Anda di halaman 1dari 54

I.

PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pembangunan

suatu

konstruksi,

pertama

tama

sekali

yang

dilaksanakan dan dikerjakan dilapangan adalah pekerjaan pondasi ( struktur


bawah

baru

kemudian

melaksanakan

pekerjaan

struktur

atas.

Pembangunan suatu pondasi sangat besar fungsinya pada suatu konstruksi.


Secara umum pondasi didefinisikan sebagai bangunan bawah tanah yang
meneruskan beban yang berasal dari berat bangunan itu sendiri dan beban
luar yang bekerja pada bangunan ke tanah yang disekitarnya.
Bentuk dan struktur tanah merupakan suatu peranan yang
penting dalam suatu pekerjaan konstruksi yang harus dicicermati karena
kondisi ketidaktentuan dari tanah berbedabeda. Pondasi merupakan suatu
pekerjaan yang sangat penting dalam suatu pekerjaan teknik sipil, karena
pondasi inilah yang memikul dan menahan suatu beban yang bekerja
diatasnya yaitu beban konstruksi atas. Pondasi ini akan menyalurkan
tegangan-tegangan yang terjadi pada beban struktur atas kedalam lapisan
tanah yang keras yang dapat memikul beban konstruksi tersebut.
Pondasi sebagai struktur bawah secara umum dapat dibagi dalam 2
(dua) jenis, yaitu pondasi dalam dan pondasi dangkal. Pemilihan jenis
pondasi tergantung kepada jenis struktur atas apakah termasuk konstruksi
beban ringan atau beban berat dan juga tergantung pada jenis tanahnya.
Untuk konstruksi beban ringan dan kondisi tanah cukup baik, biasanya
dipakai pondasi dangkal, tetapi untuk konstruksi beban berat biasanya jenis
pondasi dalam adalah pilihan yang tepat.
Secara umum permasalahan pondasi dalam lebih rumit dari
pondasi dangkal. Pondasi tiang pancang adalah batang yang relative panjang
dan langsing yang digunakan untuk menyalurkan beban pondasi melewati
lapisan tanah dengan daya dukung rendah kelapisan tanah keras yang
mempunyai kapasitas daya dukung tinggi yang relative cukup dalam
dibanding pondasi dangkal. Daya dukung tiang pancang diperoleh dari daya
dukung ujung ( end bearing capacity ) yang diperoleh dari tekanan ujung

tiang, dan daya dukung geser atau selimut ( friction bearing capacity ) yang
diperoleh dari daya dukung gesek atau gaya adhesi antara tiang pancang
dan tanah disekelilingnya.
Secara umum tiang pancang dapat diklasifikasikan antara lain: dari
segi bahan ada tiang pancang bertulang, tiang pancang pratekan, tiang
pancang baja, dan tiang pancang kayu. Dari segi bentang penampang, tiang
pancang bujur sangkar, segitiga, segi enam, bulat padat, pipa, huruf H, huruf
I, dan bentuk spesifik. Dari segi teknik pemancangan, dapat dilakukan
dengan palu jatuh (drop hammer), diesel hammer, dan hidrolic hammer.
B.Rumusan Masalah
1.

Apa keuntungan serta kerugian pemakaian tiang pancang beton,kayu, dan


baja serta bor pile?

2.

Alat-alat berat apa yang digunakan dalam pemancangan?

3.

Berapa tegangan ijin masing-masing tiang pancang beton,baja,dan kayu?

4.

Beban Max / Dimensi yang lazim pada tiang pancang beton, kayu, dan
baja !

5.

Alat alat berat apa saja yang digunakan dalam tiang bor?
C.Tujuan
Setelah membaca makalah ini diharapkan para pembaca :

1.

Mengetahui keuntungan serta kerugian pemakaian tiang pancang


beton,kayu,dan bajaserta bor pile.

2.

Mengetahui alat-alat berat yang digunakan dalam pemancangan.

3.

Dapat menghitung tegangan ijin tiang pancang.

4.

Mengetahui alat alat berat untuk tiang bor pile.

5.

Dimensi / beban max/ daya dukung tiang pancang.

II. PEMBAHASAN
1.

PENGERTIAN
Pondasi Tiang Pancang
Pondasi tiang pancang (pile foundation) adalah bagian dari
struktur yang digunakan untuk menerima dan mentransfer (menyalurkan)
beban dari struktur atas ke tanah penunjang yang terletak pada kedalaman
tertentu. Tiang pancang bentuknya panjang dan langsing yang menyalurkan
beban ke tanah yang lebih dalam. Bahan utama dari tiang adalah kayu, baja
(steel), dan beton. Tiang pancang yang terbuat dari bahan ini adalah dipukul,
dibor atau di dongkrak ke dalam tanah dan dihubungkan dengan pile cap
(poer). Tergantung juga pada tipe tanah, material dan karakteristik
penyebaran beban tiang pancnag diklasifikasikan berbeda-beda.
Pondasi tiang sudah digunakan sebagai penerima beban dan sistem
transfer beban bertahun-tahun. Pada awal peradaban, dari komunikasi,
pertahanan, dan hal-hal yang strategik dari desa dan kota yang terletak
dekat sungai dan danau. Oleh sebab itu perlu memperkuat tanah penunjang
dengan beberapa tiang. Tiang yang terbuat dari kayu (timber pile) dipasang
dengan dipukul ke dalam tanah dengan tanah atau lubang yang digali dan
diisi dengan pasir dan batu.
Pada tahun 1740, Christoffoer Polhem menemukan peralatan pile
driving yang mana menyerupai mekanisme Pile driving saat ini. Tiang baja
(steel pile) sudah digunakan selama 1800 dan tiang beton (concrete pile)
sejak 1900. Revolusi industri membawa perubahan yang penting pada
sistem pile driving melalui penemuan mesin uap dan mesin diesel. Lebih lagi
baru-baru ini, meningkatnya permintaan akan rumah dan konstruksi
memaksa para pengembang memanfaatkan tanah-tanah yang mempunyai
karakteristik yang kurang bagus. Hal ini membuat pengembangan dan
peningkatan sistem pile driving. Saat ini banyak teknik-teknik instalansi tiang
pancang bermunculan.

Seperti tipe pondasi yang lainnya, tujuan dari pondasi tiang adalah:
1.

Untuk menyalurkan beban pondasi ke tanah keras

2.

Untuk menahan beban vertikal, lateral, dan beban uplift.


Struktur yang menggunakan pondasi tiang pancang apabila tanah

dasar tidak mempunyai kapasitas daya pikul yang memadai. Kalau hasil
pemeriksaan tanah menunjukkan bahwa tanah dangkal tidak stabil dan
kurang keras apabila besarnya hasil estimasi penurunan tidak dapat diterima
pondasi tiang pancang dapat menjadi bahan pertimbangan. Lebih jauh lagi,
estimasi biaya dapat menjadi indicator bahwa pondasi tiang pancang
biayanya lebih murah daripada jenis pondasi yang lain dibandingkan dengan
biaya perbaikan tanah.
Dalam kasus konstruksi berat, sepertinya bahwa kapasitas daya pikul
dari tanah dangkal tidak akan memuaskan, dan konstruksi seharusnya di
bangun di atas pondasi tiang. Tiang pancang juga digunakan untuk kondisi
tanah yang normal untuk menahan beban horizontal. Tiang pancang
merupakan metode yang tepat untuk pekerjaan diatas air, seperti jertty atau
dermaga.
Penggunaan pondasi tiang pancang sebagai pondasi bangunan apabila
tanah yang berada dibawah dasar bangunan tidak mempunyai daya dukung
(bearing capacity) yang cukup untuk memikul berat bangunan beban yang
bekerja padanya (Sardjono HS, 1988). Atau apabila tanah yang mempunyai
daya dukung yang cukup untuk memikul berat bangunan dan seluruh beban
yang bekerja berada pada lapisan yang sangat dalam dari permukaan tanah
kedalaman > 8 m (Bowles, 1991). Fungsi dan kegunaan dari pondasi tiang
pancang adalah untuk memindahkan atau mentransfer beban-beban dari
konstruksi di atasnya (super struktur) ke lapisan tanah keras yang letaknya
sangat dalam.
Dalam pelaksanaan pemancangan pada umumnya dipancangkan
tegak lurus dalam tanah, tetapi ada juga dipancangkan miring (battle pile)
untuk dapat menahan gaya-gaya horizontal yang bekerja. Hal seperti ini
sering terjadi pada dermaga dimana terdapat tekanan kesamping dari kapal

dan perahu. Sudut kemiringan yang dapat dicapai oleh tiang tergantung dari
alat yang dipergunakan serta disesuaikan pula dengan perencanaannya.
Pondasi tiang digolongkan berdasarkan kualitas bahan material dan
cara pelaksanaan. Menurut kualitas bahan material yang digunakan, tiang
pancang dibedakan menjadi empat yaitu tiang pancang kayu, tiang pancang
beton, tiang pancang baja, dan tiang pancang composite (kayu beton dan
baja beton).
Tiang pancang umumnya digunakan:

Untuk mengangkat beban-beban konstruksi diatas tanah kedalam atau


melalui sebuah stratum/lapisan tanah. Didalam hal ini beban vertikal dan
beban lateral boleh jadi terlibat.

Untuk menentang gaya desakan keatas, gaya guling, seperti untuk


telapak ruangan bawah tanah dibawah bidang batas air jenuh atau untuk
menopang kaki-kaki menara terhadap guling.

Memampatkan endapan-endapan tak berkohesi yang bebas lepas melalui


kombinasi perpindahan isi tiang pancang dan getaran dorongan. Tiang
pancang ini dapat ditarik keluar kemudian.

Mengontrol lendutan/penurunan bila kaki-kaki yang tersebar atau telapak


berada pada tanah tepi atau didasari oleh sebuah lapisan yang
kemampatannya tinggi.

Membuat tanah dibawah pondasi mesin menjadi kaku untuk mengontrol


amplitudo getaran dan frekuensi alamiah dari sistem tersebut.

Sebagai faktor keamanan tambahan dibawah tumpuan jembatan dan


atau pir, khususnya jika erosi merupakan persoalan yang potensial.
Dalam konstruksi lepas pantai untuk meneruskan beban-beban diatas
permukaan air melalui air dan kedalam tanah yang mendasari air tersebut.
Hal seperti ini adalah mengenai tiang pancang yang ditanamkan sebagian
dan yang terpengaruh oleh baik beban vertikal (dan tekuk) maupun beban
lateral (Bowles, 1991).
Pondasi tiang pancang dibuat ditempat lain (pabrik, dilokasi) dan
baru dipancang sesuai dengan umur beton setelah 28 hari. Karena tegangan

tarik beton adalah kecil, sedangkan berat sendiri beton adalah besar, maka
tiang pancang beton ini haruslah diberi tulangan yang cukup kuat untuk
menahan momen lentur yang akan timbul pada waktu pengangkatan dan
pemancangan.
Kriteria dan jenis pemakaian tiang pancang
Dalam perencanaan pondasi suatu konstruksi dapat digunakan
beberapa macam tipe pondasi. Pemilihan tipe pondasi yang digunakan
berdasarkan atas beberapa hal, yaitu:

Fungsi bangunan atas yang akan dipikul oleh pondasi tersebut;

Besarnya beban dan beratnya bangunan atas;

Kondisi tanah tempat bangunan didirikan;

Biaya pondasi dibandingkan dengan bangunan atas.


Kriteria pemakaian tiang pancang dipergunakan untuk suatu pondasi
bangunan sangat tergantung pada kondisi:

Tanah dasar di bawah bangunan tidak mempunyai daya dukung


(misalnya pembangunan lepas pantai)

Tanah dasar di bawah bangunan tidak mampu memikul bangunan yang


ada diatasnya atau tanah keras yang mampu memikul beban tersebut jauh
dari permukaan tanah

Pembangunan diatas tanah yang tidak rata

Memenuhi kebutuhan untuk menahan gaya desak keatas (uplift)


A.

Penggolongan Pondasi Tiang Pancang


Pondasi tiang pancang dapat digolongkan berdasarkan pemakaian

bahan, cara tiang meneruskan beban dan cara pemasangannya, berikut ini
akan dijelaskan satu persatu.
1.

Pondasi tiang pancang menurut pemakaian bahan dan


karakteristik strukturnya
Tiang pancang dapat dibagi kedalam beberapa kategori (Bowles, 1991)
antara lain:

a.

Tiang Pancang Kayu


Tiang pancang dengan bahan material kayu dapat digunakan sebagai

tiang pancang pada suatu dermaga. Tiang pancang kayu dibuat dari batang
pohon yang cabang-cabangnya telah dipotong dengan hati-hati, biasanya
diberi bahan pengawet dan didorong dengan ujungnya yang kecil sebagai
bagian yang runcing. Kadang-kadang ujungnya yang besar didorong untuk
maksud-maksud khusus, seperti dalam tanah yang sangat lembek dimana
tanah tersebut akan bergerak kembali melawan poros. Kadang kala ujungnya
runcing dilengkapi dengan sebuah sepatu pemancangan yang terbuat dari
logam bila tiang pancang harus menembus tanah keras atau tanah kerikil.
Pemakaian tiang pancang kayu ini adalah cara tertua dalam
penggunaan tiang pancang sebagai pondasi. Tiang kayu akan tahan lama
dan tidak mudah busuk apabila tiang katu tersebut dalam keadaan selalu
terendam penuh di bawah muka air tanah. Tiang pancang dari kayu akan
lebih cepat rusak atau busuk apabila dalam keadaan kering dan basah yang
selalu berganti-ganti. Sedangkan pengawetan serta pemakaian obat-obatan
pengawet untuk kayu hanya akan menunda atau memperlambat kerusakan
daripada kayu, akan tetapi tetap tidak akan dapat melindungi untuk
seterusnya. Pada pemakaian tiang pancang kayu ini biasanya tidak diijinkan
untuk menahan muatan lebih besar dari 25 sampai 30 ton untuk setiap
tiang.
Tiang pancang kayu ini sangat cocok untuk daerah rawa dan daerahdaerah dimana sangat banyak terdapat hutan kayu seperti daerah
Kalimantan, sehingga mudah memperoleh balok/tiang kayu yang panjang
dan lurus dengan diameter yang cukup besar untuk digunakan sebagai tiang
pancang.
Persyaratan dari tiang pancang tongkat kayu tersebut adalah : bahan
kayu yang dipergunakan harus cukup tua, berkualitas baik dan tidak cacat,
contohnya kayu berlian. Semula tiang pancang kayu harus diperiksa terlebih

dahulu sebelum dipancang untuk memastikan bahwa tiang pancang kayu


tersebut memenuhi ketentuan dari bahan dan toleransi yang diijinkan.
Semua kayu lunak yang digunakan untuk tiang pancang memerlukan
pengawetan, yang harus dilaksanakan sesuai dengan AASHTO M133 86
dengan menggunakan instalasi peresapan bertekanan.
Bilamana instalasi semacam ini tidak tersedia, pengawetan dengan
tangki terbuka secara panas dan dingin, harus digunakan. Beberapa kayu
keras dapat digunakan tanpa pengawetan, tetapi pada umumnya, kebutuhan
untuk mengawetkan kayu keras tergantung pada jenis kayu dan beratnya
kondisi pelayanan.

Gambar Pondasi Tiang Pancang Kayu


Kepala Tiang Pancang
Sebelum pemancangan, tindakan pencegahan kerusakan pada kepala
tiang pancang harus diambil. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan
pemangkasan kepala tiang pancang sampai penampang melintang menjadi
bulat dan tegak lurus terhadap panjangnya dan memasang cincin baja atau
besi yang kuat atau dengan metode lainnya yang lebih efektif. Setelah
pemancangan, kepala tiang pancang harus dipotong tegak lurus terhadap
panjangnya sampai nagian kayu yang keras dan diberi bahan pengawet
sebelum pur (pile cap) dipasang.

Bilamana tiang pancang kayu lunak membentuk pondasi struktur


permanen dan akan dipotong sampai di bawah permukaan tanah, maka
perhatian khusus harus diberikan untuk memastikan bahwa tiang pancang
tersebut telah dipotong pada atau di bawah permukaan air tanah yang
terendah yang diperkirakan. Bilamana digunakan pur (pile cap) dari beton,
kepala tiang pancang harus tertanam dalam pur dengan kedalaman yang
cukup sehingga dapat memindahkan gaya. Tebal beton di sekeliling tiang
pancnag paling sedikit 15 cm dan harus diberi baja tulangan untuk
mencegah terjadinya keretakan.
Sepatu Tiang Pancang
Tiang pancang harus dilengkapi dengan sepatu yang cocok untuk
melindungi ujung tiang selama pemancangan, kecuali bilamana seluruh
pemancangan dilakukan pada tanah yang lunak. Sepatu harus benarbenar konsentris (pusat sepatu sama dengan pusat tiang pancang) dan
dipasang dengan kuat pada ujung tiang. Bidang kontak antara sepatu dan
kayu harus cukup untuk menghindari tekanan yang berlebihan selama
pemancangan.
Pemancangan
Pemancangan berat yang mungkin merusak kepala tiang pancang,
memecah ujung dan menyebabkan retak tiang pancang harus dihindari
dengan membatasi tinggi jatuh palu dan jumlah penumbukan pada tiang
pancang. Umumnya, berat palu harus sama dengan beratnya tiang untuk
memudahkan pemancangan. Perhatian khusus harus diberikan selama
pemancangan untuk memastikan bahwa kepala tiang pancang harus selalu
berada sesumbu dengan palu dan tegak lurus terhadap panjang tiang
pancang dan bahwa tiang pancang dalam posisi yang relatif pada
tempatnya.
Penyambungan

Bilamana diperlukan untuk menggunakan tiang pancang yang terdiri


dari dua batang atau lebih, permukaan ujung tiang pancang harus dipotong
sampai tegak lurus terhadap panjangnya untuk menjamin bidang kontak
seluas seluruh penampang tiang pancang. Pada tiang pancang yang
digergaji, sambungannya harus diperkuat dengan kayu atau pelat
penyambung baja, atau profil baja seperti profil kanal atau profil siku yang
dilas menjadi satu membentuk kotak yang dirancang untuk memberikan
kekuatan yang diperlukan. Tiang pancang bulat harus diperkuat dengan
pipa penyambung. Sambungan di dekat titik-titik yang mempunyai lendutan
maksimum harus dihindarkan.
Keuntungan pemakaian tiang pancang kayu
1.

Tiang pancang dari kayu relatif lebih ringan sehingga mudah dalam
pengangkutan.

2.

Kekuatan tarik besar sehingga pada waktu pengangkatan untuk


pemancangan tidak menimbulkan kesulitan seperti misalnya pada tiang
pancang beton precast.

3.

Mudah untuk pemotongannya apabila tiang kayu ini sudah tidak dapat
masuk lagi ke dalam tanah.

4.

Tiang pancang kayu ini lebih baik untuk friction pile dari pada untukend
bearing pile sebab tegangan tekanannya relatif kecil.

5.

Karena tiang kayu ini relatif flexible terhadap arah horizontal dibandingkan
dengan tiang-tiang pancang selain dari kayu, maka apabila tiang ini
menerima beban horizontal yang tidak tetap, tiang pancang kayu ini akan
melentur dan segera kembali ke posisi setelah beban horizontal tersebut
hilang. Hal seperti ini sering terjadi pada dermaga dimana terdapat tekanan
kesamping dari kapal dan perahu.
Kerugian pemakaian tiang pancang kayu:

1.

Karena tiang pancang ini harus selalu terletak di bawah muka air tanah
yang terendah agar dapat tahan lama, maka kalau air tanah yang terendah
itu letaknya sangat dalam, hal ini akan menambah biaya untuk penggalian.

2.

Tiang pancang yang di buat dari kayu mempunyai umur yang relatif kecil
di bandingkan dengan tiang pancang yang di buat dari baja atau beton
terutama pada daerah yang muka air tanahnya sering naik dan turun.

3.

Pada waktu pemancangan pada tanah yang berbatu (gravel) ujung tiang
pancang kayu dapat berbentuk berupa sapu atau dapat pula ujung tiang
tersebut hancur. Apabila tiang kayu tersebut kurang lurus, maka pada waktu
dipancangkan akan menyebabkan penyimpangan terhadap arah yang telah
ditentukan.

4.

Tiang pancang kayu tidak tahan terhadap benda-benda yang agresif dan
jamur yang menyebabkan kebusukan.
b.

Tiang Pancang Beton

1.

Precast Reinforced Concrete Pile


Precast renforced concrete pile adalah tiang pancang dari beton

bertulang yang dicetak dan dicor dalam acuan beton (bekisting), kemudian
setelah cukup kuat lalu diangkat dan dipancangkan. Karena tegangan tarik
beton adalah kecil dan praktis dianggap sama dengan nol, sedangkan berat
sendiri dari pada beton adalah besar, maka tiang pancang beton ini haruslah
dieri penulangan-penulangan yang cukup kuat untuk menahan momen lentur
yang akan timbul pada waktu pengangkatan dan pemancangan. Karena
berat sendiri adalah besar, biasanya pancang beton ini dicetak dan dicor di
tempat pekerjaan, jadi tidak membawa kesulitan untuk transport.
Tiang pancang ini dapat memikul beban yang besar (>50 ton untuk
setiap tiang), hal ini tergantung dari dimensinya. Dalam perencanaan tiang
pancang beton precast ini panjang dari pada tiang harus dihitung dengan
teliti, sebab kalau ternyata panjang dari pada tiang ini kurang terpaksa harus
dilakukan penyambungan, hal ini adalah sulit dan banyak memakan waktu.
Reinforced Concrete Pile penampangnya dapat berupa lingkaran, segi
empat, segi delapan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 1. Tiang pancang beton precast concrete pile (Bowles, 1991)


Keuntungan pemakaian Precast Concrete Reinforced Pile:

Precast Concrete Reinforced Pile ini mempunyai tegangan tekan yang besar,
hal ini tergantung dari mutu beton yang di gunakan.

Tiang pancang ini dapat di hitung baik sebagai end bearing


pile maupun friction pile.

Karena tiang pancang beton ini tidak berpengaruh oleh tinggi muka air
tanah seperti tiang pancang kayu, maka disini tidak memerlukan galian
tanah yang banyak untuk poernya.

Tiang pancang beton dapat tahan lama sekali, serta tahan terhadap
pengaruh air maupun bahan-bahan yang corrosive asal beton dekkingnya
cukup tebal untuk melindungi tulangannya.
Kerugian pemakaian Precast Concrete Reinforced Pile

Karena berat sendirinya maka transportnya akan mahal, oleh karena


itu Precast reinforced concrete pile ini di buat di lokasi pekerjaan.

Tiang pancang ini di pancangkan setelah cukup keras, hal ini berarti
memerlukan waktu yang lama untuk menunggu sampai tiang beton ini dapat
dipergunakan.

Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan lebih sulit


dan memerlukan waktu yang lama.

Bila panjang tiang pancang kurang, karena panjang dari tiang pancang ini
tergantung dari pada alat pancang ( pile driving ) yang tersedia maka untuk
melakukan panyambungan adalah sukar dan memerlukan alat penyambung
khusus.

2.

Precast Prestressed Concrete Pile


Precast Prestressed Concrete Pile adalah tiang pancang dari beton

prategang yang menggunakan baja penguat dan kabel kawat sebagai gaya
prategangnya.

Gambar 2 Tiang pancang Precast Prestressed Concrete Pile ( Bowles, 1991 )

Keuntungan pemakaian Precast prestressed concrete pile:


1.

Kapasitas beban pondasi yang dipikulnya tinggi.

2.

Tiang pancang tahan terhadap karat.

3.

Kemungkinan terjadinya pemancangan keras dapat terjadi.


Kerugian pemakaian Precast prestressed concrete pile:

1.

Pondasi tiang pancang sukar untuk ditangani.

2.

Biaya permulaan dari pembuatannya tinggi.

3.

Pergeseran cukup banyak sehingga prategang sukar untuk disambung.


3.

Cast in Place Pile


Pondasi tiang pancang tipe ini adalah pondasi yang di cetak di tempat

dengan jalan dibuatkan lubang terlebih dahulu dalam tanah dengan cara
mengebor tanah seperti pada pengeboran tanah pada waktu penyelidikan
tanah. Pada Cast in Place ini dapat dilaksanakan dua cara:
1)

Dengan pipa baja yang dipancangkan ke dalam tanah, kemudian diisi


dengan beton dan ditumbuk sambil pipa tersebut ditarik keatas.

2)

Dengan pipa baja yang di pancangkan ke dalam tanah, kemudian diisi


dengan beton, sedangkan pipa tersebut tetap tinggal di dalam tanah.
Keuntungan pemakaian Cast in Place

Pembuatan tiang tidak menghambat pekerjan.

Tiang ini tidak perlu diangkat, jadi tidak ada resiko rusak dalam
transport.

Panjang tiang dapat disesuaikan dengan keadaan dilapangan.


Kerugian pemakaian Cast in Place

Pada saat penggalian lubang, membuat keadaan sekelilingnya menjadi


kotor akibat tanah yang diangkut dari hasil pengeboran tanah tersebut.

Pelaksanaannya memerlukan peralatan yang khusus.

Beton yang dikerjakan secara Cast in Place tidak dapat dikontrol.

c.

Tiang Pancang Baja

Pada umumnya, tiang pancang baja struktur harus berupa profil baja
gilas biasa, tetapi tiang pancang pipa dan kotak dapat digunakan. Bilamana

tiang pancang pipa atau kotak digunakan, dan akan diisi dengan beton, mutu
beton tersebut minimum harus K250.
Kebanyakan tiang pancang baja ini berbentuk profil H. Karena terbuat
dari baja maka kekuatan dari tiang ini sendiri sangat besar sehingga dalam
pengangkutan dan pemancangan tidak menimbulkan bahaya patah seperti
halnya pada tiang beton precast. Jadi pemakaian tiang pancang baja ini akan
sangat bermanfaat apabila kita memerlukan tiang pancang yang panjang
dengan tahanan ujung yang besar.
Tingkat karat pada tiang pancang baja sangat berbeda-beda terhadap
texture tanah, panjang tiang yang berada dalam tanah dan keadaan
kelembaban tanah.
a.

Pada tanah yang memiliki texture tanah yang kasar/kesap, maka karat
yang terjadi karena adanya sirkulasi air dalam tanah tersebut hampir
mendekati keadaan karat yang terjadi pada udara terbuka.

b.

Pada tanah liat (clay) yang mana kurang mengandung oxygen maka akan
menghasilkan tingkat karat yang mendekati keadaan karat yang terjadi
karena terendam air.

c.

Pada lapisan pasir yang dalam letaknya dan terletak dibawah lapisan
tanah yang padat akan sedikit sekali mengandung oxygen maka lapisan
pasir tersebut juga akan akan menghasilkan karat yang kecil sekali pada
tiang pancang baja.

Pada umumnya tiang pancang baja akan berkarat di bagian atas yang
dekat dengan permukaan tanah. Hal ini disebabkan karenaAeratedCondition (keadaan udara pada pori-pori tanah) pada lapisan tanah tersebut
dan adanya bahan-bahan organis dari air tanah. Hal ini dapat ditanggulangi
dengan memoles tiang baja tersebut dengan (coaltar) atau dengan sarung
beton sekurang-kurangnya 20 ( 60 cm) dari muka air tanah terendah.

Karat /korosi yang terjadi karena udara (atmosphere corrosion) pada


bagian tiang yang terletak di atas tanah dapat dicegah dengan pengecatan
seperti pada konstruksi baja biasa.
Perlindungan Terhadap Korosi
Bilamana korosi pada tiang pancang baja mungkin dapat terjadi, maka
panjang atau ruas-ruasnya yang mungkin terkena korosi harus dilindungi
dengan pengecatan menggunakan lapisan pelindung yang telah disetujui
dan/atau digunakan logam yang lebih tebal bilamana daya korosi dapat
diperkirakan dengan akurat dan beralasan. Umumnya seluruh panjang tiang
baja yang terekspos, dan setiap panjang yang terpasang dalam tanah yang
terganggu di atas muka air terendah, harus dilindungi dari korosi.
Kepala Tiang Pancang
Sebelum pemancangan, kepala tiang pancang harus dipotong tegak
lurus terhadap panjangnya dan topi pemancang (driving cap) harus dipasang
untuk mempertahankan sumbu tiang pancang segaris dengan sumbu palu.
Sebelum pemancangan, pelat topi, batang baja atau pantek harus
ditambatkan pad pur, atau tiang pancang dengan panjang yang cukup harus
ditanamkan ke dalam pur (pile cap).
Perpanjangan Tiang Pancang
Perpanjangan tiang pancang baja harus dilakukan dengan pengelasan.
Pengelasan harus dikerjakan sedemikian rupa hingga kekuatan penampang
baja semula dapat ditingkatkan. Sambungan harus dirancang dan
dilaksanakan dengan cara sedemikian hingga dapat menjaga alinyemen dan
posisi yang benar pada ruas-ruas tiang pancang. Bilamana tiang pancang
pipa atau kotak akan diisi dengan beton setelah pemancangan, sambungan
yang dilas harus kedap air.
Sepatu Tiang Pancang

Pada umumnya sepatu tiang pancang tidak diperlukan pada profil H


atau profil baja gilas lainnya. Namun bilamana tiang pancang akan
dipancang di tanah keras, maka ujungnya dapat diperkuat dengan
menggunakan pelat baja tuang atau dengan mengelaskan pelat atau siku
baja untuk menambah ketebalan baja. Tiang pancang pipa atau kotak dapat
juga dipancang tanpa sepatu, tetapi bilamana ujung dasarnya tertutup
diperlukan, maka penutup ini dapat dikerjakan dengan cara mengelaskan
pelat datar, atau sepatu yang telah dibentuk dari besi tuang, baja tuang atau
baja fabrikasi.
Keuntungan pemakaian Tiang Pancang Baja:

Tiang pancang ini mudah dalam dalam hal penyambungannya.

Tiang pancang ini memiliki kapasitas daya dukung yang tinggi.

Dalam hal pengangkatan dan pemancangan tidak menimbulkan bahaya


patah.
Kerugian pemakaian Tiang Pancang Baja:

Tiang pancang ini mudah mengalami korosi.

Bagian H pile dapat rusak atau di bengkokan oleh rintangan besar.

TIANG BOR PILE

Pondasi bored pile adalah pondasi tiang yang pemasangannya


dilakukan
dengan mengebor tanah lebih dahulu (Hary Christady Hardiyatmo, 2010).
Pemasangan pondasi bored pile ke dalam tanah dilakukan dengan cara
mengebor tanah terlebih dahulu, yang kemudian diisi tulangan yang telah
dirangkai dan dicor beton. Apabila tanah mengandung air, maka dibutuhkan
pipa besi atau yang biasa disebut dengan temporary casing untuk menahan
dinding lubang agar tidak terjadi kelongsoran, dan pipa ini akan dikeluarkan
pada waktu pengecoran beton
Tiang bor pile merupakan salh satu pondasi yang dipergunakan
untuk bangunan, apabila tanah dasarnya tidak mempunyai daya dukung
tanah untuk memikul berat bangunan. Bor pile ialah pondasi dalam yang
masih satu tipe dengan tiang pancang, yangmembedakan adalah cara
pemasangannya / pembuatannya.

Cara pembuatan bor pile


Bor pile , dengan cara dibuat lubang terlebih dahulu, mengebor tanah lalau
dimasukkan besi tulangan yang sudah di install, kemudian dimasukkan
adukan beton atau pengecoran setempat (cast in situ concrete pile)
System pembuatan bor pile ada 2 macam :
1.

Bor kering
Pelaksananannya menggunakan mata bor biasa ( spiral plat) diputar sambil
dimasukkan kedalam tanah dengan menggunakkan alat bor crane, dengan
menggunakan mesin diesel dan as mata diatur, dikendalikkan kaki tripot
sebagai penyangga untuk menaikan dan menurunkan mata bor.

2.

Bor Basah
System ini memerlukan casing untuk menahan tanah dari kelongsoran
,pompa air untuk sirkulasi dan airSystem ini memerlukan casing untuk

menahan tanah dari kelongsoran ,pompa air untuk sirkulasi dan airnya yang
dipakai untuk pengeboran, persedian air harus cukup untuk mencapai
kedalaman penggeboran yang direncanakan.
Bor pile adalah alternative lain apabila dalam pelaksanaan lokasi sangat sulit
atau beresiko apabila menggunakan tiang pancang (spoon pile). Seperti
masalah mobilisasi peralatan, dampak yang ditimbulkan terhadap
lingkungan sekitar (getaran, kebisingan ,dll) dan kondisi lain yang dapat
mempengaruhi kegiatan pekerjaan.

Ada beberapa keuntungan dalam pemakaian pondasi bored pile jika


dibandingkan dengan tiang pancang, yaitu:
1.

Pemasangan tidak menimbulkan gangguan suara dan getaran yang

2.

membahayakan bangunan sekitarnya.

3.

Mengurangi kebutuhan beton dan tulangan dowel pada pelat penutup


tiang

4.

(pile cap). Kolom dapat secara langsung diletakkan di puncak bored pile.

5.

Kedalaman tiang dapat divariasikan.

6.

Tanah dapat diperiksa dan dicocokkan dengan data laboratorium.

7.

Bored pile dapat dipasang menembus batuan, sedang tiang pancang akan

8.

kesulitan bila pemancangan menembus lapisan batuan.

9.

Diameter tiang memungkinkan dibuat besar, bila perlu ujung bawah tiang

10. dapat dibuat lebih besar guna mempertinggi kapasitas dukungnya.


11. Tidak ada risiko kenaikan muka tanah.
Kerugian menggunakan pondasi bored pile yaitu:
1.

Pengecoran bored pile dipengaruhi kondisi cuaca.

2.

Pengecoran beton agak sulit bila dipengaruhi air tanah karena mutu beton

3.

tidak dapat dikontrol dengan baik.

4.

Mutu beton hasil pengecoran bila tidak terjamin keseragamannya di

5.

sepanjang badan bored pile mengurangi kapasitas dukung bored pile,

6.

terutama bila bored pile cukup dalam.

7.

Pengeboran dapat mengakibatkan gangguan kepadatan, bila tanah


berupa

8.

pasir atau tanah yang berkerikil.

9.

Air yang mengalir ke dalam lubang bor dapat mengakibatkan gangguan

10. tanah, sehingga mengurangi kapasitas dukung tiang.


11. Akan terjadi tanah runtuh jika tindakan pencegahan tidak dilakukan, maka
12. dipasang temporary casing untuk mencegah terjadinya kelongsoran.

Alat Pancang
Alat Pancang Tiang
Dalam pemasangan tiang kedalam tanah, tiang dipancang dengan alat
pemukul yang dapat berupa pemukul (hammer) mesin uap, pemukul getar
atau pemukul yang hanya dijatuhkan. Skema dari berbagai macam alat
pemukul diperlihatkan dalam Gambar 2.4a sampai dengan 2.4d. Pada
gambar terebut diperlihatkan pula alat-alat perlengkapan pada kepala tiang
dalam pemancangan. Penutup (pile cap) biasanya diletakkan menutup
kepala tiang yang kadang-kadang dibentuk dalam geometri tertutup.
1.

Pemukul Jatuh (drop hammer)

Drop Hammer adalah palu berat yang diletakkan pada ketinggian


tertentu di atas tiang. Palu tersebut kemudian dilepaskan dan jatuh
mengenai tiang. Pada kepala tiang dipasang semacam topi/cap (shock
absorber) untuk menghindari tiang rusak akibat tumbukan hammer. Cap ini
biasanya terbuat dari kayu.Pemukul jatuh terdiri dari blok pemberat yang
dijatuhkan dari atas. Pemberat ditarik dengan tinggi jatuh tertentu kemudian
dilepas dan menumbuk tiang. Pemakaian alat tipe ini membuat pelaksanaan
pemancangan berjalan lambat, sehingga alat ini hanya dipakai pada volume
pekerjaan pemancangan yang kecil.

2.

Pemukul Aksi Tiang (single-acting hammer)

(b)
(a)
Pemukul aksi tunggal berbentuk

memanjang dengan ram yang bergerak naik oleh udara atau uap yang
terkompresi, sedangkan gerakan turun ram disebabkan oleh beratnya
sendiri. Energi pemukul aksi tunggal adalah sama dengan berat ram
dikalikan tinggi jatuh

(c)
(d)
Skema pemukul tiang : (a) Pemukul aksi tunggal (single acting
hammer), (b) Pemukul aksi double (double acting hammer), (c) Pemukul
diesel (diesel hammer), (d) Pemukul getar (vibratory
hammer) ( Hardiyatmo,H.c., 2002
3.

Pemukul Aksi Double (double-acting hammer)


Pemukul aksi double menggunakan uap atau udara untuk mengangkat

ram dan untuk mempercepat gerakan ke bawahnya Kecepatan pukulan dan


energi output biasanya lebih tinggi daripada pemukul aksi tunggal.
4.

Pemukul Diesel (diesel hammer)


Diesel Hammer adalah alat pemancang tiang yang paling sederhana.

Alat ini memiliki satu silinder dengan dua mesin diesel, piston/ram, tangki
bahan bakar, tangki pelumas, pompa bahan bakar, injector, dan mesin
pelumas. Pada pengoperasiannya, energi alat didapat dari berat ram yang
menekan udara di dalam silinder.Pemukul diesel terdiri dari silinder, ram,
balok anvil dan sistem injeksi bahan bakar. Pemukul tipe ini umumnya kecil,
ringan dan digerakkan dengan menggunakan bahan bakar minyak. Energi
pemancangan total yang dihasilkan adalah jumlah benturan dari ram
ditambah energi hasil dari ledakan (gambar c).

5.

Pemukul Getar (vibratory hammer)


Vibratory Pile Driver merupakan alat

yang memiliki beberapa batang horizontal dengan beban eksentris. Pada

saat pasangan batang berputar dengan arah yang berlawanan, berat yang
disebabkan oleh beban eksentris menghasilkan getaran pada alat. Getaran
yang dihasilkan tersebut menyebabkan material di sekitar pondasi yang
terikat pada alat, akan ikut bergetar. Alat ini sangat sesuai digunakan pada
tanah yang lembab.Pemukul getar merupakan unit alat pancang yang
bergetar pada frekuensi tinggi (Gambar d).

6.

Hydraulic Hammer
Alat ini memiliki cara kerja berdasarkan perbedaan tekanan pada cairan
hidrolis. Hidraulic Hammer ini dimanfaatkan untuk memancangkan pondasi
tiang baja H dan pondasi lempengan baja dengan cara dicengkeram,
didorong, dan ditarik. Alat ini sesuai digunakan ketika ada keterbatasan
daerah operasi karena tiang pancang yang dimasukkan cukup pendek. Untuk
memperpanjang tiangnya dapat dilakukan penyambungan pada ujungujungnya

Alat Bor Pile


Untuk mengerjakan sebuah proyek pekerjaan bor pile dibutuhkan alat
bor pile yang memadai agar diameter dan kedalaman yang di inginkan bisa
tercapai,tenaga yang terampil juga mutlak dibutuhkan agar hasil pekerjaan
bisa maksimal.
Untuk menjalankan sebuah alat bor pile dibutuhkan seorang operator
yang dibantu dua sampai tiga tenaga yang harus sudah terbiasa bekerja
dimedan yang berat agar pekerjaan berjalan lancar.
Berikut adalah jenis alat bor pile yang kami gunakan dalam mengerjakan

pekerjaan bor pile


1.Alat mini crane

2.Alat Gawangan

Semoga bisa memberi sedikit gambaran bagi anda yang sedang mencari
kebutuhan bor pile.Jika ingin ada yang ditanyakan bisa menghubungi kami.

Metode Pelaksanaan
Metode Pelaksanaan Bored Pile

Pada dasarnya pelaksanaa bored pile pada tanah yang tidak mudah longsor
adalah:
1. Tanah digali dengan mesin bor sampai kedalaman yang dikehendaki.
2. Dasar lubang bor dibersihkan
.
3. Tulangan yang telah dirakit dimasukkan ke dalam lubang bor.
4. Lubang bor diisi atau dicor beton.
Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang
Aspek teknologi sangat berperan dalam suatu proyek konstruksi.
Umumnya, aplikasi teknologi ini banyak diterapkan dalam metode
pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Penggunaan metode yang tepat, praktis,
cepat dan aman, sangat membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada
suatu proyek konstruksi. Sehingga target waktu, biaya dan mutu
sebagaimana ditetapkan dapat tercapai.
Langkah - langkah dari pekerjaan untuk dimensi kubus/ ukuran dan
tiang pancang:
1.

Menghitung daya dukung yang didasarkan pada karakteristik tanah dasar


yang diperoleh dari penyelidikan tanah. Dari sini, kemudian dihitung
kemungkinan nilai daya dukung yang diizinkan pada berbagai kedalaman,
dengan memperhatikan faktor aman terhadap keruntuhan daya dukung yang
sesuai, dan penurunan yang terjadi harus tidak berlebihan.

2.

Menentukan kedalaman, tipe, dan dimensi pondasinya. Hal ini dilakukan


dengan jalan memilih kedalaman minimum yang memenuhi syarat
keamanan terhadap daya dukung tanah yang telah dihitung. Kedalaman
minimum harus diperhatikan terhadap erosi permukaan tanah, pengaruh
perubahan iklim, dan perubahan kadar air. Bila tanah yang lebih besar daya

dukungnya berada dekat dengan kedalaman minimum yang dibutuhkan


tersebut,dipertimbangkan untuk meletakkan dasar pondasi yang sedikit lebih
dalam yang daya dukung tanahnya lebih besar. Karena dengan peletakan
dasar pondasi yang sedikit lebih dalam akan mengurangi dimensi pondasi,
dengan demikian dapat menghemat biaya pembuatan pelat betonnya.
3. Ukuran dan kedalaman pondasi yang ditentukan dari daya dukung diizinkan
dipertimbangkan terhadap penurunan toleransi. Bila ternyata hasil hitungan
daya dukung
ultimit yang dibagi faktor aman mengakibatkan penurunan yang berlebihan,
dimensi pondasi diubah sampai besar penurunan memenuhi syarat.
Tahapan pekerjaan pondasi tiang pancang adalah sebagai berikut :
A.

Pekerjaan Persiapan

1. Membubuhi tanda, tiap tiang pancang harus dibubuhi tanda serta tanggal
saat tiang tersebut dicor. Titik-titik angkat yang tercantum pada gambar
harus dibubuhi tanda dengan jelas pada tiang pancang. Untuk
mempermudah perekaan, maka tiang pancang diberi tanda setiap 1 meter.
2. Pengangkatan/pemindahan, tiang pancang harus dipindahkan/diangkat
dengan hati-hati sekali guna menghindari retak maupun kerusakan lain yang
tidak diinginkan.
3. Rencanakan final set tiang, untuk menentukan pada kedalaman mana
pemancangan tiang dapat dihentikan, berdasarkan data tanah dan data
jumlah pukulan terakhir (final set).
4. Rencanakan urutan pemancangan, dengan pertimbangan kemudahan
manuver alat. Lokasi stock material agar diletakkan dekat dengan lokasi
pemancangan.
5. Tentukan titik pancang dengan theodolith dan tandai dengan patok.
6. Pemancangan dapat dihentikan sementara untuk peyambungan batang
berikutnya bila level kepala tiang telah mencapai level muka tanah
sedangkan level tanah keras yang diharapkan belum tercapai.

Proses penyambungan tiang :


a. Tiang diangkat dan kepala tiang dipasang pada helmet seperti yang
dilakukan pada batang pertama.
b. Ujung bawah tiang didudukkan diatas kepala tiang yang pertama sedemikian
sehingga sisi-sisi pelat sambung kedua tiang telah berhimpit dan menempel
menjadi satu.
c. Penyambungan sambungan las dilapisi dengan anti karat
d. Tempat sambungan las dilapisi dengan anti karat.
7. Selesai penyambungan, pemancangan dapat dilanjutkan seperti yang
dilakukan pada batang pertama. Penyambungan dapat diulangi sampai
mencapai kedalaman tanah keras yang ditentukan.
8. Pemancangan tiang dapat dihentikan bila ujung bawah tiang telah mencapai
lapisan tanah keras/final set yang ditentukan.
9. Pemotongan tiang pancang pada cut off level yang telah ditentukan.

B.

Proses Pengangkatan
1. Pengangkatan tiang untuk disusun ( dengan dua tumpuan )
Metode pengangkatan dengan dua tumpuan ini biasanya pada saat
penyusunan tiang beton, baik itu dari pabrik ke trailer ataupun dari trailer ke
penyusunan lapangan.Persyaratan umum dari metode ini adalah jarak titik
angkat dari kepala tiang adalah 1/5 L. Untuk mendapatkan jarak harus
diperhatikan momen maksimum pada bentangan, haruslah sama dengan
momen minimum pada titik angkat tiang sehingga dihasilkan momen yang
sama.
Pada prinsipnya pengangkatan dengan dua tumpuan untuk tiang beton
adalah dalam tanda pengangkatan dimana tiang beton pada titik angkat

berupa kawat yang terdapat pada tiang beton yang telah ditentukan dan
untuk lebih jelas dapat dilihat oleh gambar.

2. Pengangkatan dengan satu tumpuan


Metode pengangkatan ini biasanya digunakan pada saat tiang sudah
siap akan dipancang oleh mesin pemancangan sesuai dengan titik
pemancangan yang telah ditentukan di lapangan.
Adapun persyaratan utama dari metode pengangkatan satu tumpuan
ini adalah jarak antara kepala tiang dengan titik angker berjarak L/3. Untuk
mendapatkan jarak ini, haruslah diperhatikan bahwa momen maksimum
pada tempat pengikatan tiang sehingga dihasilkan nilai momen yang sama.

C.

Proses Pemancangan

1. Alat pancang ditempatkan sedemikian rupa sehingga as hammer jatuh pada


patok titik pancang yang telah ditentukan.
2. Tiang diangkat pada titik angkat yang telah disediakan pada setiap lubang.
3. Tiang didirikan disamping driving lead dan kepala tiang dipasang pada
helmet yang telah dilapisi kayu sebagai pelindung dan pegangan kepala
tiang.
4. Ujung bawah tiang didudukkan secara cermat diatas patok pancang yang
telah ditentukan.
5. Penyetelan vertikal tiang dilakukan dengan mengatur
panjangbackstay sambil diperiksa dengan waterpass sehingga diperoleh
posisi yang betul-betul vertikal. Sebelum pemancangan dimulai, bagian
bawah tiang diklem dengancenter gate pada dasar driving lead agar posisi
tiang tidak bergeser selama pemancangan, terutama untuk tiang batang
pertama.
6. Pemancangan dimulai dengan mengangkat dan menjatuhkan hammer
secara kontiniu ke atas helmet yang terpasang diatas kepala tiang.
D. Quality Control
1. Kondisi fisik tiang
a. Seluruh permukaan tiang tidak rusak atau retak

b. Umur beton telah memenuhi syarat


c. Kepala tiang tidak boleh mengalami keretakan selama pemancangan
2. Toleransi
Vertikalisasi tiang diperiksa secara periodik selama proses
pemancangan berlangsung. Penyimpangan arah vertikal dibatasi tidak lebih
dari 1:75 dan penyimpangan arah horizontal dibatasi tidak leboh dari 75
mm.

3. Penetrasi
Tiang sebelum dipancang harus diberi tanda pada setiap setengah
meter di sepanjang tiang untuk mendeteksi penetrasi per setengah meter.
Dicatat jumlah pukulan untuk penetrasi setiap setengah meter.
4. Final set
Pamancangan baru dapat dihentikan apabila telah dicapai final set
sesuai perhitungan.

D.

Tiang Dukung Ujung dan Tiang Gesek


Ditinjau dari cara mendukung beban, tiang dapat dibagi menjadi 2

(dua) macam (Hardiyatmo, 2002), yaitu :


1. Tiang dukung ujung (end bearing pile) adalah tiang yang kapasitas
dukungnya ditentukan oleh tahanan ujung tiang. Umumnya tiang dukung
ujung berada dalam zone tanah yang lunak yang berada diatas tanah keras.

Tiang-tiang dipancang sampai mencapai batuan dasar atau lapisan keras lain
yang dapat mendukung beban yang diperkirakan tidak mengakibatkan
penurunan berlebihan. Kapasitas tiang sepenuhnya ditentukan dari tahanan
dukung lapisan keras yang berada dibawah ujung tiang .
2. Tiang gesek (friction pile) adalah tiang yang kapasitas dukungnya lebih
ditentukan oleh perlawanan gesek antara dinding tiang dan tanah
disekitarnya (Gambar 2.9b). Tahanan gesek dan pengaruh konsolidasi lapisan
tanah dibawahnya diperhitungkan pada hitungan kapasitas tiang.

Kapasitas Daya Dukung


Kapasitas Daya Dukung Pondasi Tiang Bor PileDari Hasil SPT
Standard Penetration Test (SPT) adalah sejenis percobaan dinamis
dengan
memasukkan suatu alat yang dinamakan split spoon ke dalam tanah. Data
tanah sangat diperlukan dalam merencanakan kapasitas daya dukung
(bearing capacity) dari tiang sebelum pembangunan dimulai.
Tahanan ujung ultimit tiang (Qb) dihitung dengan persamaan:
Qb = Ab.fb ................................................................................................(6)
Tahanan gesek dinding tiang (Qs) dihitung dengan persamaan:

Qs = As.fs .................................................................................................(7)
Kapasitas daya dukung ultimit tiang (Qu) adalah jumlah dari tahanan
ujung ultimit tiang (Qb) dan tahanan gesek dinding tiang (Qs) antara sisi
tiang dan tanah di sekitarnya dinyatakan dalam persamaan berikut ini
(Hardiyatmo, 2010):
Qu = Qb + Qs = Ab.fb + As.fs ................................................................(8)
Keterangan:
Qb = Tahanan ujung ultimit tiang
Qs = Tahanan gesek dinding tiang
Ab = Luas ujung tiang bawah
As = Luas selimut tiang
fb = Tahanan ujung satuan tiang
fs = Tahanan gesek satuan tiang
Kapasitas dukung ultimit tiang dapat dihitung secara empiris dari nilai N
hasil uji SPT.
1. Tahanan ujung tiang berdasarkan data pengujian SPT dihitung dengan
persamaan Meyerhof (Bowles, 1993), yaitu:
Qb = Ab (40N) Ab (400N) .............................................................(9)
Keterangan:
N = Nilai rata-rata statistik dari bilangan-bilangan SPT dalam
daerah kira-kira 8B di atas sampai dengan 3B di bawah titik
tiang
B = Lebar atau diameter tiang
Lb/B = Perbandingan kedalaman rata-rata dari sebuah titik

2. Tahanan gesek selimut tiang berdasarkan data pengujian SPT dihitung


dengan persamaan Meyerhoff (Bowles, 1993), yaitu:
Qs = Xm.N.p.Li .................................................................................(10)

Keterangan:
Xm = 0,2 untuk bored pile
Li = Panjang lapisan tanah (m)
P = Keliling tiang (m)
N = Banyaknya perhitungan pukulan rata-rata statistic

3. Untuk tahanan ujung tiang dengan memperhatikan faktor kedalaman


dihitung dengan persamaan Meyerhof (Hardiyatmo, 2010), yaitu:
Qb = Ab.fb
Dengan nilai fb yaitu :
a. Untuk tiang dalam pasir dan kerikil:
fb = 0,4 N(L/d) r 4 N r......................................................(11)
b. Untuk tiang dalam lanau tidak plastis:
fb = 0,4 N(L/d) r 3 N r......................................................(12)

Keterangan:
fb = Tahanan ujung satuan tiang (kN/m2)
N = N-SPT yang dikoreksi terhadap pengaruh prosedur lapangan dan
tekanan overburden
L = Kedalaman penetrasi tiang (m)
d = Diameter tiang (m)
r = Tegangan referensi = 100 kN/m2
Untuk menghitung fb, nilai N-SPT yang digunakan harus mewakili
kondisi tanah di sekitar ujung tiang yaitu dalam kisaran 1D di atas
dasar tiang dan 2D di bawahnya.
4. Tahanan gesek satuan dihitung dengan persamaan Meyerhof
(Hardiyatmo, 2010)
Qs = As.fs
Briaud et al. (Hardiyatmo, 2010) menyarankan persamaan tahanan
ujung satuan, yaitu:
fs = 0,224 r (N)0,29 .........................................................................(13)
fb = 19,7 r (N)0,36 ..........................................................................(14)
Keterangan:
fs = Tahanan gesek satuan tiang (kN/m2)
fb = Tahanan ujung satuan tiang (kN/m2)
N = N-SPT yang dikoreksi terhadap pengaruh prosedur lapangan dan
tekanan overburden.
r = Tegangan referensi = 100 kN/m2

Dalam pengujian SPT ini juga akan diperoleh kepadatan relatif


(relative density), sudut gesek dalam () berdasarkan nilai jumlah
pukulan (N). Untuk tanah granuler, seperti pasir faktor-faktor Nq, N
adalah fungsi dari , karena itu sangat tergantung dari besarnya
kerapatan relatif (Dr).
Dengan memperhatikan bentuk pondasi, kemiringan beban dan kuat
geser tanah di atas dasar pondasinya Meyerhof dan Brinch Hansen
(Hardiyatmo, 1996) memberikan juga persamaan daya dukung yaitu:
Qu = ScDciccNc + SqDqiqPoNq + SDi0,5N .............................(15)
Keterangan:
Qu = Kapasitas daya dukung ultimit
Nc, Nq, N= Faktor kapasitas dukung untuk pondasi memanjang
sc, sq, s = Faktor bentuk pondasi
19
dc, dq, d = Faktor kedalaman pondasi
ic, iq, i = Faktor kemiringan beban
= Lebar pondasi efektif
po = Tekanan overbuden pada dasar pondasi
Df = Kedalaman pondasi
= Berat volume tanah

Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang


Diantara perbedaaan tes dilapangan, sondir atau cone penetration
test (CPT) seringkali sangat dipertimbangkan berperanan dari geoteknik. CPT
atau sondir ini tes yang sangat cepat, sederhana, ekonomis dan tes tersebut

dapat dipercaya dilapangan dengan pengukuran terus-menerus dari


permukaan tanah-tanah dasar. CPT atau sondir ini dapat juga mengklasifikasi
lapisan tanah dan dapat memperkirakan kekuatan dan karakteristik dari
tanah. Didalam perencanaan pondasi tiang pancang (pile), data tanah
sangat diperlukan dalam merencanakan kapasitas daya dukung (bearing
capacity) dari tiang pancang sebelum pembangunan dimulai, guna
menentukan kapasitas daya dukung ultimit dari tiang pancang. Kapasitas
daya dukung ultimit ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :
Qu = Qb + Qs = qbAb + f.As ........................................................... (2.1)
dimana :
Qu = Kapasitas daya dukung aksial ultimit tiang pancang.
Qb = Kapasitas tahanan di ujung tiang.
Qs = Kapasitas tahanan kulit.
qb = Kapasitas daya dukung di ujung tiang persatuan luas.
Ab = Luas di ujung tiang.
f = Satuan tahanan kulit persatuan luas.
As = Luas kulit tiang pancang.
Dalam menentukan kapasitas daya dukung aksial ultimit (Qu) dipakai
Metode Aoki dan De Alencar.
Aoki dan Alencar mengusulkan untuk memperkirakan kapasitas dukung
ultimit dari data Sondir. Kapasitas dukung ujung persatuan luas (qb)
diperoleh sebagai berikut :

dimana :
qca (base) = Perlawanan konus rata-rata 1,5D diatas ujung tiang, 1,5D
dibawah ujung tiang dan Fb adalah faktor empirik tergantung pada tipe
tanah.Tahanan kulit persatuan luas (f)diprediksi sebagai berikut :

dimana :
qc (side) = Perlawanan konus rata-rata pada masing lapisan sepanjang tiang.
Fs = Faktor empirik tahanan kulit yang tergantung pada tipe tanah.
Fb = Faktor empirik tahanan ujung tiang yang tergantung pada tipe tanah.
Faktor Fb dan Fs diberikan pada Tabel 2.1 dan nilai-nilai faktor empirik
s diberikan pada Tabel 2.2

Tabel 2.1 Faktor empirik Fb dan Fs (Titi & Farsakh, 1999 )


Tipe Tiang Pancang
Tiang Bor
Baja
Beton Pratekan

Fb
3,5
1,75
1,75

Fs
7,0
3,5
3,5

Tabel 2.2 Nilai faktor empirik untuk tipe tanah yang berbeda ( Titi dan
Farsakh, 1999)
Tipe
Tanah
Pasir

s(%)

Tipe

1,4

Tanah
Pasir

s(%)

Tipe

s(%)

2,2

Tanah
Lempun

2,4

Pasir

2,0

berlanau

Pasir

berpasir
Lempun

2,8

kelanaua

berlanau

dengan

berpasir

lempung

dengan

Pasir

2,4

Lanau

3,0

lanau
Lempun

kelanaua

n dengan

berlanau

lempung

dengan

Pasir

pasir
Lempun

2,8

Lanau

3,0

berlempu

berlempu

ng

ng

berlanau

dengan

dengan

lanau
Pasir

pasir
Lanau

3,0

berlempu

berlempu

ng

ng

3,4

Lempun

2,8

3,0

4,0

6,0

Pada umumnya nilai s untuk pasir = 1,4 persen, nilai s untuk lanau
= 3,0 persen dan nilai s untuk lempung = 1,4 persen.
Untuk menghitung daya dukung tiang pancang berdasarkan data hasil
pengujian sondir dapat dilakukan dengan menggunakan metode Meyerhoff.
Daya dukung ultimate pondasi tiang dinyatakan dengan rumus :
Qult = (qc x Ap)+(JHL x K11) ........................................................ (2.4)
dimana :
Qult = Kapasitas daya dukung tiang pancang tunggal.
qc = Tahanan ujung sondir.
Ap = Luas penampang tiang.
JHL = Jumlah hambatan lekat.

K11 = Keliling tiang.

Daya dukung ijin pondasi dinyatakan dengan rumus

dimana :
Qijin = Kapasitas daya dukung ijin pondasi.
qc = Tahanan ujung sondir.
Ap = Luas penampang tiang.
JHL = Jumlah hambatan lekat.
K11 = Keliling tiang.
Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang
1. Daya Dukung berdasarkan Kekuatan bahan
P=(Ap*Tbk)+(As*Tau) ; dimana ; P

= daya dukung tiang pancang ijin

(kg)
Ap = Luas penampang tiang pancang
(cm2)
As = Luas tulangan tiang pancang (cm2)
Tbk = Tegangan ijin beton (kg/cm2)
Tau = Tegangan ijin tulangan (kg/cm2)
2. Daya dukung tiang pancang berdasarkan data sondir (CPT/Cone
Penetration Test)

P =(qc*Ap)/3 + (JHL*Ka)/5 ;
dimana ; P = Daya dukung tiang pancang ijin (kg)
qc = Nilai konus (kg/cm2)
Ap = Luas penampang tiang pancang (cm2)
Ka = Keliling penampang tiang (cm1)
JHL = Jumlah hambatan lekat
SF = Safety factor ; 3 dan 5
3. Daya dukung tiang pancang berdasarkan Data SPT/ Standart
Penentration Test

Qu = (40*Nb*Ap)
dimana ; Qu = Daya dukung batas pondasi tiang pancang
Nb = nilai N-SPT rata-rata pada elevasi dasar tiang pancang
Nb = (N1+N2)/2 ;
N1 = Nilai SPT pada kedalaman 3B pada ujung tiang ke
bawah
N2 = nilai SPT pada kedalaman 8B pada ujung tiang ke
atas
Ap = luas penampang dasar tiang pancang (m2)

Qsi = qs*Asi; dimana ;


Qsi = Tahanan limit gesek kulit
qs = 0.2N untuk tanah pasir
0.5N untuk tanah lempung
Asi = keliling penampang tiang*tebal lapisan
Daya Dukung Tiang Pancang (SPT)

P = (Qu +Qsi)/3
Kapasitas Ijin Fondasi Tiang

Beban fondasi yang mendekati kapasitas ultimatnya akan


menyebabkan fondasi pada kondisi kritis. Hal ini tidak boleh terjadi pada
suatu bangunan, sehingga perlu nilai keamanan agar beban bangunan yang
bekerja tidak membahayakan bangunan. Besarnya kapasitas fondasi tiang
haruslah cukup menjamin terhadap beban yang mungkin bekerja. Untuk
keperluan tersebut kapasitas yang diijinkan pada saat desain tidaklah
sebesar kapasitas ultimat (Qu), melainkan sebesar Qa (kapasitas ijin
fondasi). Besarnya kapasitas ijin didefinisikan sebesar Qu dibagi dengan
suatu nilai kemanan (safety factor) yang disimbolkan dengan SF. Besarnya
nilai SF 2,5 sampai 3.

Faktor Aman
Faktor Aman Tiang Pancang

Untuk memperoleh kapasitas ijin tiang, maka diperlukan untuk


membagi kapasitas ultimit dengan faktor aman tertentu. Faktor aman ini
perlu diberikan dengan maksud :
a. Untuk memberikan keamanan terhadap ketidakpastian metode hitungan
yang digunakan.
b. Untuk memberikan keamanan terhadap variasi kuat geser dan
kompresibilitas tanah.
c. Untuk meyakinkan bahwa bahan tiang cukup aman dalam mendukung
beban yang bekerja.
d. Untuk meyakinkan bahwa penurunan total yang terjadi pada tiang tunggal
atau kelompok masih tetap dalam batas-batas toleransi.
e. Untuk meyakinkan bahwa penurunan tidak seragam diantara tiang-tiang
masih dalam batas toleransi.
Sehubungan dengan alasan butir (d), dari hasil banyak pengujianpengujian beban tiang, baik tiang pancang maupun tiang bor yang
berdiameter kecil sampai sedang (600 mm), penurunan akibat beban bekerja
(working load) yang terjadi lebih kecil dari 10 mm untuk faktor aman yang
tidak kurang dari 2,5 (Tomlinson, 1977).
Besarnya beban bekerja (working load) atau kapasitas tiang ijin (Qa)
dengan memperhatikan keamanan terhadap keruntuhan adalah nilai
kapasitas ultimit (Qu) dibagi dengan faktor aman (SF) yang sesuai. Variasi
besarnya faktor aman yang telah banyak digunakan untuk perancangan
pondasi tiang pancang, sebagai berikut :

Tabel 2.3 Harga Effisiensi Hammer dan koef. Restitusi Tabel 2.3 Harga
Effisiensi Hammer dan koef. Restitusi
Tipe Hammer
Single and double acting

Efficiency, E
0.7 - 0.8

hammer
Diesel Hammer
drop Hammer

0.8 - 0.9
0.7 - 0.9

Pile Material

Coefficient of

Cast iron hammer and concrette pile

restitution, n
0.4 - 0.5

( whitout cap )
Wood cushion on steel pile
Wooden pile

0.3 - 0.4
0.25 - 0.3

Pemakaian pondasi tiang pancang beton mempunyai keuntungan dan


kerugian antara lain adalah sebagai berikut:
Keuntungannya yaitu:
1.

Karena tiang dibuat di pabrik dan pemeriksaan kualitas ketat, hasilnya lebih
dapat diandalkan. Lebih-lebih karena pemeriksaan dapat dilakukan setiap
saat.

2.

Prosedur pelaksanaan tidak dipengaruhi oleh air tanah.

3.

Daya dukung dapat diperkirakan berdasarkan rumus tiang pancang


sehingga mempermudah pengawasan pekerjaan konstruksi.

4.

Cara penumbukan sangat cocok untuk mempertahankan daya dukung


vertikal.

Kerugiannya yaitu:
1.

Karena dalam pelaksanaannya menimbulkan getaran dan kegaduhan maka


pada daerah yang berpenduduk padat di kota dan desa, akan menimbulkan
masalah disekitarnya.

2.

Pemancangan sulit, bila diameter tiang terlalu besar.

3.

Bila panjang tiang pancang kurang, maka untuk melakukan


penyambungannya sulit dan memerlukan alat penyambung khusus.

4.

Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan lebih sulit


dan memerlukan waktu yang lama.
Metode pelaksanaan:
1.

Penentuan lokasi titik dimana tiang akan dipancang.

2.

Pengangkatan tiang.

3.

Pemeriksaan kelurusan tiang.

4.

Pemukulan tiang dengan palu (hammer) atau dengan cara hidrolik.

Faktor Keamanan Tiang Bor Pile


Untuk memperoleh kapasitas ijin tiang, maka diperlukan untuk
membagi
kapasitas ultimit tiang dengan faktor aman tertentu. Fungsi faktor aman
adalah:
1.

Untuk memberikan keamanan terhadap ketidakpastian dari nilai kuat


geser dan kompresibilitas yang mewakili kondisi lapisan tanah.

2.

Untuk meyakinkan bahwa penurunan tidak seragam di antara tiangtiang masih dalam batas-batas toleransi.

3.

Untuk meyakinkan bahwa bahan tiang cukup aman dalam


mendukung beban yang bekerja.

4.

Untuk meyakinkan bahwa penurunan total yang terjadi pada tiang


tunggal atau kelompok tiang masih dalam batas-batas toleransi.

5.

Untuk mengantisipasi adanya ketidakpastian metode hitungan


yang digunakan (Hardiyatmo, 2010).

Menurut Tomlinson (1977) dalam buku Analisis dan Perencanaan Pondasi 2


faktor aman dinyatakan:
Untuk dasar tiang yang dibesarkan dengan diameter < 2 m:
Qa =

.......................................................................................................

(22)
Untuk tiang tanpa pembesaran di bagian bawahnya:
Qa =

.......................................................................................................

(23)
Bila diameter tiang lebih dari 2 m, kapasitas tiang ijin perlu dievaluasi
dari
pertimbangan penurunan tiang. Selanjutnya, penurunan struktur harus pula
dicek terhadap persyaratan besar penurunan toleransi yang masih diijinkan.
Faktor aman (F) untuk tiang bor juga bergantung terutama pada
informasi
dari hasil uji beban statis, keseragaman kondisi tanah, dan ketelitian
program
penyelidikan tanah. Nilai-nilai tipikal faktor aman untuk tiang bor yang
disarankan, ditunjukkan dalam Tabel . Nilai-nilai dalam tabel tersebut berlaku
untuk bangunan-bangunan pada umumnya. Untuk bangunan-bangunan yang
khusus, maka nilai-nilai faktor amannya dapat ditambah atau dikurangi.
Tabel 9. Faktor Aman

Sumber : Hardiyatmo, 2010


Pada umumnya, faktor aman untuk beban tarik lebih besar dari beban tekan.
Hal ini, dikarenakan keruntuhan akibat beban tarik lebih bersifat segera dan
merusakkan terutama pada saat gempa.
Perbandingan Jenis Pondasi Dalam (Deep Foundation) Berdasarkan
Metode Konstruksinya Pengeboran (Drilled)
Kelebihan:
1.

Tidak menimbulkan getaran dan kegaduhan yang dapat mengganggu


lingkungan sekitar.

2.

Cocok untuk pondasi yang berdiameter besar.

3.

Pondasi dapat dicetak sesuai kebutuhan.


Kekurangan:

1.

Pekerjaan agak rumit karena pondasi dicetak di lapangan.

2.

Lebih banyak memerlukan alat bantu seperti mesin bor, casing,cleaning


bucket dan alat bantu pengeboran sehingga mengeluarkan biaya yang lebih
besar.

3.

Rentan terhadap pengaruh tanah dan lumpur di dalam lubang.

4.

Waktu pengerjaan lebih lama.

Pemancangan
Kelebihan:
1.

Pemeriksaan kualitas pondasi sangat ketat sesuai standar pabrik.

2.

Pemancangan lebih cepat, mudah dan praktis.

3.

Pelaksanaan tidak dipengaruhi oleh air tanah.

4.

Daya dukung dapat diperkirakan berdasarkan rumus tiang.

5.

Sangat cocok untuk mempertahankan daya dukung vertikal.

Kekurangan:
1.

Pelaksanaannya menimbulkan getaran dan kegaduhan.

2.

Pemancangan sulit, bila diameter tiang terlalu besar.

3.

Kesalahan metode pemancangan dapat menimbulkan kerusakan pada


pondasi.

4.

Bila panjang tiang pancang kurang, maka untuk melakukan penyambungan


sulit dan memerlukan alat penyambung khusus.

5.

Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan lebih sulit


dan memerlukan waktu yang lama.
Tekan (Pressed)
Kelebihan:

1.

Tidak menimbulkan getaran dan kegaduhan yang dapat mengganggu


lingkungan sekitar.

2.

Tidak menimbulkan kerusakan pada pondasi akibat benturan.

3.

Pelaksanaan tidak dipengaruhi oleh air tanah.

4.

Daya dukung dapat diperkirakan berdasarkan rumus tiang.

5.

Sangat cocok untuk mempertahankan daya dukung vertikal.

6.

Pemeriksaan kualitas pondasi sangat ketat sesuai standar pabrik.

7.

Pemancangan lebih cepat, mudah dan praktis.


Kekurangan:

1.

Bila panjang tiang kurang, maka untuk melakukan penyambungannya sulit


dan memerlukan alat penyambung khusus.

2.

Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan lebih sulit


dan memerlukan waktu yang lama.

3.

Tidak cocok untuk pondasi dengan diameter yang agak besar.

4.

Memerlukan mesin hydraulic press untuk menekan pondasi.

Perhitungan efisiensi kelompok tiang pancang dihitung sesuai dengan


jenis, dimensi, jarak, jumlah, dan susunan kelompok tiang pancang yang
digunakan. Alasan penggunaan pondasi tiang pancang ini adalah:
1.

Pengerjaannya relatif cepat dan pelaksanaannya juga relatif lebih mudah.

2.

Biaya yang dikeluarkan lebih murah dari pada tipe pondasi dalam yang lain
(bored pile).

3.

Kualitas tiang pancang terjamin. Tiang pancang yang digunakan merupakan


hasil pabrikasi, sehingga kualitas bahan yang digunakan dapat dikontrol
sesuai dengan kebutuhan serta kualitasnya seragam karena dibuat massal.
(Kontrol kualitas/kondisi fisik tiang pancang dapat dilakukan sebelum tiang
pancang digunakan).

4.

Dapat langsung diketahui daya dukung tiang pancangnya, pemancangan


yang menggunakan drop hammer dihentikan bila telah mencapai tanah
keras/final set yang ditentukan (kalendering). Sedangkan bila
menggunakan Hydrolic Static Pile Driver (HSPD),terdapat dial pembebanan
yang menunjukkan tekanan hidrolik terdiri dari empat silinder
untuk menekan tiang pancang ke dalam tanah sampai ditemui kedalaman
tanah keras.

PENUTUP
A.Kesimpulan
1. Penggolongan pondasi tiang pancang menurut bahan terbagi atas :
beton,baja, kayu, dan komposit
2. Pemasangan tiang pancang dapat dilakukan dengan cara dicetak dari luar
ataupun di bor di lokasi kerja
3. Alat berat pemancang tiang pancang yaitu : pemukul jatuh, pemukul aksi
tiang, pemukul aksi double, pemukul diesel, pemukul getar, hydraulic
hammer.
4.

Metode

pelaksanaan

tiang

pancang

dimulai

dari

tahap

persiapan,

pengangkatan, dan pemancangan


5. Kapasitas daya dukung tiang pancang dapat dihitung berdasarkan kekuatan
baahan, data sondir, data SPT, dan daya dukung tiang pancang
B.Saran
Disarankan kepada pembaca agar membaca isi makalah dari awal
hingga akhir agar isi makalah dapat dimengerti dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai