BAB II
TINJAUAN UMUM
Hal 12
Teknik Arsitektur
Universitas Atmajaya Yogyakarta
Hal 13
terjadi tanggal 12 November 1876, mulai dipasang lintas Ulele - Kota Raja (Banda
Aceh). Kereta api ini dipasang oleh Departemen Peperangan (DVO) untuk keperluan
perang Aceh dengan lebar sepur 70 cm. Tanggal 1 Juni 1891 mulai dipasang lintas
Pulu Aer - Padang untuk kepentingan tambang batubara. Tahun 1912 mulai dipasang
lintas Teluk Betung Perabumulih, Juli 1886 oleh perusahaan DSM (Deli Spoorweg
My) dipasang lintas Labuhan - Medan. Untuk Sulawesi mulai tanggal 1 Juli 1923
telah dipasang oleh SS lintas Makassar - Takalar dan beberapa tahun kemudian
operasinya dihentikan karena terlalu berat biaya eksploitasinya. Menjelang
berakhirnya pemerintahan Belanda SS daerah eksplotasinya dibagi sebagai berikut:
SS/OL = Jawa Bagian Timur, SS/WL = Jawa Bagian Barat, ZSS = Sumatera Selatan,
WSS = Sumatera Barat, Aceh Tram = Aceh, dan semuanya berpusat di Bandung.
Pada masa pendudukan Jepang (1 Maret 1942 - 17 Agustus 1945) semua
perkeretaapian di Jawa dikuasai oleh pemerintah angkatan darat (Rikuyun). Semua
perusahaan kereta api disatukan dengan nama Rikuyu Kyoku. Sedangkan
perkeretaapian di Sumatera di bawah pemerintahan angkatan laut Jepang (Kaigun)
dengan nama Tetsudo Tai dengan pusat di Bukit Tinggi.
Setelah Republik Indonesia berdiri, perkeretaapian Indonesia diambil alih
oleh pemerintah Republik Indonesia. Tanggal 28 September 1945 secara resmi
lahirlah Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI) berpusat tetap di
Bandung yang meliputi perusahaan kereta api di Jawa dan Madura. Pada waktu itu di
Sumatera masih di bawah pendudukan Belanda di bawah SS/VS (Staatspoorweg En
Verenigde Spoorweg Bedrijr).Setelah negara RI menjadi negara kesatuan pada
Januari 1950, DKARI berubah menjadi DKA. Berdasarkan UU No. 19 dengan
Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1963. terhitung 22 Mei 1963 Status perusahaan
kereta api di Indonesia berubah menjadi Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA).
Sedangkan di Sumatera, Deli Spoorweg My terhitung 1957 dinasionalisasi dan masuk
di bawah perusahaaan api pemerintah pada saat itu dan kemudian bergabung menjadi
PNKA. Dengan adanya penetapan melalui PP No. 01 Tahun 1971 status
perkeretaapian kita berubah menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA).
Berdasarkan PP No. 57 tahun 1990, yang berlaku efektif mulai tanggal 1 Januari
Teknik Arsitektur
Universitas Atmajaya Yogyakarta
Hal 14
1991 berubah menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka). Pada tahun 1992,
pemerintah mengeluarkan UU No. 13 tahun 1992 tentang perkeretaapian. Dengan
keluarnya UU tersebut, maka banyak peraturan perkeretaapian sejak jaman Belanda
dinyatakan tidak berlaku lagi. Dan sekarang statusnya berubah menjadi PT. Kereta
Api (Persero) berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1998 tentang
pengalihan bentuk badan Perusahaan Umum (Perum) Kereta Api menjadi PT. Kereta
Api (Persero). Sekarang UU Perkeretaapian yang terbaru adalah UU No. 23 tahun
2007. Pada UU No. 23 tahun 2007 disebutkan bahwa pemerintah telah membuka
kesempatan bagi pihak swasta untuk ikut mengembangkan bisnis perkeretaapian di
Indonesia.
2.1.3
Teknik Arsitektur
Universitas Atmajaya Yogyakarta
Hal 15
Teknik Arsitektur
Universitas Atmajaya Yogyakarta
Hal 16
2.1.2
1. Rel merupakan batangan baja yang dibuat agar kereta api dapat berjalan di
atasnya.
2. Menara sinyal merupakan tempat untuk mengatur jalan keluar masuknya
kereta api ke stasiun serta memberikan informasi antara stasiun satu dengan
stasiun yang lainnya.
Teknik Arsitektur
Universitas Atmajaya Yogyakarta
Hal 17
Inspeksi terjadwal
Pemeliharaan harian
b.
Perawatan
Perawatan harian meliputi :
-
Teknik Arsitektur
Universitas Atmajaya Yogyakarta
Hal 18
Inspeksi dilakukan pada saat diluar jam sibuk atau pada saat malam
hari setelah kereta beroperasi.
2.3
Teknik Arsitektur
Universitas Atmajaya Yogyakarta
Hal 19
c. Emplasemen langsir
Emplasemen ini berfungsi untuk memisahkan gerbong gerbong kereta
api barang dalam kelompok kelompok menurut jurusan dan tempat
tujuannya. Karena dalam proses pengelompokan gerbong ini mengganggu
ketentraman umum maka emplasemen ini harus dijauhkan dari
permukiman dan tempat umum.
d. Emplasemen penyusun / depo kereta
Emplasemen ini bertujuan untuk membersihkan, mengakhiri,
memperbaiki kerusakan kecil dan melengkapi kereta kereta kembali
menjadi rangkaian kereta api untuk disiapkan di sepur berangkat di
emplasemen penumpang.
e. Emplasemen depo lokomotif
Emplasemen ini selain sebagai tempat perawatan juga berfungsi sebagai
tempat peralihan dari jalan dataran ke jalan pegunungan untuk pergantian
lokomotif dan di tempat tempat yang harus melayani lokomotif
lokomotif untuk keperluan di emplasemen lansir.
2.4
Teknik Arsitektur
Universitas Atmajaya Yogyakarta
Hal 20
jauh dari sepur kereta api, melainkan dapat dicapai dengan memasang sepursepur isolasi.
2.
3.
a.
b.
c.
d.
4.
b. Stasiun pararel
Biasanya pada stasiun ini gedungnya sejajar dengan sepur sepur.
Teknik Arsitektur
Universitas Atmajaya Yogyakarta
Hal 21
c. Stasiun pulau
Biasanya gedung stasiun ini terletak ditengah tengah jalur kereta api.
d. Stasiun semenanjung
Biasanya gedung stasiun ini terletak di sudut antara dua sepur yang
bergandengan.
Teknik Arsitektur
Universitas Atmajaya Yogyakarta
Hal 22
2.
b.
Hal 23
c.
3.
Teknik Arsitektur
Universitas Atmajaya Yogyakarta
Hal 24
4.
Stasiun jenis ini terletak di pusat kota. Beberapa stasiun jenis ini adalah
bangunan-bangunan bersejarah dan melayani transportasi intermoda. Para
penumpang dapat berganti moda transportasi dari kereta ke taksi atau bus.
Di dalam stasiun ini juga biasanya terdapat toko-toko, restoran dan
fasilitasfasilitas lainnya. Stasiun ini juga bisa saja melayani rute internasional,
dan mempunyai fasilitas city check-in. Contoh Stasiun City Center Terminal
adalah Union Station di Kansas City, dan Grand Central terminal di New
York City, Amerika Serikat.
b.
Rail-to-rail Interchanges
c.
Road-rail Stations.
Stasiun Road-rail adalah suatu tipe stasiun yang baru dan menarik dari
terminal Intermoda. Stasiun ini melayani kendaraan bukan manusia.
Kendaraan-kendaraan bermotor seperti mobil atau motor dimuat ke atas
gerbong kereta dan dikirim dengan kereta melalui jalan yang sulit ditempuh
oleh mobil seperti melalui terowongan bawah laut, terowongan yang melalui
gunung.
d.
Bus-to-rail Interchanges
Teknik Arsitektur
Universitas Atmajaya Yogyakarta
Hal 25
e.
Stasiun jenis ini melayani pergantian moda transportasi dari mobil ke kereta
atau sebaliknya. Stasiun ini mempunyai fasilitas parkir yang banyak. Parkway
stations saat ini sedang banyak dikembangkan di Inggris.
f.
Rail-to-sea interchanges
Stasiun jenis ini melayani pergantian moda transportasi dari kereta ke kapal
laut. Ada dua jenis stasiun jenis ini. Tipe yang pertama sangat jarang ditemui.
Pada tipe ini kereta diamsukkan ke dalam ferry khusus untuk kereta.
Sedangkan tipe yang kedua adalah tipe yang lazim ditemui, yaitu penumpang
turun dari kereta untuk kemudian naik ke atas kapal.
g.
Suburban Stations
Stasiun jenis ini adalah jenis stasiun yang terletak di dalam kota dan biasanya
melayani kereta komuter.
h.
Stasiun ini melayani kereta yang berjenis LRT (Light Rail Train) yang
melayani transportasi dalam kota, dan letaknya selevel dengan jalan raya.
Bentuk fisik stasiun ini biasanya sederhana dan efisien. Terdiri dari platform
pendek, kanopi pendek dan beberapa tempat duduk, dan tempat penjualan
tiket.
i.
Stasiun jenis ini biasanya terletak di daerah kota kecil dan hanya terdiri dari
platform dan sebuah kanopi untuk menunggu.
Teknik Arsitektur
Universitas Atmajaya Yogyakarta
Hal 26
j.
Underground stations
Stasiun jenis ini terletak di bawah tanah dan dibuat untuk melayani keretakereta dengan jalur di bawah tanah. Jalur bawah tanah biasanya cukup rumit
dan seringkali terjadi pemotongan-pemotongan jalur oleh jalur lain, hal ini
mengakibatkan bentuk stasiun yang penuh dengan elemen-elemen penunjang
sirkulasi seperti tangga, eskalator, dan lift.
k.
Stasiun ini dibuat dekat dengan lokasi stadion olahraga, dimana pada waktu
waktu tertentu orang datang dalam jumlah besar untuk menonton
pertandingan, tapi di waktu lain kosong.
l.
Stasiun jenis ini dibuat sebagai perhentian utama jalur kereta antar negara.
Terminalnya biasanya dibuat untuk memberikan kesan pertama yang baik
bagi wisatawan asing.
m.
Airport Stations
Walaupun airport biasanya diberi nama sesuai dengan kota tempat bandara itu
berada, tetapi lokasi bandara tersebut biasanya terletak di luar kota tersebut.
Untuk mempersingkat waktu perjalanan menuju bandara, diperlukan
transportasi pengangkut massa yang menghubungkan pusat kota dengan
bandara. Dengan banyaknya kemacetan lalu lintas yang terjadi, maka kereta
dianggap salah satu solusi terbaik untuk mengatasi masalah ini. Bandara
adalah tempat yang sibuk, dan beberapa orang sangat memerlukan adanya
ketepatan waktu. Oleh karena itu, pelayanan kereta bandara tidak hanya harus
dapat mengangkut penumpang tapi juga barang. Selain itu layanan kereta
bandara harus bisa dimanfaatkan selama 24 jam. Beberapa dari stasiun ini
dirancang agar menjadi `Parkway Station`. Karena biasanya stasiun-stasiun
ini berlokasi di luar kota, maka bisa membuat lahan parkir yang cukup besar.
Teknik Arsitektur
Universitas Atmajaya Yogyakarta
Hal 27
n.
2.5
A.
1.
Teknik Arsitektur
Universitas Atmajaya Yogyakarta
Hal 28
2.
Hal 29
3.
4.
Teknik Arsitektur
Universitas Atmajaya Yogyakarta
Hal 30
B.
1.
Kereta Api Rel Konvensional Kereta Api adalah kereta api yang
menggunakan rel dua batang besi yang diletakan di bantalan. Pada daerah
tertentu yang memiliki tingkat ketinggian curam, digunakan rel bergerigi yang
diletakkan di tengah-tengah rel tersebut serta menggunakan lokomotif khusus
yang memiliki roda gigi.
2.
Teknik Arsitektur
Universitas Atmajaya Yogyakarta
Hal 31
C.
1.
2.
Teknik Arsitektur
Universitas Atmajaya Yogyakarta
Hal 32
D.
Teknik Arsitektur
Universitas Atmajaya Yogyakarta
Hal 33
2.
3.
4.
Teknik Arsitektur
Universitas Atmajaya Yogyakarta
Hal 34
2.6
b.
c.
hall:
2.
3.
loket karcis
4.
ruang tunggu
5.
ruang informasi
6.
7.
8.
9.
10.
Gedung untuk kegiatan penunjang stasiun kereta api, yang terdiri atas:
1.
pertokoan;
2.
restoran;
3.
perkantoran;
4.
perparkiran;
5.
perhotelan; dan
6.
Gedung untuk kegiatan jasa pelayanan khusus di stasiun kereta api, yang
terdiri atas:
1.
2.
3.
pergudangan;
4.
parkir kendaraan;
5.
penitipan barang;
Teknik Arsitektur
Universitas Atmajaya Yogyakarta
Hal 35
6.
7.
J. Honing
Ruang ruang dalam stasiun menurut Honing (1981:7475) terbagi
menjadi 3 macam, yaitu sebagai berikut :
a. Stasiun kecil :
Ruang kepala stasiun
Ruang tunggu
Emperan penumpang
Ruang tiket
Gudang barang
Toilet
b. Stasiun sedang :
Ruang kepala stasiun
Ruang tiket
Restoran (tempat Makan)
Ruang tunggu kelas 1,2 dan 3
Toilet
Gudang barang
Emperan penumpang
c. Stasiun besar :
Ruang kepala stasiun
Ruang wakil kepala stasiun
Ruang staff stasiun
Teknik Arsitektur
Universitas Atmajaya Yogyakarta
Hal 36
Reservasi tiket
PPKA (Pimpinan perjalanan kereta api)
POLSUSKA
Ruang tiket
Restoran (tempat Makan)
Ruang tunggu kelas 1 dan 2
Ruang tersendiri kelas 3
Toilet
Gudang barang
Emperan penumpang
Handinoto
Menurut Handinoto (1999:51) dalam Triwinarto (1997:94) bangunan stasiun
pada umumnya terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut :
1. Halaman depan/Front area
Halaman depan berfungsi sebagai perpindahan dari sistem transportasi jalan baja ke
sistem transportasi jalan raya atau sebaliknya. Adapun halaman depan stasiun adalah
sebagai berikut :
Terminal kendaraan umum
Parkir kendaraan
Bongkar muat barang
2. Bangunan stasiun
Bangunan stasiun pada umumnya terdiri dari :
Ruang depan (hall atau vestibule)
Loket
Fasilitas administratif (kantor kepala stasiun & staff)
Fasilitas operasional (ruang sinyal, ruang teknik)
Kantin dan toilet umum
Teknik Arsitektur
Universitas Atmajaya Yogyakarta
Hal 37
3. Peron
Peron pada umumnya terdiri dari :
Tempat tunggu.
Naik-turun dari dan menuju kereta api.
Tempat bongkar muat barang.
4. Emplasemen
Emplasemen pada umumnya terdiri dari :
Sepur lurus dan Sepur belok
Peron
2.7
a.
Hemat energy
Kereta api merupakan moda transportasi yang paling hemat energy bila
dihitung per-km/ penumpang yaitu sekitar 0,002 liter, sebagai
perbandingan bus mengkonsumsi 0,0125 liter per-km/penumpang.
sedang
Teknik Arsitektur
Universitas Atmajaya Yogyakarta
dan
jauh.
Terlebih
dengan
kemampuannya
Hal 38
Hemat lahan
Kereta api hanya membutuhkan jalur rel selebar 1067 mm, ditambah
dengan ruang besas dikanan dan kiri jalur kereta api.
Tidak polutif
Kereta api mengeluarkan emisi hasil pembakaran relative rendah, terlebih
dengan keberadaan kereta rel listrik dengan tingkat polusi mendekati nol.
Aman
Tingkat resiko berupa kematian penumpang kereta api akibat kecelakaan
yang paling rendah, yaitu sekitar 0,02 kematian setiap satu juta jam,
Bandingkan dengan kecelakaan perusahaan penerbangan sekitar 1
kematian dalam satu juta jam.
Teknik Arsitektur
Universitas Atmajaya Yogyakarta
Hal 39
b.
Teknik Arsitektur
Universitas Atmajaya Yogyakarta
Hal 40
2.8
Kesimpulan
SINTESA TEORI PERANCANGAN FASILITAS STASIUN
No
RuangRuang
Stasiun
7.
1.
2.
3.
Teknik Arsitektur
Universitas Atmajaya Yogyakarta
Hal 41