebabkan rotasi kepulauan wilayah Sunda
berputar dengan arah jarum jam, dan rotasi itu diperkirakan melahirkan
pensesaran-pensesaran bersifat wrenching secara besar-besaran di daerah
Kontinen Asia Timur, Asia Tenggara dan Sumatra diikuti oleh pembentukanpembentukan cekungan-cekungan pull apart di Sumatra (Katili, 1989; Molnar

Pranjono Aji Nugroho


410012310

Proposal Seminar Geologi

et al, 1980; Hamblin and Christiansen, 2001) dalam Buku Mengelola Resiko
Bencana di Negara Maritim Indonesia, ITB, 2009.
Murphy (2002b) dalam Satyana, 2006 menyampaikan bahwa pada 45 Ma
dimulainya dari tabrakan India-Eurasia. Tabrakan menghancurkan sisa-sisa
terakhir dari Samudra Tethys. Pada 40 Ma (Gambar I.1.2), pergerakan Sunda barat
mengubah arah gerak searah jarum jam rotasi dengan elemen tepi dibawa oleh
bagian utara India menjadi tabrakan yang keras dengan Eurasia. Tersier internal
ini sebagai awal pembentukan cekungan Sunda berlangsung di Sumatera dan Jawa
Barat.
Berkaitan dengan pergerakan lempeng diatas maka akan terkait dengan
kelompok cekungan wilayah Indonesia itu sendiri, cekungan-cekungan busur
muka

terbentuk

sepanjang

batas

tumbukan

lempeng-lempeng,

yang

keterdapatannya dekat zona penunjaman, dan letaknya antara busur luar non
vulkanik dan busur dalam vulkanik (Godmar Baringring, 2012).
Cekungan-cekungan tersebut merupakan daerah pengendapan yang
berbentuk asimetrik, dengan poros panjangnya terletak dekat dengan busur dalam
vulkanik dan ke arah ini biasanya dibatasi oleh sesar-sesar fleksure. Batuan dasar
cekungan ini pada umumnya terdiri dari batuan beku dan batuan malihamn yang
secara struktural telah mengalami deformasi dan umumnya diinterpetasikan
sebagai kompleks-kompleks melang yang berumur Pratersier.
Beberapa cekungan-cekungan yang termasuk ke dalam sistem cekungan
busur belakang di Mandala Indonesia Bagian Barat adalah :
1. Cekungan Aceh Utara (merupakan penerusan dari cekungan Sumatera
Utara)
2. Cekungan Sumatera Utara dan Cekungan Sumatera Tengah
Pranjono Aji Nugroho
410012310

Proposal Seminar Geologi

3. Cekungan Sumatera Selatan


4. Cekungan Sunda
5. Cekungan Jawa Barat Laut
6. Cekungan Jawa Timur
7. Cekungan Asem-asem
8. Cekungan Barito
9. Cekungan Kutai dan Cekungan Tarakan
Apabila penjelasan diatas dihubungkan dengan pemahaman ilmuawan
yang lain, dimana kondisi tektonik lempeng Indonesia bagian Barat menurut,
Katili, 1973 yang telah menyusun sebuah model tektonik lempeng mengikuti
Hamilton (1970) dan Dickinson (1971). Model Hamilton (1970) dan Dickinson
(1971) memperlihatkan sejumlah unsur struktur seperti tunjaman, busur volkaniktektonik, cekungan busur belakang, dan kraton (Gambar I.1.2.).
Model tersebut kemudian disempumakan dengan memanfaatkan model
pengendapan pada lereng palung-busur menurut Moore (1980). Model tersebut
mengacu kepada lajur Nias di lepas pantai barat Sumatera (Gambar I.1.3.). Juga
telah dibuat model dasar melibatkan dua jalur penunjaman (Gambar I.1.4.) (Katili,
1973; 1981). Yang menjadi dasar di sini ialah pembentukan sistem gunung api
berupa busur yang terentang di seputar tepi benua. Para geologiwan perusahaan
minyak bumi Continental Oil Co. telah menerapkan model konveksi ganda itu
untuk melukiskan penampang yang memotong Asia Tenggara bagian barat
(Gambar I.1.5.).

Pranjono Aji Nugroho


410012310

Proposal Seminar Geologi

Gambar I.1.2. Model Tektonik Lempeng Indonesia Bagian Barat (Katili, 1973)

Gambar I.1.3. Model Tektonik Indonesia Bagian Barat menurut model palung-busur (Katili, 1973)

Dua buah pusat pemekaran menjadi penyebab mengapa terjadi bangun


yang kurang lebih sepusat itu. Sementara ini busur Sunda dan busur Kalimantan
Pranjono Aji Nugroho
410012310

Proposal Seminar Geologi

Barat (sejarah sebenarnya belum dipelajari secara rinci) dapat dikaitkan dengan
baik dengan sesar transform mengiri dari busur ke busur. Tidak mustahil jika sesar
Patemoster (Katili, 1978) merupakan sesar transform yang mula-mula yang
menghubungkan busur Sunda dengan busur Kalimantan Barat di Lupar, Serawak
(Katili, 1986).

Gambar I.1.4. Model dasar dua jalur penunjaman yang berhadapan, Indonesia bagian Barat
(Katili, 1981)

Pranjono Aji Nugroho


410012310

Proposal Seminar Geologi

Gambar I.1.5. Model konveksi ganda penampang Asia Tenggara bagian barat
(Katili, 1989, modifikasi dari Conoco)

I.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dari penyusunan proposal ini adalah untuk mengidentifikasi
tatanan tektonik di Indonesia bagian Barat dan bertujuan untuk mengetahui
hubungan sebab akibat dari interaksi lempeng beserta produk yang dihasilkannya.

I.3 Batasan Masalah


Berdasarkan judul seminar ini, maka permasalahan dibatasi hanya pada tatanan
tektonik di Indonesia bagian barat dan produknya. Keterkaitan tektonik Himalaya dengan
tatanan tektonik disekitar Sumatra (Indonesia bagian barat) dan dampaknya serta
hubungannya dengan keberadaan mineral bijih ataupun cebakan hidrokarbon yang ada.
Pranjono Aji Nugroho
410012310

Proposal Seminar Geologi

1.4 Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian terdapat di daerah pulau Sumatra dan di daerah
Pegunungan Himalaya. (Gambar I.4)

Gambar 1.4 Peta Lokasi Penelitian

I.5 Penyelidikan Terdahulu


1. Alfred Wegener, 1966. The Origin of Continents and Oceans. Courier Dover.
hlm. 246.ISBN 0486617084.
2. Clements, B. and Hall, R., 2007, Cretaceous to Late Miocene Stratigraphic

and Tectonic Evolution of West Java, in Proceedings 31st Indonesian


Petroleum Association.
3. Hall, R. 2002. Kenozoikum evolusi tektonik geologi dan sepiring Asia
Tenggara dan Pasifik SW: rekonstruksi berbasis komputer dan animasi.
Journal of Asian Ilmu Bumi, 20 (4), 353-434.
4. Hall, R. 1997. Cenozoic plate tectonic reconstructions of SE Asia. In:
Fraser, A.J., Matthews, S.J. and Murphy R.W. (eds). Petroleum Geology of
Pranjono Aji Nugroho
410012310

Proposal Seminar Geologi

Southeast Asia. Geological Society of London Special Publication, 126,


11-23.
5. Katili, J. A & Mark, 1963. Geology: Departemen Urusan Research Nasional.
Djakarta: Penerbit Kilatmadju Bandung - Indonesia.
6. Katili, J.A., 1971. A review of the geotectonic theories and tectonic maps

of Indonesia. Earth-Science Reviews 7.


7. Katili, J.A., 1973. Geochronology of west Indonesia and its implication on
plate tectonics. Tectonophysics 19.
8. Murphy, R.W., 2002b, Southeast Asia reconstruction with a non-rotating
Cenozoic Borneo, Indonesian Petroleum Association Newsletter, June 2002, pp.
22-29.

9. U.S.G.S

(United

State

Geology

Survey).

http://pubs.usgs.gov/gip/dynamic/understanding.html
01/03/2009]

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Tektonik Indonesia

Pranjono Aji Nugroho


410012310

Publikasi
[Last

Melalui
Update

Proposal Seminar Geologi

Gambar II.1 Peta Tektonik Indonesia

Kepulauan Indonesia adalah salah satu wilayah yang memiliki kondisi


geologi yang menarik karena gugusan kepulauannya dibentuk oleh tumbukan
lempeng-lempeng tektonik besar. Tumbukan Lempeng Eurasia dan Lempeng
India-Australia mempengaruhi Indonesia bagian barat, sedangkan pada Indonesia
bagian timur, dua lempeng tektonik ini tertabrak lagi oleh Lempeng Samudra
Pasifik dari arah timur.
Tataan tektonik Indonesia di bagian barat menunjukkan pola tektonik yang
relative lebih sederhana dibandingkan Indonesia bagian timur. Kesederhanaan
tataan tektonik tersebut dipengaruhi oleh keberadaan Paparan Sunda yang relative
stabil. Pergerakan dinamis mencolok hanya terjadi pada perputaran Kalimantan
serta peregangan selat makassar. Hal ini terlihat pada pola sebaran jalur subduksi
Indonesia Barat. Sementara keberadaan benua mikro yang dinamis karena
dipisahkan oleh banyak sistem sasar sangat mempengaruhi bentuk kerumitan
Pranjono Aji Nugroho
410012310

10

Proposal Seminar Geologi

tektonik Indonesia bagian timur. Berdasarkan konsep ini pula, Indonesia terbentuk
tujuh jalur orogenesa, yaitu: jalur orogenesa Sunda, Barisan, Taulud, Sulawesi,
Banda, Malanisia, dan Dayak. Kondisi struktur geologi wilayah Indonesia timur
sangat rumit juga karena disebabkan Indonesia timur merupakan tempat
terbentuknya sistem busur kepulauan yang unik dengan asosiasi palung samudera,
zona akresi, busur gunung api, dan cekungan busur belakang. Selain itu yang
membuat rumit juga adalah busur-busur kepulauan nya yang dibatasi oleh lautan
dengan kedalaman mencapai ribuan meter dengan palung-palung dalam yang
terdapat diantara busur lengkung yang tajam dan beda relief yang sangat tajam.
Secara tektonis, wilayah Indonesia Timur merupakan lokasi pertemuan
tiga lempeng tektonik, yaitu Lempeng Pasifik yang bergerak dari arah timur ke
barat, Lempeng Australia yang bergerak dari arah tenggara ke barat laut dan
Lempeng Eurasia yang bergerak dari arah barat laut ke tenggara. Pertumbukan
ketiga lempeng ini menghasilkan pola tektonik rumit yang menyebar dari Pulau
Sulawesi, Maluku sampai Irian Jaya. Pergerakan Lempeng Pasifik dari timur ke
arah barat mengakibatkan terbentuknya Patahan Sorong yang berupa patahan
geser memanjang sepanjang pantai utara Irian Jaya, utara Serui dan Biak,
bercabang di wilayah Kepala Burung, Irian Jaya kemudian bercabang lagi di
sekitar Kepulauan Banggai dan Sula di Maluku. Semua hal ini berpengaruh pada
kondisi geologinya. Pulau di wilayah Indonesia bagian timur relative berukuran
lebih kecil dibandingkan di wilayah Indonesia bagian barat
Menurut teori tektonik lempeng, wilayah Indonesia bagian Timur
diketahui sebagai zona interaksi antara lempeng Eurasia Hindia, Australia, dan
Pasifik. Lempeng-lempeng ini memperagakan zona-zona penunjaman aktif
Pranjono Aji Nugroho
410012310

11

Proposal Seminar Geologi

dengan arah gerak agak membujur dibagian utara, seperti misalnya palung-palung
di Filipina, Halmahera dan Minahasa serta Timor di selatan yang agak melintang.
Wilayah Indonesia timur juga tersusun oleh lempeng-lempeng mikro yang
sifatnya lemah terhadap akumulasi energi dan mudah melepaskan energi dalam
wujud gempa.
Pada bagian utara wilayah Indonesia timur, lempeng pasifik menabrak sisi
timur dan utara Indonesia. Tekanan dahsyat karena pergerakan tiga lempeng besar
bumi: Lempeng Eurasia, Lempeng Hindia-Australia, dan lempeng Pasifik ini
menyebabkan interior lempeng bumi dari kepulauan Indonesia ini terpecah-pecah
menjadi bagian-bagian kecil kerak bumi yang bergerak antara satu terhadap
lainnya yang dibatasi oleh patahan-patahan aktif. Lempeng- lempeng kecil itu
diantaranya adalah lempeng laut Maluku, Lempeng Halmahera, Lempeng Sangihe
yang akan dibahas lebih lanjut dalam pembahasan seminar ini. Sedangkan wilayah
Indonesia bagian barat, daerahnya relative stabil dibandingkan wilayah Indonesia
bagian timur, maka dari itu pulau-pulaunya berukuran lebih besar daripada yang
berada di wilayah bagian Indonesia timur.

II.2 Interaksi Lempeng

Pranjono Aji Nugroho


410012310

12

Proposal Seminar Geologi

Gambar II.2 Peta Interaksi Lempeng

BAB III
Pranjono Aji Nugroho
410012310

13

Proposal Seminar Geologi

METODE PENELITIAN, JADWAL PENYUSUNAN SEMINAR


DAN HASIL SEMINAR YANG DIHARAPKAN

III.1 Metode Penelitian


III.1.1 Persiapan
Meliputi studi pustaka dan pengumpulan data-data dari literatur, buku, maupun
jurnal yang ada kaitannya dengan pokok permasalahan yang akan di bahas. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran secara umum kondisi geologi daerah penelitian.

III.1.2 Analisa
Analisis data lieratur, buku, maupun jurnal untuk mengetahui sistem seting
tektonik yang berkembang di daerah penelitian serta produknya.

III.1.3 Penyusunan Laporan


Meliputi penulisan akhir laporan dengan memasukkan data-data yang sudah
diolah dan dianalisa ke dalam bentuk laporan resmi atau akhir.

III.2 Jadwal Penyusunan Seminar


Jadwal Rencana Seminar tertuang didalam tabel berikut :
Tabel 3.2 Jadwal Penyusunan Seminar
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Macam Kegiatan

Oktober
III

Pengajuan Proposal
Pengurusan SK pembimbing
Penyusunan Draf & Revisi
Seminar
Revisi

Pranjono Aji Nugroho


410012310

14

IV

November
I

II

Proposal Seminar Geologi

III.3 Hasil Seminar Yang Diharapkan


a. Mengetahui tatanan tektonik di Indonesia bagian barat serta hubungannya
dengan Himalaya
b. Mengetahui produk dari interaksi lempeng berupa jalur subduksi dan jalur
gunung api.
c. Mengetahui faktor penyebab dari struktur Indonesia bagian barat
d. Mengetahui keberadaan endapan mineral bijih atau cebakan hidrokarbon
dengan pendekatan interpretasi data tektonik yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Alfred Wegener, 1966. The Origin of Continents and Oceans. Courier Dover. hlm. 246.
ISBN 0486617084.

Pranjono Aji Nugroho


410012310

15

Proposal Seminar Geologi

Clements, B. and Hall, R., 2007, Cretaceous to Late Miocene Stratigraphic and
Tectonic Evolution of West Java, in Proceedings 31st Indonesian Petroleum
Association.
Hall, R. 2002. Kenozoikum evolusi tektonik geologi dan sepiring Asia Tenggara
dan Pasifik SW: rekonstruksi berbasis komputer dan animasi. Journal of Asian
Ilmu Bumi, 20 (4), 353-434.
Hall, R. 1997. Cenozoic plate tectonic reconstructions of SE Asia. In: Fraser, A.J.,
Matthews, S.J. and Murphy R.W. (eds). Petroleum Geology of Southeast Asia.
Geological Society of London Special Publication, 126, 11-23.
Katili, J. A & Mark, 1963. Geology: Departemen Urusan Research Nasional. Djakarta:
Penerbit Kilatmadju Bandung - Indonesia.

Katili, J.A., 1971. A review of the geotectonic theories and tectonic maps of
Indonesia. Earth-Science Reviews 7.
Katili, J.A., 1973. Geochronology of west Indonesia and its implication on plate
tectonics. Tectonophysics 19.
Murphy, R.W., 2002b, Southeast Asia reconstruction with a non-rotating Cenozoic
Borneo, Indonesian Petroleum Association Newsletter, June 2002, pp. 22-29.

U.S.G.S

(United

State

Geology

Survey).

Publikasi

Melalui

http://pubs.usgs.gov/gip/dynamic/understanding.html [Last Update 01/03/2009]


http://elearning.upnjatim.ac.id/courses/GEOLOGITEKNIK/document/3_Bumi_da
n_Teori_Tektonik_Lempeng.pdf?cidReq=GEOLOGITEKNIK [01/10/2013]

Pranjono Aji Nugroho


410012310

16

Anda mungkin juga menyukai