PENDAHULUAN
mendirikan
industri
yang
disesuaikan
dengan
kebutuhan
pasar
Selatan yaitu Belitang. Belitang adalah salah satu daerah swasembada pengan
yaitu beras yang besar pada era orde baru, namun saat ini banyak sekali alih
fungsi lahan dari lahan persawahan menjadi komplek pertokoan dll. Selain itu
juga perubahan iklim global, serta meningkatnya kerusakan infrastruktur irigasi
mempengaruhi terjadinya alih fungsi lahan pertanian tersebut.
Beberapa tahun belakangan, sejak tahun 2011, Pemerintah menganalisis
seberapa besar potensi pangan lokal seluruh daerah di Indonesia untuk
menyeimbangkan konsumsi pangan penduduk Indonesia agar tidak sepenuhnya
bergantung pada beras melalui program diversifikasi pangan. Berdasarkan rencana
strategis Kementerian Pertanian tahun 2011-2015, diversifikasi ditempuh sebagai
upaya penganekaragaman pangan dengan memanfaatkan potensi lokal atau daerah
dan mengurangi ketergantungan terhadap satu jenis pangan seperti beras.
Berbagai program mewujudkan kemandirian pangan dimaksudkan untuk
memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia tanpa harus mengimpor bahan
pangan yang dapat dibudidayakan di negeri sendiri.
1.2 Uraian Singkat
Di Indonesia, singkong merupakan produksi hasil pertanian pangan ke dua
terbesar setelah padi, sehingga singkong mempunyai potensi sebagai bahan baku
yang penting bagi berbagai produk pangan dan industri. Selain memiliki rasa yang
enak, singkong juga bergizi tinggi. Kandungan vitamin B1, B2, C dan asam
nitikonat. Presentasi tersebut menunjukkan kandungan karbohidrat singkong
setara dengan karbohidrat yang terkandung di dalam beras ketika beras tersebut di
masak.
Usaha penganekaragaman pangan sangat penting artinya sebagai usaha
untuk mengatasi masalah ketergantungan pada satu bahan pangan pokok saja.
Misalnya dengan mengolah serealia dan umbi-umbian menjadi berbagai bentuk
awetan yang mempunyai rasa khas dan tahan lama disimpan. Bentuk olahan
tersebut berupa tepung, gaplek, tapai, keripik dan lainya. Hal ini sesuai dengan
program pemerintah khususnya dalam mengatasi masalah kebutuhan bahan
pangan, terutama non-beras.
Oyek adalah salah satu jenis makanan tradisional yang bahan bakunya
berasal dari singkong dan memiliki kandungan gizi yang tidak kalah dengan
kandungan gizi yang ada di beras. Selain itu, oyek atau tiwul ini memiliki nilai
ekonomis yang lebih mudah dijangkau dibandingkan beras saat ini. Namun,
makanan jenis ini sudah jarang sekali kita temukan di Sumatera Selatan, tetapi ada
beberapa daerah Sumsel yang masih mengkonsumsi dan memasarkannya, seperti
Belitang, Martapura, Baturaja dll. Maka dari itu untuk meningkatkan ketahanan
pangan di Sumatera Selatan ini yaitu dengan cara lebih banyak mengolah
singkong menjadi oyek atau tiwul untuk mengurangi tingkat konsumsi beras
dengan inovasi baru.
Inovasi yang akan diangkat yaitu dalam pengolahan oyek biasanya
menggunakan warna yang berasal dari singkong nya itu sendiri. Namun disini
akan diberi tambahan berupa warna kuning yang akan diambil dari ekstrak kunyit.
Karena dengan penambahan warna pada olahan oyek akan menambah daya tarik
tersendiri dan akan meningkatkan nilai gizi dan kandungan vitamin yang ada di
dalamnya mengingat kunyit sangat banyak manfaat terutama untuk herbal.
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai ialah meningkatkan ketahanan pangan
Sumatera Selatan dengan melakukan diversifikasi pangan beras ke singkong
menjadi olahan makanan tradisional oyek dengan inovasi yang baru.
BAB II
TELAAH PUSTAKA
BAB III
METODE PENULISAN
Selanjutnya
penulis
menarik
kesimpulan
dari
penafsiran
dan
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengertian Pangan
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber daya hayati dan air,
baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau
minuman bagi konsumsi manusia. Termasuk di dalam pengertian pangan adalah
bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan-bahan lainnya yang
digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan
dan minuman. Pengertian pangan di atas merupakan definisi pangan yang
dikeluarkan oleh badan dunia untuk urusan pangan, yaitu Food and Agricultural
Organization (FAO).
Berkaitan
dengan
kebijakan
ketahanan
pangan,
pengerti
pangan
10
yang
dihaluskan
dan dikeringkan
(ekstrak)
yang
kenudian
13
14
dapat menggunakan lauk ikan bakar, ikan goreng, rendang, dendeng, gulai
ayam, opor, semur serta berbagai jenis lauk lainnya.
Kandungan mineral beras-singkong relatif sama dengan bahan baku
singkong namun ada tambahan kandungan dari campuran kunyit, yaitu
vitamnin A, B, dan C serta kunyit mengandung energi sebesar 63 kilokalori,
protein 2 gram, karbohidrat 9,1 gram, lemak 2,7 gram, kalsium 24 miligram,
fosfor 78 miligram, dan zat besi 3 miligram.
Melihat potensi dari tanaman singkong yang dapat tumbuh di tanah
yang kurang subur sekalipun dan dengan perawatan yang tidak terlalu rumit,
serta produksi per hektar yang dapat ditingkatkan, pengembangan berassingkong semi-instan adalah salah satu alternatif teknologi proses untuk
menghasilkan produk berbahan baku singkong dengan mutu lebih baik. Oleh
sebab itu, beras-singkong semi-instan dapat meningkatkan penerimaan
singkong pada masyarakat luas dari semua kalangan serta meningkatkan
harga jual singkong sehingga dapat pula meningkatkan pendapatan petani.
BAB V
15
16