Anda di halaman 1dari 20

Pertemuan 6 dan 7

1.3. PEMBIASAN OLEH PERMUKAAN SFERIS


1.3.1. Titik Fokus dan Panjang Fokus pada Pembiasan oleh Permukaan Sferis Tunggal
Pada Gambar 1.13 tampak bahwa dua medium yang berbeda dibatasi dengan bidang
lengkung sferis. Sudah kita ketahui bahwa setiap cahaya yang datang pada permukaan
cembung

atau

cekung

akan

dibiaskan

sesuai

dengan

hukum

Snellius,

yaitu

n1 sin 1 n2 sin 2 , dengan 1 adalah sudut datang dan 2 adalah sudut bias.
Gambar 1.13a. menunjukkan bahwa berkas cahaya yang datang menyebar dari titik F (F
terletak pada sumbu) ke permukaan cembung akan dibiaskan sejajar sumbu. Gambar 1.13b
menunjukkan bahwa berkas cahaya yang datang pada permukaan cekung dan seolah
mengumpul di titik F (F terletak pada sumbu) akan dibiaskan sejajar sumbu C
utama. Dalam hal
ini F dinamakan titik fokus pertama dan f adalah jarak fokus pertama. Gambar 1.13c
menunjukkan bahwa berkas cahaya sejajar sumbu utama yang datang pada permukaan
cembung, akan dibiaskan menuju titik F. Sedangkan Gambar 1.13d menunjukkan bahwa
berkas cahaya sejajar sumbu utama yang datang pada permukaan cekung akan dibiaskan
seolah berasal dari sutu titik pada sumbu F. Dalam hal ini F dinamakan titik fokus kedua
dan f adalah jarak fokus kedua.

Gambar 1.18. F dan Fadalah titik fokus, f dan f adalah panjang fkcus dari permukaan bias
tunggal sferis dengan jari-jari r, dalam hal ini n < n

Jadi titik fokus pertama F adalah titik yang terletak pada sumbu, dan cahaya yang
datang dari titik tersebut atau menuju ke titik tersebut akan dibiaskan sejajar sumbu utama.
Titik fokus kedua F adalah titik yang terletak pada sumbu, dan cahaya yang datang sejajar
sumbu utama akan dibiaskan menuju ke titik tersebut atau seolah berasal dari titik tersebut.
1.3.2. Pembentukan Bayangan oleh Pembiasan pada Permukaan Lengkung Tunggal

n
F

C
Q

Gambar 1.19. Pembentukan bayangan dengan sinar-sinar istimewa pada permukaan cembung
Dengan syarat bahwa semua sinar adalah paraksial, maka pembentukan bayangan
dengan menggunakan sifat-sifat sinar istimewa adalah sebagai berikut:
1. Cahaya yang datang sejajar sumbu utama akan dibiaskan menuju atau seolah berasal
dari titik fokus kedua.
2. Cahaya yang datang melalui atau seolah menuju titik fokus pertama, akan dibiaskan
sejajar sumbu utama.
3. Cahaya yang datang melalui atau menuju titik pusat kelengkungan tidak dibelokkan.
Pada Gambar 1.14 MQ adalah bayangan nyata, yaitu bayangan yang dibentuk oleh
perpotongan sinar-sinar bias. Bayangan nyata tersebut dapat ditangkap oleh layar.

n
Q
Q
F

Gambar 1.20. Pembentukan bayangan dengan sinar-sinar istimewa pada permukaan cekung
Pada Gambar 1.15 MQ adalah bayangan maya, yaitu bayangan yang dibentuk oleh
perpotongan perpanjangan sinar-sinar bias. Bayangan maya tersebut tidak dapat ditangkap
layar.
n

C
f
s

f
s

Gambar 1.21. Geometri yang menghubungkan antara jarak benda dan jarak bayangan
Pembentukan sebuah bayangan oleh pembiasan pada sebuah permukaan lengkung
yang memisahkan dua medium dengan indeks bias n dan n dilukiskan pada Gambar 1.16.
Menurut hukum Snellius untuk pembiasan dapat dituliskan

n sin 1 n ' sin 2


Dengan anggapan bahwa semua sinar-sinar adalah paraksial, maka dapat digunakan
pendekatan untuk sudut-sudut kecil sin , sehingga kita dapatkan

n1 n ' 2

(1.45)

Dalam segitiga TCM, kita dapatkan

n
1
n'

(1.46)

Dari segitiga TMC, kita dapatkan hubungan

(1.47)

Dengan menghilangkan 1 dari persamaan (1.46) dan (1.47), maka persamaan (1.45) dapat
kita tuliskan sebagai

n n '

(1.48)

n n ' n ' n

(1.49)

Dengan menggunakan pendekatan sudut kecil

TA
TA
TA
,
, ' , maka persamaan
s
r
s

(1.49) dapat ditulis

n n' n' n

s s'
r

(1.50)

Persamaan (1.50) dinamakan persamaan Gaussian.


Kita dapat memperoleh pernyataan untuk perbesaran sebuah bayangan yang dibentuk
oleh permukaan pembias lengkung tunggal, dengan memperhatikan Gambar 1.17 yang
menunjukkan sebuah sinar dari puncak obyek ke puncak bayangan. Sinar tersebut dibelokkan
mendekati garis normal saat melewati permukaan lengkung tersebut, sehingga sudut 2 lebih
kecil dari sudut 1 .

Menurut hukum Snellius n sin 1 n' sin 2 . Untuk sinar-sinar paraksial

sin 1 tan 1

berlaku

h'
h
dan sin 2 tan 2 . Dengan pendekatan ini hukum
s'
s

Snellius menjadi
n

h
h'
n'
s
s'

Tanda minus muncul, karena h negatif, sehingga perbesaran bayangannya menjadi

h'
ns'

h
n' s

(1.51)

h
s

Gambar 1.22. Geometri untuk menetukan perbesaran lateral dari sebuah bayangan yang
dibentuk oleh pembiasan dari sebuah perukaan lengkung tunggal

1.3.3. Panjang Fokus pada Permukaan Lengkung Tunggal


Pada Gambar 1.13 tampak bahwa jika obyek terletak pada titik fokus pertama F, maka
cahaya yang dibiaskan adalah sejajar sumbu dan bayangan terbentuk di tak hingga. Dengan
demikian persamaan (1.50) dapat dituliskan sebagai

n n' n'n

f
r
sehingga

n n'n

f
r

(1.52)

Jika obyek diletakkan di tak hingga, maka cahaya yang datang seakan sejajar sumbu dan
bayangan terletak di titik fokus kedua F. Persamaan (1.50) dapat dituliskan sebagai

n n' n'n

f'
r
sehingga

n' n'n

f'
r

(1.53)

Dari persamaan (1.52) dan (1.53) kita peroleh

n n'
n' f '
atau

f
f'
n
f
Jika

(1.54)

n
n' n
dari persamaan (1.50) digantikan dengan
dari persamaan (1.52) atau dengan
f
r

n'
dari persamaan (1.53) maka kita peroleh
f'
n n' n'
n n' n

atau

s s' f '
s s' f

(1.55)

Kedua persamaan ini memberikan jarak yang konjugat untuk permukaan sferis tunggal.
1.3.4. Kesepakatan Tanda
Berikut ini adalah kesepakatan tanda yang perlu kita pahami jika kita akan bekerja
dalam bab optika geometri.
1. Semua gambar dilukiskan dengan cahaya dari arah kiri ke kanan.
2. Jarak obyek (s) disebut positif, jika jarak diukur kearah kiri dari verteks dan negatif
jika diukur ke arah kanan dari verteks.
3. Semua jarak bayangan (s) adalah positif, jika diukur ke arah kanan dari verteks, dan
negatif jika diukur kekiri dari verteks.
4. Kedua jarak fokus dinyatakan positif untuk sistem cembung dan negatif untuk sistem
cekung.
5. Dimensi obyek dan bayangan adalah positif, jika menghadap ke atas (dilihat dari
sumbu) dan negatif jika menghadap ke bawah.
6. Semua permukaan cembung dinyatakan mempunyai jari-jari positif dan semua
permukaan cekung dinyatakan mempunyai jari-jari negatif.

Contoh 1.9
Suatu permukaan cekung yang mempunyai jari-jari 4 cm memisahkan dua medium
dengan indeks bias n = 1,00 dan n = 1,50. Obyek setinggi 2 mm diletakkan di medium
pertama dengan jarak 10 cm dari verteks. Tentukan a) jarak fokus pertama, b) jarak
fokus kedua, c) jarak bayangan, dan d) tinggi bayangan.
Penyelesaian
a. Jarak fokus pertama diperoleh, jika cahaya yang dibiaskan oleh permukaan
lengkung adalah sejajar sumbu, maka diterapkan persamaan (1.52)

n n'n

f
r
1 1,5 1
1

f 8,0 cm
f
4
8
b. Jarak fokus kedua diperoleh, jika cahaya datang sejajar sumbu, untuk itu diterapkan
persamaan (1.53)

n' n'n

f'
r
1,5 1,5 1
1

f ' 12 cm
f'
4
8
c. Jarak bayangan dapat ditentukan dengan persamaan Gaussian

n n' n' n

s s'
r
1 1,5 1,5 1

s' 6,66 cm
10 s'
4

d. Untuk menentukan tinggi bayangan


Perbesaran bayangan : m

h'
ns'

h
n' s

h'
1 6,66

h' 2 mm 0,44 = 0,88 mm


2 mm
1,5 10

1.4. LENSA TIPIS


Lensa adalah benda transparan (bening) yang dibatasi dengan dua permukaan
lengkung. Suatu lensa dengan ketebalan yang diangap kecil bila dibandingkan dengan jarakjarak yang berhubungan dengan sifat-sifat lensa (contoh: jari-jari kelengkungan, jarak fokus 1
dan jarak fokus 2, jarak benda, dan jarak bayangan), maka lensa tersebut dinamakan lensa
tipis. Ketebalan lensa tipis dapat diabaikan. Lensa adalah benda transparan (bening) yang
dibatasi dengan dua permukaan lengkung.
Gambar 1.18 menunjukkan sebuah lensa yang dibatasi dengan dua permukaan
lengkung yang berjari-jari r1 dan r2, indeks bias bahan lensa n. Medium di sebelah kiri lensa
berindeks bias n dan disebelah kanan lensa n. Bayangan yang dibentuk oleh lensa, terjadi
oleh pembiasan masing-masing permukaan lengkung.
Cahaya yang berasal dari titik sumber M dibiaskan oleh permukaan lengkung pertama
dan bayangan berada di M, berlaku persamaan
n n' n'n

s1 s1'
r1

(1.56)

N1
N2
r2
r

C2

r1

C1
n

s1

n
s1

s2
s2

Gambar 1.23. Geometri terjadinya bayangan pada lensa

Oleh permukaan lengkung kedua, bayangan M dianggap sebagai benda, sehingga jarak
benda dari permukaan kedua adalah s2 s1 't , t adalah ketebalan lensa, yang dalam
pembahasan lensa tipis t dianggap berharga nol, maka s2 s1 ' .
Pembiasan oleh permukaan lengkung kedua berlaku persamaan

atau

n' n" n"n'

s2 s2 "
r2

(1.57)

n'
n" n"n'

s1 ' s 2 "
r2

(1.58)

Pembiasan oleh dua permukaan lengkung berlaku


n n'
n'
n" n'n n"n'

s1 s1 ' s1 ' s 2 "


r1
r2

Atau

n n" n'n n"n'

s1 s 2 "
r1
r2

(1.59)

Jika jarak benda s1 dinyatakan dengan s, dan jarak bayangan akhir s2 dinyatakan dengan s,
maka persamaan (1.59) dapat dituliskan
n n" n'n n"n'

s s'
r1
r2

(1.60)

Jika medium di sekitar lensa adalah sama sehingga n = n, maka persamaan (1.60) dapat
dituliskan
n n n'n n n'
, atau

s s'
r1
r2

1 1
n n
n'n
s s'
r1 r2

(1.61)

Jika medium lensa adalah udara, maka n = 1, maka persamaan (1.61) dapat dinyatakan
dengan

1 1
1 1
n'1
s s'
r1 r2

(1.62)

Jika benda terletak di tak hingga, maka bayangan akan terletak di titik fokus atau jarak
bayangan adalah f, dan persamaan (1.62) dapat ditulis

1 1
1
n'1
f
r1 r2

(1.63)

Jika ruas kanan persamaan (1.62) digantikan dengan ruas kiri persamaan (1.63), maka
persamaan (1.62) dapat dituliskan sebagai

1 1 1

s s' f

(1.64)

Contoh 1.10
Sebuah lensa bikonveks mempunyai jari-jari kelengkungan 40 cm dan 30 cm, dan
terbuat dari kaca dengan indeks bias 1,65. Jika lensa tersebut terletak di udara,
berapakah jarak fokusnya? Berapakah jarak fokus lensa tersebut jika dibenamkan ke
dalam air (indeks bias air = 1, 33)?
Penyelesaian
Jarak fokus lensa di udara

1 1
1
n'1
f
r1 r2
1
1
1
1,65 1

f
40 30

1
4,55
3 4
0,65
f 26,37 cm
/ cm
f
120 cm
120

Jarak fokus lensa di dalam air

1
n air
1
n' n air
f
r1 r2
1,33
1
1
1,65 1,33

f air
40 30
1,33
7
0,32
f air 71,25 cm
f air
120
Contoh 1.11
Sebuah lensa cembung tipis ganda memiliki indeks bias n = 1,6 dan jari-jari
kelengkungannya sama besar. Jika panjang fokusnya 15 cm, berapa besar jari-jari
masing-masing permukaan?
Penyelesaian
Jari-jari masing-masing permukaan sama, maka r1 = r dan r2 = -r
1
1 1
1,6 1

15
r r

1
2
0,6 r 18 cm
15
r

1.4.1. Diagram-diagram Sinar untuk Lensa


Untuk menentukan letak bayangan yang dibentuk oleh lensa dengan metode grafik,
kita gunakan tiga sinar utama. Untuk penyederhanan, dapat kita anggap bahwa sinar berbelok
pada bidang yang melalui pusat lensa. Untuk lensa positif, sinar-sinar utamanya adalah :
1. Sinar Sejajar, yang digambarkan sejajar dengan sumbu utama, sinar ini dibelokkan
melalui titik fokus kedua dari lensa tersebut.
2. Sinar Pusat, yang digambar melalui pusat lensa. Sinar ini tidak dibelokkan.
3. Sinar Fokus, yang digambar melalui titik fokus pertama. Sinar ini memancar sejajar
dengan sumbu utama.
Ketiga sinar ini mengumpul pada titik bayangan, seperti Gambar 1.19.

Q
P
F

Gambar 1.24. Sinar-sinar utama untuk lensa positif

Untuk lensa negatif (penyebar), sinar-sinar utamanya adalah


1. Sinar Sejajar, yang digambar sejajar sumbu utama. Sinar ini menyebar dari lensa
seolah-olah berasal dari titik fokus kedua.
2. Sinar pusat, yang digambar melalui pusat lensa. Sinar ini tidak dibelokkan.
3. Sinar Fokus, yang digambar menuju titik fokus pertama. Sinar ini memancar sejajar
dengan sumbu utama.
Perpotongan perpanjangan ketiga sinar ini membentuk bayangan maya, seperti ditunjukkan
pada Gambar 1.20

(-)

Q
Q
P

Gambar 1.25. Sinar-sinar utama untuk lensa negatif

Contoh 1.12
Sebuah benda bercahaya berada pada jarak 50 cm dari lensa cembung A, bayangan
sejati yang terjadi berada 50 cm dari lensa itu. Di belakang lensa A diletakkan lensa
cekung B pada jarak 20 cm. Ternyata bayangan terakhir ini sejati dan berada 80 cm
dari A. a) Hitung jarak titik api masing-masing lensa dan b). Lukiskan jalannya sinar
pada pembentukan bayangan!
Penyelesaian
a). Pembiasan oleh lensa A
1
1
1

sA sA ' f A
1
1
1
2

f A 25cm
f A 50 50 50

Pembiasan oleh lensa B


1
1
1

sB sB ' f B

sB s A ' AB 50 20 30cm

s B ' 80 20 60cm
1
1
1
1

f B 60cm
f B 30 60
60

b). Lukisan pembentukan bayangan (Coba gambarkan dengan pensil!)


1.5. LENSA TEBAL
Lensa tebal adalah lensa dengan ketebalan yang tidak dapat diabaikan, sehingga
dalam semua perhitungan ketebalan (t) tidak dapat dianggap sama dengan nol.
Contoh 1.13
Suatu lensa bikonveks dengan ketebalan 2 cm, mempunyai radius kelengkungan 2
cm, diletakkan pada ujung tabung yang berisi air. a) Tentukan letak bayangan akhir

dari sebuah benda diletakkan 5 cm dari verteks. Indeks bias udara, kaca dan air adalah
1,00; 1,50; dan 1,33. b) Tentukan jarak fokus lensa tersebut. c) Tentukan pula jarak
fokus lensa tersebut jika lensa diangkat dari air.
Penyelesaian

r2

r1
C1

C2
n

a. Pembiasan oleh permukaan I


n n' n'n

s1 s1'
r1
1 1,5 1,5 1

s1 ' 30 cm
5 s1 '
2

Pembiasan oleh permukaan II


n' n" n"n'

s2 s2 "
r2

s2 ' s1 't 30 2 28 cm
1,5 1,33 1,33 1,5

s 2 " 9,6 cm
28 s 2 "
2

Bayangan akhir terletak pada jarak 9,6 cm dari verteks kedua


b. Lensa tebal memiliki dua titik fokus yaitu titik fokus pertama dan titik fokus kedua.
Jika benda berada di titik fokus pertama, maka bayangan akan berada di jauh tak
hingga sehingga jarak fokus pertama dapat kita tentukan sebagai berikut:

Pembiasan oleh permukaan I


n n' n'n

f s1 '
r1
1 1,5 1,5 1
6f

s1 '
f 4
f s1 '
2

Pembiasan oleh permukaan II


n' n" n"n'

s2 s2 "
r2

6f

4 f 8
s2 ' s1 't
2
f 4
f 4

1,5 f 4 1,33 1,33 1,50

f 2,89 cm
4f 8

Titik fokus kedua diperoleh jika cahaya datang dari tak hingga
Pembiasan oleh permukaan I
n n' n'n

s1 s1'
r1
1 1,5 1,5 1

s1 ' 6 cm
s1 '
2

Pembiasan oleh permukaan II


n' n" n"n'

s2 s2 "
r2

s2 ' s1 't 6 2 4 cm
1,50 1,33 1,33 1,50

f " 2,89 cm
4
f"
2
c. Jika medium di sekitar lensa adalah udara, maka untuk menentukan jarak fokus
pertama dan kedua adalah

Pembiasan oleh permukaan I


n n' n'n

s1 s1'
r1
1 1,5 1,5 1

s1 ' 6 cm
s1 '
2

Pembiasan oleh permukaan II


n' n" n"n'

s2 s2 "
r2

s2 ' s1 't 6 2 4 cm
1,5 1 1 1,5

f " 1,6 cm
4 f"
2
1.5.1. Titik Fokus dan Titik Utama

A1

A2

A1

A2

Gambar 1.26. Diagram sinar yang menunjukkan bidang utama pertama (bidang H)
dan bidang utama kedua (bidang H) pada lensa tebal

Dua titik fokus pada lensa tebal ditunjukkan pada Gambar 1.21. Selanjutnya, Gambar
1.21a menunjukkan cahaya datang menyebar dari titik fokus pertama F dan dibiaskan sejajar
sumbu utama dan f adalah panjang fokus pertama yang diukur dari titik fokus pertama ke titik
utama pertama H. Gambar 1.21b menunjukkan cahaya datang sejajar sumbu utama akan
dibiaskan mengumpul di titik fokus kedua F, sedangkan f adalah panjang fokus kedua,
yang diukur dari titik utama kedua H ke titik fokus kedua.

Pada Gambar 1.21 tampak bahwa perpotongan perpanjangan sinar datang dan sinar
bias membentuk suatu bidang yang disebut bidang utama pertama dan didang utama kedua.
Titik H adalah perpotongan bidang utama pertama dengan sumbu utama, yang disebut juga
titik utama pertama. H adalah perpotongan bidang utama kedua dengan sumbu utama, yang
disebut sebagai titik utama kedua. Jadi pada lensa tebal, panjang fokus dan jarak-jarak yang
lain diukur dari titik-titik utama, bukan dari verteks A1 dan A2. Jika medium pada kedua sisi
lensa sama (n = n) maka f = f, tetapi jika n n, maka

f " n"

f
n

(1.65)

Buktikan persamaan (1.65)!


Pada umumnya titik-titik fokus dan titik-titik utama tidak terletak simetri terhadap
lensa, walaupun medium pada kedua sisi sama dan panjang fokus pertama dan kedua sama,
seperti dilukiskan pada Gambar 1.22.

H H

H H

H H

H H

H H

Gambar 1.27. Beberapa macam posisi bidang utama pertama dan kedua dari lensa tebal
4

T1 N
h j

T2
8

1
F1

C2

A1

C1

n
2

F1

F2
6

f
f1

f2

Gambar 1.28. Lukisan jalannya sinar paraksial yang melalui lensa tebal

Secara geometri dapat kita peroleh hubungan antar jarak pada lensa tebal. Pada Gambar 1.23
dapat dilihat bahwa dari segitiga T1A1F1 dan segitiga T2A2F1 yang sebangun, dapat
dituliskan

f ' f 'd
A1 F1 ' A2 F1 '
atau 1 1

h
j
A1T1
A2T2
Dari segitiga NHF sebangun dengan segitiga T2A2F, sehingga dapat kita tuliskan

f " f " H " A2


H " F " A2 F "

atau

h
j
H " N " A2T2
Selanjutnya kita selesaikan dua persamaan di atas untuk j/h, sehingga kita peroleh
f1 'd f " H " A2
d
atau H " A2 f "

f1 '
f"
f1 '

Jika kita mengubah HA2 menjadi A2H, maka kita mengubah tanda positif (+) menjadi
negatif (-), sehingga dapat kita tulis
A2 H " f "

d
f1 '

Dengan cara analisis geometri pula dapat kita peroleh persamaan-persamaan yang berlaku
dalam lensa tebal, seperti berikut ini (Formula Gaussian):
n n' n"
dn"
n"

f
f1 ' f 2 " f1 ' f 2 " f "

(1.66)

A1 F f 1
f
'
2

(1.67)

A1 H f

d
f2 '

(1.68)


d
A2 F " f "1
f1 '

A2 H " f "

d
f1 '

(1.69)

(1.70)

Contoh 1.14
Sebuah lensa memiliki ciri-ciri sebagai berikut, r1 = +1,5 cm, r2 = +1,5 cm, d = 2,0
cm, n = 1,00, n = 1,60, dan n = 1,30. Tentukan a) panjang fokus pertama dan kedua
dari masing-masing permukaan, b) panjang fokus pertama dan kedua sistem, dan titik
utama pertama dan kedua.
Penyelesaian
a) panjang fokus pertama dan kedua masing-masing permukaan adalah

n 11,00
,30 1,60
n nn n n 1,60

0,40 0,20
r2 1,5
1,5
f1 f r1
2
1,00
f1 f 1,60
2,5 cm
0,240 0,20 8,0 cm
1,60
f1 f 1,30
4,0 cm
02,40 0,20 6,5 cm

b) panjang fokus pertama dan kedua sistem adalah


n
n n
d n 1,60 1,30 2,0 1,30

0,4 0,2 0,1 0,3

4,0 6,5 4,0 6,5


f
f1
f1
f1 f1
f

1,00
1,30
3,333 cm dan f
4,333 cm
0,3
0,3

c) titik utama pertama dan kedua adalah


d
2,0

A1 F f 1
3,3331
4,166 cm

8,0

f
2

d
2,0
A2 F f 1
4,3331
2,167 cm

4,0

f
1

d
2,0
A1 H f
3,333
0,833 cm

8,0
f2
A2 H f

f1

4,333

2,0
2,167 cm
4,0

Tanda positif melambangkan jarak yang diukur ke kenan terhadap acuan verteks dan
tanda negatif diukur ke kiri. Dengan mengurangkan besar dua nterval, A1F dan A1H,
diperoleh panjang fokus pertama FH = 4,166 0,833 = 3,333 cm dan dapat digunakan
untuk memverifikasi jawaban b). Demikian pula pada penjumlahan dua interval yaitu
A2F dan A2H akan menghasilkan panjang fokus kedua, yaitu H F = 2,167 + 2,167
= 4,334 cm.
Untuk solusi secara grafik coba Anda lakukan sendiri!.

Anda mungkin juga menyukai