A. Pendahuluan.
1. Latar Belakang.
Benih merupakan material yang bersifat higroskopis, memiliki
susunan yang kompleks dan heterogen. Air merupakan bagian yang
fundamental terdapat sedemikian rupa dalam benih, artinya terdapat di
setiap bagian dalam benih. Kadar air benih karena keadaan yang
higroskopis itu tergantung pada kelembaban relatif dan suhu udara
lingkungan sekitarnya.
Benih merupakan biji tanaman yang digunakan untuk tujuan
pertanaman, artinya benih memiliki fungsi agronomis. Untuk itu benih
yang diproduksi dan tersedia harus bermutu tinggi agar mampu
menghasilkan tanaman yang mampu berproduksi maksimal. Mutu benih
mencakup tiga aspek yaitu mutu genetik, yaitu aspek mutu benih yang
ditentukan berdasarkan identitas genetik yang telah ditetapkan oleh
pemulia dan tingkat kemurnian dari varietas yang dihasilkan, identitas
benih yang dimaksud tidak hanya ditentukan oleh tampilan benih, tetapi
juga fenotipe tanaman, mutu fisiologi, yaitu aspek mutu benih yang
ditunjukan oleh viabilitas benih meliputi daya berkecambah/daya tumbuh
dan vigor benih, serta mutu fisik, yaitu aspek mutu benih yang ditunjukan
oleh tingkat kebersihan, keseragaman biji dari segi ukuran maupun bobot,
kontaminasi dari benih lain atau gulma, dan kadar air.
Kadar
air
benih
merupakan
salah
satu
komponen
14
15
B. Tinjauan Pustaka.
Benih merupakan material yang higroskopis, memiliki susunan yang
kompleks dan heterogen. Air merupakan bagian yang fundamental terdapat
demikian rupa dalam benih, artinya terdapat di setiap bagian dalam benih.
Kadar air benih karena keadaan yang higroskopis itu tergantung pada lembab
relatif dan temperatur. Lembab relatif dan temperatur demikian menentukan
dalam adanya tekanan uap dalam benih dan dalam udara di sekitarnya.
Apabila tekanan uap dalam benih ternyata lebih besar daripada tekanan udara
di sekitarnya, maka uap air akan menerobos dan keluar dari dalam benih.
Sebaliknya jika tekanan uap air di luar benih lebih tinggi, maka uap akan
menerobos masuk ke dalam benih. Dan apabila tekanan uap di dalam benih
sama kuatnya dengan tekanan uap di luar benih, maka dalam keadaan
demikian tidak akan terjadi pergerakan uap serta dalam keadaan demikian
inilah terjadinya kadar air yang seimbang (Kartasapoetra 2006).
Kadar fosfolipid benih yang disimpan pada kadar air 8% di dalam
kantong aluminium foil belum menurun sampai akhir penyimpanan 6 bulan,
kadar
protein
membran,
fosfor
anorganik
dan
aktivitas
suksinat
16
17
C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat.
Praktikum acara 2 tentang Pengujian Kadar Air Benih dilaksanan
pada tanggal 21 November 2014 pukul 13.00-14.30 WIB bertempat di
Laboratorium Ekologi dan Manajemen Pembiakan Tanaman (EMPT),
Fakultas Pertanian, Universitas Negeri Sebelas Maret, Surakarta.
2. Alat dan Bahan.
a. Alat.
1) Timbangan.
2) Kalkulator.
3) Oven.
4) Cawan porselin.
5) Balance Mositure Tester
b. Bahan.
1) Benih Padi (Oryza sativa)
2) Benih Kacang Hijau (Vigna radiata)
3. Cara Kerja.
a Metode Dasar
1) Menimbang cawan porselin yang telah dipanaskan terlebih dahulu
selama 15 menit (w1 gram).
2) Menimbang cawan poeselin + contoh benih (w2 gram).
3) Memanaskan cawan porselin + contoh benih ke dalam oven pada
suhu 130 derajat celcius selama 15 menit.
4) Mendinginkan cawan porselin + contoh benih dalam eksikator
selama 45 menit (sampai dingin).
5) Menimbang cawan porselin + contoh benih yang telah didinginkan
(w3 gram).
6) Menghitung persentase air yang dilepaskan.
w 2w 3
S = w 2w 1 x 100%
b.
1
2
3
Metode Praktis
Menyiapkan seed moisture tester.
Mengoperasikan alat sesuai dengan petunjuk yang ada.
Menghitung kadar air benih
18
21,6
91,9
90,87
1,03
70,29
0,0611
y
5,4
22,97
22,72
0,2575 17,57
0,153
Sumber : Laporan Sementara.
B. Metode Dasar
Tabel 2.3 Pengujian Kadar Air Benih Padi (Oryza sativa).
Ulangan
Kadar Air (%)
1
10,8
2
13,7
3
13,6
4
13,5
Rata-rata
12,9
Sumber : Laporan Sementara.
19
Tabel 2.4. Pengujian Kadar Air Benih Kacang Hijau (Vigna radiata L).
Ulangan
Kadar Air (%)
1
11,0
2
9,7
3
9,7
4
10,8
Rata-rata
10,3
Sumber: Laporan Sementara
2. Pembahasan.
Kadar air adalah hilangnya berat ketika benih dikeringkan sesuai
dengan teknik atau metode tertentu. Kadar air benih atau biji berfungsi
untuk menentukan menentukan saat panen yang tepat dan penyimpanan
benih. Kadar air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih
adalah antara 11% 13%. Kadar air yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan naiknya aktivitas respirasi yang dapat berakibat terkuras
habisnya bahan cadangan makanan dalam benih. Tujuan penetapan kadar
air diantaranya untuk untuk mengetahui kadar air benih sebelum
disimpan dan untuk menetapkan kadar air yang tepat selama
penyimpanan dalam rangka mempertahankan viabilitas benih tersebut.
Pengaruh kadar air terhadap kualitas dan daya simpan benih
terjadi interaksi antara kadar air, kemasan dan lama simpan terhadap
kadar fosfolipid, kadar protein membran, kadar fosfor anorganik
mitokondria, aktivitas spesifik suksinat dehidrogenase dan sitokrom
oksidase, daya berkecambah dan vigor. Dalam pengujian kadar air benih
terdapat beberapa metode yang dapat digunakan yaitu metode dasar atau
yang sering disebut dengan metode tungku (oven) dan metode praktik.
Metode dasar adalah cara pengujian dengan menggunakan alat oven,
sedangkan metode praktik adalah pengujian kadar air dengan cara
menggunakan peralatan praktis. Metode yang sering digunakan adalah
metode dasar.
Hasil dari praktikum acara 2 tentang Pengujian Kadar Air Benih
adalah dengan metode dasar (menggunakan oven), pada perlakuan
dengan menggunakan padi, kadar airnya adalah 0,153 sedangkan pada
20
praktis
kadar
airnya
sangat
tinggi.
Pengujian
dengan
21
22
DAFTAR PUSTAKA
ISTA 2006. International Rules for Seed Testing. Switzerland: The International
Seed Testing Association.Bassersdorf.CH
Kartasapoetra A G 2006 . Tehnologi Benih Pengolahan Benih dan Tuntunan
Praktikum. Jakarta: Bina Aksara
Purnobasuki, Hery 2011. Kadar Benih. (online). (http://skp.unair.ac.id, diakses
pada tanggal 27 November 2014, pukul 23.00 WIB)
Tatipata, Aurelia 2008. Pengaruh Kadar Air Awal, Kemasan dan Lama Simpan
terhadap Protein Membran Dalam Mitokondria Benih Kedelai. Jurnal
Agronomi.36(1):816.(online).
(http://ilkom.journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalagronomi/article/viewFile
/1339/437, diakses pada tanggal 27 November 2014 pukul 19.30 WIB)
Yudono, Prapto 2005. Kajian Aspek Fisiologi Dan Biokimia Deteriorasi Benih
Kedelai Dalam Penyimpanan. Jurnal Ilmu Pertanian. 11(2) : 76-87.
(online). (http://www.agrisci.ugm.ac.id/vol11_2/no8_detkdlai.pdf, diakses
pada tanggal 27 November 2014 pukul 19,00 WIB)