I.
DEFINISI
Demensia adalah suatu sindrom yang terdiri dari gejala-gejala gangguan
Demensia adalah kumpulan gejala klinik yang disebabkan oleh berbagai latar
belakang penyakit dan ditandai oleh hilangnya memori jangka pendek, gangguan
global fungsi mental, termasuk fungsi bahasa, mundurnya kemampuan berfikir
abstrak, kesulitan merawat diri sendiri, perubahan perilaku, emosi labil dan
hilangnya pengenalan waktu dan tempat, tanpa adanya menimbulkan gangguan
dalam pekerjaan, aktifitas harian dan sosial. (2)
NINCDS-ADRDA (the National Institute of Neurological and Communicate
Disorders Stroke-Alzheimers Disease and Related Disorders Association Work
Group)
Demensia dalah kemunduran memori dan fungsi kognisi lain dibanding
tingkat fungsi sebelumnya berdasarkan riwayat kemunduran kognisi dan
gangguan yang terlihat. Pada pemeriksaan klinis dan tes neuropsikologi.
Diagnosis tidak dapat dibuat bila terjadi gangguan kesadaran, delirium, somnolen,
spoor atau koma bila terdapat gangguan klinik lain yang menganggu evaluasi
status mental. (2)
II.
EPIDEMIOLOGI
Di antara demensia pada dewasa ini, penyakit dengan demensia yang
Serikat dan Eropa, maka makin tua populasinya makin banyak kasus AD, dimana
pada populasi umur 80 tahun didapati 50% penderita AD. (3)
III.
FAKTOR RESIKO
umur
tua, berdasarkan jumlah yang diharapkan lebih besar dari penuaan wanita,
sedangkan VAD sedikit lebih umum terjadi pada laki-laki. (5)
Buta huruf dan pendidikan
Di satu sisi, buta huruf atau prestasi pendidikan yang rendah telah terbukti
menjadi faktor risiko yang kuat untuk demensia. Di sisi lain, kegiatan untuk
menstimulasi intelektual , keterikatan dengan sosial, atau fisik dapat menurunkan
risiko demensia. Situasi ini tidak berbeda di negara-negara berkembang, di mana
survei secara konsisten mengidentifikasi pendidikan yang rendah sebagai faktor
risiko demensia. Namun, dalam beberapa komunitas, tingkat pendidikan, diindeks
oleh tahun sekolah dasar, belum tentu memberikan kontribusi untuk prevalensi
rendah. Buta huruf yang rendah sering dikaitkan dengan kemiskinan atau status
sosial ekonomi rendah, yang juga berhubungan dengan kesehatan yang lebih
buruk, akses yang lebih rendah untuk perawatan kesehatan, dan peningkatan
risiko demensia.(5)
Stroke dan penyakit vaskular
Stroke merupakan masalah yang selalu bertambah di negara-negara
berkembang dan merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan jangka
panjang. Akumulasi bukti menunjukkan bahwa cedera stroke dan faktor vaskular
meningkatkan risiko AD dan demensia lainnya. Faktor vaskular, seperti hipertensi,
dislipidemia, hiperinsulinemia dan diabetes tipe 2, obesitas, aterosklerosis
subklinis, dan aritmia, terkait dengan risiko yang lebih besar dari penurunan
kognitif dan demensia. Studi di Amerika Latin juga menunjukkan bahwa sindrom
metabolik menggandakan risiko gangguan kognitif, dan secara signifikan
berhubungan dengan ketergantungan fungsional, depresi, dan rendahnya kualitas
hidup.(5)
IV.
KLASIFIKASI DEMENSIA
Demensia terbagi atas 2 dimensi:
Demensia kortikal
Demensia subkortikal
V.
Demensia vaskular
Ireversibel
-
Demensia Alzheimer
DIAGNOSIS
5
terutama
kognitif
dibandingkan
dengan
sebelumnya,
awitan
endokrin (hipertiroid/hipotiroid),
kebiasaan
merokok,
penyakit
jantung,
diabetes
hipertensi,
mellitus, neoplasma,
hiperlipidemia
dan
aterosklerosis. (2)
Riwayat Neurologis
Riwayat Keluarga
Riwayat demensia, gangguan psikiatri, depresi, penyakit Parkinson,
Sindrom Down, dan retardasi mental. (2)
7
Pemeriksaan fisis
Pemeriksaan fisik umum merupakan komponen rutin dalam pemeriksaan
demensia. Hal tersebut dapat mengungkap bukti adannya penyakit sistemik yang
menyebabkan disfungsi otak, seperti hepar yang membesar dan ensefalopati
hepatic, atau mungkin menunjukkan penyakit sistemik yang berhubungan dengan
proses pada sistem saraf pusat. Temuan neurologis fokal, seperti hiperfleksia atau
kelemahan asimetris, lebih sering dijumpai pada penyakit vascular daripada
degeneratif.(4)
Pemeriksaan Fisik Umum
Terdiri dari pemeriksaan medis umum sebagaimana yang dilakukan dalam
praktik klinis. (2)
Pemeriksaan Neurologis
Adanya tekanan intracranial yang meningkat, gangguan neurologis fokal
(misalnya gangguan berjalan, gangguan motorik, sensorik, otonom, koordinasi,
gangguan penglihatan, pendengaran, keseimbangan, tonus, otot, gerakan
abnormal/apraksia, dan adanya reflex patologis. (2)
Pemeriksaan Neuropsikologi
Meliputi
evaluasi
memori,
orientasi,
bahasa,
kalkulasi,
praksis,
pemeriksaan tersebut dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, sosial, dan budaya. (2, 6)
a. Contoh MMSE
10
b. Gambar CDT
11
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan yang dianjurkan oleh American Academy of Neurology,
berupa pemeriksaan darah lengkap, termasuk elektrolit, fungsi ginjal, fungsi hati,
hormon tiroid dan kadar vitamin B12. Pemeriksaan HIV dan neurosifilis
dianjurkan untuk penderita resiko tinggi. Pemeriksaan cairan otak dilakukan
hanya atas indikasi. (2)
Pemeriksaan Imaging
CT-Scan atau MRI dapat menunjukkan kelainan struktural, sedangkan
Positron Emission Tomography (PET) dan Single Photon Emission Computerized
Tomography (SPECT) digunakan untuk pemeriksaan fungsional. Pemeriksaan ini
dapat mendeteksi adanya : (2)
leukoensefalopati
Atrofi fokal terutama pada lobus temporalis medial yang khas pada
Alzheimer Demensia
Infark serebri, perdarahan subdural atau tumor otak.
kecil
yang
tampak
seperti
Pemeriksaan EEG
EEG tidak menunjukkan kelainan yang spesifik dan pada stadium lanjut
dapat ditemukan adanya perlambatan umum dan kompleks periodik. (2)
Pemeriksaan Genetika
Pemeriksaan genetika belum merupakan pemeriksaan rutin, dalam
penelitian dilakukan untuk mencari marka APOE e4, dan lain-lain. (2)
12
VI.
DIFERENSIAL DIAGNOSIS
Delirium
Delirium adalah keadaan akut dan serius, dapat mengancam jiwa. Dapat disebabkan
oleh berbagai penyakit, gangguan metabolik dan reaksi obat. (2)
Perbedaan klinis Delirium dengan Demensia
Delirium
Demensia
Biasanya reversibel
Biasanya irreversible
penyakit
Fluktuasi dari jam kejam
nyata
13
fase lanjut
Pseudodemensia
Depresi dapat mempengaruhi status kognisi penyandang, oleh sebab itu sebelum
mencari etiologi demensia perlu dipastikan apakah penyandang mengalami demensia
atau pseudodemensia karena depresi. (2)
Gambaran klinis
Pseudodemensia
Demensia
Awitan (onset)
Perlahan, berbulan-bulan
tingkah laku
Mood /tingkah
laku
penyandang berusaha
meminimalkan /merasionaliasasi
objektif baik
kekurangannya
Jelek
Normal
Ansietas, insomnia,
anoreksia
Pandangan tentang
diri sendiri
Keluhan terkait
dalam berbulan-bulan-bertahun
Durasi
Rujukan sendiri
Riwayat hidup
Riwayat psikiatri
14
sebelumnya
VII.
TERAPI
Terapi diberikan
15
2. faktor resiko
Factor merugikan
Factor bermanfaat
- Hipertensi, Diabetes Mellitus, - Memanfaatkan waktu luang untuk
Hiperlipidemia
-
Merokok,
aktivitas
penyakit
(intellectual
hiperhomosisteinemia,
posmenopouse
intelektual
estrogen
ikan
laut
dan
lemak
1. Lupa menaruh benda, lupa janji, lupa nama orang, lupa wajah orang, lupa
peristiwa dan sebagainya
2. Terdapat gangguan dalam mengingat kembali (recall)
3. Terdapat gangguan dalam mengambil kembali informasi yang telah
tersimpan dalam memori (retrieval)
4. Tidak ada gangguan dalam mengenal kembali sesuatu apabila diberi
isyarat (recognition)
16
17
tanpa tergantung pada orang lain. Judgement biasanya masih baik. Gejala
behavior berupa apati, depresi, menarik diri.
2. Moderate AD ditandai dengan penderita mengalami kemunduran recent
memory, orientasi dan insight. Untuk aktivitas hariannya sudah mulai
terganggu sehingga membutuhkan alat bantu (misalnya buku catatan
harian). Dalam berpakaian kadang memerlukan bantuan. Manifestasi
behavior meliputi agitasi, waham dan gangguan pola tidur dan bisa
ngeluyur/wondering.
3. Severe AD ditandai kemunduran bermakna pada aktivitas hariannya
(makan, mandi, berpakaian dan lain-lain). Memerlukan pengawasan dan
bantuan terus menerus. Komunikasi sangat terbatas.
Pada stadium akhir AD hanya berbaring di tempat tidur/bedridden, dengan posisi
fleksi/flexion deformities, hanya diam/mute dan kesulitan menelan/disfagi, berat
badan menurun. (2)
VIII. 3. Diagnosis
Kriteria Diagnosis berdasarkan National Institute of Communicative Disorders
and Stroke and the Alzheimers Disease and Related Disorders Association
(NINCDS-ADRDA) diagnosis AD diklasifikasikan menjadi 3 adalah: (2,7)
1. Definite AD ;
Kriteria klinis untuk kemungkinan penyakit Alzheimer (probable
AD)
Histopatologi positif Alzheimer dari hasil otopsi, terdapat
progresif
Umur saat onset 40-90 tahun, paling sering >65 tahun
3. Possible AD
Adanya sindom demensia, tanpa adanya penyakit neurologis,
psikiatris atau sistemik yang dapat menyebabkan demensia ; dan
19
5. Pemeriksaan neuropsikologi
Dipilih tes neuropsikologi yang sesuai untuk pemeriksaan domain kognitif
orientasi, atensi, dan konsentrasi, memori (recall dan recognition), bahasa,
praksis, pemecahan masalah/problem solving antara lain dengan MMSE,
CDR, GDR, dan HIS (untuk membedakan demensia vaskuler atau
nonvaskuler)
VIII.5. Terapi
Terapi farmakologis antara lain : (2)
1. Kholinesterase inhibitor.
Pemberian obat ini untuk pemecahan asetilkolin. Obat ini diindikasikan
untuk demensia ringan dan demensia sedang. Yang termasuk obat ini
antara lain:
- Donepenzil HCl merupakan reversible inhibitor asetilkolin esterase
inhibitor dengan pengaruh minimal pada kholinesterase perifer. Dosis
5mg/hari setelah 4 minggu dapat ditingkatkan menjadi 10mg/hari
untuk Alzheimers Demensia ringan - sedang (MMSE 10-26)
dilanjutkan selama 15 minggu.
20
DEMENSIA VASKULAR
IX.1. Etiologi
Beberapa kategori penyakit serebrovaskuler yang dapat penyebab
demensia vaskuler : (2)
1. Infark multipel pembuluh darah
2. Strategic single infark; ialah infark/ oklusi pada pembuluh darah yang
memberi vaskularisasi daerah berkaitan dengan fungsi kognitif terutama
memori misalnya oklusi arteri serebri posterior menyebabkan infark
thalamus bilateral, daerah medialis temporal. Oklusi arteri serebri anterior/
syndrome arteri anterior menyebabkan infark frontal bilateral.
3. Penyakit pembuluh darah kecil/small vessel disease; multipel lakunar
infark basal ganglia atau subkortikal atau periventrikuler white matter
antara lain Binswanger disease.
4. Hipoperfusi global karena henti jantung/cardiac arrest.
5. Hemorrhagic cerebrovascular disease; ICH, SDH, SAH.
6. Kombinasi dari penyebab di atas.
21
22
- Pertimbangan
- Kontrol motorik
2. Penyakit serebrovaskular (disertai dengan riwayat dan adanya gambaran
klinik)
3. Waktu perlangsungan (3 bulan)
IX. 3. Diagnosis
Diagnosis VaD ditegakkan melalui tahapan sebagai berikut : (2)
1. Mencari factor resiko dan proses vaskuler yang mendasari kelainannya :
melakukan anamnesis dengan cermat: kapan mulai terjadi perubahan daya
ingat, tingkah laku dan lain-lain. Apakah terjadi mendadak atau perlahanlahan. Melakukan pemeriksaan fisik neurologis dengan teliti untuk
mencari kelainan fokal neurologi.
2. Melakukan tes neuropsikologi sederhana sebagai penapisan ada atau tidak
tanda demensia dengan memakai instrument Mini Mental State
Examination (MMSE).
Apabila ada demensia maka dilanjutkan dengan pemeriksaan untuk
menentukan apakah demensia vaskuler atau demensia non-vaskuler.
3. Melakukan pemeriksaan penunjang pencitraan otak (Imaging)
- CT-Scan kepala
Lesi periventrikuler dan substansia alba luas : patchy atau difus
simetris dengan atenuasi rendah (densitas menengah antara substansia alba
dan liquor dalam ventrikel) dengan pinggir yang tidak tegas yang meluas
ke centrum semiovale, dan paling sedikit satu infark lakuner.
- MRI
23
e. Perubahan sinyal yang luas dalam substansia alba karena penyakit arteriosklerosis.
24
Pirasetam
Gingko biloba
Citicolin
25