Pasang Surut
3.1
Pasang surut adalah fenomena naik dan turunnya muka air laut secara berulang (periodik)
dengan perioda tertentu, akibat adanya gaya tarik menarik bumi dan benda-benda langit
lainnya. Dua benda langit yang sangat berpengaruh pada pasang surut bumi adalah
matahari, yang memberikan pengaruh signifikan karena masa-nya yang besar, dan bulan,
yang memberikan pengaruh signifikan karena jaraknya yang dekat dengan bumi. Bendabenda langit yang lain tidak diperhitungakan.
Untuk menggambarkan fenomena pasang surut, suatu teori keseimbangan digagas oleh
George H. Darwin (1898). Dalam teori ini diasumsikan bahwa bumi benar-benar bulat dan
semua permukaan bumi diasumsikan tertutup oleh lapisan air dengan kedalaman yang
sama. Karena adanya gaya tarik menarik, masa air akan bergerak hingga mencapai suatu
keseimbangan. Gaya pasang surut ditentukan oleh besar massa dan juga jarak antara
massa tersebut seperti yang diterangkan melalui persamaan gaya tarik gravitasi berikut ini:
Gm1 m2
r2
Pada persamaan di atas, r adalah jarak antar pusat benda dengan masa m1 dan m2, dan G
adalah suatu konstanta gravitasi yaitu 6.6x10-6m2N/kg2.
Keadaan seimbang ini akan terjadi bila permukaan air tegak lurus terhadap resultan gaya
gravitas dan gaya pembangkit pasang surut. Keseimbangan ini diasumsikan terjadi setiap
saat. Matahari dan bulan yang posisinya selalu berubah terhadap bumi akan menyebabkan
permukaan air dalam keadaan setimbang akan selalu bergerak pada setiap titik di
permukaan bumi.
Pada keadaan sebenarnya, bumi terdiri dari daratan dan lautan dengan kedalaman yang
berbeda sehingga teori keseimbangan tidak akan dapat diterapkan secara langsung tanpa
memperhitungkan pengaruh geografi. Tetapi ada beberapa hal yang ternyata dapat dipakai
untuk memperhitungkan karakteristik dari pasang surut yang terjadi di suatu tempat tertentu.
Pada teori keseimbangan didapatkan komponen yang berpengaruh pada pasang surut
akiba dari gerakan bulan dan matahari ralatif terhadap bumi. Komponen tersebut mempunyai
kecepatan sudut tertentu yang selalu tetap. Doodson (1921) telah menemukan 396
komponen pasang surut yang memiliki frekuensi berbeda. Tabel 3.1 menampilkan konstituen
pasang surut penting yang biasa digunakan.
3-1
Keterangan
Perioda
(jam)
1.
M2
Principal lunar
12.24
2.
S2
Principal solar
12.00
3.
N2
12.66
4.
K2
11.97
5.
K1
Luni-solar diurnal
23.93
6.
O1
25.82
7.
P1
24.07
8.
M4
6.21
9.
MS4
6.10
Karena masing-masing benda langit yang mempengaruhi pasang surut beredar menurut
orbitnya masing-masing, posisi bumi-bulan-matahari selalu berbeda-beda. Hal itu
menyebabkan berubahnya gaya pembangkit pasang surut pada tiap waktu, dan
menyebabkan berubahnya tinggi pasang surut di suatu daerah pada waktu ke waktu. Pada
saat posisi bumi-bulan-matahari berada dalam satu garis lurus, gaya pembangkit pasang
surut menjadi besar dan menghasilkan pasang surut yang besar pula. Kejadian ini disebut
dengan spring. Pada saat posisi bumi-bulan-matahari membentuk sudut 90 derajat, maka
gaya pembangkit pasang surut di suatu tempat akan menjadi kecil. Kejadian ini disebut
dengan neap. Gambar 3.1 menampilkan data pasang surut yang menggambarkan kondisi
spring dan neap.
Karena pengaruh adanya sudut sumbu putar bumi, dengan bidang edar bulan, kondisi
pasang surut di tiap titik di bumi berbeda menurut jumlah pasang surut yang dapat terjadi
tiap harinya. Ada beberapa tipe pasang surut yang mungkin terjadi yaitu:
Pasang surut diurnal, yaitu pasang surut yang terjadi satu kali pada tiap harinya.
Pasang surut semidiurnal, yaitu pasang surut yang terjadi dua kali pada tiap
harinya.
Pasang surut campuran, yaitu pasang surut yang terjadi dua kali namun besarnya
berbeda pada tiap harinya.
Bilangan Formsal berikut ini dipakai untuk mengetahui tipe pasang surut dari nilai amplitudo
komponen utamanya.
K 1 O1
M 2 S2
3-2
= semi diurnal
0,25 - 1,5
1,5 - 3,0
>3,0
= diurnal
Neap
Spring
Spring
3-3
3.2
3.2.1
Analisa pasang surut dilakukan terhadap data pasang surut untuk mengetahui karakteristik
pasang surut di lokasi kajian yang akan sangat berguna untuk keperluan desain.
Seperti yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, bahwa pasang surut dipengaruhi oleh
beberapa macam gaya yang disebut gaya pembangkit pasang surut. Masing-masing gaya
akan merupakan komponen yang menentukan karakteristik dari pasang surut pada tempat
tertentu.
Tiap-tiap komponen akan berulang untuk suatu periode tertentu dan mempunyai kecepatan
sudut tertentu yang selalu tetap untuk setiap tempat di bumi ini, karena gaya pembentuk
pasang surut berasal dari gerakan bumi, bulan dan matahari yang mengikuti suatu aturan
yang tetap. Tiap-tiap komponen akan menghasilkan amplitudo dan perbedaan fasa masingmasing dan untuk tempat tertentu hal tersebut akan selalu tetap.
Pelatihan Pengamanan Pantai Modul Proses Pantai
3-4
Pada tempat yang berbeda, komponen tersebut akan menghasilkan amplitudo dan beda
fasa yang berbeda, bergantung pada lokasi dan keadaan geografisnya. Besarnya amplitudo
dan beda fasa pada tempat tertentu disebut dengan konstanta pasang surut untuk tempat
tersebut. Konstanta pasang surut akan menentukan karakteristik dari pasang surut yang
terjadi pada suatu tempat dan besarnya akan dapat diketahui dengan pengamatan pasang
surut dan analisanya.
Analisa pasang surut dilakukan berdasarkan persamaan di bawah ini:
k
Z t Z 0 Z i cos i t ai
i 1
Keterangan:
Zt
Zi
3.2.2
: Waktu
ai
Salah satu metoda untuk memecahkan persamaan pasang surut adalah metoda kuadrat
terkecil. Prinsip dari metoda ini adalah mencari model pasang surut yang mempunyai jumlah
kuadrat error terkecil.
Definisi error yang digunakan adalah selisih dari data pengamatan dan model sebagai
berikut:
Yt Z t
Dengan Yt adalah data pengamatan dan Zt adalah hasil keluaran model.
Untuk memudahkan pemahalan pada naskah ini diambil persamaan pasang surut untuk 1
komponen saja sebagai berikut:
Z t Z 0 Z cost a
Maka fungsi jumlah kuadrat error adalah:
N
i 1
i 1
J 2 Yi Z 0 Z cos(t a ) ,
2
dengan
adalah
jumlah
data
pengamantan
Untuk
penyederhanaan
masalah
suku
error menjadi:
Pelatihan Pengamanan Pantai Modul Proses Pantai
3-5
i i
i 1
J 2 Yi Z 0 A cos t i B sin t i
Pada persamaan di atas variabel yang harus dicari (unknown variable) adalah Z0, A dan B.
Untuk mendapatkan nilai J yang minimum, persamaan di atas harus diturunkan secara
parsial terhadap masing-masing variable dan hasilnya harus sama dengan nol, sebagai
berikut:
N
J
2 Yi Z 0 A cos t i B sin t i 0
Z 0
i 1
N
J
2 Yi Z 0 A cos t i B sin t i cos t i 0
A
i 1
N
J
2 Yi Z 0 A cos t i B sin t i sin t i 0
B
i 1
Tiga persamaan di atas dapat ditulis dalam bentuk matriks sebagai berikut:
N
cos t
i
i 1
N
sin t i
i 1
cos t i
i 1
N
cos
i 1
sin t
i 1
t i
cos t i
Yi
i 1
Z 0 N i 1
N
A Y cos t
sin
t
cos
1
1
i
i
i 1
i 1
B
N
N
Yi sin t
sin 2 t i
i 1
i 1
sin t i
Dengan penurunan di atas maka didapatkan tiga persamaan dengan tiga variabel yang tidak
diketahui. Sistem seperti ini adalah sistem persamaan simultan sehingga semua variabel
yang tidak diketahui dapat dihitung.
Pada analisa sesungguhnya, perhitungan di atas dilakukan terhadap jumlah komponen yang
lebih dari satu.
3.2.3
Setalah seluruh komponen pasang surut diketahui, secara matematis muka air pasang surut
dapat diketahui kapanpun dengan persamaan pasang berikut ini.
k
Z t Z 0 Z i cos i t ai
i 1
3.3
Tujuan utama dari analisa pasang surut adalah untuk mengetahui elevasi-elevasi penting
pasang surut yang akan digunakan sebagai acuan elevasi pada kegiatan desain. Secara
teoritis, pasang surut akan berulang selama 18.6 tahun sekali. Oleh karena itu untuk
mendapatkan elevasi acuan pasang surut, terlebih dahulu harus didapatkan data selama
3-6
rentang waktu tersebut dengan cara menghitung (meramal) berdasarkan komponen pasang
surut yang telah diketahui.
Elevasi-elevasi pasang surut yang biasa digunakan adalah sebagai berikut:
HHWL (Highest High Water Level): Tinggi muka air maksimum dalam rentang waktu yang
ditinjau.
MHWS (Mean High Water Spring) : Rata-rata dari tinggi muka air maksimum tiap spring
dalam rentang waktu yang ditinjau
MHWL (Mean High Water Level) : Rata-rata dari tinggi muka air maksimum tiap kali
pasang dalam rentang waktu yang ditinjau
MSL (Mean Sea Level)
MLWS (Mean Low Water Spring) : Rata-rata dari tinggi muka air minimum pada saat
spring dalam rentang waktu yang ditinjau
LLWL (Lowest Low Water Level) : Tinggi muka air terendah dalam rentang waktu yang
ditinjau.
3.4
Dalam suatu pekerjaan yang memerlukan analisa pasang surut, seperti pekerjaan
pengamanan pantai, hal pertama yang perlu dilakukan untuk analisa pasang surut adalah
mendapatkan data lapangan dengan cara survei langsung.
Setelah data lapangan tersebut didapatkan, analisa selanjutnya adalah melakukan
penguraian komponen, melakukan peramalan pasang surut berdasarkan komponen
tersebut, dan menghitung elevasi pasang surut acuan berdasarkan data ramalan periode
panjang (18.6 tahun).
Bagan alir dari analisa pasang surut tersebut disampaikan dalam bagan alir berikut:
3-7
Data Pasut
Least Square
Komponen Pasang
Surut
Peramalan Pasang
Surut 20 Tahun
18.6 tahun
Peramalan Pasang
Surut 15 Hari
Perbandingan Hasil
Ramalan dengan
Pengukuran Lapangan
Elevasi Penting
Pasang Surut
Probabilitas Kejadian
Terlampaui Elevasi
Pasang Surut
3.5
Untuk memudahkan analisa pasang surut, suatu paket program komputer dapat dibuat.
Pada kesempatan ini akan diperkenalkan salah satu paket program komputer untuk analisa
pasang surut dengan metoda least square yaitu DINATIDE. Paket program ini terdiri dari tiga
program yaitu:
3-8