Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

POST OP SICE/SICS + IOL AKIBAT KATARAK


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah IV di
Semester IV

Disusun Oleh :
Habibah Apriliani (P17320113097)
2B

POLIETEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BANDUNG


JURUSAN KEPERAWATAN BANDUNG
Jalan Dr. Otten No. 32 Bandung

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi Penyakit
Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat
kedua-duanya yang disebabkan oleh berbagai keadaan.
(Sidarta Ilyas, dkk, 2008).
Small Incision Cataract Sustruction (SICS) adalah tsalah satu teknik
operasi katarak. Teknik ini hanya memerlukan dua sayatan kecil di sisi
bola mata, lalu melepas lensa mata keruh dan memasangkan lensa
intraokular buatan. Hasil operasi teknik ini sama dengan hasil operasi
teknik phacoemulsification. (Lensaindonesia.com)
2. Etiologi
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (
Corwin,2000):
1. Usia lanjut dan proses penuaan
2. Congenital atau bisa diturunkan
3. Pembentukan katarak dipercepat

oleh

factor

lingkungan,

seperti

merokok atau bahan beracun lainnya.


4. Katarak bias disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolic
(misalnya diabetes) dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:
1. Katarak traumatik yang
disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.
2. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti:
penyakit/ gangguan metabolisme, proses peradangan pada mata, atau
diabetes melitus.
3. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
4. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan
obat-obatan

jangka

panjang, seperti kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.


5. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetic
3. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih,
transparan, berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi
yang besar. Lensa mengandung 3 komponen anatomis. Pada zona sentral
terdapat nukleus, di perifer adakorteks, dan yang mengelilingi keduanya
adalah kapsul anterior dan posterior. Perubahan fisik dan kimia dalam

lensa mengakibatkan hilangnya transportasi, perubahan pada searabut


halus multiple (zunula) yang memanjang dari badan selier ke sekitar
daerah diluar lensa misalnya dapat menyebabkan koagulasi, sehingga
mengabutkan pandangan dengan menghambat jalan cahaya ke retina.
Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi
disertai influks air kedalam lensa.
Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu
transmisi sinar. Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai
kecepatan yang berbeda, dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun
sistemis, seperti DM, namun sebenarnya merupakan konsekuensi dari
proses penuaan yang normal. Katarak dapat bersifat kongenital dan dapat
diidentifikasi awal, karena bila tidak dapat didiagnosa dapat menyebabkan
ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling
sering yang berperan dalam terjadinya katarak meliputi sinar ultraviolet B,
obat-obatan, alkohol, merokok, diabetes, dan asupan vitamin antioksidan
yang kurang dalam jangka waktu yang lama (Andra 2013, hh.64-65).

Sumber: Ilyas (2004), Istiqomah (2005), Kowalak (2011), Nugroho (2011),


Tamsuri (2011)
4. Tanda dan Gejala
Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:
1.
Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau
serta gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan
2.

penglihatan tadi.
Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam
hari

Gejala objektif biasanya meliputi:

1.

Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak


akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak,
cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam
menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan

2.

menjadi kabur atau redup.


Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih.
Penglihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan

3.

1.
2.

3.
5.

bertambah putih.
Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benarbenar putih, sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif.
Gejala umum gangguan katarak meliputi:
Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
Gangguan penglihatan bisa berupa:
a. Peka terhadap sinar atau cahaya.
b. Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
c. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
d. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
Gejala lainya adalah :
a. Sering berganti kaca mata
b. Penglihatan sering pada salah satu mata
Pemeriksaan Diagnostik
1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan
kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi,
penyakit sistem saraf / penglihatan ke retina / jalan optik.
2. Lapang Penglihatan : penurunan mungkin disebabkan oleh cairan
cerebro vaskuler, massa tumor pada hipofisis otak, karotis, glukoma.
3. Pengukuran Tonografi : TIO (12 25 mmHg).
4. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi
lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma,
dilatasi dan pemeriksaan berlahap-lampu memastikan diagnosis
katarak.
5. Darah lengkap, laju sedimentasi LED : menunjukkan anemi sistemik /

infeksi.
6. EKG, kolesterol serum, lipid.
7. Tes toleransi glukosa : kontrol DM (Andra 2013, h.66).
6. Penatalaksanaan Medis
Tidak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan
laser. Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan

penglihatan akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan


bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik dicapai 20/50 atau lebih buruk
lagi. Pembedahan katarak paling sering dilakukan pada orang berusia lebih
dari 65 tahun. Dengan menggunakan anestesi lokal. Ada dua macam
teknik pembedahan untuk pengangkatan katarak :
1. Ekstraksi Katarak Intrakapsuler
Intra catarax exstraction (ICCE) mengeluarkan lensa secara utuh.
2. Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler
Extra capsular catarax extraction (ECCE) : mengeluarkan lensa dengan
merobek kapsul bagian anterior dan meninggalkan kapsul bagian
posterior (Andra 2013, h.66).
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Data Fokus Pengkajian
a. Anamnesa
1. Identitas / Data demografi
Berisi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan yang sering terpapar
sinar matahari secara langsung, tempat tinggal sebagai gambaran
kondisi lingkungan dan keluarga, dan keterangan lain mengenai
identitas pasien.
2. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama pasien katarak biasanya antara lain:
a. Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejala
b.
c.
d.
e.

utama katarak) .
Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah
Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film
Perubahan daya lihat warna
Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar

sangat menyilaukan mata


f. Lampu dan matahari sangat mengganggu
g. Sering meminta ganti resep kaca mata
h. Lihat ganda
i. Baik melihat dekat pada pasien rabun dekat ( hipermetropia)
j. Gejala lain juga dapat terjadi pada kelainan mata lain
3. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang dimiliki oleh pasien
seperti:
a. DM
b. Hipertensi

c. pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya


memicu resiko katarak.
d. Kaji gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena,
e. ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat
terpajan pada radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin.
f. Kaji riwayat alergi
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji
riwayat stress. (Muttaqin A dan Kumala S. 2009)
b. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Dalam inspeksi, bagian-bagian mata yang perlu di amati adalah
dengan melihat lensa mata melalui senter tangan (penlight), kaca
pembesar, slit lamp, dan oftalmoskop sebaiknya dengan pupil
berdilatasi. Dengan penyinaran miring ( 45 derajat dari poros mata)
dapat dinilai kekeruhan lensa dengan mengamati lebar pinggir iris
pada lensa yang keruh ( iris shadow ). Bila letak bayangan jauh dan
besar berarti kataraknya imatur, sedang bayangan kecil dan dekat
dengan pupil terjadi pada katarak matur.
c. Pemeriksaan Diagnostik
a. Kartu mata Snellen / mesin telebinokular ( tes ketajaman
penglihatan dan sentral penglihatan/ visus) : mungkin terganggu
dengan kerusakan lensa, system saraf atau penglihatan ke retina
ayau jalan optic.
b. Pemeriksaan oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler,
mencatat atrofi lempeng optic, papiledema, perdarahan retina, dan
mikroaneurisme.
c. Darah lengkap, laju sedimentasi (LED) : menunjukkan anemi
sistemik / infeksi
d. EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid : dilakukan untuk
memastikan aterosklerosis.
e. Tes toleransi glukosa : menentukan adanya/ control diabetes
2. Diagnosa Keperawatan
Post operasi
a. Nyeri berhubungan dengan trauma insisi.
b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur tindakan invasive
insisi jaringan tubuh.

c.

Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan

d.

dengan gangguan penerimaan sensori/status organ indera.


Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori
penglihatan-kehilangan

vitreus,

pandangan

kabur,

perdarahan

intraokuler.
3. Perencanaan Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan trauma insisi
a. Tujuan : pengurangan nyeri.
b. Intervensi :
Berikan obat untuk mengontrol nyeri dan TIO sesuai dengan re
sep.
R/ : Pemakaian sesuai dengan resep akan mengurangi nyeri dan
TIO dan meningkatkan rasa.
Berikan kompres dingin sesuai dengan permintaan untuk traum
a tumpul.
R/ : Mengurangi edema akan mengurangi nyeri.
Kurangi tingkat pencahayaan.
R/:
Tingkat
pencahayaan
yang
lebih

rendah

akan setelah pembedahan.


Dorong penggunaan kaca mata hitam pada cahaya yang kuat.
R/ : Cahaya yang kuat menyebabkan rasa tak nyaman setelah
penggunaan tetes mata dilator
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur tindakan invasive
insisi jaringan tubuh.
a. Tujuan :
Tidak terjadi penyebaran infeksi selama tindakan prosedur
pembedahan ditandai dengan penggunaan teknik antiseptic dan
desinfeksi secara tepat dan benar.
b. Intervensi
Ciptakan lingkungan ruangan yang bersih dan bebas dari
kontaminasi dunia luar.
R/ : Mengurangi kontaminasi dan paparan pasien terhadap
agen infektious
Jaga area kesterilan luka operasi
R/ : Mencegah dan mengurangi transmisi kuman.
Lakukan teknik aseptik dan desinfeksi secara tepat dalam mer
awat luka.
R/ : mencegah kontaminasi pathogen.

Kolaborasi terapi medik pemberian antibiotika profilaksis


.R/ : Mencegah pertumbuhan dan perkembangan kuman.
3. Gangguan persepsi sensori-perseptual
penglihatan
berhubungan
dengan gangguan penerimaan sensori/status organ indera.
a. Tujuan :
Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi
individu,

mengenal

gangguan

sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.


b. Kriteria Hasil :
Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap per
ubahan.
Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingk
ungan.
c. Intervensi
Tentukan ketajaman penglihatan, kemudian catat apakah satu
atau dua mata terlibat.
R/ : Penemuan dan penanganan awal komplikasi dapat
mengurangi resiko kerusakan lebih lanjut.
Observasi tanda-tanda disorientasi, Orientasikan

klien

tehadap lingkungan.
R/ : Meningkatkan keamanan mobilitas dalam lingkungan.
Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dengan menye
ntuh.
R/ : Komunikasi yang disampaikan dapat lebih mudah
diterima dengan jelas.
Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi
mata, dimana dapat terjadi bila menggunakan tetes mata.
R/ : Cahaya yang kuat menyebabkan rasa tak nyaman setelah
penggunaan tetes mata dilator.
Ingatkan klien menggunakan kacamata katarak yang
tujuannya memperbesar kurang lebih 25 persen, penglihatan
perifer hilang dan buta titik mungkin ada.
R/ : membantu penglihatan pasien
Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dala
m jangkauan/posisi yang tidak dioperasi.
R/ : memudahkan klien untuk berkomunikasi

4. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori


penglihatan,
kehilangan vitreus, pandangan kabur, perdarahan intraokuler.
a. Tujuan:
Menyatakan pemahaman terhadap factor yang terlibat dalam
kemungkinan cedera.
b. Kriteria hasil :
Menunjukkan perubahan
menurunkan

perilaku,

pola

hidup

factor

dan untuk melindungi diri dari cedera.


Mengubah lingkungan sesuai dengan

untuk
resiko

indikasi

untuk

meningkatkan keamanan.
c. Intervensi
Diskusikan apa yang terjadi tentang kondisi paska operasi,
nyeri, pembatasan aktifitas, penampilan, balutan mata.
R/ : kondisi mata post operasi mempengaruhi visus pasien
Beri klien posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi
yang tak sakit sesuai keinginan.
R/ : posisi menentukan tingkat kenyamanan pasien
Batasi aktifitas seperti menggerakan kepala tiba-tiba,
menggaruk mata, membongkok.
R/ : aktivitas berlebih mampu meningkatkan tekanan
intraokuler mata
Ambulasi dengan bantuan : berikan kamar mandi khusus bila
sembuh dari anestesi.
R/ : visus mulai berkurang, resiko cedera semakin tinggi
Minta
klien
membedakan
antara ketidaknyamanan dan nyeri tajam

tiba-tiba,

selidiki kegelisahan, disorientasi, gangguan balutan.


R/ : pengumpulan informasi dalam pencegahan komplikasi
Observasi hifema dengan senter sesuai indikasi.
(Nanda, 2011)
4. Daftar Pustaka
Muttaqin A dan Kumala S. 2009. Asuhan Keperawatan Perioperatif.
Jakarta: Salemba Medika.

Nanda International. 2011. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi


2009-2011. Dialihbahasakan oleh Sumarwati M. Jakarta: EGC.
Sidarta Ilyas. 2001. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI
http://www.lensaindonesia.com/2012/02/05/jaga-mata-kenali-3-jenisoperasi-katarak.html
http://4-nafiss.blogspot.com/2014/04/laporan-pendahuluan-katarak.html

Anda mungkin juga menyukai