Presurre Vessel
Presurre Vessel
Prinsip-prinsip dan dasar-dasar serta referensi yang dipakai dalam manual ini :
1.
2.
3.
4.
Peraturan Pemerintah No. 11 tahun 1979 (LNG No. 18 TLN No. 3135).
5.
6.
ANSI/NB-23 National Board Inspection Code (a Manual for Boiler and Pressure Vessel
Inspectors).
7.
8.
9.
10. ASME Boilers and Pressure Vessels Code Section VIII Division I - Pressure Vessels.
11. ASME Boilers and Pressure Vessels Code Section VIII Division 2, Pressure Vessels
Alternative Rules.
12. ASME Welding Qualification Section IX.
13. API RP 572 Insspection of Pressure Vessel (Second Edition, Februari 2001).
14. API RP 510 Pressure Vessel Inspection Code: Maintenance Inspection, Rating, Repair
and Alteration (Jun 1997).
15. Standar Enjiniring Pertamina KP 8, Bejana Tekan.
3. INSPECTION PROCEDURE
3.1. Umum
A. Bejana tekan baru, diperbolehkan beroperasi pada kondisi seperti disyaratkan dalam design &
konstruksinya setelah mendapatkan izin penggunaan dari instansi yang berwewenang.
Untuk mendapatkan izin penggunaan, bejana tekan baru harus dilengkapi dengan laporan inspeksi dan
data-data yang lengkap yang meliputi :
a. Gambar Konstruksi (as build drawing),
b. Perhitungan design.
c. Data dari pabrik, meliputi :
Form U-l ASME
- Material certification
- Welding procedure Specification, procedure Qualification Record dan Welder Qualification.
- Dimentional Inspection.
- Non Destructive Testing Report.
- Hydrostatic/pneumatic Test record.
- Name plate rubbing.
Data-data tersebut diperlukan untuk memastikan bahwa vessel benar-benar dibuat memenuhi syaratsyarat untuk keperluan pemakaian.
B. Jangka waktu inspeksi bejana tekan pada kondisi operasi tertentu akan ditentukan oleh hasil inspeksi
sebelumnya.
C. Jika kondisi operasi akan dirubah, tekanan kerja yang diizinkan dan jangka waktu operasi sampai
inspeksi mendatang harus ditentukan untuk kondisi operasi yang baru.
3.2. Inspection Practices.
3.2.1. Modes of Deterioration and Failure.
a. Korosi disebabkan kontaminasi fluida (seperti sulphur, khlor, hydrogen, sulfida, hydrogen, karbon,
sianida, asam, air dll) dalam pressure vessel yang dapat bereaksi dengan logam.
b. Fatique (kelelahan bahan) disebabkan karena :
- Stress reversal (reaksi tegangan) pada tempat-tempat dengan tegangan mekanis tinggi (high stress
area).
- Suhu dan tekanan yang berubah-ubah (cyclic temp. and pressure changes).
- Perbedaan koefisien thermal expansi pada sambungan las similar metal. Akibat ini biasa disebut
thermal fatique.
c. Creep :
Adalah kerusakan yang bersifat permanen akibat dari suhu dan tegangan yang tinggi pada waktu
yang lama, terutama pada tempat-tempat tumpuan tegangan. Faktor-faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam menilai creep yaitu:
- Creep deformation & stress rupture.
- Creep crack growth.
- Efek hydrogen, Stress /Strain (sedikit dibawah Yield Point dan Extended period pada elevated
temperature (40 70% dari absolute melting temperature metal) terhadap creep.
- Interaksi antara creepp & fatigue.
- Kemungkinan efek metallurgy, meliputi pengurangan keuletan (ductility).
d. Brittle fracture (getas) disebabkan tegangan yang berlebihan pada suhu biasa (ambient) atau suhu
rendah (sub freezing temp.).
Low alloy steel (2% Cr, 1% Mo) sangat sensitive terhadap temper embrittlement. Temper
embrittlement adalah hilangnya keuletan/ductility dan notch/material, karena post weld heat
treatment atau suhu kerja yang tinggi di atas 700F/370C.
e. Kerusakan lain pada bejana tekan ialah stress corrosion, cracking, hydrogen attack, carburization,
graphitization dan erosi.
3.2.2. Kecepatan Korosi
Cara mendapatkan kecepatan korosi dari bejana tekan, adalah sebagai berikut :
a. Corrosion rate yang didapat dari pengalaman untuk service yang sama.
b. Dari data-data publikasi atau dari service lain yang dapat dibandingkan, bilamana service yang sama
tidak dapat diperoleh.
c. Dengan cara pengukuran selama on stream setelah pemakaian 1000 jam, yang menggunakan
corrosion monitoring device yang sesuai atau pengukuran tebal secara NDT. Hal ini harus dilakukan
dengan interval tertentu sampai data corrosion rate ini diperoleh.
Jika ternyata assumsi-assurnsi di atas tidak akurat maka untuk periode mendatang corrosion rate ini
harus dikoreksi dengan data yang diperoleh.
3.2.3. Inspeksi Terhadap Defect :
Bejana tekan harus diperiksa terhadap kemungkinan adanya distorsi yang tampak. Bilamana
diketahui atau diperkirakan terjadi distorsi, maka overall dimensi dari bejana tekan perlu dicheck
untuk mengetahui seberapa jauh/berapa serius distorsi tersebut. Bagian-bagian mana dari bejana
tekan yang harus diperiksa lebih teliti tergantung dari type dan kondisi operasi dari bejana tekan
tersebut. inspector harus familiar dengan kondisi operasi serta sebab-sebab karakteristik dari
kemungkinan-kemungkinan defect dan deterioration.
Pemeriksaan visual yang cermat adalah metoda pemeriksaan yang terutama dan diterima
sebagai metoda universil dalam inspeksi. Sedangkan metoda-metoda non destructive test yang lain
adalah sebagai pelengkap dari visual inspection terhadap bejana tekan magnetic particle untuk retak
atau defect memanjang dari bahan-bahan bersifat ferro magnetis, fluorescent atau dye penetrant.
Untuk retak-retak, porosity atau pin hole yang membuka dipermukaan atau surface imperfection
lainnya, (terutama untuk bahan-bahan non magnetis), radiography; ultrasonic thickness measurement
dan flaw detection; eddy current, mettalographic examination, acoustic emission testing, hammer
testing dan pressure testing.
Untuk keperluan diatas, bila perlu harus dilakukan surface preparation yang memadai yang
persyaratannya satu sama lain dapat berbeda. Jika metal surface tertutup dengan lining seperti :
insulation, refractory atau corrosion resistant lining, dan kondisinya masih baik dan tidak ada keraguraguan akan kondisi yang meng-khawatirkan dibalik lapisan tersebut, maka untuk keperluan inspeksi
bejana tekan, lining tersebut tidak perlu dibuka. Tetapi ada baiknya membuka sebagian kecil untuk
meneliti kondisi lining dan kondisi metal dibawahnya.
Bilamana ada deposit seperti coke yang secara normal diperkenankan berada disana, perlu
pula diteliti apakah deposit tersebut dapat memprotek permukaan metal dari deterioration; untuk ini
bilamana perlu deposit harus dilepaskan dari beberapa tempat yang kritis untuk penelitian. Bilamana
vessel dilengkapi dengan internal yang dapat dilepas, untuk keperluan pemeriksaan tidak perlu
melepas semua internal tersebut, asalkan dapat dipastikan bahwa bagian-bagian yang tidak dapat
dijangkau pemeriksaan, deteriorationnya tidak akan melebihi bagian-bagian yang dapat terjangkau
dan dapat di inspeksi secara intensif.
3.2.4. Bagian-bagian yang di inspeksi :
Bagian-bagian bejana tekan yang perlu diperiksa secara teliti umumnya adalah sebagai berikut :
a. Pemeriksaan permukaan shell dan head, kemungkinan terjadi cracks, bulges, blisters atau
keadaan/deterioration yang lain. Terutama yang perlu diperhatikan adalah skirt, support
attachment dan knuckle region dari head.
Bilamana terdapat tanda-tanda adanya distorsi, mungkin perlu dilakukan check dari actual contour
atau principal dimension dan dibandingkan dengan detail design aslinya.
b. Periksa lasan dandaerah heat affected zone, kemungkinan retak atau defect yang lain.
Bila perlu pergunakan pemeriksaan secara serbuk magnetis.
Pada bejana tekan dengan sambungan keling, periksalah kepala keling, butt strap, plate dan
kondisi caulked edge-nya. Bilamana diperkirakan terjadi korosi paku keling, pemeriksaan dengan
hammer atau radiography secara menyudut terhadap shankaxis dapat dilakukan.
c. Periksa permukaan semua manhole, nozzle dan semua opening akan kemungkinan adanya
distorsi, crack atau cacat-cacat yang lain. Perhatikan pula sambungan lasan pada attachments dan
reinforcement serta weep holenya. Periksa pula permukaan flanges gasket akan adanya distorsi
serta periksa kondisi seat dari gasket-facesnya.
3.2.5. Korosi dan evaluasi terhadap ketebalan bejana tekan.
Korosi dapat berupa kehilangan ketebalan yang merata, dan dapat juga berupa daerah
berpitting. Korosi merata mungkin sulit dilihat secara visual dan karena itu diperlukan
pengukuran ketebalan untuk menentukan seberapa jauh keadaannya. Permukaan yang berpitting
juga mungkin lebih tipis dari yang terlihat, karenanya pengukuran tebal pelat dinding dan
kedalaman pit juga dapat diperlukan.
Ketebalan minimum dan kecepatan korosi maksimal dari bagian-bagian bejana tekan dapat
ditentukan pada setiap waktu inspeksi dengan metode-metode sebagai berikut :
a. Cara-cara NDT seperti ultrasonic atau radiography yang tidak akan mempengaruhi safety dari
bejana tekan dapat dipakai asalkan benar-benar dapat member ikan hasil pengukuran tebal
minimal yang memadai. Konfirmasi dengan test hole drilling atau teknik non destructive
seperti ultrasonic A-scan, B-scan atau C-scan mungkin diperlukan jika dengan ultrasonic
thickness dalam penentuan tebal masih memberikan hasil yang meragukan.
b. Bilamana ada daerah opening yang dapat dipakai, mungkin dapat dilakukan melalui tempat
tersebut dengan kaliper mekanis.
c. Kedalaman korosi dapat diukur dengan gauging dari daerah yang tidak terkorosi yang ada
pada daerah itu.
d. Untuk daerah yang terserang korosi yang cukup luas, dimana daerah tersebut dipengaruhi oleh
circumference stress, maka ketebalan terendah sepanjang bagian yang kritis tersebut tidak
boleh melebihi ukuran sebagai berikut :
- Untuk bejana tekan dengan diameter dalam kurang dari 60 inch adalah setengah kali
diameter atau 20 inch (dipilih angka yang terkecil).
- Untuk bejana tekan dengan diameter dalam lebih besar dari 60 inch adalah sepertiga dari
diameter atau 40 inch (dipilih mana yang terkecil).
Bilamana daerah tersebut meliputi suatu daerah opening, jarak dari kedua sisi opening dimana
bagian tersebut dirata-ratakan ketebalan minimalnya, tidak boleh melebihi dari batas
reinforcement yang ditentukan menurut ASME Code.
Bilamana daerah penipisan mempengaruhi kekuatan yang diperhitungkan terhadap wind load
atau factor terhadap longitudinal stress yang lain maka ketebalan minimal jugamesti diratarata pada daerah yang critical guna perhitungan longitudinal stress tersebut.
Ketebalan yang dipakai untuk menghitung corrosion rate haruslah diambil dari perhitungan
tebal rata-rata seperti diuraikan di atas.
e. Pit yang tersebar dapat diabaikan, bilamana :
- Tidak terdapat pit yang kedalamannya roencapai setengah dari ketebalan dinding bejana.
- Jumlah luas pit tidak melebihi 7 inch persegi pada setiap daerah berdiameter 8 inch
lingkaran.
- Jumlah tidak melebihi panjang 2 inch sepanjang tiap garis lurus, dalam kedua lingkaran di
atas.
f. Sebagai alternative, setiap penipisan tersebut di atas yang melebihi limit ketebalan yang
diakibatkan oleh korosi atau penipisan yang lain, guna perhitungan untuk keperluan
penggunaan selanjutnya dapat dicoba dianalisa dengan menggunakan ketentuan-ketentuan
ASME Code Section VIII Division-II.
Untuk itu konsultasi dengan Engineer yang berpengalaman
dalam design bejana tekan perlu dilakukan.
g. Bilamana terjadi korosi pada daerah lasan yang joint factor-nya bukan = 1.0, begitu pula
korosi telah terjadi pada daerah yang jauh dari lasan tersebut, maka harus dilakukan kembali
perhitungan dengan menggunakan weld joint factor tersebut untuk memperhitungkan apakah
ketebalan las serta dinding bejana masih memenuhi persyaratan untuk tekanan yang
diperbolehkan. Untuk perhitungan tersebut, permukaan yang dipakai dasar perhitungan dari
lasan termasuk 1 inch dikiri dan kanan lasan atau dua kali tebal minimal yang diperhitungkan
(dipilih mana yang lebih besar).
h. Ketebalan yang diperhitungkan untuk daerah korosi pada bagian head yangellipshoidal atau
torispherical adalah :
- Daerah knuckle yang dipakai sebagai dasar perhitungan, atau:
- Central portion dari dished region bilamana daerah ini dianggap sebagai bagian dari spherical
segment, dimana tekanan yang diperbolehkan dihitung menurut formula untuk spherical shell.
3.3. Ketentuan-Ketentuan Inspeksi
Setelah dipergunakan, bejana tekan harus diperiksa secara periodik untuk memastikan bahwa
kondisinya tetap memenuhi syarat untuk keperluan operasi. Kondisi bejana tekan dan keadaan
lingkungan adalah factor-factor yang harus diperhitungkan dalam menentukan keperluan inspeksi
tersebut. Inspeksi dapat dilakukan baik external maupun internal termasuk penggunaan cara-cara Non
Destructive Testing.
memungkinkan, atau untuk keseluruhan bejana dengan basis yang dipakai adalah zone yang
memerlukan inspeksi lebih sering.
f. Semua bejana tekan yang terletak diatas tanah perlu diperiksa secara visual dari luar, setiap
jangka waktu operasi yang tidak melebihi 3 tahun, pada keadaan bejana beroperasi.
Kondisi exterior : insulation, support dan general alignment bejana terhadap support perlu
diperhatikan dalam pelaksanaan inspeksi tersebut. Untuk keperluan inspeksi ini bilamana
dinding bejana selalu berada pada suhu yang cukup tinggi atau cukup rendah hingga tidak
memungkinkan terbentuknya air, maka membuka sebagian insulasi adalah tidak perlu.
Bejana tekan dengan remaining life masih diatas 10 tahun dan dinding bagian luarnya telah
diproteksi terhadap korosi, misalnya bejana dilindungi dengan cold box yang dipurge dengan
innert gas atau suhu dijaga selalu cukup tinggi atau cukup rendah untuk kemungkinan adanya
kondensasi air, isolasi tidak perlu dibuka untuk keperluan inspeksi berkala. Tetapi kondisi
isolasinya serta outer jacketing (seperti cold box shell) harus diobservasi secara berkala dan
dilakukan perbaikan-perbaikan seperlunya.
Bejana yang tertanam harus selalu dimonitor secara periodik kondisi lingkungan luarnya.
Informasi yang diperoleh dari corrosion rate dari interconnecting piping, corrosion coupon dapat
digunakan untuk keperluan monitoring tersebut. Pemeriksaan isolasi dan outer jacketing dari
bejana yang tertanam dapat dilakukan/diconsider similar dengan bejana tekanan di atas tanah.
g. Katup-katup pengaman yang fungsinya untuk melindungi bejana tekan harus diperiksa dan
ditest secara berkala untuk menjaga peralatan bekerja dengan aman. Interval antara inspeksi
katup-katup pengaman ini harus ditentukan menurut pengalaman dari servicenya, maximum 3
tahun.
h. Periode inspeksi seperti tercantum dalam butir a s/d f tersebut diatas dipakai bilamana bejana
digunakan untuk beroperasi secara kontinue dan hanya distop untuk keperluan shutdown yang
normal. Bilamana bejana dihentikan pada periode yang panjang, maka kondisi lingkungan baik
external maupun internal perlu mendapat perhatian dalam penentuan waktu inspeksi mendatang
yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Bilamana pressure vessel dihentikan dari operasinya selama satu tahun atau lebih, vessel
tersebut perlu diinspeksi sebelum dioperasikan kembali.
sudah ada pressure indicator yang terpasang yang dapat menunjukkan tekanan actual dari bejana
tekan tersebut.
c. Katup pengaman
1. Bilamana memungkinkan, katup pengaman perlu ditest dengan menaikkan tekanan kerja
sampai mencapai tekanan settingnya. Bilamana cara tersebut diatas tidak mungkin dan katup
pengaman mempunyai tuas coba (try lever), kebebasan gerak dari stem dan disk dapat dicheck
dengan tuas coba tersebut.
Checking tersebut tidak boleh dilakukan bilamana tekanan operasi pada saat itu tidak mencapai
70% set tekanannya, serta outlet dari katup pengaman tersebut dapat tersalur dengan lancar dan
aman.
2. Bejana tekan yang dioperasikan untuk gas atau liquid yang berbahaya atau mahal, test katup
pengaman selama operasi tidak dianjurkan. Untuk itu katup pengaman dilepaskan, diperiksa dan
ditest kembali.
3. Bilamana ternyata kedapatan katup pengaman rusak, maka bejana tekan yang dilindunginya
harus distop sampai katup pengaman tersebut selesai diperbaiki, kecuali telah diambil langkahlangkah yang dapat memastikan bahwa bejana tekan tersebut dapat dioperasikan dengan tekanan
yang dijaga dan dijamin tidak akan melebihi tekanan operasi yang diijinkan.
4. Harus dipastikan bahwa set pressure maupun relieving capacity dari katup pengaman cukup
memenuhi persyaratan seperti tertera pada name plate dari katup pengaman yang bersangkutan.
5. Harus selalu dipastikan bahwa tidak ada stop valve/block valve antara katup pengaman
dengan vessel ataupun dengan saluran pembuangnya, kecuali bilamana memang diperbolehkan
menurut aturan yang dipakai dan block valve tersebut harus dalam keadaan terbuka dan disegel.
Pengoperasian block valve tersebut harus ditentukan dengan prosedure yang jelas dan tertulis.
d. Rupture Disk.
1. Tanda-tanda pada rupture disk harus diperiksa untuk memastikan bahwa burst pressures &
temperature sesuai dengan service yang diperlukan.
2. Harus dipastikan apakah rupture disk terpasang memenuhi syarat-syarat pemasangan, antara
lain:
a. Bilamana rupture disk terpasang antara bejana dan spring loaded safety atau relief valve,
bagian antara kedua alat tersebut harus diberi pengukur tekanan dan keran coba (try cock) dan
vent, agar dapat diketahui adanya bocoran atau rupture dari disk tersebut.
b. Bilamana rupture disk terpasang pada outlet side dari katup pengaman (spring loaded safety
atau relief valve) maka harus dipastikan bahwa katup pengaman tersebut bekerja baik pada set
pressure walaupun terjadi tekanan balik antara valve dan rupture disk tersebut.
Disamping itu harus ada vent atau drain yang dapat membuang adanya kebocoran kecil atau
tekanan yang terakumulasi pada saluran antara rupture disk dan katup pengaman tersebut.
e. Manway, Inspection Opening dan Penutup-penutup (Closure) lainnya.
Semua kemungkinan distorsi, distress, atau bocoran terutama pada bagian-bagian yang sering
dibuka harus selalu dicheck.
f. Drains.
Saluran drain harus dicheck dan bilamana manungkinkan drain dimintakan untuk dicoba untuk
melihat apakah drain berfungsi baik.
g. Piping componen yang dihubungkan ke bejana tekan harus dicheck untuk melihat apakah
support dan expansi dari piping cukup memadai dan tidak menimbulkan beban yang berlebihan.
3.3.3. Pemeriksaan Bagian Dalam
Berikut adalah aturan-aturan umum untuk pemeriksaan bagian dalam dari bejana tekan.
Mengingat bejana tekan sangat bervariasi dari segi design, material dan servicenya, beberapa hal
yang lebih detail mungkin diperlukan untuk kasus-kasus yang lebih complex. Bejana tekan yang
dipakai untuk bahan-bahan yang tidak korosif mungkin hanya memerlukan pemeriksaan bagian
luar saja. Jenis bejana tekan untuk keperluan diatas mungkin saja tidak dilengkapi dengan
manhole atau opening yang lain. Pada kasus demikian kondisi bejana harus dinilai dari hasilhasil pengujian tak merusak.
a. Syarat-syarat keselamatan sebelum pemeriksaan bagian dalam
Untuk keperluan pelaksanaan pemeriksaan bejana tekan bagian dalam harus disiapkan agar
dapat dilaksanakan dengan aman, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Jika bejana bekerja pada suhu tinggi, bejana tersebut harus didinginkan dengan perlahanlahan agar jangan terjadi kerusakan.
2. Semua cairan harus didrain dan semua gas yang mudah menyala ataupun yang beracun dan
contaminant harus dibersihkan. Selanjutnya bejana harus diventilasi dengan blower mekanis
agar udara segar dapat membuang semua gas beracun atau gas yang mudah terbakar dan innert
gas yang digunakan untuk penyemprotan.
3. Semua inspection plugs dan covers dibuka agar pemeriksaan semua bagian dalam bejana
dapat dilaksanakan.
4. Bejana harus dibersihkan secukupnya agar dapat dilakukan pemeriksaan visual terhadap
permukaan yang terbuka.
5. Semua pressure gage dibuka untuk ditest dan dikalibrasi ulang.
6. Relief valve dibuka untuk direset dan ditest ulang.
7. Bilamana bejana dihubungkan dengan system yang mengandung liquid atau gas, bejana harus
dibebaskan dari saluran tersebut dengan menutup, dan memasang kunci beserta pad lock pada
stop valvenya.
Bilamana yang berhubungan adalah bahan yang mudah menyala atau beracun maka untuk
keselamatan sebelum memasuki bejana harus dipasang blank atau melepas saluran penyambung
tersebut.
8. Bilamana bejana berupa rotating vessel atau mempunyai bagian dalam yang bergerak, maka
harus melepaskan fuse, mengunci atau memblock bagian yang bergerak baru boleh dimasuki.
9. Sebelum memasuki vessel yang tadinya berisi gas yang beracun, mudah menyala atau inert
gas, udara dalam vessel harus ditest oleh ahli yang ditunjuk dengan menggunakan gas detector
untuk menilai keadaan apakah sudah cukup aman.
Test terhadap oxigen harus dilakukan setiap kali sebelum memasuki vessel agar dijaga bahwa
jumlah oxigen berada dalam range 19.9 - 21.9% dan tidak diperbolehkan untuk dimasuki jika
jumlah oxigen berada di luar range tersebut. Pakaian pelindung khusus yang sesuai untuk kasus
dimana kondisi memerlukan harus digunakan. Juga alat respiratory dan tali pengaman (life line)
disediakan jika dianggap perlu. Seseorang yang bertanggung jawab harus menjaga di luar vessel
yang dapat berhubungan dengan yang bekerja didalam serta dapat melakukan tindakan-tindakan
pengamanan dimana diperlukan.
10. Bilamana vessel belum benar-benar disiapkan untuk pemeriksaan internal sebagaimana
tersebut di atas, inspector berhak menolak untuk melakukan inspeksi internal.
b. Insulation dan Lining
Insulation dan lining material tidak perlu dibuka untuk keperluan inspeksi, kecuali bila diduga
ada defect atau deterioration pada jenis vessel tersebut atau pengalaman sebelumnya biasa
didapat defect atau deterioration.
Bilamana ternyata kedapatan tanda-tanda kebocoran melalui penutup/lining, lining tersebut
dibuka secukupnya untuk melakukan pemeriksaan yang
teliti.
c. Penerangan.
Inspector harus dilengkapi dengan penerangan yang cukup dan praktis untuk dapat melakukan
pemeriksaan dan penilaian pada bagian-bagian vessel yang perlu diperiksa. Untuk penerangan
ini dapat digunakan flash light yang cukup terang, bilamana digunakan lampu penerangan listrik
pada tempat yang terbatas tersebut maka tegangan listrik yang dipergunakan harus tidak
melebihi 24 volt.
d. Katup-Katup Pengaman
1. Katup pengaman yang melindungi vessel harus dicheck dan bilamana perlu dilepaskan untuk
retest.
2. Harus dicheck record dari katup pengaman tersebut apakah ijin penggunaannya tidak
kedaluarsa.
3. Harus dicheck bahwa saluran penghubung katup pengaman tersebut bebas dan bersih dari
benda-benda asing dan kotoran-kotoran lainnya.
e. Rupture Disk
Harus dicheck marking pada rupture disk apakah memenuhi persyaratan Code serta kondisi
servicenya. Harus dicheck agar koneksi pipa ke rupture disk dan
keluar dari rupture disk tidak terganggu.
f. Support support
Semua support, attachment of legs, saddles, skirts harus diperiksa apakah tidak terjadi distorsi
atau retak pada las-lasannya.
g. Pemeriksaan Korosi
Korosi adalah salah satu dari hal yang umum terjadi didalam pressure vessel. Tindakan koreksi
harus dilaksanakan bilamana didapatkan korosi yang aktip dan berlebihan.
Pemeriksaan yang teliti dari vessel harus dilakukan terhadap jenis-jenis korosi seperti berikut :
1. Pitting
Pitting yang dangkal, setempat atau tersebar tidak akan memperlemah vessel. Tetapi kerusakan
tersebut dapat menimbulkan kebocoran.
Karena itu perlu dicari penyebabnya dan diadakan pencegahan.
2. Line Corrosion.
Disini pitting saling berhubungan atau berdekatan membentuk garis atau alur yang sempit. Line
corrosion sering terjadi pada daerah intersection dari support skirt dan bottom vessel atau batas
cairan dan uapnya.
3. General Corrosion.
Korosi ini terjadi secara meluas dan menyeluruh pada bagian vessel. Jika terjadi demikian
konsiderasi-konsiderasi dari safe working pressure mesti diperhitungkan dan menyangkut
langsung dengan material remaining thickness.
Untuk itu hasil pengukuran secara NDT dari material, harus dipakai sebagai dasar perhitungan
safe working pressure.
4. Grooving.
Adalah corrosion deterioration pada metal yang terjadi secara local dan mungkin dipercepat
karena adanya tumpuan tegangan.
Grooving sering didapati pada daerah sambungan yang dikeling, daerah lasan atau permukaan
flange.
5. Galvanic Corrosion.
Korosi yang terjadi pada logam dissimilar dalam electrolyte karena perbedaan potensial.
Disamping terjadi pada konstruksi dengan menggunakan logam-logam yang metallurginya
berbeda, korosi ini dapat pula terjadi pada daerah yang sedikit berbeda komposisinya misalnya
pada daerah lasan. Pada pressure vessel galvanic corrosion sering didapati daerah kelingan,
lasan atau sambungan flange dan baut.
h. Erosi
Harus dilihat dan dicheck akan kemungkinan adanya erosi akibat benda-benda abrasive atau
aliran yang deras yang dapat mengakibatkan erosi pada permukaan logam.
i. Dents
Deformasi yang disebabkan oleh benda tumpul yang tidak mempengaruhi kekuatan material.
Bilamana perlu Dent dapat diperbaiki dengan cara mekanis.
j. Cuts or Gouges
Adalah jenis defects yang disebabkan adanya kontak dengan benda tajam sehingga terjadi
pengurangan tebal metal. Cuts dan Gouges ini dapat mengakibatkan konsentrasi tegangan yang
tinggi dan oleh sebab itu tergantung dari seberapa jauh defect yang terjadi, mungkin diperlukan
perbaikan, baik dengan pengelasan atau patching.
Untuk mengurangi stress concentration pada defect yang masih dapat ditolerir, mungkin
diperlukan perbaikan dengan menggerinda untuk menghilangkan bagian-bagian yang tajam.
k. Defect-defect yang lain
Kemungkinan, defect yang lain dapat berupa: graphitization, carborisation, high temperature
hydrogen attack, carbide precipitation, intergranular attack dan embrittlement.
Disamping itu dapat pula terjadi deterioration yang disebabkan beban mekanis seperti : thermal
schock, perubahan suhu (cyclic temperature changes), vibrasi, pressure surges, excessive
temperature, external loading dan kesalahan material dan fabrikasi.
l. Manhole dan bagian-bagian yang dapat dibuka:
1. Manhole, reinforcing plate, nozzle dan sambungan-sambungan flange dan baut ke vessel
perlu diperiksa dari kemungkinan adanya cracks, deformasi atau defect yang lain.
Baut-baut dan mur perlu diperiksa dari kemungkinan korosi.
2. Dimana dapat dilaksanakan sedapat mungkin dilakukan pemeriksaan pipa-pipa penghubung
dari dalam vessel untuk mengetahui kondisi internalnya.
3. Bagian-bagian opening harus dilihat jangan sampai tersumbat.
4. Threaded connection harus dicheck apakah jumlah thread dan kondisinya memenuhi syarat.
diusulkan alteration, harus dipastikan bahwa welding procedure dan welder adalah qualified,
dan alteration method memenuhi syarat serta telah dilakukan perhitungan kakuatan dan sebelum
alteration dilaksanakan mungkin diperlukan pemeriksaan terlebih dahulu. Pemasangan
tambahan name plate juga diperlukan setelah pelaksanaan suatu alteration dan memenuhi
persyaratan.
8.3. Field Repairs
Semua pekerjaan yang menyangkut repair dan alteration tersebut di atas harus dilaksanakan
sebaik-baiknya dan kwalitas pekerjaan harus dijaga seperti halnya pada pabrikasi yang
rnemenuhi persyaratan Code dengan material yang sesuai dan memenuhi persyaratan Code
dengan supervisi yang memadai.
8.3.1. Perbaikan untuk Defect pada lasan dan Plate
Repair pada weld joint yang crack atau minor defect pada plate dilakukan setelah dibuat groove
U-type yang sudah mengeliminir semua crack defect tersebut.
Repair dilakukan dengan mengisi dengan lasan yang harus memenuhi persyaratan-persyaratan
yang ditentukan. Repair dapat pula dilakukan dengan riveting atau pemasang reinforcing plate
setelah crack atau defect tersebut dichipping dan dibuat stop hole ujung akhir defects.
8.3.2. Corrosion Pits
Pits yang terisoler boleh diperbaiki dengan diisi las. Bilamana perlu pit tersebut harus digerinda
dahulu atau dichipped dan digouged sebelum dilas agar didapat permukaan yang baik. Syaratsyarat pengelasannya dapat dilihat di item 8.3.6.
8.3.3. Thickness-gage holes
Lubang yang dipakai untuk pengukuran tebal secara mekanis (gage holes) harusditutup.
Penutupan dapat dengan las asalkan dapat dibuat full penetration dan full fussion.
Pengelasan harus memenuhi syarat-syarat pada item 8.3.6.
Untuk bejana yang tidak mengalami fluktuasi tegangan, lubang tersebut dapat disamakan
dengan opening yang tidak direinforced dan dapat ditutup dengan cara lain yang memenuhi
persyaratan Code.
8.3.4. Permukaan flange yang corroded atau mengalami distorsi :
a. Permukaan flange yang terserang korosi dapat dilapisi dengan las setelah dibersihkan.
Persyaratan pengelasan seperti tercantum pada item 8.3.6. Setelah pengelasan, permukaan
tersebut harus diratakan ditempat/remachined (bilamana memungkinkan) sampai tebal sesuai
aslinya. Corroded flange dapat pula langsung diratakan asalkan ketebalan setelah machining
tersebut masih memenuhi persyaratan minimal yang diperbolehkan menurut Code.
b. Flange yang mengalami distorsi karena terlalu keras diikat bautnya atau sebab-sebab lain
tidak boleh diperbaiki dengan diratakan/machining, tetapi harus diganti. Flange baru harus
mempunyai dimensi yang memenuhi persyaratan Code.
8.3.5. Cracks pada Tapped openings
Perbaikan retak/cracks pada tapped opening (threaded opening) dengan jalan chipping, welding
dan melakukan tap kembali tidak dianjurkan.
Untuk perbaikan kerusakan tersebut lebih baik dilakukan pemasangan fully reinforced nozzle.
Bilamana sambungan threaded/tapped memang diperlukan dianjurkan untuk memasang heavy
wall thread coupling (dengan rating minimal 3.000 Ibs), dengan cara pemasangan yang
memenuhi persyaratan Code.
8.3.6. Field Welding
a. Sambungan las harus dilaksanakan oleh tukang las yang qualified dengan welding procedure
dan material yang memenuhi persyaratan.
b. Preheating sampai suhu sedikitnya 300F perlu diconsider sebagai alternative untuk
pelaksanaan thermal stress relief pada perbaikan-perbaikan atau alteration yang kecil (minor
repair/alteration) untuk bejana yang originalnya distress relief (berlaku bagi bejana tekan dari
kategori material P-1 dan P-3). Secara lengkap procedure untuk welding sebagai alternatif
thermal heat treatment dapat dilihat pada lampiran No. 1). Untuk bejana tekan yang dibuat dari
material lain yang originalnya memerlukan stress relief, setelah perbaikan/alteration perlu
dilakukan stress relieving bilamana dilaksanakan pengelasan untuk kekuatan. Stress relieving
harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dari Code.
8.3.7. Pemasangan Patch dengan Pengelasan ;
a. Insert Patch
Patch yang dilas ke dinding bejana harus terbuat dari material yang equivalent dengan material
dari dinding bejana tersebut.
Bilamana Patch tersebut dipasang pada bejana yang dibuat dengan sambungan las longitudinal
maka joint factor yang akan dipakai dalam pemasangan patch ini harus sama dengan joint factor
lasan longitudinal originalnya. Pemasangan patch dengan joint effesiensi lebih rendah dapat
dilakukan bilamana tekanan maksimal yang diperbolehkan diturunkan (disesuaikan). Bilamana
patch harus dipasang pada seamless vessel, patch harus dipasang dengan double-welded butt
joint dan dilaksanakan dengan hati-hati untuk mencegah terjadinya cracking.
b. Overlay Patch
Bilamana patch dipasang sebagai overlay, pengelasan harus dilaksanakan seperti halnya
pemasangan reinforcing pad pada opening dan proporsi dari patch harus dibuat sesuai
persyaratan ASME Code. Pelaksanaan pemasangan patch baik external atau internal overlay
dianjurkan agar menggunakan single overlay plate.
Double overlay plate harus dihindari pada bejana yang beroperasi pada suhu tinggi. Pada service
yang dapat menimbulkan hydrogen blistering, pada salah satu overlay harus dibuat weep hole.
Overlay patch dengan welding tidak boleh dilaksanakan pada bejana yang tebal dindingnya
melebihi 5/8 inch.
c. Bilamana pemasangan patch dengan welding dilakukan pada bejana dengan sambungan
keling, maka efisiensi sambungan las harus dibuat paling sedikit sama dengan efisiensi
sambungan keling memanjang.
8.3.8. Kelingan
Semua kelingan harus memenuhi persyaratan ASME Code.
8.3.9. Pemasangan Patch dengan Kelingan.
Pemasangan rived patch harus dibuat memenuhi persyaratan dari ASME Code untuk reinforcing
plate yang dipasang, dengan sambungan keling .
8.3.10. Perbaikan sambungan kelingan.
Memperbaiki kelingan dapat dilakukan baik dengan mechanical calking atau pengelasan
(metalic seal arc welding) sesuai dengan ketentuan ASME Code setelah daerah sambungan dan
sekitar kepala kelingan dibersihkan seperlunya.
8.4. Beberapa Contoh Repair dan Alteration
Beberapa contoh berikut adalah repair untuk mengembalikan kondisi bejana sesuai persyaratan
aslinya :
8.4.1. Perbaikan atau penggantian pressure parts atau attachment yang rusak baik dilas-lasan
atau base material.
8.4.2. Penambahan weld attachments ke pressure part seperti :
- Studs untuk isolasi atau refractory lining.
- Hex steel atau expanded metal untuk refractory lining.
- Ladder clips
- Brackets
- Tray support rings
- Corrosion resistant strip lining
- Corrosion resistant weld overlay
- Weld built up untuk daerah yang terkikis sejauh masih diperbolehkan.
8.4.3. Pemasangan nozzle baru atau opening yang tidak memerlukan reinforcing, misalnya
pemasangan nozzle 3 inch pipa ke shell atau head dengan tebal 3/8 inch atau lebih tipis atau
penambahan 2 inch nozzle ke shell atau head dengan tebal berapa saja.
8.4.4. Penambahan nozzle dimana diperlukan reinforcement bisa dianggap sebagai repair,
bilamana nozzle baru tersebut identik dengan suatu nozzle yang sudah ada pada original design
dan terletak pada bagian bejana yang similar dan diletakkan pada jarak tidak lebih dekat dari 3 x
diameter nozzle tersebut terhadap lainnya.
8.4.5. Pemasangan suatu insert patch yang rata.
8.4.6. Penggantian sebagian dari dinding bejana yang berbentuk silinder.
8.4.7. Pengelasan lubang bekas pengukuran tebal.
8.4.8. Pengelasan bagian flange face yang terkikis atau distorsi.
8.4.9. Penggantian flange dari slip-on ke weld neck atau sebaliknya.
8.4.10. Seal welding pada butt straps dan rivets (pada sambungan kelingan),
8.5. Perbaikan Perbaikanyang Sifatnya Routine
8.5.1. Perbaikan las-lasan dan attachments
8.5.2. Penambahan non-pressure attachment pada pressure parts dimana post weld heat
treatment tidak diperlukan.
8.5.3. Weld build-up pada bagian yang terkikis sejauh masih diperbolehkan.
8.5.4. Penggantian bagian-bagian seperti tray, demister pads dan sejenisnya.
8.5.5. Penggantian nozzle dimana reinforcement tidak diperlukan (Ref: 8.4.3 di atas).
8.5.6. Penggantian slip-on flange weld-neck atau sebaliknya, dimana pemeriksaan NDE tidak
disyaratkan oleh ASME Code yang dipergunakan.
8.6. Contoh Alteration
8.6.1. Menaikkan batas tekanan kerja maksimum yang diperlukan (MAWP) baik internal atau
external atau suhu operasi baik dengan atau tanpa perubahan physik dari bejana tekan tersebut.
8.6.2. Menurunkan suhu minimal sehingga diperlukan mechanical testing tambahan.
8.6.3. Penambahan nozzle atau opening yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai repair (lihat
8.4.3, 8.4.4 dan 8.5.5).
8.6.4. Perubahan dalam dimensi atau contour dari bejana tekan.
8.6.5. Tambahan pressurize jacket pada suatu bejana tekan.
8.6.6. Penggantian suatu bagian bertekanan dengan material lain yang berbeda dengan material
yang dipakai dalam original design.
9. DOKUMENTASI
Bejana tekan harus dipelihara dan dijaga tetap memenuhi persyaratan original specification
ataupun ketentuan-ketentuan lain setelah adanya alteration/rerating.
Inspeksi diperlukan agar diketahui kondisi physik dari bejana tersebut, sebab-sebab serta type
dan rate tendensi kerusakannya.
Dari informasi-informasi diatas dapat kemudian disusun usaha-usaha pemeliharaan dan operasi
serta kemungkinan-kemungkinan pengendalian kerusakan serta prediksi terhadap perbaikan-
perbaikan atau penggantian. Inspeksi periodic yang direncanakan dapat menentukan kondisikondisi yang seyogyanya dapat dideteksi sedini mungkin agar dengan demikian dapat
diusahakan cara-cara koreksi agar tidak terjadi kegagalan-kegagalan yang dapat mengakibatkan
shutdown yang tidak direncanakan.
Inspeksi periodik juga dapat mengumpulkan data-data kecepatan korosi yang diperlukan sebagai
dasar perencanaan pemeliharaan, dimana corrosion rate dan sisa corrosion allowance
yang diperoleh dapat dipakai sebagai prediksi untuk perbaikan dan atau penggantian pada waktu
akan datang.
Hal-hal tersebut diatas sernuanya perlu didokumentasikan dengan baik sehingga informasiinformasi tersebut dapat benar-benar bermanfaat dan selalu siap pakai dan up to date.
Berikut ini adalah dokumentasi yang perlu diestablish untuk penggunaan bejana tekan.
9.1. Untuk bejana tekan yang baru perlu didokumentasikan semua data-data informasi sebagai
berikut :
9.1.1. Complete design dan fabrication drawing/as build drawing.
9.1.2 Manufacture data, yang meliputi :
a. Manufacturing report/complete ASME U-l form
b. Engineering Calculation
c. WeldingProcedure Specification dan qualification.
d. Welder performance Qualification
e. Heat Treatment Record.
9.1.3. Inspection Report :
a. Material Certification
b. Semua NDE report & dimensi check
c. Pressure test record
d. PWHT record .
9.1.4. Ijin penggunaan dari Instansi yang berwenang.
9.2. Suatu record yang lengkap diperlukan yang harus berisi hal-hal sebagai berikut :
9.2.1. History record yang berisi semua informasi yang diperlukan yang mudah dilihat (history
card form dapat dipakai sebagai referensi lihat lampiran).
9.2.2. Semua hasil-hasil inspeksi yang secara kronologis.
9.2.3. Sketch yang menunjukkan lokasi pengukuran tebal serta hasil-hasil pengukuran secara
kronologis, beserta informasinya yang penting.
9.2.4. Semua record dari repair dan alteration yang dilakukan beserta prosedure dan test
recordnya.
9.2.5. Record dari test untuk katup-katup pengamannya.