Anda di halaman 1dari 10

II.

PENGUJIAN KADAR AIR BENIH

A. Pendahuluan.
1. Latar Belakang.
Benih merupakan material yang bersifat higroskopis, memiliki
susunan yang kompleks dan heterogen. Air merupakan bagian yang
fundamental terdapat sedemikian rupa dalam benih, artinya terdapat di
setiap bagian dalam benih. Kadar air benih karena keadaan yang
higroskopis itu tergantung pada kelembaban relatif dan suhu udara
lingkungan sekitarnya.
Benih merupakan biji tanaman yang digunakan untuk tujuan
pertanaman, artinya benih memiliki fungsi agronomis. Untuk itu benih
yang diproduksi dan tersedia harus bermutu tinggi agar mampu
menghasilkan tanaman yang mampu berproduksi maksimal. Mutu benih
mencakup tiga aspek yaitu mutu genetik, yaitu aspek mutu benih yang
ditentukan berdasarkan identitas genetik yang telah ditetapkan oleh
pemulia dan tingkat kemurnian dari varietas yang dihasilkan, identitas
benih yang dimaksud tidak hanya ditentukan oleh tampilan benih, tetapi
juga fenotipe tanaman, mutu fisiologi, yaitu aspek mutu benih yang
ditunjukan oleh viabilitas benih meliputi daya berkecambah/daya tumbuh
dan vigor benih, serta mutu fisik, yaitu aspek mutu benih yang ditunjukan
oleh tingkat kebersihan, keseragaman biji dari segi ukuran maupun bobot,
kontaminasi dari benih lain atau gulma, dan kadar air.
Kadar
air
benih
merupakan
salah
satu

komponen

yang harus diketahui baik untuk tujuan pengolahan maupun penyimpanan


benih. Telah diketahui bahwa kadar air memiliki dampak besar terhadap
benih selama penyimpanan. Menyimpan benih ortodok pada kadar
air tinggi berisiko mempercepat mundurnya benih selama dalam
penyimpanan. Kadar air biji atau benih berfungsi untuk menentukan saat
panen yang tepat dan saat penyimpanan benih. Pemanenan harus
dilakukan pada tingkat kadar air tertentu pada masing-masing spesies atau
varietas.
2. Tujuan.
13

14

Tujuan dari praktikum acara 2 tentang Pengujian Kadar Air Benih


adalah
a. Mengetahui kadar air benih dengan metode dasar.
b. Mengetahui kadar air benih dengan metode praktis.

15

B. Tinjauan Pustaka.
Benih merupakan material yang higroskopis, memiliki susunan yang
kompleks dan heterogen. Air merupakan bagian yang fundamental terdapat
demikian rupa dalam benih, artinya terdapat di setiap bagian dalam benih.
Kadar air benih karena keadaan yang higroskopis itu tergantung pada lembab
relatif dan temperatur. Lembab relatif dan temperatur demikian menentukan
dalam adanya tekanan uap dalam benih dan dalam udara di sekitarnya.
Apabila tekanan uap dalam benih ternyata lebih besar daripada tekanan udara
di sekitarnya, maka uap air akan menerobos dan keluar dari dalam benih.
Sebaliknya jika tekanan uap air di luar benih lebih tinggi, maka uap akan
menerobos masuk ke dalam benih. Dan apabila tekanan uap di dalam benih
sama kuatnya dengan tekanan uap di luar benih, maka dalam keadaan
demikian tidak akan terjadi pergerakan uap serta dalam keadaan demikian
inilah terjadinya kadar air yang seimbang (Kartasapoetra 2006).
Kadar fosfolipid benih yang disimpan pada kadar air 8% di dalam
kantong aluminium foil belum menurun sampai akhir penyimpanan 6 bulan,
kadar

protein

membran,

fosfor

anorganik

dan

aktivitas

suksinat

dehidrogenase menurun setelah 3 dan 4 bulan. Aktivitas spesifik sitokrom


oksidase dan laju respirasi dari benih yang tanpa disimpan dengan kadar air
12% dan di dalam kantong terigu lebih tinggi dan berbeda nyata dengan
lainnya. Daya kecambah dan vigor benih yang disimpan dengan kadar air 8%
dan 10% dalam semua kemasan sampai 6 bulan belum menurun secara nyata
dan lebih tinggi dibanding dengan kadar air 12% (Prapto 2005).
Kadar air adalah hilangnya berat ketika benih dikeringkan sesuai
dengan teknik atau metode tertentu. Metode pengukuran kadar air yang
diterapkan dirancang untuk mengurangi oksidasi, dekomposisi atau hilangnya
zat yang mudah menguap bersamaan dengan pengurangan kelembaban
sebanyak mungkin. Metode pengeringan oven merupakan metode yang
digunakan sebagai metode standar (ISTA 2006).
Protein membran mitokondria dapat mengalami perubahan atau
kerusakan baik kadar maupun profilnya bila temperatur dan kelembaban
ruang simpan tinggi. Disamping itu kadar air awal yang tinggi sebelum

16

benih disimpan merupakan faktor utama penyebab kerusakan protein


membran mitokondria yang berakibat pada menurunnya fungsi membran
sehingga konversi energi terganggu (Aurelia 2008).
Kadar air benih, ialah berat air yang dikandung dan yang kemudian
hilang karena pemanasan sesuai dengan aturan yang ditetapkan, yang
dinyatakan dalam persentase terhadap berat awal contoh benih. Penetapan
Kadar Air adalah banyaknya kandungan air dalam benih yang diukur
berdasarkan hilangnya kandungan air tersebut dinyatakan dalam % terhadap
berat asal contoh benih. Tujuan penetapan kadar air diantaranya untuk untuk
mengetahui kadar air benih sebelum disimpan dan untuk menetapkan kadar
air yang tepat selama penyimpanan dalam rangka mempertahankan viabilitas
benih tersebut (Hery 2011).

17

C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat.
Praktikum acara 2 tentang Pengujian Kadar Air Benih dilaksanan
pada tanggal 21 November 2014 pukul 13.00-14.30 WIB bertempat di
Laboratorium Ekologi dan Manajemen Pembiakan Tanaman (EMPT),
Fakultas Pertanian, Universitas Negeri Sebelas Maret, Surakarta.
2. Alat dan Bahan.
a. Alat.
1) Timbangan.
2) Kalkulator.
3) Oven.
4) Cawan porselin.
5) Balance Mositure Tester
b. Bahan.
1) Benih Padi (Oryza sativa)
2) Benih Kacang Hijau (Vigna radiata)
3. Cara Kerja.
a Metode Dasar
1) Menimbang cawan porselin yang telah dipanaskan terlebih dahulu
selama 15 menit (w1 gram).
2) Menimbang cawan poeselin + contoh benih (w2 gram).
3) Memanaskan cawan porselin + contoh benih ke dalam oven pada
suhu 130 derajat celcius selama 15 menit.
4) Mendinginkan cawan porselin + contoh benih dalam eksikator
selama 45 menit (sampai dingin).
5) Menimbang cawan porselin + contoh benih yang telah didinginkan
(w3 gram).
6) Menghitung persentase air yang dilepaskan.
w 2w 3
S = w 2w 1 x 100%

b.
1
2
3

Metode Praktis
Menyiapkan seed moisture tester.
Mengoperasikan alat sesuai dengan petunjuk yang ada.
Menghitung kadar air benih

18

D. Hasil dan Pembahasan.


1. Hasil Pengamatan.
A. Metode Dasar.
Tabel 2.1 Pengujian Kadar Air Benih Kacang Hijau (Vigna radiata L)
Ulanga
W1
W2
W3
W2-W3 W2-W1
S
n
1
5,82
28,86
28,74
0,12
23,04
0,0052
2
5,94
29,98
29,87
0,11
24,04
0,0045
3
6,06
29,62
29,51
0,11
23,56
0,0046
4
6,19
30,85
30,71
0,14
24,66
0,0057

24,01 119,31 118,83


0,48
95,3
0,02
29,707
y
6,0015 29,82
0,12
23,83
0,005
5
Sumber : Laporan Sementara.
Tabel 2.2 Pengujian Kadar Air Benih Padi (Oryza sativa)
Ulanga
W1
W2
W3
W2-W3 W2-W1
S
n
1
6,12
20,61
20,32
0,29
14,49
0,02
2
5,58
29,41
29,15
0,26
23,82
0,0109
3
6,05
23,77
23,55
0,22
17,72
0,012
4
3,85
18,11
17,85
0,26
14,26
0,0182

21,6
91,9
90,87
1,03
70,29
0,0611
y
5,4
22,97
22,72
0,2575 17,57
0,153
Sumber : Laporan Sementara.
B. Metode Dasar
Tabel 2.3 Pengujian Kadar Air Benih Padi (Oryza sativa).
Ulangan
Kadar Air (%)
1
10,8
2
13,7
3
13,6
4
13,5
Rata-rata
12,9
Sumber : Laporan Sementara.

19

Tabel 2.4. Pengujian Kadar Air Benih Kacang Hijau (Vigna radiata L).
Ulangan
Kadar Air (%)
1
11,0
2
9,7
3
9,7
4
10,8
Rata-rata
10,3
Sumber: Laporan Sementara
2. Pembahasan.
Kadar air adalah hilangnya berat ketika benih dikeringkan sesuai
dengan teknik atau metode tertentu. Kadar air benih atau biji berfungsi
untuk menentukan menentukan saat panen yang tepat dan penyimpanan
benih. Kadar air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih
adalah antara 11% 13%. Kadar air yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan naiknya aktivitas respirasi yang dapat berakibat terkuras
habisnya bahan cadangan makanan dalam benih. Tujuan penetapan kadar
air diantaranya untuk untuk mengetahui kadar air benih sebelum
disimpan dan untuk menetapkan kadar air yang tepat selama
penyimpanan dalam rangka mempertahankan viabilitas benih tersebut.
Pengaruh kadar air terhadap kualitas dan daya simpan benih
terjadi interaksi antara kadar air, kemasan dan lama simpan terhadap
kadar fosfolipid, kadar protein membran, kadar fosfor anorganik
mitokondria, aktivitas spesifik suksinat dehidrogenase dan sitokrom
oksidase, daya berkecambah dan vigor. Dalam pengujian kadar air benih
terdapat beberapa metode yang dapat digunakan yaitu metode dasar atau
yang sering disebut dengan metode tungku (oven) dan metode praktik.
Metode dasar adalah cara pengujian dengan menggunakan alat oven,
sedangkan metode praktik adalah pengujian kadar air dengan cara
menggunakan peralatan praktis. Metode yang sering digunakan adalah
metode dasar.
Hasil dari praktikum acara 2 tentang Pengujian Kadar Air Benih
adalah dengan metode dasar (menggunakan oven), pada perlakuan
dengan menggunakan padi, kadar airnya adalah 0,153 sedangkan pada

20

perlakuan menggunakan benih kacang hijau kadar airnya adalah 0,005.


Pada pengujian benih menggunakan metode praktis / menggunakan alat
Balance Moisture Tester, kadar air pada benih padi adalah 12,9. Berbeda
dengan pengujian menggunakan kacang hijau, yaitu kadar airnya adalah
10,3. Pada perlakuan dengan menggunakan metode praktis dan metode
dasar terjadi perbedaan yang sangat signifikan dalam penentuan kadar
airnya. Pada metode dasar kadar airnya sangatlah rendah sedangkan pada
metode

praktis

kadar

airnya

sangat

tinggi.

Pengujian

dengan

menggunakan metode praktis menunjukkan tingkat kadar air lebih tinggi.


Pengujian dengan metode praktis lebih simpel, hanya sekali tahap.
Metode dasar lebih rumit, yaitu melalui beberapa tahap. Dimulai
menimbang cawan sampai mengoven cawan dan benih. Tetapi, dengan
menggunakan metode dasar didapat hasil yang lebih akurat walaupun
tahap yang dilalui lebih banyak.
Prinsip kerja Balance Moisture Tester yaitu sampel benih
dimasukkan ke dalam wadah (di bagian samping) kemudian tekan tombol
start, setelah itu layar tertulis kadar air yang terkandung dalam sampel
benih. Moisture tester ini digunakan untuk menguji kadar air benih pada
serealia seperti padi atau gandum. Dalam penggunaannya benih
dimasukkan pada tempat benih dan ditekan pada alat penekan, kemudian
ditentukan apa yang akan kita lihat dengan menekan tombol pada alat
tersebut. Kelebihannya benih yang dibutuhkan hanya beberapa saja, jadi
menghemat benih. Dengan alat ini kita dapat mengetahui rerata kadar air
benih, diharapkan dapat lebih valid. Selain itu kita juga dapat mengetahui
temperature benih. Kekurangannya sama seperti pada tipe Kett, karena
keterbatasan jenis benih, hanya dapat digunakan untuk pengujian jenisjenis benih yang tertera pada pilihan jenis benih pada layar.

21

E. Kesimpulan dan Saran.


1. Kesimpulan.
Kesimpulan dari Acara 2 tentang Pengujian Kadar Air Benih
adalah :
a. Kadar air benih atau biji berfungsi untuk menentukan menentukan saat
panen yang tepat dan penyimpanan benih. Kadar air optimum dalam
penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah antara 11% 13%
b. Tujuan penetapan kadar air diantaranya untuk untuk mengetahui kadar
air benih sebelum disimpan dan untuk menetapkan kadar air yang tepat
selama penyimpanan dalam rangka mempertahankan viabilitas benih
tersebut.
c. Pada metode dasar, rata-rata kadar air dari benih kacang hijau dan benih
padi adalah 0,005 dan 0,153.
d. Pada penggunaan metode praktis, kadar air pada benih kacang hijau dan
padi adalah 10,3 dan 12,9
e. Pada Penggunaan metode dasar dan metode praktis yang paling akurat
adalah metode dasar.
2. Saran.
Saran untuk praktikum acara 2 tentang Pengujian Kadar Air
Benih adalah agar lebih teliti lagi pada saat penghitungan kadar airnya.
Selain itu, juga lebih teliti dalam menggunakan Balance Moisture Tester.

22

DAFTAR PUSTAKA
ISTA 2006. International Rules for Seed Testing. Switzerland: The International
Seed Testing Association.Bassersdorf.CH
Kartasapoetra A G 2006 . Tehnologi Benih Pengolahan Benih dan Tuntunan
Praktikum. Jakarta: Bina Aksara
Purnobasuki, Hery 2011. Kadar Benih. (online). (http://skp.unair.ac.id, diakses
pada tanggal 27 November 2014, pukul 23.00 WIB)
Tatipata, Aurelia 2008. Pengaruh Kadar Air Awal, Kemasan dan Lama Simpan
terhadap Protein Membran Dalam Mitokondria Benih Kedelai. Jurnal
Agronomi.36(1):816.(online).
(http://ilkom.journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalagronomi/article/viewFile
/1339/437, diakses pada tanggal 27 November 2014 pukul 19.30 WIB)
Yudono, Prapto 2005. Kajian Aspek Fisiologi Dan Biokimia Deteriorasi Benih
Kedelai Dalam Penyimpanan. Jurnal Ilmu Pertanian. 11(2) : 76-87.
(online). (http://www.agrisci.ugm.ac.id/vol11_2/no8_detkdlai.pdf, diakses
pada tanggal 27 November 2014 pukul 19,00 WIB)

Anda mungkin juga menyukai