Proposal Bab 1 2 3
Proposal Bab 1 2 3
BAB I
PENDAHULUAN
atau
mempengaruhi
sejarah
tektonik
Indonesia
sepanjang
Gambar I.1.1. Tectonic escape di Indonesia Barat pada 45 Ma dicirikan oleh benturan India dan
Eurasia dan bergeraknya massa daratan Asia Timur, Indocina dan Indonesia Barat ke arah timur
dan tenggara. Sesar-sesarmendatar besar di Asia (misalnya Altyn Tagh), pembukaan Laut Jepang
dan Laut Cina Selatan adalah juga manifestasi tectonic escape akibat benturan India-Eurasia
(dimodifikasi dari Tapponnier dkk., 1982;Satyana, 2006)
Pada awalnya subkontinen India itu masih terpisah dari Eurasia, dan
tumbukan atau collision antara India dan Eurasia itu mulai terjadi sekitar 50 juta
tahun yang lalu. Tumbukan itu menyebabkan rotasi kepulauan wilayah Sunda
berputar dengan arah jarum jam, dan rotasi itu diperkirakan melahirkan
pensesaran-pensesaran bersifat wrenching secara besar-besaran di daerah
Kontinen Asia Timur, Asia Tenggara dan Sumatra diikuti oleh pembentukanpembentukan cekungan-cekungan pull apart di Sumatra (Katili, 1989; Molnar
et al, 1980; Hamblin and Christiansen, 2001) dalam Buku Mengelola Resiko
Bencana di Negara Maritim Indonesia, ITB, 2009.
Murphy (2002b) dalam Satyana, 2006 menyampaikan bahwa pada 45 Ma
dimulainya dari tabrakan India-Eurasia. Tabrakan menghancurkan sisa-sisa
terakhir dari Samudra Tethys. Pada 40 Ma (Gambar I.1.2), pergerakan Sunda barat
mengubah arah gerak searah jarum jam rotasi dengan elemen tepi dibawa oleh
bagian utara India menjadi tabrakan yang keras dengan Eurasia. Tersier internal
ini sebagai awal pembentukan cekungan Sunda berlangsung di Sumatera dan Jawa
Barat.
Berkaitan dengan pergerakan lempeng diatas maka akan terkait dengan
kelompok cekungan wilayah Indonesia itu sendiri, cekungan-cekungan busur
muka
terbentuk
sepanjang
batas
tumbukan
lempeng-lempeng,
yang
keterdapatannya dekat zona penunjaman, dan letaknya antara busur luar non
vulkanik dan busur dalam vulkanik (Godmar Baringring, 2012).
Cekungan-cekungan tersebut merupakan daerah pengendapan yang
berbentuk asimetrik, dengan poros panjangnya terletak dekat dengan busur dalam
vulkanik dan ke arah ini biasanya dibatasi oleh sesar-sesar fleksure. Batuan dasar
cekungan ini pada umumnya terdiri dari batuan beku dan batuan malihamn yang
secara struktural telah mengalami deformasi dan umumnya diinterpetasikan
sebagai kompleks-kompleks melang yang berumur Pratersier.
Beberapa cekungan-cekungan yang termasuk ke dalam sistem cekungan
busur belakang di Mandala Indonesia Bagian Barat adalah :
1. Cekungan Aceh Utara (merupakan penerusan dari cekungan Sumatera
Utara)
2. Cekungan Sumatera Utara dan Cekungan Sumatera Tengah
Pranjono Aji Nugroho
410012310
Gambar I.1.2. Model Tektonik Lempeng Indonesia Bagian Barat (Katili, 1973)
Gambar I.1.3. Model Tektonik Indonesia Bagian Barat menurut model palung-busur (Katili, 1973)
Barat (sejarah sebenarnya belum dipelajari secara rinci) dapat dikaitkan dengan
baik dengan sesar transform mengiri dari busur ke busur. Tidak mustahil jika sesar
Patemoster (Katili, 1978) merupakan sesar transform yang mula-mula yang
menghubungkan busur Sunda dengan busur Kalimantan Barat di Lupar, Serawak
(Katili, 1986).
Gambar I.1.4. Model dasar dua jalur penunjaman yang berhadapan, Indonesia bagian Barat
(Katili, 1981)
Gambar I.1.5. Model konveksi ganda penampang Asia Tenggara bagian barat
(Katili, 1989, modifikasi dari Conoco)
9. U.S.G.S
(United
State
Geology
Survey).
http://pubs.usgs.gov/gip/dynamic/understanding.html
01/03/2009]
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Publikasi
[Last
Melalui
Update
10
tektonik Indonesia bagian timur. Berdasarkan konsep ini pula, Indonesia terbentuk
tujuh jalur orogenesa, yaitu: jalur orogenesa Sunda, Barisan, Taulud, Sulawesi,
Banda, Malanisia, dan Dayak. Kondisi struktur geologi wilayah Indonesia timur
sangat rumit juga karena disebabkan Indonesia timur merupakan tempat
terbentuknya sistem busur kepulauan yang unik dengan asosiasi palung samudera,
zona akresi, busur gunung api, dan cekungan busur belakang. Selain itu yang
membuat rumit juga adalah busur-busur kepulauan nya yang dibatasi oleh lautan
dengan kedalaman mencapai ribuan meter dengan palung-palung dalam yang
terdapat diantara busur lengkung yang tajam dan beda relief yang sangat tajam.
Secara tektonis, wilayah Indonesia Timur merupakan lokasi pertemuan
tiga lempeng tektonik, yaitu Lempeng Pasifik yang bergerak dari arah timur ke
barat, Lempeng Australia yang bergerak dari arah tenggara ke barat laut dan
Lempeng Eurasia yang bergerak dari arah barat laut ke tenggara. Pertumbukan
ketiga lempeng ini menghasilkan pola tektonik rumit yang menyebar dari Pulau
Sulawesi, Maluku sampai Irian Jaya. Pergerakan Lempeng Pasifik dari timur ke
arah barat mengakibatkan terbentuknya Patahan Sorong yang berupa patahan
geser memanjang sepanjang pantai utara Irian Jaya, utara Serui dan Biak,
bercabang di wilayah Kepala Burung, Irian Jaya kemudian bercabang lagi di
sekitar Kepulauan Banggai dan Sula di Maluku. Semua hal ini berpengaruh pada
kondisi geologinya. Pulau di wilayah Indonesia bagian timur relative berukuran
lebih kecil dibandingkan di wilayah Indonesia bagian barat
Menurut teori tektonik lempeng, wilayah Indonesia bagian Timur
diketahui sebagai zona interaksi antara lempeng Eurasia Hindia, Australia, dan
Pasifik. Lempeng-lempeng ini memperagakan zona-zona penunjaman aktif
Pranjono Aji Nugroho
410012310
11
dengan arah gerak agak membujur dibagian utara, seperti misalnya palung-palung
di Filipina, Halmahera dan Minahasa serta Timor di selatan yang agak melintang.
Wilayah Indonesia timur juga tersusun oleh lempeng-lempeng mikro yang
sifatnya lemah terhadap akumulasi energi dan mudah melepaskan energi dalam
wujud gempa.
Pada bagian utara wilayah Indonesia timur, lempeng pasifik menabrak sisi
timur dan utara Indonesia. Tekanan dahsyat karena pergerakan tiga lempeng besar
bumi: Lempeng Eurasia, Lempeng Hindia-Australia, dan lempeng Pasifik ini
menyebabkan interior lempeng bumi dari kepulauan Indonesia ini terpecah-pecah
menjadi bagian-bagian kecil kerak bumi yang bergerak antara satu terhadap
lainnya yang dibatasi oleh patahan-patahan aktif. Lempeng- lempeng kecil itu
diantaranya adalah lempeng laut Maluku, Lempeng Halmahera, Lempeng Sangihe
yang akan dibahas lebih lanjut dalam pembahasan seminar ini. Sedangkan wilayah
Indonesia bagian barat, daerahnya relative stabil dibandingkan wilayah Indonesia
bagian timur, maka dari itu pulau-pulaunya berukuran lebih besar daripada yang
berada di wilayah bagian Indonesia timur.
12
BAB III
Pranjono Aji Nugroho
410012310
13
III.1.2 Analisa
Analisis data lieratur, buku, maupun jurnal untuk mengetahui sistem seting
tektonik yang berkembang di daerah penelitian serta produknya.
Macam Kegiatan
Oktober
III
Pengajuan Proposal
Pengurusan SK pembimbing
Penyusunan Draf & Revisi
Seminar
Revisi
14
IV
November
I
II
DAFTAR PUSTAKA
Alfred Wegener, 1966. The Origin of Continents and Oceans. Courier Dover. hlm. 246.
ISBN 0486617084.
15
Clements, B. and Hall, R., 2007, Cretaceous to Late Miocene Stratigraphic and
Tectonic Evolution of West Java, in Proceedings 31st Indonesian Petroleum
Association.
Hall, R. 2002. Kenozoikum evolusi tektonik geologi dan sepiring Asia Tenggara
dan Pasifik SW: rekonstruksi berbasis komputer dan animasi. Journal of Asian
Ilmu Bumi, 20 (4), 353-434.
Hall, R. 1997. Cenozoic plate tectonic reconstructions of SE Asia. In: Fraser, A.J.,
Matthews, S.J. and Murphy R.W. (eds). Petroleum Geology of Southeast Asia.
Geological Society of London Special Publication, 126, 11-23.
Katili, J. A & Mark, 1963. Geology: Departemen Urusan Research Nasional. Djakarta:
Penerbit Kilatmadju Bandung - Indonesia.
Katili, J.A., 1971. A review of the geotectonic theories and tectonic maps of
Indonesia. Earth-Science Reviews 7.
Katili, J.A., 1973. Geochronology of west Indonesia and its implication on plate
tectonics. Tectonophysics 19.
Murphy, R.W., 2002b, Southeast Asia reconstruction with a non-rotating Cenozoic
Borneo, Indonesian Petroleum Association Newsletter, June 2002, pp. 22-29.
U.S.G.S
(United
State
Geology
Survey).
Publikasi
Melalui
16