Lain
Disusun oleh:
Ivani Yunita Korwa
11-2013-241
Pembimbing:
dr. Endang S., Sp.KJ
F 22 Gangguan Skizotipal
Pedoman diagnostik
Rubrik diagnostik ini tidak dianjurkan untuk digunakan secara umum karena tidak
dibatasi secara tegas dengan skizofrenia simpleks atau dengan gangguan kepribadian
skizoid atau paranoid.
Bila istilah ini digunakan untuk diagnosis, tiga atau empat gejala khas berikut ini
harus sudah ada, secara terus menerus atau secara episodik, sedikitnya untuk tahun
lamanya :
Afek yang tidak wajar atau yang menyempit / constricted (individu tampak dingin
dan acuh tak acuh)
Perilaku atau penampilan yang aneh, eksentrik atau ganjil
Hubungan sosial yang buruk dengan orang lain dan tendensi menarik diri dari
pergaulan sosial;
Kepercayaan yang aneh atau pikiran bersifat magik yang mempengaruhi perilaku dan
tidak serasi dengan norma-norma budaya setempat;
Kecurigaan atau ide-ide paranoid;
Pikiran obsesif berulang-ulang yang tak terkendali, sering dengan isi yang bersifat
dysmorphophobic (keyakinan tentang bentuk tubuh yang tidak normal/buruk dan
tidak terlihat secara objektif oleh orang lain), seksual atau agresif;
F 22 Gangguan Skizotipal
Persepsi-persepsi pancaindera yang tidak lazim terasuk mengenai tubuh (somatosensory)
atau ilusi-ilusi lain, depersonalisasi atau derealisasi;
Pikiran yang bersifat samar-samar (vague), berputar-putar (circumtantial), penuh kiasan
(metaphorical), sangat terinci dan ruwet (overelaborate), atau stereotipik, yang bermanifestasi
dalam pembicaraan yang aneh atau cara lain, tanpa inkoheransi yang jelas dan nyata;
Sewaktu-waktu ada episode menyerupai keadaan psikotik yang bersifat seentara dengan ilusi,
halusinasi auditorik atau lainnya yang bertubi-tubi, dan gagasan yang mirip waham, biasanya
terjadi tanpa provokasi dari luar.
Individu harus tidak pernah memenuhi kriteria skizofrenia dalam stadium manapun.
Suatu riwayat skizofrenia pada salah seorang anggota keluarga terdekat memberikan bobot
tambahan untuk diagnosis ini, tetapi bukan merupakan suatu prasyarat.
Termasuk:
Skizofrenia ambang
Skizofrenia laten
Skizofrenia pseudoneurotik
Skizofrenia psudopsikopatik
Gangguan kepribadian skizotipal
F 23 Gangguan Psikotik Akut dan Sementara
Pedoman diagnostik
Menggunakan urutan diagnosis yang mencerminkan urutan prioritas yang diberikan
untuk ciri-ciri utama terpilih dari gangguan ini. Urutan prioritas yang dipakai ialah:
Onset yang akut (dalam masa 2 minggu atau kurang = jangka waktu gejala-gejala
psikotik menjadi nyata dan menggganggu sedikitnya beberapa aspek kehidupan dan
pekerjaan sehari-hari, tidak termasuk periode prodromal yang gejalanya sering tidak
jelas) sebagai ciri khas yang menentukan seluruh kelompok;
Adanya sindrom yang khas (berupa polimorfik = beraneka-ragam dan berubah
cepat, atau scizophrenia-like = gejala skizofrenik yang khas);
Adanya stres akut yang berkaitan (tidak selalu ada, sehingga dispesifikasi dengan
karakter ke 5; .x0=Tanpa penyerta stres akut; .x1=Dengan penyerta stres akut).
Kesulitan atau problem yang berkepanjangan tidak boleh dimasukan sebagai sumber
stres dalam konteks ini;
Tanpa diketahui berapa lama gangguan akan berlangsung;
Tidak ada gangguan dalam kelompok ini yang memenuhi kriteria episode manik
(F30.-) atau episode depresif (F32.-), walaupun perubahan emosional dan gejalagejala afektif indivudual dapat menonjol dari waktu ke waktu.
Tidak ada penyebab organik, seperti trauma kapitis, delirium, atau demensia. Tidak
merupakan intoksikasi akibat penggunaan alkohol atau obat-obatan.
2. Psikosis pascapartus
Gangguan psikotik yang terjadi padaperempuan yang baru saja
melahirkan bayi.
Etiologi :
Peristiwa perinatal, seperti infeksi, intoksikasi obat (misalnya
skopolamin dan meperidin), toksemia, kehilangan darah.
Penurunan mendadak knsentrasi estrogen dan progesteron
setelah melahirkan.
Mekanisme psikososial murni ditunjukan oleh lebih banyak ibu
primipara dan hubungan antara psikosis pascapartus dan
peristiwa yang menekan baru-baru ini. Adanya konflik
perasaan pada ibu seputar pengalaman keibuannya, seperti
idak ingin hamil, merasa terperangkap dalam perkawinan yang
tidak bahagia akibat menjadi ibu, perselisihan dalam
perkawinan selama hamil.
Gejala klinis :
Terjadi beberapa hari setelah persalinan.
Biasanya pasien mulai mengeluh lelah, insomnia, dan gelisah serta mengalami
episode penuh kesedihan dan labilitas emosi.
Kemudian dapat timbul rasa curiga, konfusi, inkoheren, penyataan irasional, dan
obsesif terhadap kesehatan bayi.
Waham dan halusinasi dapat timbul. Materi waham dapat melibatkan ide bahwa
bayi mati atau cacat. Pasien dapat menyangkal kelahiran dan mengekspresikan
pikiran bahwa dia tidak menikah, masih perawan, tersiksa, dipengaruhi, atau suka
melawan. Halusinasi dengan tema yang sama dapat berupa suara yang
memberitahu pasien agar mambunuh bayinya.
Ketidakmampuan bergerak, berdiri atau berjalanjuga sering ditemukan.
Pasien dapat mempuyai perasaan tidak ingin merawat bayinya, tidak mencintai
bayinya, dan kadang ingin melukai bayinya dan/atau dirinya sendiri.
Penatalaksanaan : antipsikotik