1.1Latar Belakang
1.2Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah mengikuti mata kuliah palliative care dan mendapatkan penjelasan
tentang penyakit gagal ginjal tahap akhir, mahasiswa mampu memahami
perawatan paliatif pada pasien gagal ginjal kronik stadium akhir.
b. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami konsep palliative care.
b. Mahasiswa mampu memahami konsep gagal ginjal kronik.
c. Mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikan
asuhan
2.1
Konsep Keperawatan Palliative Care
a. Pengertian Keperawatan Paliatif
Perawatan paliatif menurut WHO (2002) adalah pendekatan
yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan pasien dan
keluarganya menghadapi masalah-masalah yang berhubungan dengan
penyakit yang mengancam jiwa, dengan mencegah dan meringankan
penderitaan melalui identifikasi awal dan penilaian serta terapi rasa
sakit dan masalah lainbaik fisik, psikososial maupun spiritual. Tetapi
definisi Perawatan Paliatif menurut WHO 15 tahun kemudian sudah sangat
berbeda. Definisi Perawataan Paliatif yang diberikan oleh WHO pada
tahun 2005 bahwa perawatan paliatif adalah system perawatan terpadu
yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup, dengan cara meringankan
nyeri dan penderitaan lain, memberikan dukungan spiritual dan psikososial
mulai saat diagnosa ditegakkan sampai akhir hayat dan dukungan terhadap
keluarga yang kehilangan/berduka.
Di sini dengan jelas dikatakan bahwa Perawatan Paliatif diberikan
sejak
diagnosa
ditegakkan
sampai
akhir
hayat.
Artinya
tidak
social
dan
spiritual.
Pengobatan
paliatif
bermaksud
Khusus St. Christopher, RS khusus tersebut pindah ke AS pada thn 1970an. RS khusus pertama di AS adalah RS New Haven yang kemudian
menjadi RS khusus Connecticut. RS tersebut kemudian menyebar ke
seluruh Negara.Di Indonesia perawatan paliatif baru dimulai pada tanggal
19 Februari 1992 di RS Dr. Soetomo (Surabaya), disusul RS Cipto
Mangunkusumo (Jakarta), RS Kanker Dharmais (Jakarta), RS Wahidin
Sudirohusodo (Makassar), RS Dr. Sardjito (Yogyakarta), dan RS Sanglah
(Denpasar). Di RS Dr. Soetomo perawatan paliatif dilakukan oleh Pusat
Pengembangan Paliatif dan Bebas Nyeri. Pelayanan yang diberikan
meliputi rawat jalan, rawat inap (konsultatif), rawat rumah, day care, dan
respite care.
Pengertian rawat jalan dan rawat inap sudah cukup jelas. Rawat
rumah (home care) dilakukan dengan melakukan kunjungan ke rumahrumah penderita, terutama yang karena alasan-alasan tertentu tidak dapat
datang ke rumah sakit. Kunjungan dilakukan oleh tim yang terdiri atas
dokter paliatif, psikiater, perawat, dan relawan, untuk memantau dan
memberikan solusi atas masalah-masalah yang dialami penderita kanker
dan keluarganya, bukan hanya menyangkut masalah medis/biologis, tetapi
juga masalah psikis, sosial, dan spiritual.
Day care merupakan layanan untuk tindakan medis yang tidak
memerlukan rawat inap, misalnyaperawatan luka, kemoterapi, dsb. Sedang
respite care merupakan layanan yang bersifat psikologis. Di sini penderita
maupun keluarganya dapat berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater,
bersosialisasi dengan penderita kanker lain, mengikuti terapi musik, atau
sekedar bersantai danberistirahat. Bisa juga menitipkan penderita kanker
(selama jam kerja), jika pendamping ataukeluarga yang merawatnya ada
keperluan lain.
6. Standard VI
Perawat melakukan evaluasi terhadap kemajuan klien yang mengarah
ke pencapaian hasil yangdiharapkan.
perawat
berupaya
untuk
selalu
meningklatkan
professionalisme
sesama
perawat
dan
praktisi
2.2
Konsep Gagal Ginjal Kronis
a. Definisi Gagal Ginjal Kronis
Ginjal kronik adalah suatu kerusakan kekurangan fungsi ginjal
yang hampir selalu tidak reversibel dan sebabnya bermacam-macam.
Uremia adalah istilah yang sudah lama dipakai yang menggambarkan
suatu gambaran klinik sebagai akibat gagal ginjal. Sebenarnya pada
dewasa ini sudah dipahami bahwa retensi urea di dalam darah bukanlah
penyebab utama gejala gagal ginjal bahkan binatang percobaan yang diberi
banyak urea secara intravena, tidak menunjukkan gejala-gejala uremia.
Meskipun ukurannya kecil, organ ginjal bersifat sangat vital. Ginjal
berfungsi untuk menjaga keseimbangan serta mengatur konsentrasi dan
komposisi cairan di dalam tubuh. Ginjal juga berfungsi untuk
membersihkan darah dan berbagai zat hasil metabolisme serta racun di
dalam tubuh. Sampah dari dalam tubuh tersebut akan diubah menjadi air
seni (urin). Air seni diproduksi terus menerus di ginjal, lalu dialirkan
melalui saluran kemih ke kandung kemih. Bila cukup banyak urin di dalam
kandung kemih, maka akan timbul rangsangan untuk buang air kecil.
Jumlah urin yang dikeluarkan setiap hari sekitar 1-2 liter. Selain itu, ginjal
juga berperan untuk mempertahankan volume dan tekanan darah,
mengatur kalsium pada tulang, mengatur produksi sel darah merah, dan
menghasilkan hormon seperti erythropoetin, renin, dan vitamin D.
Gagal ginjal kronis adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan
penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan
cukup lanjut, hal ini terjadi bila laju filtrasi glomerular kurang dari 50
mL/min. (Suyono, et al, 2001).
Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang
progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit
sehingga terjadi uremia. (Smeltzer & Bare, 2001).
b. Etiologi
Penyebab dari gagal ginjal kronis antara lain :
1. Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis).
2. Penyakit peradangan (glomerulonefritis).
3. Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis).
4. Gangguan jaringan penyambung (SLE, poliarteritis nodusa, sklerosis
sitemik).
5. Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis
tubulus ginjal).
6. Penyakit metabolik (DM, gout, hiperparatiroidisme).
7. Nefropati toksik.
8. Nefropati obstruktif (batu saluran kemih).
9. BAK sedikit , warna urine lebih tua , bercampur darah.
10. Peningkatan ureum atau kreatinin.
(Price & Wilson, 1994)
c. Patofisiologi
a) Patofisiologi
Gagal ginjal kronis selalu berkaitan dengan penurunan progresif GFR.
Stadium gagal ginjal kronis didasarkan pada tingkat GFR (Glomerular
Filtration Rate) yang tersisa dan mencakup :
1) Penurunan cadangan ginjal;
Yang terjadi bila GFR turun 50% dari normal (penurunan fungsi
ginjal), tetapi tidak ada akumulasi sisa metabolic. Nefron yang
10
11
12
penderita masuk ketahap yang lebih berat. Pada tahap ini lebih
dari 75 % jaringan yang berfungsi telah rusak. Kadar BUN baru
mulai meningkat diatas batas normal. Peningkatan konsentrasi
BUN ini berbeda beda, tergantung dari kadar protein dalam
diit.pada stadium ini kadar kreatinin serum mulai meningkat
melebihi kadar normal.
Poliuria akibat gagal ginjal biasanya lebih besar pada
penyakit yang terutama menyerang tubulus, meskipun poliuria
bersifat sedang dan jarang lebih dari 3 liter / hari. Biasanya
ditemukan anemia pada gagal ginjal dengan faal ginjal diantara 5
% - 25 % . faal ginjal jelas sangat menurun dan timbul gejala
gejala kekurangan darah, tekanan darah akan naik, , aktifitas
penderita mulai terganggu.
3) Stadium III
Uremi gagal ginjal (faal ginjal kurang dari 10 %) Semua gejala
sudah jelas dan penderita masuk dalam keadaan diman tak dapat
melakukan tugas sehari hair sebaimana mestinya. Gejal gejal
yang timbul antara lain mual, munta, nafsu makan berkurang.,
sesak nafas, pusing, sakit kepala, air kemih berkurang, kurang
tidur, kejang kejang dan akhirnya terjadi penurunan kesadaran
sampai koma. Stadum akhir timbul pada sekitar 90 % dari massa
nefron telah hancur. Nilai GFR nya 10 % dari keadaan normal
dan kadar kreatinin mungkin sebesar 5-10 ml / menit atau
kurang.
Pada keadaan ini kreatinin serum dan kadar BUN akan
meningkat dengan sangat mencolok sebagai penurunan. Pada
stadium akhir gagal ginjal, penderita mulai merasakan gejala
yang
cukup
parah
karena
ginjal
tidak
sanggup
lagi
13
14
tindakan
untuk
memperbesar
dan
memperkuat
15
dilakukan
pada
malam
hari
dengan
alat
yang
16
f. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Laboratorium
1. Laboratorium darah
BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat), Hematologi (Hb,
trombosit, Ht, Leukosit), protein, antibody (kehilangan protein
dan immunoglobulin).
2. Pemeriksaan Urin
Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein, sedimen,
SDM, keton, SDP, TKK/CCT.
17
b) Pemeriksaan EKG
Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis,
aritmia, dan gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia).
c) Pemeriksaan USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan
parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal,
kandung kemih serta prostate.
d) Pemeriksaan Radiologi
Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde Pyelography, Renal
Aretriografi dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi, pemeriksaan
rontgen dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos abdomen.
g. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan terhadap gagal ginjal meliputi :
a) Restriksi konsumsi cairan, protein, dan fosfat.
b) Obat-obatan: diuretik untuk meningkatkan urinasi; alumunium
hidroksida untuk terapi hiperfosfatemia; anti hipertensi untuk terapi
hipertensi serta diberi obat yang dapat menstimulasi produksi RBC
seperti epoetin alfa bila terjadi anemia.
c) Dialisis: dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal
akut yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis dan kejang.
Perikarditis memperbaiki abnormalitas biokimia; menyebabkan
caiarn, protein dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas;
menghilangkan
kecendurungan
perdarahan;
dan
membantu
penyembuhan luka.
d) Transplantasi ginjal (Reeves, Roux, Lockhart, 2001).
e) Penanganan hiperkalemia; Keseimbangan cairan dan elektrolit
merupakan masalah utama pada gagal ginjal akut; hiperkalemia
merupakan kondisi yang paling mengancam jiwa pada gangguan ini.
Oleh karena itu pasien dipantau akan adanya hiperkalemia melalui
18
keseimbangan
cairan
didasarkan
cairan;
pada
berat
Penatalaksanaan
badan
harian,
19
penurunan
menghilangkan
gejala
fungsi
yang
ginjal,
mengganggu
mengurangi
dan
dan
mengatur
keseimbangan elektrolit.
b) Dialistis merupakan tindakan terapi keperawatan yang harus di
lakukan oleh penderita gagal ginjal baik akut atau kronis. Dialisis
saat ini hanya mengeluarkan 48 sampai 52% dari toksin urenik, oleh
karena itu penderita tetap memerlukan pembatasan pemasukan
makanan dan minuman yang ketat serta intervensi obat-obatan untuk
mengatur aspek-aspek dari kegagalan fungsi ginjal yang lain serta
untuk mencegah terjadinya akumulasi sisa-sisa metabolisme
diantaranya waktu dialisa.
Transplantasi ginjal merupakan upaya terakhir dalam perawatan
penderita gangguan ginjal. Hal ini terutama dilakukan apabila fungsi
ginjal yang tersisa sangat sedikit bahkan tidak ada. Prinsip utama nya
adalah mengganti ginjal yang rusak dengan ginjal yang sehat lewat
proses operasi.
j. Epidemiologi gagal ginjal kronik terminal (End stage Renal Failure)
Gagal ginjal kronik merupakan penyakit kronik yang menjadi salah satu
permasalahan utama kesehatan di masyarakat (Schoolwerth et al., 2006).
Penyakit gagal ginjal kronik telah mengalami epidemik, senantiasa terjadi
penambahan kasus baru yang semakin meningkat dari tahun ketahun
sementara kasus lama masih dalam perawatan dengan tingkat morbiditas
dan mortalitas yang besar. Gambaran kecenderungan peningkatan insidensi
dan prevalensi gagal ginjal kronik dan gagal ginjal terminal (ESRF) di
Amerika tampak pada gambar 3.
20
21
Tahap
Gambaran
Kerusakan ginjal
dengan GFR
Kerusakan ginjal
dengan sedikit GFR
Prevalensi*
GFR (ml/min/1.73
m2)
N (1000s)
90
5,900
3.3
60-89
5,300
3.0
GFR moderat
30-59
7,600
4.3
GFR berat
15-29
400
0.2
Gagal ginjal
300
0.1
22
Angka insidensi CKD di Taiwan tahun 2003 adalah sebesar 135 tiap
10.000 orang per tahun. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
CKD di Taiwan adalah umur (OR=13,95 untuk di atas 75 tahun
dibandingkan 20 tahun), diabetes melitus, hipertensi, hiperlipidemi dan
jenis kelamin wanita (Kuo et al., 2007).
Di Jepang telah terjadi kenaikan tiga kali lipat pengguna renal
replacement therapy (RRT) antara 1983-2000, sehingga jumlah pengguna
RRT pada tahun 2000 mencapai lebih dari 31.000 orang (Wakai et al.,
2004). Di Jepang kejadian ESRF pada kelompok laki-laki lebih besar
dibandingkan pada kelompok wanita. Insidensi ESRF di Jepang tertinggi
terjadi pada kelompok umur 80-84 tahun yaitu sebesar 1432 tiap 1 juta
penduduk untuk laki-laki dan 711 tiap 1 juta penduduk untuk wanita
(Wakai et al., 2004).
Penelitian epidemiologi multi negara oleh The ESRF incidense
Study Group menunjukkan bahwa insiden ESRF di negara-negara Asia dan
negara berkembang lainnya adalah lebih tinggi dibandingkan negara di
Eropa, meskipun lebih rendah dibandingkan dengan insidensi ESRF di
Australia dan New Zealand. Gambaran Age-and sex standardized
incidense rates (ASR) ESRF di Malaysia pada berbagai kelompok yaitu
kelompok umur 0 -14 tahun adalah 96 tiap 1 juta penduduk, 15-29 tahun
adalah 26 tiap 1 juta penduduk, 30-44 tahun adalah
77 tiap 1 juta
penduduk dan 45-64 tahun adalah 306 tiap 1 juta penduduk (The ESRF
Incidense Study Group, 2006).
Sebagaimana di negara-negara berkembang lainnya, insidensi dan
prevalensi gagal ginjal kronik terminal di Indonesia juga belum diketahui
dengan pasti. Besarnya insidensi gagal ginjal kronik terminal di Indonesia
diperkirakan sebesar 100-150 orang tiap 1 juta penduduk pertahun.
Besarnya prevalensi gagal ginjal kronik terminal di Indonesia diperkirkan
sebesar 200 250 orang tiap 1 juta penduduk pertahun (Bakri, 2005).
23
Dampak Stres
Stres mempengaruhi banyak aspek dalam kehidupan manusia. Dalam aspek
kognitif, stres dapat menyebabkan gangguan pada fungsi kognitif dengan
menurunkan atau meningkatkan perhatian pada sesuatu. Dalam aspek emosi,
stres dapat menimbulkan rasa ketakutan yang merupakan reaksi yang umum
ketika individu terasa terancam memunculkan perasaan sedih dan depresi, serta
memicu rasa marah ketika individu mengalami situasi yang membahayakan
atau membuat frustasi. Dalam aspek prilaku sosial stres dapat mengubah
prilaku individu dalam menghadapi orang lain.
a. Strategi Menghadapi Stres
Mengurangi
tingkatan
stres
mengakibatkan
kurangnya
resiko
24
b) Bentuk Dukungan
1. Dukungan instrumental
Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat
memberikan pertolongan langsung seperti pinjaman uang,
pemberian barang, makanan serta pelayanan.
2. Dukungan informasional
Bentuk dukungan ini melibatkan pemberian informasi, sarana
atau umpan balik tentang situasi dan kondisi individu.
25
3. Dukungan emosional
Membuat individu memiliki perasaan nyaman, yaki, di
perdulikan dan di cintai oleh sumber dukungan sosial sehingga
individu dapat menghadapi masalahnya dengan lebih baik.
4. Dukungan pada harga diri
Bentuk dukungan ini berupa penghargaan positif pada
individu, pemberian semangat, persetujuan pada pendapat
individu, perbandingan yang positif dengan individu lain.
5. Dukungan dari kelompok sosial
Bentuk dukungan ini akan membuat individu merasa menjadi
anggota dari suatu kelompok yang memiliki kesamaan minat
dan aktivitas sosial dengannya.
d. Dukungan Spiritual
a) Anjurkan klien untuk melakukan ibadah sesuai dengan keyakinannya.
b) Ajak keluarga untuk mengikuti ibadah bersama dengan klien.
c) Anjurkan klien untuk mengikuti kegiatan ibadah di masyarakat,
misalnya pengajian
e. Quality Of Life atau Kualitas Hidup
Kualitas hidup pasien seharusnya menjadi perhatian penting bagi
para professional kesehatan karena dapat menjadi acuan keberhasilan dari
suatu tindakan/intervensi atau terapi. Disamping itu, data tentang kualitas
hidup juga dapat merupakan data awal untuk pertimbangan merumuskan
intervensi/tindakan yang tepat bagi pasien.
26
and value system inwhich they live and their goals, expectations,
standards,and concerns. (Nelson & Lotfy, 1999). Penderita GGKT yang
menjalani hemodialisis sering diikuti dengan penurunan kualitas hidup
(Scot et al., 2007).
berhubungan dengan kualitas hidup pasien antara lain adanya rasa nyeri
dan ketidaknyamanan yang diakibatkan dari sakit yang diderita atau
tindakan atau prosedur pengobatan terkait sakit yang diderita, gangguan
tidur, kualitas pelayanan dan perawatan, penyakit penyerta, status sosial
ekonomi dan dukungan keluarga (Cohen et al., 2007, Joan et al., 2004.
Scot et al., 2007).
Saat ini health-related quality of life (HRQOL) atau kualitas
hidup yang berhubungan dengan kesehatan telah menjadi salah satu
ukuran dari keberhasilan pelayanan kesehatan.
Pengukuran HRQOL
bersifat multidimensi yang meliputi antara lain fungsi fisik, sosial dan
fungsi peran , mental health dan persepsi kesehatan secara umum (Albert
et al., 2004, Bayliss et al., 2005).
27
2. Memberikan
psikoedukasi
mengenai
arti
kehidupan
dan
28
3. 1 Kasus
Seorang Pria Bernama Tn D, Suku Sunda, Umur 35 Tahun Masuk Rumah Sakit
Pada Tanggal 12 Agustus 2014,
Pemeriksaan Fisik :
a. Keadaan Umum Klien
b. Tingkat Kesadaran
c. Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah
Nadi
Pernafasan
Suhu
SPO2
d. BB
e. TB
Tampak Batu.
: Bentuk Dan Ukura Normal,Tak Tampak Batu.
29
3. 2 Pembahasan Kasus
a. PENGKAJIAN
1. Biodata
a. Identitas Klien
Nama Klien
Umur / Tanggal Lahir
Jenis Kelamin
Agama
Suku/Bangsa
Status Pernikahan
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
No.RM
Tanggal Masuk RS
Tanggal Pengkajian
Diagnosa Medis
: Tn. D
: 35 Tahun / 09 September 1977
: Laki-laki
: Islam
: Sunda/ Indonesia
: Menikah
: SLTA
: Swasta
: Jl. Nyengseret Selatan RW 03
: 1040274/12012702
: 12 Agustus 2014
: 12 Agustus 2014
: CKD Stadium V
b. Penanggung Jawab
30
Nama
Umur
Jenis kelamin
Pendidikan
Pekerjaan
Hubungan dengan klien
: Ny. M
: 30 Tahun
: Perempuan
: SLTA
: Ibu Rumah Tangga
: Istri
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
: Sesak Nafas
Klien mengatakan sesak nafas akan bertambah apabila klien
melakukan aktivitas berlebihan, seperti : menaiki tangga, jalanjalan disekitar rumah, dll dan sesak nafas akan berkurang apabila
klien berada didepan kipas angin (menghirup angin dari kipas
angin), klien merasa sesak nafas terus-menerus selama sehari
penuh, klien merasakan sesak sedang, dimana klien masih mampu
melakukan aktifitas sendiri seperti mengambil minum sendiri,
mandi, walaupun separuh aktivitas dibantu oleh keluarga seperti
mengantar ke kamar madi dam toilet,klien merasa sesak nafas pada
saat pagi, siang, dan malam hari atau terus menerus merasakan
sesak nafas.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan sesak nafas sudah dua hari, bengkak dikedua
tangan dan kaki, BAK tidak lancar, air kencing sedikit dan
berwarna keruh, mual-mual, nafsu makan menurun, lemah, letih,
lesu, pusing.
c. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Pasien mengatakan sering kerumah sakit untuk melakukan
hemodialisa, dan mengontrolkan diri kedokter.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga dan pasien mengatakan tidak ada yang mengalami
penyakit penyakit ginjal, jantung, dan hipertensi, diabetes mellitus,
dll.
3. Pola Persepsi
Pasien mengatakan dirinya mengalami gagal ginjal dan mengetahui
tentang gagal ginjal yang dideritanya. Pasien tahu apa yang
menyebabkan terjadinya gagal ginjal, akibat lanjut gagal ginjal dan
tahu tentang cara perawatannya. Selama ini pasien mengatakan sering
31
oleh
klien,
sehingga
menghambat
hubungan
suami
32
33
f. Sistem Muskuloskeletal
Kekuatan otot menurun, tidak ada kelainan tulang, adanya edema
pada kaki dan tangan, kekuatan otot masing masing tangan dan
kaki, pada skala 4 (kekuatan cukup kuat tapi bukan kekuatan
penuh). (kekuatan otot skala menggunakan lovettes, dengan nilai
0 - 5).
g. Sistem Endokrin
Warna kulit putih kebiruan (kusam dan kering), bersisik pada
tangan dan kaki, Wajah sedikit bengkak.
h. Sistem Integumen
Warna kulit putih kebiruan (kusam dan kering), bersisik pada
tangan dan kaki, CRT > 3 Detik, kulit diraba hangat.
i. Sistem Neurologi
Tingkat kesadaran pasien apatis.
j. Sistem Reproduksi
Tidak Ada Masalah.
k. Sistem Perkemihan
BAK tidak lancar, air kencing sedikit dan berwarna keruh.Pasien
menggunakan foley cateter.
l. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Tgl : 12 Agustus 2014
Ureum : 202,32
Kreatinin : 18,5 mg/dl
SGOT : 19
SGPT : 30
WBC : 5,5 x 103 / ?l
RBC : 3,90
HGB : 10,7
HCT : 32,5%
GDS : 161
2. Pemeriksaan Radiologi :
Hasil rontgen thorax
COR: Apeks jantung bergeser ke laterokauadal
CTR tidak dapat dinilai
Pulmo:
Tampak bercak keturunan pada pulmo
Diafragma kanan setingi kosta IX posterior
Sinus kostofrenikus kanan kiri lancip
Adanya cairan dirongga alveolus
Kesan:
Suspek kardiomegali (CV).Adanya dalam pulmo.
34
3. Pemeriksaan USG :
Ginjal kanan
: Bentuk normal, batas kortiko meduler
tampak tidak jelas, ekogenitas parenkim hiperecoic, tak
tampak batu.
Ginjal kiri
batu.
m. Diet yang diperoleh :
Uremia 170 kkal
Protein 0,6 hd/kg BB
Rendah garam
n. Terapi :
Oksigen 3 liter (nasal kanul)
Injeksi Lasix kurang lebih 3x2 ampul
Hemobion 2x1 (250 mg) per oral.
b. Analisa Data
NO
1 DS :
DATA
ETIOLOGI
Edema
MASALAH
Pola nafas tidak
efektif
Cairan masuk
DO :
ke paru
Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah: 140/90 mmHg
Nadi
: 100 x/menit
Pernafasan
: 35x/menit
Suhu
: 36,6.0c
SPO2
:80% .
Edema paru
Difusi 0ksigen
dan CO2 paru
terganggu
Pola nafas
tidak efektif
35
rongga alveolus.
2
DS :
Klien mengeluh lemah, letih,
kerusakan fungsi
Gangguan perfusi
ginjal
jaringan
lesu.
sekresi eritropoetin
DO :
menurun
Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah: 140/90 mmHg
Nadi
: 100 x/menit
Pernafasan
: 35x/menit
Suhu
: 37,6 0c
produksi eritrosit
menurun
oksi hemoglobin
menurun
suplay oksigen ke
jaringan menurun
:80% .
DS :
Klien mengatakan BAK tidak
gangguan perfusi
jaringan
Kelebihan
volume cairan
intravaskuler
Terjadi
DO :
perpindahan cairan
Dari intravaskuler
ke interstitial di
36
perifer
BB : 80 kg
Ureum 202,32 mg/dl
Cairan interstitial
meningkat
Edema perifer dan
paru
kelebihan volume
DS :
Klien mengatakan mual-mualn
cairan
Kerusakan fungsi
ginjal
Gangguan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
BUN, kreatinin
DO :
meningkat
Produksi sampah
dialiran darah
Ureum : 202,32
Kreatinin : 0,10
Masuk dalam
SGOT : 19
saluran
SGPT : 30
gastrointestinal
Nausea
HGB : 10,7
Vomitus
HCT : 32,5%
GDS : 161
Diet :
Uremia 170 kkal
Protein 0,6 hd/kg BB
Rendah garam
Gangguan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
37
DS :
Klien dan
masalah
kesehatnnya
kepada Tuhan.
hubungan yang
baik dengan
Kekuatan iman
DO :
Klien
keluarga
Memiliki
Tuhan
Berdoa dan
dan
keluarga
Kedekatan
dengan Tuhan
Memiliki
hubungan yang
DS :
Klien dan keluarga mengatakan
keluarga
Kualitas
hidup meningkat
memiliki
Semangat Hidup
Menghadapi
penyakit dengan
DO :
Klien
sabar
dan
keluarga
tampak
Pasrah kepada
Tuhan
Kualitas hidup
meningkat
3. 3 DiagnosaKeperawatan
1. Pola Nafas Tidak Efektif Berhubungan Dengan Edema Paru.
38
3. 4 Intervensi Keperawatan
NO
TUJUAN DAN
RENCANA
DX
KRITERIA HASIL
Tujuan :
a. Auskultasi bunyi nafas,
pola nafas kembali
catat adanya crakles
normal/stabil
b. Ajarkan klien batuk
Kriteria hasil :
efektif dan nafas dalam
Klien tidak mengalami
c. Atur posisi senyaman
dyspnea
mungkin
d. Batasi untuk
beraktivitas
e. Anjurkan diet
hipertonis
f. kolaborasi pemberian
oksigen
Tujuan :
Perfusi jaringan
adekuat
Kriteria hasil :
CRT kurang dari 2
RASIONAL
a. menyatakan adanya
pengumpulan sekret
b. membrsihkan jalan
nafas dan
memudahkan alirfan
oksigen
c. mencegah terjadimya
sesak nafas
d. mencegah sesak atau
hipoksia
e. mengurangi edema
paru
f. perfusi jaringan
adekuat.
a. Mengetahui penyebab
b. Edema merupakan
penyebab
c. Meningkatkan
sirkulasi perifer
39
detik.
Tujuan :
Volume cairan dalam
keadaan seimbang
Kriteria hasil :
Tidak ada edema,
keseimbangan antara
input dan output cairan
4.
Tujuan :
Mempertahankan
masukan nutrisi yang
adekuat dengan
Kriteria hasil :
Menunjukan protein
albumin stabil.
a. Awasi konsumsi
d. Meningkatkan suplai
oksigen
a. Mengetahui status
cairan, meliputi input
dan output.
b. Pembatasan cairan
akan menentukan BB
ideal, keluaran urine,
dan respon terhadap
terapi.
c. Pemahaman
meningkatkan
kerjasama klien dan
keluarga dalam
pembatasan cairan.
d. Mengetahui
keseimbangan input
dan output.
a. Mengidentifikasi
makanan / minuman
kekurangan nutrisi
b. Perhatikan adanya mual b. Menurunkan
muntah
c. Berikan makanan
sedikit tapi sering
d. Berikan diet protein 0.6
hd/kg BB
e. Berikan perawatan
mulut sering
pemasukan dan
memerlukan
intervensi
c. Porsi lebih kecil dapat
meningkatkan
masukan makanan
d. Meningkatkan protein
albumin
e. Menurunkan
ketidaknyamanan dan
mempengaruhi
40
Tujuan :
Memelihara hubungan
quran
c. Rajin melakukan halhal yang berkaitan
dengan kerohaniaan.
masukan makanan.
a. Mendekatkan diri
pada Tuhan
(membina hubungan
yang baik dengan
Tuhan melalui doa).
b. Menenangkan diri
dengan melihat dan
merengungkan
ajaran-ajaran Tuhan.
c. Meningkatkan
keimanan dengan
melibatkan diri
dengan hal-hal yang
berkaitan dengan
Tujuan :
Mempertahankan
kualitas hidup yang
baik.
a. Mampu
mengendalikan
masalah
b. Menghadapi
kerohaniaan.
a. Menghadapi segala
sesuatu dengan
tenang
b. Mampu
perawatan dengan
mengendalikan stress
dengan baik.
41
BAB IV PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Laporan ini berisi tentang Palliative Care pada penderita gagal ginjal kronik.
Diharapkan perawat dapat mengetahui lebih lagi mengenai Palliative Care dan
cara penanganan pada pasien penderita gagal ginjal kronik, tidak hanya
tindakan medis tetapi penanganan pada psikis penderita (Meningkatkan
kualitas hidup penderita) dan keluarga dan dapat melakukan komunikasi
terapeutik.
4.2
Saran
1. Bagi pembaca diharapkan makalah ini dapat memberi informasi dan
pengetahuan tentang penyakit Gagal Ginjal Kronis serta dapat menjadi
pemicu untuk melakukan tindakan pencegahan dini terhadap Penyakit
Gagal Ginjal Kronis.
2. Bagi petugas perawatan diharapkan makalah ini dapat menjadi informasi
tambahan mengenai penyakit Gagal Ginjal Kronis sehingga dapat
memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan dapat menjadi sarana
informasi bagi klien/ masyarakat dalam memberikan pendidikan
kesehatan.
3. Bagi institusi pendidikan diharapkan dapat ikut serta untuk melakukan
promosi kesehatan atau penyuluhan tentang Penyakit Gagal Ginjal
Kronis kepada masyarakat.
42
DAFTAR PUSTAKA
E.E,
Mattox
K.L,
Feliciano
Feliciano
43
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Tujuan...............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
2.1 Konsep Keperawatan Palliative Care.............................................................3
2.2 Konsep Gagal Ginjal Kronis...........................................................................9
BAB III TINJAUAN KASUS................................................................................29
3. 1............................................................................................................Kasus
.................................................................................................................29
3. 2.........................................................................................Pembahasan Kasus
....................................................................................................................31
3. 3..................................................................................Diagnosa Keperawatan
....................................................................................................................41
3. 4..................................................................................Intervensi Keperawatan
....................................................................................................................41
BAB IV PENUTUP...............................................................................................45
4.1 Kesimpulan................................................................................................45
4.2 Saran...........................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................46
44
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-Nya.
Kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Paliatif dan Menjelang Ajal.
Kami harap makalah ini bisa bermanfaat untuk kita semua demi
mengetahui informasi tentang Asuhan Keperawatan Paliatif pada Gagal
Ginjal Kronik.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan kami demi
kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Kelompok IV
45
Ansyariadi
Elly Budy Safitri
Fathor Rahman
Fifin Ayu Susanti
Leviana Dea Chindy
Johan Riayadi
46
2015
47