Anda di halaman 1dari 23

KONSTITUSI

Pokok bahasan 4

Konstitusi
Istilah

konstitusi berasal dari bhs Perancis


constituer yang berarti membentuk. Pemakaian
istilah konstitusi yang dimaksudkan ialah
pembentukan suatu negara atau menyusun dan
menyatakan suatu negara.
Konstitusi bisa berarti pula peraturan dasar
(awal) mengenai pembentukan negara. Istilah
konstitusi bisa juga dipersamakan dengan
hukum dasar atau undang-undang dasar.
Kata konstitusi dalam kamus besar bahasa
Indonesia diartikan sebagai: (1) segala ketentuan
dan aturan mengenai ketatanegaraan; (2)
undang-undang dasar suatu negara.

Pengertian konstitusi Herman


Heller
1) konstitusi dalam pengertian politik sosiologis.

Konstitusi mencerminkan kehidupan politik di


dalam masyarakat sebagai suatu kenyataan;
(2) konstitusi merupakan satu kesatuan kaidah
yang hidup dalam masyarakat yang selanjutnya
dijadikan suatu kesatuan kaidah hukum.
Konstitusi dalam hal ini sudah mengandung
pengertian yuridis;
(3) konstitusi yang ditulis dalam suatu naskah
sebagai undang-undang yang tinggi yang
berlaku dalam suatu negara.

Pengertian konstitusi
Prof.Prayudi Atmosudirjo
Konstitusi suatu negara adalah hasil atau

produk sejarah dan proses perjuangan


bangsa yang bersangkutan;
Konstitusi suatu negara adalah rumusan
dari filsafat, cita-cita, kehendak dan
perjuangan bangsa Indonesia;
Konstitusi adalah cermin dari jiwa, jalan
pikiran, mentalitas, dan kebudayaan suatu
bangsa.

KONSTITUSIONALISME
Constitutionalism is the name
given to the trust which men
response in the power of words
wngrossed on parchment to keep a
government in order
(Walton H. Hailton)

Mengatur dan
Membatasi Kekuasaan
constitutionalism is an
institutionalized system affective,
regularized. Detraid upon
governmental action
(CJ Friedrich)

KONSTITUSIONALISME
KONSENSUS (GENERAL
AGREEMENT

NEGARA UNTUK MELINDUNGI


KEPENTINGAN BERSAMA DAN
DIWUJUDKAN BERSAMA

1. TUJUAN/CITA-CITA BERSAMA (THE GENERAL


GOALS OF SOCIETY OR GENERAL ACCEPTANCE
OF THE SAMA PHILOSPHY OF GOVERNMENT)
2. THE RULE OF LAW SEBAGAI LANDASAN &
PENYELENGGARAAN NEGARA (THE BASIS OF
GOVERNMENT)
3. BENTUK INSTITUSI & PROSEDUR
KETATANEGARAAN (THE FORM OF
INSTITUTIONS AND PROCEDURS)

Perubahan konstitusi
Dalam sistem ketatanegaraan modern, ada dua

sistem dalam perubahan konstitusi, yaitu renewet


(pembaharuan) yang dianut negara-negara Eropa
kontinental dan amandement (perubahan) seperti
dianut negara-negara Anglo-Saxon.
Model renewal adalah merupakan perubahan
konstitusi
secara
keseluruhan.
Jadi
yang
diberlakukan adalah konstitusi yang baru secara
keseluruhan.
Model amandemen adalah perubahan konstitusi
dimana hasil amandemen itu merupakan bagian
atau lampiran yang menyertai konstitusi awal. Jadi
konstitusi asli tetap berlaku.

DASAR PEMIKIRAN DAN


LATAR BELAKANG
PERUBAHAN
UUDstruktur
1945
Undang-Undang Dasar 1945 membentuk
ketatanegaraan yang

bertumpu pada kekuasaan tertinggi di tangan MPR yang sepenuhnya


melaksanakan kedaulatan rakyat. Hal ini berakibat pada tidak terjadinya
checks and balances pada institusi-institusi ketatanegaraan.
Undang-Undang Dasar 1945 memberikan kekuasaan yang sangat besar
kepada pemegang kekuasaan eksekutif (Presiden). Sistem yang dianut
UUD 1945 adalah executive heavy yakni kekuasaan dominan berada di
tangan Presiden dilengkapi dengan berbagai hak konstitusional yang
lazim disebut hak prerogatif (antara lain: memberi grasi, amnesti, abolisi
dan rehabilitasi) dan kekuasaan legislatif karena memiliki kekuasan
membentuk Undang-undang.
UUD 1945 mengandung pasal-pasal yang terlalu luwes dan fleksibel
sehingga dapat menimbulkan lebih dari satu penafsiran (multitafsir),
misalnya Pasal 7 UUD 1945 (sebelum di amandemen).
UUD 1945 terlalu banyak memberi kewenangan kepada kekuasaan
Presiden untuk mengatur hal-hal penting dengan Undang-undang.
Presiden juga memegang kekuasaan legislatif sehingga Presiden dapat
merumuskan hal-hal penting sesuai kehendaknya dalam Undang-undang.

Tidak mengubah Pembukaan Undang-Undang

Dasar 1945, sistematika, aspek kesejarahan


dan orisinalitasnya.
Tetap mempertahankan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).
KESEPAKATAN
PANITIA AD
Mempertegas Sistem Pemerintahan
HOC
TENTANG PERUBAHAN
Presidensial.

UUD
45 UUD 1945 ditiadakan serta hal-hal
Penjelasan
normatif dalam penjelasan dimasukkan dalam
pasal-pasal.
Perubahan dilakukan dengan cara adendum.

Deskripsi Singkat Struktur


Ketatanegaraan RI Sebelum
Amandemen UUD 1945:

Undang-Undang Dasar merupakan hukum


tertinggi, kemudian kedaulatan rakyat
diberikan seluruhnya kepada MPR (Lembaga
Tertinggi). MPR mendistribusikan
kekuasaannya (distribution of power) kepada 5
Lembaga Tinggi yang sejajar kedudukannya,
yaitu Mahkamah Agung (MA), Presiden, Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Pertimbangan
Agung (DPA) dan Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK).

DASAR PEMIKIRAN PERUBAHAN


UUD 1945
Rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggaraan

negara belum cukup didukung ketentuan konstitusi yang


memuat aturan dasar tentang kehidupan yang
demokratis, supremasi hukum, pemberdayaan rakyat,
penghormatan hak asasi manusia dan otonomi daerah. Hal
ini membuka peluang bagi berkembangnya praktek
penyelengaraan negara yang tidak sesuai dengan
Pembukaan UUD 1945, antara lain sebagai berikut:
a. Tidak adanya check and balances antar lembaga negara
dan kekuasaan terpusat pada presiden.
b. Infra struktur yang dibentuk, antara lain partai politik
dan organisasi masyarakat.
c. Pemilihan Umum (Pemilu) diselenggarakan untuk
memenuhi persyaratan demokrasi formal karena seluruh
proses tahapan pelaksanaannya dikuasai oleh pemerintah.
d. Kesejahteraan sosial berdasarkan Pasal 33 UUD 1945
tidak tercapai, justru yang berkembang adalah sistem
monopoli dan oligopoli.

HIERARKHI PERUNDANGUNDANGAN
Menurut TAP MPRS XX Tahun 1966:
UUD 1945
TAP MPR
UU/PERPU
Peraturan Pemerintah
Keputusan Presiden
Peraturan Menteri
Instruksi Menteri

HIERARKI PERUNDANGUNDANGAN

Menurut TAP MPR III Tahun 2000:


UUD 1945
TAP MPR
UU
PERPU
PP
Keputusan Presiden
Peraturan Daerah

TATA URUTAN PERATURAN PERUNDANGAN UNDANGAN RI


( UU NO.10 TAHUN 2004 )

UUD 1945
UU / PERPU
PERATURAN PEMERINTAH
PERATURAN PRESIDEN
PERDA
PERDA PROV.
PERDA KAB/KOTA
PERDA DESA / SETINGKAT

TATA URUT PERATURAN PERUNDANGUNDANGAN


PERATURAN DASAR (UUD, PERUBAHAN UUD,
PIAGAM DASAR (UUD : Naskah Induk;PERUBAHAN
UUD : Naskah Perubahan;PIAGAM DASAR : Piagam Dasar
HAM misal UUD meliputi pembukuan dan batang tubuh

UU/PERPU/JURISPRUDENSI
PP & PERATURAN PRESIDEN
PERMEN/PERATURAN PEJABAT SETINGKAT MENTERI
PERDA PROVINSI
PERATURAN GUBERNUR
PERDA KAB/KOTA
PERATURAN BUPATI/WALIKOTA
PERATURAN DESA

Undang-Undang Dasar merupakan hukum

tertinggi, kemudian kedaulatan rakyat


diberikan seluruhnya kepada MPR
(Lembaga Tertinggi). MPR mendistribusikan
kekuasaannyaSingkat
(distributionStruktur
of power)
Deskripsi
kepada 5 Lembaga Tinggi yang sejajar
Ketatanegaraan
RI Sebelum
kedudukannya, yaitu Mahkamah
Agung
(MA), Presiden, Dewan
Perwakilan
Amandemen
UUD
1945:Rakyat
(DPR), Dewan Pertimbangan Agung (DPA)
dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Undang-Undang Dasar merupakan hukum

tertinggi dimana kedaulatan berada di tangan


rakyat dan dijalankan sepenuhnya menurut
UUD. UUD memberikan pembagian kekuasaan
(separation of power) kepada 6 Lembaga
Negara dengan kedudukan yang sama dan
sejajar, yaitu Presiden, Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),
Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK), Mahkamah Agung
(MA), dan Mahkamah Konstitusi (MK).

LEMBAGA NEGARA

1. MPR (PS 2 DAN 3)


2. PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN (PS 4 S/D 16)
3. DPR (PS 19 S/D 22B)
4. DPD (PS 22C S/D 22D)
5. BPK (PS 23E S/D 26G)
6. MA (PS 24 S/D 24A)
7. KOMISI YUDISIAL (PS 24B)
8. MAHKAMAH KONSTITUSI (PS 24C S/D 25)

UUD 1945

BPK
kpu

Presiden
bank
sentral

DPR

MPR

DPD

MA

MK
KY

kementerian negara
dewan
pertimbangan
TNI/POLRI

Perwakilan BPK
Provinsi

Pemerintahan Daerah
Provinsi

Lingkungan
Peradilan Umum
Lingkungan
Peradilan Agama

Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota
Bupati/
Walikota

Lingkungan
Peradilan Militer
Lingkungan
Peradilan TUN

DPRD

Lembaga-lembaga Negara yang memegang kekuasaan


menurut UUD

DPR

Pasal 20 (1)*
Memegang
kekuasaan
membentuk UU

Presiden

Pasal 4 (1)
Memegang
kekuasaan
pemerintahan

MA

MK

Pasal 24 (1)
Kekuasaan kehakiman
merupakan kekuasaan
yang merdeka untuk
menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan
hukum dan keadilan

ANGGOTA
DPR
dipilih
melalui
pemilu

Presiden dan Wakil


Presiden dipilih dalam
satu pasangan secara
langsung oleh rakyat
Pasal 6A (1)

MPR

Pasal 2 (1)****

Presiden/
Wakil
Presiden

ANGGOTA
DPD
dipilih
melalui
pemilu

Pres dan WaPres


memegang jabatan
5 Th, dan dapat
dipilihkembali
dalam untuk 1 X
masa jabatan.
(Pasal 7)

Pengusulan Pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden

DPR
Pendapat DPR bahwa Presiden
dan/atau Wakil Presiden telah
melakukan pelanggaran hukum
ataupun telah tidak lagi
memenuhi syarat
[Pasal 7B (2)***]

Pengajuan permintaan DPR


kepada MK hanya dapat
dilakukan dengan dukungan
sekurang-kurangnya 2/3 dari
jumlah anggota yang hadir
dalam sidang paripurna yang
dihadiri oleh sekurangkurangnya 2/3 dari jumlah
anggota
[Pasal 7B (3)***]

MK
wajib memeriksa,
mengadili, dan memutus
paling lama 90 hari setelah
permintaan diterima
[Pasal 7B (4)***]

MPR
DPR
menyelenggarak
an sidang
paripurna untuk
meneruskan usul
pemberhentian
kepada MPR
[Pasal 7B (5)***]

terbukti

tidak
terbukti

wajib
menyelenggarakan
sidang untuk
memutuskan usul DPR
paling lambat 30 hari
sejak usul diterima
[Pasal 7B (6)

Keputusan diambil dalam


sidang paripurna, dihadiri
sekurang-kurangnya 3/4
jumlah anggota, disetujui
sekurang-kurangnya 2/3
jumlah yang hadir,
setelah Presiden
dan/atau wakil presiden
diberi kesempatan
menyampaikan
penjelasan
[Pasal 7B (7)***]

Presiden
dan/atau
Wakil
Presiden
terus
menjabat

usul DPR tidak


diterima
usul DPR
diterima

Presiden
dan/atau Wakil
Presiden
diberhentikann

MPR

Presiden

mengajukan dua
calon Wapres

selambat-lambatnya
dalam waktu 60 hari
menyelenggarakan sidang
MPR untuk memilih
Wapres

Wapres
terpilih

Anda mungkin juga menyukai