Anda di halaman 1dari 14

TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.


1. Memahami proses absorpsi dan prinsip kerjanya
2. Menghitung laju kecepatan absorpsi CO2 kedalam air
3. Menghitung konsentrasi CO2 yang terlarut dalam NaOH

DASAR TEORI
Absorpsi gas oleh cairan merupakan proses perpindahan massa antar fasa,
dimana komponen dalam campuran gas diserap oleh cairan. Campuran gas umumnya
terdiri dari komponen yang dapat diserap dan gas sukar diserap/ bereaksi (inert),
sedangkan cairannya bersifa tidak melarut dalam fasa gas. Dalam perpindahan massa
antar fasa, terdapat batas antara kedua fasa tersebut, dimana komponen yang terserap
melalui fasanya sendiri kemudian melewati batas antar fasa dan masuk kefasa yang
lain. Hal ini terjadi bila terdapat cukup kekuatan gerak (driving force) dari suatu fasa
yang lain atau dinamakan koefisien perpindahan massa (mass transfer coefficient).
Laju perpindahan massa juga tergantung antara lain luas permukaan kontak antar fasa.
Absorpsi adalah operasi penyerapan komponen-komponen yang terdapat di
dalam gas dengan menggunakan cairan, sehingga tingkat absorpsi gas akan
sebanding dengan daya kelarutan gas tersebut dalam cairan. Kebalikan dari proses
absorpsi adalah desorpsi, yaitu pelepasan molekul gas dari zat cair yang
melarutkannya.
Adapun tujuan dari proses absorpsi adalah :
1. untuk mendapatkan senyawa yang bernilai tinggi dari campuran gas atau
uap;
2. untuk mengeluarkan senyawa yang tidak diinginkan dari produk;
3. pembentukan persenyawaan kimia dari absorben dengan salah satu senyawa
dalam campuran gas.
Bila gas dikontakkan dengan zat cair, maka sejumlah molekul gas akan meresap
dalam zat cair dan juga terjadi sebaliknya, sejumlah molekul gas meninggalkan zat cair
yang melarutkannya. Pada awal waktu, yang terjadi kecepatan pelarutan gas dalam zat
cair lebih besar bila dibandingkan dengan proses pelepasan gas dari cairan pelarutnya,
dengan bertambahnya waktu, kecepatan dari pelepasan gas juga bertambah hingga
pada suatu ketika terjadi kecepatan pelarutan dan pelepasan sama besar. Keadaan ini

disebut keadaan setimbang, tekanan yang diukur pada keadaan ini juga disebut
tekanan setimbang pada temperatur tertentu.
Daya larut gas dalam cairan bergantung dari suhu dan tekanannya, semakin
tinggi suhunya semakin rendah daya larut gas dalam cairan, sedangkan semakin
tinggi tekanan, gas akan larut lebih banyak dalam cairan.
Operasi absorpsi gas dalam cairan biasanya dilakukan dalam suatu kolom
silinder berunggun (cylindrical packed column). Unggun yang dimaksud merupakan
sekumpulan benda padat dengan bentuk dan bahan tertentu (plastik/ keramik) yang
disusun sedemikian rupa untuk menghasilkanluas permukaan kontak antar fasa gas
liquid yang sebesar besarnya. Dalam kolom absorbpsi, penyerapan komponen gas
oleh cairan mengalir melewati packed bed, biasanya arah aliran fluida diatur
sedemikian rupa, dimana cairan mengalir dari atas dan gas mengalir dari bawah
(counter current). Gas dan cairan yang masuk dan keluar dapat dianalisa untuk
mengetahui jumlah gas yang diserap.
Dalam skala laboratorium, peralatan kolom absorpsi gas biasanya sudah
dilengkapi dengan peralatan analisa sampel gas maupun analisa cairan (titrasi).
Perangkat peralatan analisa gas berisi larutan NaOH yang reaksinya dengan CO2.
CO2 + 2 NaOH

Na2CO3 + H2O

Jumlah CO2 yang terserap sebanding dengan pertambahan volume larutan dalam
peralatan analisa tersebut.
Dalam industri, proses ini banyak digunakan antara lain dalam proses
pengambilan amonia yang ada dalam gas kota yang berasal dari pembakaran batubara
dengan menggunakan air. Atau penghilangan gas H2S yang dikandung dalam gas alam
dengan menggunakan larutan alkali.
Teori Dua Tahanan
Pada umumnya, campuran gas yang masuk kedalam kolom absorbsi terdiri atas
komponen yang dapat diserap dan gas inert (sukar diserap), sedangkan cairan yang
digunakan bersifat tidak melarut dalam fasa gas. Perpindahan massa solut dari gas
menuju cairan terjadi dalam tiga langkah perpindahan, transfer massa dari badan utama
gas kesuatu fasa antar muka, transfer muka melalui bidang antar muka kefasa kedua
dan transfer massa dari antar muka kebadan utama cairan.
Dari gambar 2.1 dapat dilihat bahwa pada kondisi awal, konsentrasi A dalam
badan utama gas adalah yAG fraksi mol. Ketika mulai terjadi kontak dengan cairan,
konsentasi A di daerah interfase menurun hingga yAi pada interfase menjadi yAI dalam

badan utama cairan. Dan sebagai syarat terjadinya perpindahan perpindahan massa.
Konsentrasi awal yAG dan yAI tidak berada dalam keadaan setimbang.

Gambar 1. Teori lapisan dua film


Perpindahan massa solut A dari gas ke cairan akan terjadi bila terdapat cukup
kekuatan gerak (driving force) dari satu fasa ke fasa lainnya yang dikenal dengan nama
koefisien perpindahan massa (mass transfer coefficient). Laju perpindahan massa ini
juga bergantung pada luas permukaan kontak antar fasa.
Menurut Whitman dan Lewis, pada saat terjadi perpindahan massa antar fasa
tahanan terhadap perpindahan tersebut hanya ada pada bahan utama masing masing
fasa. Sedangkan pada daerah antarmuka yang membatasi kedua fasa tidak terdapat
tahanan sama sekali sehingga konsentrasi yAi dan XAi merupakan harga kesetimbangan
yang diperoleh dari data kurva kesetimbangan dari sistem dua fasa tersebut.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Absorpsi
Ada beberapa hal yang mempengaruhi absorpsi gas ke dalam cairan, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

temperatur operasi
tekanan operasi
konsentrasi komponen di dalam cairan
konsentrasi komponen di dalam aliran gas
luas bidang kontak
lama waktu kontak
Untuk itu dalam operasi absorpsi harus dipilih kondisi yang tepat sehingga dapat
diperoleh hasil optimum. Karakteristik suatu cairan dalam menyerap komponen
didalam aliran gas ditunjukkan oleh harga koefisien perpindahan massa antara gascairan, yaitu banyaknya mol gas yang berpindah per satuan waktu per satuan luas serta
tiap fraksi mol [(grmol)/(detik)(cm2)(fraksi mol)]A.

Untuk menentukan harga koefisien perpindahan massa suatu zat absorpsi dapat
digunakan perhitungan berdasarkan neraca massa. Persamaan untuk kolom absorpsi
Y0

H=

isian adalah :

Y1

d . G .Y
K og .aA . ( Y 1Y 0 )

Y- ialah fraksi mol gas yang berada dalam kesetimbangan dengan cairan disetiap
titik dalam kolom, Y adalah fraksi mol ruah bulk, A adalah luas penampang kolom,
H adalah tinggi isian dan a adalah luas spesifik isisan/satuan volum isian.
Untuk gas encer terkecuali aliran gas inert, persamaan diatas dapat
Y0

disederhanakan :

H . aA . K og
dY
=
G
Y ( Y 1Y 0 )
1

Ruas kanan dari persamaan diatas sulit diintegrasi. Perhitungan K og dapat


disederhanakan (tetapi kurang teliti) dengan menggunakan definisi Kog :
N=K og aAH log ( gaya pernggerak ratarata )
P1
P0
N
K og=

aA . H ( P1 P 0 )
log

sehingga,
dimana N
A

: kecepatan absoprsi (mol/s)


: luas perpindahan massa (m2)

: tekanan (atm)

Laju penyerapan CO2 dapat dihitung dengan rumus :

Y 1=

( Y 1Y 0 ) ( F 2+ F 3 )
( 1Y 0 )

Percobaan analisa karbon yang larut dalam air :

Y 1=

F2
( F2 + F 3 )

Jika M adalah konsentrasi penitraan, Vs adalah volume sampel yang digunakan


untuk titrasi, maka penentuan jumlah CO2 bebas pada suatu tangki dengan Vt volume
penitraan, CCO =
2

MVt
Vs

Jenis Menara Absorpsi


MenaraAbsorpsi yang digunakanadalahMenara Absorpsi dengan Benda Isi
(Packing Column).Menara jenis ini terdiri dari kolom dengan pengisian khusus, yang

digunanya untuk memperbesar permukaan kontak dengan jala penyebaran zat cair dan
penyebaran gas. Pada zaman dahulu bahan isian yang sering digunakan adalah kokas,
pecahan batu, dsb, sedangkan sekarang sering digunakan dari bahan tanah liat,
porselen polimer, kaca, logam, dll.
Zat cair disemprotkan dari atas dan mengalir ke bawah sepanjang bahan isian,
sedangkan gas yang akan dibersihkan dimasukkan dari dasar kolom dan menyapu
sepanjang kolom isian dengan aliran berlawanan arah. Isian biasanya digunakan
berbentuk teratur/seragam. Bahan isian biasanya dipasang menggantung diatas dasar
kolom untuk memperoleh pembagian gas yang sempurna dan menjaga supaya bagian
pengisisan yang paling bawah tidak berada di bawah zat cair absorpsi. Pada kolom
yang tinggi, bagian isian dipasang dalam paket-paket dengan memberikan jarak antar
paket agar aliran zat cair dan gas dapat terbagi kembali. Dengan cara seperti ini
kerugian adanya aliran yang menempel dinding efek dinding dalam kolom biasanya
dipasang suatu alat penahan ricikan, yaitu alat untuk mencegah tetesan air terseret
oleh aliran gas.

Gambar 2. Menara absorpsi packing


Kolom Absorpsi
Adalah suatu kolom atau tabung tempat terjadinya proses pengabsorpsi
(penyerapan/penggumpalan) dari zat yang dilewatkan di kolom/tabung tersebut.
Proses ini dilakukan dengan melewatkan zat yang terkontaminasi oleh komponen lain
dan zat tersebut dilewatkan kekolom ini dimana terdapat fase cair dari komponen
tersebut.

Gambar 1.1 kolom absorpsi

Gambar 1.2 kolom absorpsi skala pilot plant

Struktur Absorber
Strukturdalam absorber

Bagian atas:
Spray untuk megubah gas input menjadi fasecair.

Bagiantengah:
Packed tower untuk memperluas permukaan sentuh
sehingga mudah untuk diabsorbsi

Bagianbawah:
Input gas sebagai tempat masuknya gas kedalam reaktor.

Keterangan :
(a) input gas

(b) gas keluaran

(c) pelarut

(d) hasil absorbsi

(e) disperser

(f) packed column

Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan diabsorpsi
pada permukaannya, baik secara fisik maupun secara reaksi kimia.Absorben sering
juga disebut sebagai cairan pencuci.
Persyaratan absorben :
1. Memiliki daya melarutkan bahan yang akan diabsorpsi sebesar mungkin
(kebutuhan akan cairan lebih sedikit, volume alat lebih kecil).
2. Selektif
3. Memiliki tekanan uap yang rendah

4. Tidak korosif.
5. Mempunyai viskositas yang rendah
6. Stabil secara termis.
7. Murah
Jenis-jenis bahan yang dapat digunakan sebagai absorben adalah air (untuk
gas-gas yang dapat larut, atau untuk pemisahan partikel debu dan tetesan cairan),
natrium hidroksida (untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti asam) dan asam sulfat
(untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti basa).
Di industry absorpsi mempunyai fungsi untuk meningkatkan nilai guna dari
suatu zat dengan cara merubah fasanya. Contohnya adalah Formalin yang berfase cair
berasal dari formaldehid yang berfase gas dapat dihasilkan melalui proses absorpsi.
ALAT DAN BAHAN
ALAT
1 unit alat absorpsi
1 buah buret 50 mL
2 buah gelas kimia 50 mL
1 buah botol semprot
3 buah Erlenmeyer 100 mL
Pipet tetes
Gelas ukur
Corong
Stopwatch

FLOWCHART PERCOBAAN

BAHAN
NaOH 0,1 M
HCl 0,05 N
Air
Indicator PP
Gas CO2

isi tangki tendon


dengan air sampai
volume sekitar 3/4
penuh

isi 2 buah bola pada


alat dengan NaOH
0,1 M sampai
menunjukkan
angka 0

atur laju alir CO22,


udara, dan air

buka valve dan


regulator pada
tabung gas CO22,
dan nyalakan
kompressor

kalibrasi alat
selama 5 menit

sampling setiap 20
menit sekali
dengan cara
menarik piston
sampai volume 100
mL

buka valve atas


agar udara
mengalir, catat
perubahan volume

alirkan ke bola yang


berisi NaOH,
biarkan bereaksi
beberapa saat

ambil sampel dan


titrasi dengan HCl
dengan indikator PP

matikan alat

DATA PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA

Percobaan Absorpsi Karbon Dioksida ke dalam Air


Tekanan pada regulator = 1 bar
Laju alir
udara (F1
L/menit)
1

Laju alir
air (F2
L/menit)
100

Laju alir
CO2 (F2
L/menit)
10,5

Titrasi NaOH dengan HCl 0,05 N menggunakan indikator PP 20 menit


Pengambilan
Dari tangki (keran
bawah)
Dari tangki (1/2
kolom)
Dari outlet cairan

Volume NaOH + CO2


yang dititrasi (ml)

Volume HCl
(mL)

Konsentrasi CO2
(M)

20,4

0,204

17,3

0,173

15,1

0,151

Titrasi NaOH dengan HCl 0,005 N mnggunakan indicator pp 40 menit


Pengambilan
Dari tangki (keran
bawah)
Dari tangki (1/2
kolom)
Dari outlet cairan

Volume NaOH + CO2


yang dititrasi (ml)

Volume HCl
(mL)

Konsentrasi CO2
(M)

21,8

0,218

17,4

0,174

14,5

0,145

Titrasi NaOH dengan HCl 0,005 N mnggunakan indicator pp 60 menit


Pengambilan
Dari tangki (keran
bawah)
Dari tangki (1/2
kolom)
Dari outlet cairan

Volume NaOH + CO2


yang dititrasi (ml)

Volume HCl
(mL)

Konsentrasi CO2
(M)

19,5

0,195

15,2

0,152

13,1

0,131

Titrasi NaOH dengan HCl 0,005 N mnggunakan indicator pp 80 menit


Pengambilan

Volume NaOH + CO2


yang dititrasi (ml)

Volume HCl
(mL)

Konsentrasi CO2
(M)

19

0,19

14,8

0,148

12

0,12

Dari tangki (keran


bawah)
Dari tangki (1/2
kolom)
Dari outlet cairan
Rata-rata konsentrasi CO2
Aliran CO2
Bawah
Tengah
Atas

Konsentrasi (M)
0,201
0,161
0,136

Kecepatan CO2 yang diserap


Volume tangki ( L ) x Konsentrasi CO 2(
Waktu(menit )

mol
)
L

mol
)
menit
60 detik

Kecepatan (

= Kecepatan

(mol/detik)
Bagian bawah
Waktu (menit)
20
40
60

Volume tangki (liter)


40
40
40

Kecepatan (mol/detik)
0,0067
0,00335
0,00233

Andhika Prayoga (141411033)


Pada praktikum ini, dilakukan absorpsi antara senyawa gas dan cair (liquid-gas absorption),
senyawa yang digunakan dan diamati adalah CO 2 dan H2O. Selain itu, ada tambahan udara
tekan agar CO2 tertekan dan bereaksi dengan cepat dengan H 2O. Air dalam tangki masuk
melalui pipa menuju menara yang paling atas pada unit absorpsi dan CO 2 serta udara tekan
dialirkan menuju menara absorpsi bagian paling bawah.

Kolom absorpsi yang berada pada unit absorpsi memiliki benda isi (packing column) yang
berfungsi untuk memperbesar permukaan kontak, agar gas dan cairan dapat bereaksi dengan
baik. Benda isian yang berada pada alat praktikum terbuat dari kaca.
Pada kondisi percobaan absorpsi, jumlah CO2 yang diambil dari aliran udara dapat ditentukan
dari jumlah NaOH dan Na2CO3 dalam sampel cairan dengan anggapan tidak ada CO 2 bebas
yang tidak bereaksi dalam cairan. Reaksi yang terjadi yaitu :
CO2 + 2NaOH

Na2CO3 + H2O

Hal yang diperhatikan dalam praktikum ini, adalah konsentrasi bahan (terutama CO 2) dan
juga laju kecepatan absorpsi CO2. Tekanan pada regulator gas CO2 adalah 1 bar dengan laju
alir air 1 L/menit, laju alir udara 100 L/menit dan laju alir CO 2 10,5 L/menit. Gas CO2
direaksikan dengan NaOH sehingga membentuk Na2CO3 yang selanjutnya diambil 5 ml
untuk titrasi menggunakan HCl 0,05 N dan diperoleh konsentrasi CO2-nya.
Berdasarkan data praktikum yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa konsentrasi CO 2 yang
terdapat pada menara absorpsi paling bawah (keran bawah) memiliki konsentrasi CO 2 paling
besar dibanding di menara tengah atau atas. Hal ini dikarenakan pada aliran bawah, air dan
CO2 paling sering kontak dan bereaksi. Selain itu, laju penyerapan CO 2 pada menara absorpsi
bagian bawah lebih besar dibanding bagian atas atau tengah menara.
Harum Ambariyanti (141411040)
Praktikum absorpsi ini bertujuan untuk mengetahui jumlah CO2 yang dapat diserap
oleh larutan NaOH pada laju alir dan konsentrasi NaOH tertentu. Absorpsi adalah proses
pemisahan bahan dari suatu campuran gas dengan cara pengikatan bahan tersebut pada
permukaan pelarut cair yang diikuti dengan pelarutan. Prinsip kerja dari absorpsi dari gas CO2 oleh
larutan NaOH adalah udara yang mengandung komponen terlarut yaitu gas CO2 dialirkan ke dalam
kolom pada bagian bawah.Dari atas dialirkan larutan NaOH dengan konsentrasi tertentu. Pada
saat udara dan larutan NaOH bertemu dalam kolom isian, akan terjadi perpindahan massa. Dengan
menganggap udara tidak larut dalam larutan NaOH (karena sangat sedikit udara yang dapat larut), maka
hanya gas CO2 saja yang berpindah ke dalam fase air (terserap). Semakin ke bawah, aliranair semakin
banyak CO2. Semakin ke atas aliran udara semakin sedikit CO2
Absorpsi yang terjadi pada praktikum ini adalah absorpsi kimia. Absorbsi kimia
merupakan absorbsi dimana gas terlarut didalam larutan penyerap disertai dengan adanya
reaksi kimia. Reaksi kimia yang terjadi pada proses absorpsi ini adalah:

NaOH(aq) + CO2(g) NaHCO3(aq)


NaHCO3(aq) + NaOH(aq) Na2CO3(s) + H2O(l)

NaOH(aq)+ CO2(g) Na2CO3(s)+ H2O(l)


Beberapa faktor yang berpengaruh pada operasi absorpsi adalah laju alir larutan NaOH, tekanan
operasi. Semakin besar, maka penyerapan semakin baik. Sedangkan semakin rendah suhu, maka
penyerapan semakin baik. Tapi, pada laju alir gas yang besar akanmengurangi tingkat penyerapan,
Untuk menganalisa kadar CO2 yang diserap oleh NaOH dilakukan titrasi dengan
larutan HCl 0,05 N dengan indikator phenolphetalein. Dari data hasil perhitungan dapat dilihat
bahwa semakin lama jumlah CO2 yang diserap oleh NaOH semakin banyak tetapi peningkatan
jumlah CO2 yang diserap semakin lama semakin kecil. Hal ini terjadi karena semakin lama
NaOH akan semakin jenuh oleh gas CO2. Oleh karena itu NaOH akan mencapai suatu titik dimana
sudah tidak mampu lagi menyerap gas CO2. Rata-rata konsentrasi CO2 yang di hadilkan dari praktikum
adalah :
Aliran CO2
Bawah
Tengah
Atas

Konsentrasi (M)
0,201
0,161
0,136

Nabila Suri Oktaviani (141411048)


Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan praktikum absorpsi gas CO 2 dengan
NaOH sebagai absorbennya, dan alat yang digunakan adalah menara absorbsi dengan packing
column. Packing column pada menara absorbsi membuat kontak antara absorben dan yang
diabsorbsi lebih lama sehingga proses berlangsung lebih optimal. Garis besar langkah
kerjanya yaitu gas CO2 dikontakkan dengan air dan udara di dalam menara absorbsi,
kemudian diambil sampel dengan piston volume 100 mL dari aliran atas, tengah dan bawah
kemudian direaksikan dengan NaOH lalu diamati perubahan volume setiap 15 menit dan
kemudian sampel dalam bola dititrasi dengan HCl (indikator PP) untuk mengetahui
konsentrasi CO2 yang terserap. Persamaaan reaksinya :
Dalam menara absorbsi : CO2(g) + H2O(l) H2CO3(g)
Dalam bola

: H2CO3(g) + 2NaOH(l) Na2CO3(l) + 2H2O(l)

Rata-rata konsentrasi CO2 yang terserap pada aliran atas, tengah, dan bawah berturutturut adalah adalah 0,136 M; 0,161 M; dan 0,201 M. Dan laju absorpsi berturut-turut pada
aliran bawah pada menit ke 20, 40, dan 60 yaitu 0,0067 mol/s; 0,00335 mol/s; dan 0,00233
mol/s.
Dari data dapat diketahui bahwa konsentrasi CO 2 yang terabsorpsi pada aliran bawah
lebih besar daripada aliran atas. Hal tersebut disebabkan karena pada aliran bawah proses
absoprsi telah berlangsung lebih lama sehingga hasil lebih optimal.

Rijal Ahsan Nurfauzy


Kali ini praktikan melakukan percobaan yang disebut absorpsi, proses ini dilakukan
dengan bahan penyerap disebut absorber yang dimana bahan penyerap pada proses ini adalah
air dan senyawa yang diserap pada proses ini adalah CO2. Dari sini CO2 dialirkan dari tabung
gas CO2 yang dimana aliran tersebut akan diserap oleh air yang akan diikat oleh NaOH yang
membentuk ikatan basa, lalu CO2 yang diikat air akan dibawa ke kolom untuk diuji
kandungan CO2 yang diserap. Praktikan melakukan pengukuran dengan variasi waktu 20
menit untk 4 kali running
Dalam proses ini diberikan feed dari 3 aliran yakni, aliran udara tekan, aliran air dan
aliran CO2. Laju alir air sebesar 100 L/menit untuk 4 kali running, laju alir udara tekan 1
L/menit untuk 4 kali running dan laju alir CO 2 sebesar 10,5 L/menit pada tekanan 1 bar, pada
proses penyerapan ada 3 aliran yakni aliran bawah, aliran tengah dan aliran atas, dan dimana
pada setiap aliran memiliki penyerapan CO 2 yang berbeda-beda, pada aliran bawah, CO2
yang diserap akan lebih banyak dibanding aliran tengah dan aliran atas dan aliran tengah
lebih besar dari aliran atas dan aliran atas, penyerapan CO2 akan lebih sedikit.
Menghitung alir CO2 yang terserap oleh penyerap NaOH 0,1 M yang berada dalam
labu bola. Gas tersebut kemudian ditekan menuju larutan NaOH, dan akan terlihat barapa
banyak gas CO2 yang diserap. Adapun persamaan reaksinya adalah sebagai berikut :
CO2(g) + H2O(l) H2CO3(g)
H2CO3(g) + 2NaOH(l) Na2CO3(l) + 2H2O(l)
Pada saat sebelum tiitrasi, ditambah 3 tetes indicator pp, pada larutan akan terjadi perubahan
warna menjadi warna merah muda, dan dititrasi dengan HCl 0,05 N sampai larutan berwarna
bening, untuk mendapatkan konsentrasi NaOH yang telah menyerap CO 2. Pada pecobaan ini
didapatkan perbandingan konsentrasi CO2 di setiap aliran adalah aliran bawah 0,201 N aliran
tengah 0,161 dan aliran atas adalah 0,316 dengan kecepatan rata-rata penyerapan adalah
0,0041266 L/menit.

DAFTAR PUSTAKA
Petunjuk praktikum. Satuan Operasi Teknik Kimia. PEDC. Bandung
Mc-Cabe. Terjemahan : E. Jasifi . Operasi Teknik Kimia. Jilid 2. Erlangga. 1990
http://www.scribd.com/doc/56617279/Absorbsi-baru

http://alexschemistry.blogspot.com/2013/03/laporan-operasi-teknik-kimiaabsorbsi.html

Anda mungkin juga menyukai