Anda di halaman 1dari 4

ika Presiden Joko Widodo memaafkan Partai Komunis Indonesia (PKI), salah satunya

melalui Pidato Kenegaraan 15 Agustus 2015, maka Jokowi wajib dilengseran.


Peringatan keras itu dilontarkan Ketua Front Pancasila dan AntiPKI, Muhammad Nur Lubis
dalam keterangannya kepada intelijen (08/07).
Kalau sampai Jokowi minta maaf kepada PKI, ini tidak bisa dimaafkan. Kalau
memanfaatkan berarti selama ini negara bersalah. Padahal yang salah itu PKI. Kalau
Pancasila sudah dilanggar wajib dilengserkan, tegas Muhammad Nur Lubis.
Menurut Nur Lubis, di era Pemerintahan Jokowi ada kecenderungan sejumlah pihak yang
mencoba memutarbalikkan fakta dan mengungkapkan bahwa PKI itu korban HAM. Lihat
saja sekarang ada penggalian mayat yang diduga korban dalam peristiwa 1965. Arahnya,
yang disalahkan orang-orang anti-PKI, tegas Nur Lubis.
Nur Lubis mengingatkan, bahwa antek-antek PKI maupun simpatisannya akan berlindung di
balik isu HAM. Padahal orang-orang PKI itu anti-HAM, anti-Panasila, tegas Nur Lubis.
Tak hanya itu, Nu Lubis juga mensinyalir, di bawah Pemerintahan Jokowi ada upaya untuk
mengaburkan peristiwa kekejaman PKI. Kalau sampai ada pengaburan sejarah kekejaman
PKI maupun permintaan maaf maka tuduhan Jokowi anak PKI itu ada benarnya juga, jelas
Lubis.
Kata Nur Lubis, semua pihak harus mewaspadai cara-cara PKI yang berambisi menguasai
negara dengan memanfaatkan pihak-pihak tertentu. Bisa saja melalui undang-undang,
penghapus TAP MPRS No. 25/1966 tentang larangan komunisme dan pembubaran PKI.
Gerakan ini sudah nampak ada, pungkas Lubis.

Intelegen

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia mengharapkan Presiden Joko Widodo dapat mengambil
inisiatif untuk meminta maaf atau menyatakan penyesalan kepada korban pelanggaran HAM
pasca 1965.
"Kita tidak memiliki pilihan, (kasus dugaan pelanggaran HAM berat pasca 1965) itu harus
diselesaikan. Karena itu menyangkut korban, menyangkut sejarah, menyangkut hak-hak
orang," kata Ketua Komnas HAM Nur Kholis dalam wawancara khusus dengan BBC
Indonesia, Rabu (16/09), di kantornya.
Tentang adanya penolakan oleh kelompok-kelompok di masyarakat terhadap penyelesaian
kasus kekerasan pasca 1965, Nur Kholis mengatakan: "Ini tidak menyangkut dengan
ideologi. Misalnya presiden harus menyatakan penyesalan kepada partai tertentu (PKI),
tidak."
Image copyright AP Image caption Permintaan maaf atau pernyataan penyesalan Presiden itu
ditujukan kepada korban kekerasan pasca peristiwa G30S dan bukan kepada PKI, kata
Komnas HAM.
"Dalam konteks korban-korban anak bangsa itulah, Presiden menyatakan penyesalannya,"
tandas Nur Kholis.
Tetapi mengapa menurut Nur Kholis permintaan Presiden itu harus didahului adanya
konsensus nasional? Apa komentarnya terhadap tuntutan sebagian korban '65 agar pelaku
tetap diadili? Bagaimana soal kuburan massal?
Berikut petikan wawancara dengan Ketua Komnas HAM Nur Kholis:
Apa yang diharapkan Komnas HAM terhadap rencana atau wacana Presiden Joko
Widodo untuk meminta maaf kepada korban pelanggaran HAM pasca 1965?
Indonesia itu masih ada beban masa lalu yang sampai hari ini belum dapat diselesaikan, yaitu
berupa kasus-kasus pelanggaran HAM. Salah-satunya kasus yang terkait peristiwa 1965.
Seharusnya, beban ini dapat diselesaikan di awal-awal 1998. Kemarin itu adalah momentum
terbaik bagi negara ini untuk menyelesaikan kasus-kasus ini
Kita ingin membangun konsensus nasional. Penyelesaian ini bukan hanya masalah Komnas
HAM, bukan hanya masalah korban, tetapi ini harus menjadi masalah bangsa.Ketua Komnas
HAM, Nur Kholis.

Dalam arti, Komnas HAM mendorong agar Presiden memberikan pernyataan maaf
secara resmi?
Ya. Bagaimana menyelesaikan persoalan-persoalan masa lalu ini. Kalau kita baca literatur, itu
tidak ada yang sama modelnya antara satu negara dengan yang lain, tetapi prinsip sama.
Misalnya, kita mau menyelesaikan kasus masa lalu yang terkait HAM, beberapa prinsip
diantaranya, misalnya, kita harus mengungkapkan kebenaran.
Setelah konsensus nasional sudah dilakukan, langkah konkret apa yang harus
dilakukan?
Setelah konsensus nasional, kita beranjak pada yang lebih teknis.
Sebagaimana yang disusun Komnas HAM dan korban serta konsultasi dengan NGO dan
kementerian terkait, tahapan berikutnya adalah pembentukan tim di bawah presiden yang
keanggotaannya bisa dari Komnas HAM, pemerintah, masyarakat sipil, kemudian juga dari
perwakilan korban.
Nah, tim di bawah Presiden inilah yang menjalankan proses berikutnya.
Proses berikutnya, misalnya mengumpulkan semua data dan informasi, meminta keterangan
dari korban dan sumber-sumber yang penting.
Dan dari sanalah, mulailah tim dapat merumuskan satu pola kejahatan masa lalu itu seperti
apa, dan lain-lain.
Bahan inilah yang kemudian dapat disampaikan kepada Presiden sebagai bahan bagi presiden
untuk setidaknya menyampaikan penyesalan peristiwa di masa lalu.
Penyesalan Presiden itu kemudian diperuntukkan kepada siapa?
Ini tidak menyangkut dengan ideologi. Misalnya presiden harus menyatakan penyesalan
kepada partai tertentu, tidak.

Dia harus menyatakan penyesalan bahwa telah terjadi conflicting ideology (konflik ideologi)
di masa lalu.
Image copyright Getty Image caption Presiden Joko Widodo telah merencanakan
penyelesaian dugaan pelanggaran HAM kasus pasca 1965 dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015.
Akan tetapi bukan itu poinnya. Poinnya adalah dari proses politik itu telah menimbulkan
serangkaian kesengsaraan bagi negara ini dan telah melahirkan banyak korban.
Di masa lalu, diduga negara sering tidak hadir terkait dengan masalah-masalah yang timbul di
masyarakat. Diduga juga bahwa negara terlibat aktif dalam peristiwa-peristiwa itu. Karena
itu, presiden dalam kapasitas sebagai kepala negara, menyatakan kita menyesalkan bahwa
telah terjadi peristiwa seperti itu, dan kita akan menyelesaikan.Ketua Komnas HAM Nur
Kholis.
Dalam konteks korban-korban anak bangsa itulah, Presiden menyatakan penyesalannya.
Itu sangat penting, karena sebagai negara hukum yang menghormati HAM, seharusnya
apapun yang terjadi apakah itu di ranah politik, apakah itu di ranah sosial maupun kultural,
jika itu prosesnya menimbulkan korban dan kerugian, maka negara harus hadir.
Di masa lalu, diduga negara sering tidak hadir terkait dengan masalah-masalah yang timbul di
masyarakat. Diduga juga bahwa negara terlibat aktif dalam peristiwa-peristiwa itu.
Karena itu, presiden dalam kapasitas sebagai kepala negara, menyatakan kita menyesalkan
bahwa telah terjadi peristiwa seperti itu, dan kita akan menyelesaikan.
Dan dengan itu, kita bersama-sama secara nasional menyatakan berharap dan berjanji bahwa
peristiwa-peristiwa ini tidak akan terjadi di masa depan.
Jadi semuanya dalam konteks ini adalah untuk kebaikan bersama.
Pemberontakan G 30S/PKI dan Cara Penumpasannya| Peristiwa
Pemberontakan G 30 S/PKI merupakan peristiwa pemberontakan terekam dalam
sejarah indonesia,pemberontakan G 30 S/PKI dimana peristiwa-peristiwa terjadi
pada tanggal 30 September sehingga pemberontakan tersebut dikatakan G 30
S/PKI, Pemerintah memiliki cara-cara dalam memusnahkan para pemberontak G
30 S/PKI sehingga Pemberontak G 30 S/PKI tak berdaya. Pemberontak G 30 S/PKI
adalah partai komunis yang ingin menguasai indonesia dengan cara apapun
termasuk membunuh para jenderal sehingga anggota TNI AD tidak mempunyai
seorang komando untuk digerakkan. Untuk lebih mengetahui secara Jelas
Tentang Pemberontakan G 30 S/PKI sebagai berikut..

Anda mungkin juga menyukai