Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Praktik Kerja Lapangan (PKL) merupakan suatu bentuk
kependidikan dengan cara memberikan pengalaman belajar bagi
mahasiswa untuk bekerja dan bersosialisasi di Instansi Pemerintah,
Perusahaan Swasta, dan lembaga BUMN. PKL ini memberikan
kesempatan mahasiswa untuk mengabdikan ilmu yang telah
diperoleh selama perkuliahan di kampus, kemudian mengaplikasikan
teori dalam dunia kerja. Pengalaman yang diperoleh selama PKL
merupakan ilmu dan pengalaman yang tidak pernah didapat
sebelumnya di kampus. Dengan adanya Praktik Kerja Lapangan
tersebut diharapkan dapat menjembatani pertukaran informasi antara
pihak perguruan tinggi dan pihak instansi, serta dapat menjadi wadah
bagi mahasiswa untuk menerapkan disiplin ilmu yang didapatkan
sehingga mampu memasuki dunia kerja setelah memperoleh gelar
kelulusan.
Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas)
adalah salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) penelitian dan
pengembangan
bertanggungjawab

pertanian
langsung

yang

berada

kepada

Pusat

di

bawah

dan

Penelitian

dan

Pengembangan Tanaman Perkebunan. Balittas mempunyai tugas


pokok untuk melaksanakan kegiatan penelitian pada beberapa
komoditas yaitu tanaman pemanis, serat, tembakau, dan minyak
industri.
1

2
Kegiatan PKL ini bertujuan untuk mengikuti kegiatan secara
langsung di lapangan dan mempelajari tatalaksana pekerjaan yang di
terapkan di Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas)
sebagai salah satu instansi yang berkaitan erat dengan bidang biologi
pengendalian hayati dan entomologi yang dapat memberikan
kesempatan mahasiswa biologi untuk praktik kerja guna berbagi
ilmu dan pengalaman terkait penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
Di Balittas ini menyediakan fasilitas yang mendukung kegiatan
penelitian meliputi laboratorium, kebun percobaan, peralatan
teknologi, perpustakaan dan musholla. Oleh sebab itu, mahasiswa
praktik kerja di balai ini diharapkan dapat menjadi sarana bertukar
informasi, pengetahuan dan pengalaman antara mahasiswa dan
peneliti.
B. Alasan Pemilihan Objek PKL
1. Balittas sebagai lembaga pemerintah yang fokus pada
kegiatan penelitian tanaman pemanis, tanaman serat buah,
tanaman serat batang, tanaman tembakau dan tanaman
minyak industri
2. Balittas sebagai lembaga pemerintah yang terus berupaya
meningkatan kualitas produksi tanaman pemanis dan serat,
utamanya dari ancaman serangan hama dan penyakit.
3. Balittas menggunakan prinsip-prinsip biologi dalam
melakukan berbagai penelitian baik yang berhubungan
dengan genetika, pemuliaan, perbenihan, pemanfaatan

3
plasma nuftah, agronomi, morfologi, fisiologi, ekologi,
entomologi, dan fitopalogi.
C. Tujuan PKL
Adapun tujuan dari PKL ini terbagi dalam beberapa hal berikut.
1. Tujuan Umum
a. Mengetahui secara langsung Balittas sebagai lembaga
yang menerapkan disiplin dan pengembangan karir.
b. Menerapkan teori yang diperoleh di bangku kuliah ke
tempat kerja.
c. Memperoleh tambahan keterampilan, informasi, dan
wawasan tentang
d. dunia kerja yang diperoleh di Balittas sebagai modal
untuk memasuki dunia kerja setelah lulus nanti.
2. Tujuan Khusus
a. Memperoleh keterampilan cara pengembangbiakan hama
dan parasitoidnya
b. Mengetahui ketidaksesuaian (incompability) reproduksi
pada empat spesies Trichogramma.
c. Mengetahui pembuktian konsep teori spesies.

BAB II
PELAKSANAAN
Kegiatan PKL dilaksanakan mulai 11 Mei hingga 23 Juni 2015.
Pelaksanaan kegiatan PKL memerlukan sebuah studi kepustakaan
untuk menunjang informasi mengenai tempat PKL dan menambah
pengetahuan mengenai kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama
PKL. Studi kepustakaan yang telah dilakukan antara lain sebagai
berikut.
A. Profil Tempat Pelaksanaan PKL
1. Sejarah dan Profil
Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas), Jl.
Karangploso 199 Malang, Jawa Timur. Pada awalnya Balai
Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat berdiri pada tahun 1918
dengan nama Algemeen Proefstation Voor de Landbouw (APL). Balai
Penelitian ini yang menangani Tanaman Pertanian Rakyat meliputi
tanaman hortikultura, tanaman pangan, dan perkebunan rakyat
Indonesia.

Balai

ini

dibawah

naungan

Departemen

Voor

Economische Zaken. Pada tahun 1942, Algemeen Proefstation Voor


de Landbouw (APL) dinamakan Noozi Sikenzyoo atau disebut
Pusat Penyelidikan Pertanian Umum di bawah pimpinan pemerintah
Jepang. Tahun 1949, APL berubah menjadi Djawatan Penjelidikan
Pertanian (Dj. PP) di bawah organisasi

Departemen Voor

Economische Zaken. Tahun 1950, Dj PP berubah menjadi Balai


Besar Penyelidikan Pertanian (BBPP) berpusat di Jl. Tjikeumeuh
sekarang Jl. Merdeka 99 Bogor.
4

5
Pada

tahun

1951,

Dibentuk

Unit

Pelaksana

Teknis/Administrasi di lingkup BBPP:1. Balai Penyelidikan Teknik


Pertanian (BPTP); 2. Balai Besar Cabang Makasar.; 3. Laboratorium
Perikanan Darat.; 4. Kantor Pusat Balai Besar sebagai koordinator.
Di bawah organisasi BBPP. Pada tahun yang sama BPTP
berdasarkan mandatnya dibagi menjadi 3 bagian 1. Bagian Teknik
Pertanian; 2. Bagian Tanaman Dagang; 3. Bagian Tanaman
Makanan. Pada Bagian Tanaman Dagang memulai kegiatan
penelitian: komoditas tembakau, kapas, kapuk, serat batang, kelapa,
jarak kepyar, wijen, tanaman insektisida, tebu, dan lain lain.
Pada tahun 1954, R. Isman Sastrodarmo menjadi Pimpinan
BPTP Perwakilan Jawa Tengah dan Jawa Timur berkedudukan di KP
Genteng, Banyuwangi di bawah organisasi BBTP Pusat. Tahun 1958,
W.G.P.T. Tamboenan menjadi Kepala Cabang BBPP Malang
berkantor di Serayu 2, Malang. R. Isman Sastrodarmo menjadi
Pimpinan BPTP Perwakilan Jawa Tengah dan Jawa Timur
berkedudukan di Jl. Kenanga 36 sekarang Jl. Industri Timur 36
Malang. Pada tahun 1961, Bagian Tanaman Dagang dipecah 2
bagian: 1. Lembaga Tanaman Serat dan Jenis-Jenis Tanaman Industri
Lainnya (LPTS); 2. Lembaga Penelitian Kelapa dan Jenis lemak
Lainnya (LPKL) di bawah organisasi induk Direktorat Jendral
Perkebunan. Tahun 1968, LPTS dan LPKL dilebur menjadi
Perwakilan Lembaga Penelitian Tanaman Industri (LPTI) Jawa
Timur di Malang.

6
Pada tahun 1972, LPTS dan LPKL dijadikan satu menjadi
Lembaga Penelitian Tanaman Industri Cabang Wilayah II Malang di
bawah organisasi induk LPTI Pusat Bogor. Kemudian tahun 1981
Lembaga Penelitian Tanaman Industri Cabang Wilayah II Malang
diubah menjadi Balai Penelitian Tanaman Industri (Balittri) di bawah
organisasi Puslitbang Tanaman Industri. Pada tahun 1984, Balittri
diubah menjadi Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat
(Balittas)

di

bawah

organisasi

induk

Puslitbang

Tanaman

Perkebunan. Pada tahun 2002, Balai Penelitian Tembakau dan


Tanaman Serat (Balittas) menjadi Balai Penelitian Tanaman
Tembakau dan Serat (Balittas). Kemudian pada tahun 2011 Balai
Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat (Balittas) menjadi Balai
Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas). Tahun 2012 sampai
sekarang, Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas) di
bawah organisasi induk Puslitbang Tanaman Perkebunan.
Balittas mempunyai tugas pokok untuk melaksanakan
kegiatan penelitian tanaman pemanis dan serat seperti tanaman
pemanis (tebu, bit, stevia), tanaman serat buah (kapas dan kapuk),
tanaman serat batang (rami, kenaf, rosela, jute, abaca, agave, linum,
dan tanaman serat batang yang lain), tembakau, dan tanaman minyak
industri (wijen, jarak kepyar, jarak pagar, kemiri minyak, dan bunga
matahari). Program penelitian dibuat berdasarkan Rencana Strategi
Balittas Tahun 2009-2014. Prioritas dan fokus penelitian berdasarkan
kepentingan stakeholders dan antisipasi terhadap permasalahan yang
ada yang meliputi program-program sebagai berikut:

7
a.

Perakitan varietas tembakau untuk menurunkan kadar tar dan


nikotin, tahan penyakit, serta meningkatkan mutu dan
produktivitas.

b.

Pengembangan varietas kapas yang tahan terhadap A.


biguttula dan hama penggerek buah, serta kekeringan, yang
memiliki produktivitas dan mutu serat tinggi.

c.

Pengembangan varietas unggul jarak pagar.

d.

Pengembangan varietas unggul kenaf untuk lahan kering dan


masam.

e.

Pengembangan varietas unggul wijen di lahan sawah


sesudah padi.

f.

Pengembangan varietas unggul rami.

g.

Usaha tani terpadu jarak kepyar di lahan kering.


Varietas-varietas unggul tersebut dilengkapi dengan paket

teknologi budi daya dan kajian kelayakan sosial ekonominya. Usulan


kegiatan penelitian dan pelaksanaan dievaluasi dan dimonitoring
oleh tim yang dibentuk oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan. Pembiayaan kegiatan penelitian dianggarkan melalui
APBN dan kerja sama dengan swasta dan pihak terkait lainnya
2. Visi dan Misi Balittas
Adapun visi dari Balittas sesuai dengan program
pembangunan pertanian yaitu Menjadi Institusi Andal Berkelas
Dunia Sebagai Penyedian Inovasi Teknologi Tepat Guna Tanaman
Pemanis, Serat, Tembakau, dan Minyak Industri. Adapun misi
Balittas adalah sebagai berikut.

8
a. Menghasilkan dan merakit teknologi yang dapat meningkatkan
produktivitas, mutu, dan daya saing tanaman pemanis, serat,
tembakau, dan minyak industri.
b. Meningkatkan kerjasama dan diseminasi hasil penelitian.
c. Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dan sarana
pendukung.
d. Memberikan saran kebijakan teknologi dan agribisnis tanaman
pemanis, serat, tembakau, dan minyak industri.
3. Mandat Kerja Balittas
a. Melaksanakan penelitian genetika, pemuliaan, pembenihan, dan
pemanfaatan plasma nutfah tanaman pemanis, serat, tembakau,
dan minyak industri.
b. Melaksanakan penelitian

morfologi,

fisiologi,

ekologi,

entomologi, fitopatologi tanaman pemanis, serat, tembakau, dan


minyak industri.
c. Melaksanakan penelitian komponen teknologi, sistem dan usaha
agribisnis tanaman pemanis, serat, tembakau, dan minyak
industri.
d. Melaksanakan penelitian penanganan hasil tanaman pemanis,
serat, tembakau, dan minyak industri.
e. Memberikan pelayanan teknik penelitian tanaman pemanis,
f.

serat, tembakau, dan minyak industri.


Penyiapan
kerjasama,
informasi,

dokumentasi,

serta

penyebarluasan dan pendayagunaan hasil-hasil penelitian


tanaman pemanis, serat, tembakau, dan minyak industri.
g. Pelaksanaan urusan ketatausahaan dan rumahtangga.
Balittas memiliki laboratorium terpadu yang terdiri dari
laboratorium

pemuliaan

dan

plasma

nutfah,

laboratorium

fitopatologi, laboratorium ekofisiologi, dan laboratorium entomologi.

9
Adapun tugas dari laboratorium terpadu ialah untuk mendukung
pelaksanaan kegiatan penelitian tanaman pemanis dan serat di
laboratorium, rumah kasa, rumah kaca, dan rumah ultraviolet.
4. Struktur Organisasi
Balittas dipimpin oleh seorang kepala balai, saat ini yang
menjabat sebagai kepala balai adalah Bapak Mastur. Kepala Balai
bertugas memimpin, membina, mengarahkan dan mengendalikan
sumber daya Balittas menuju pencapaian tugas pokok dan fungsinya
sesuai dengan perundangan. Struktur organisasi Balittas dapat dilihat
pada bagan berikut:
Kepala Balai
Ir. Mastur, M.Si.
Ph.D
Kepala Subag. Tata
Usaha
Ir. Rr. Erna Nurdjajati.,
M.Sc
Kepala Seksi Pelayanan
Kepala Seksi Jasa Penelitian
Teknik
Ir. Moch. Machfud, MP.
Ir. Cece Gambar
Suhara, MP.
2.1 Struktur Organisasi Balittas

B. Waktu Pelaksanaan PKL


Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan minimal selama 32 hari
Kelompok Jabatan
aktif yang dilaksanakan pada tempat dan waktu sebagai berikut.
Fungsional
Tempat :Laboratorium Entomologi Balittas, Karangploso
Malang.
Waktu : 11 Mei 23 Juni 2015
C. Deskripsi dan Sekuensi Aktivitas Pelaksanaan PKL

10
No

Hari/Tanggal

Kegiatan

11
1.

Senin
11 Mei 2015

2.

Selasa
12 Mei 2015

3.

Rabu
13 Mei 2015

Mendapat pengarahan tentang hal-hal


yang akan dilakukan selama PKL terutama
penelitian yang akan dilakukan
Membersihkan botol vial yang akan
digunakan untuk menyimpan telur yang
terparasit
Memasukkan madu ke dalam botol vial
yang digunakan sebagai makanan parasit
Menguas telur dari piasan telur Corcyra
yang sudah terparasit oleh parasitoid
Memasukkan telur ke dalam botol vial
masing-masing botol diisi satu telur
Melabeli
masing-masing
tempat
penyimpanan notol vial sesuai dengan
spesiesnya
Membuat potongan-potingan
kertas
dengan ukuran 2x2 cm (pias)
Mengamati
morfologu
parasitoid
Trichogramma pada bagian antena untuk
membedakan jenis kelamin jantan dan
betina
Meletakkan telur Corcyra di atas kertas
pias dengan cara satu persatu yang
ditempelkan dengan lem cair. Jika pias
tidak dipakai disimpan di dalam almari es
untuk mencegah telur Corcyra menetas
Memeriksa satu per satu telur-telur
parasitoid yang ada di dalam botol vial.
jika ada yang menetas maka diamati jenis
kelaminnya.
Mengamati jenis kelamin pada masingmasing Trichograma dengan melihat
morfologi antenanya
Menyilangkan
4
Jenis
spesies
Trichogramma
yaitu
Trichogramma

12
japonicum,
Trichogramma
chilonis,
Trichogramma nana, Trichogramma
bactrae.

4.

Kamis
14 Mei 2015

5.

Jumat
15 Mei 2015

Menyilangkan Trichogramma
j >< c
j >< b
j >< n
c >< b
c >< n
c >< b
c >< n
b >< n
b >< n
n >< n
Membuat piasan telur Corcyra
Menyilangkan
Trichogramma
ulangan ke II
j >< j
j >< c
c >< c
c >< b
c >< n
c >< b
c >< n
b >< b

untuk

13

6.

Senin
18 Mei 2015

7.

Selasa
19 Mei 2015

8.

Rabu
20 Mei 2015

9.

Kamis
21 Mei 2015

b >< n
b >< n
n >< n
Membersihkan botol vial yang akan
digunakan untuk mengampul
Memasukkan telur-telur dari empat
spesies yaitu Trichogramma japonicum,
Trichogramma chilonis, Trichogramma
nana, Trichogramma bactrae. ke dalam
botol vial
Membersihkan vial yang digunakan untuk
mengampul
Mengisi madu dalam botol vial
Mengambil hama Empoasca sp. pada
tanaman rami
Meletakkan hama tersebut pada cawan
petri yang sudah di beri kertas yang
dibasahi air dan 1 lembar daun rami,
masing-masing cawan petri diisi 10 ekor
hama
Mengamati hama yang mati dan hidup
setelah diberi perlakuan yaitu disemprot
dengan pestisida
Mengamati anakan hasil persilangan
Ulangan I
c >< c
j >< j
j >< b
j >< j
b ><b
j >< n
Mengamati telur-telur ampulan dari 4
spesies Trichogramma untuk melihat
apakah sudah ada yang menetas atau
belum

14

10. Jumat
22-05-2015

Mengamati dengan mikroskop jenis


kelamin jantan dan betina pada telur yang
sudah menetas
Menyilangkan Trichogramma yang sudah
diamati yaitu c >< c untuk ulangan ke
III
Mengambil hama Empoasca sp. pada
tanaman rami di rumah kasa dengan
menggunakan alat aspirator
Meletakkan hasil tangkapan hama pada
tabung serangga masing-masing tabung
diisi 10 ekor hama kemudian ditutup
dengan kapas yang dibungkus dengan kain
kasa
Mengamati jenis kelamin jantan dan
betina dengan mikroskop pada masingmasing telur spesies yang sudah menetas
Membuat pias dengan telur Corcyra
Menyilangkan 4 jenis Truchogramma
yaitu Ulangan II
j ><n
c >< n
j ><n
Ulangan III
j >< j
c >< b
c >< b
c >< n
b >< n
n >< n
Mengamati anakan Trichogramma hasil
persilangan ulangan I
j >< c
j >< b
j >< n
c >< b

15
11.

Senin
25-05-2015

12. Selasa
26 Mei 2015

13. Rabu
27 Mei 2015

c >< b
Menyilangkan Trichogramma Ulangan II
j >< c dan
Ulangan III b >< b
Membuat piasan telur Corcyra untuk
memperbanyak stok Trichogramma dari
masing-masing spesies
Mengampul telur-telur yang terparasit
oleh Trichogramma dari masing-masing
spesies
Mengamati
hasil
persilangan
Trichogramma Ulangan I
c >< n
b >< n
n >< n b >< n
Ulangan II
j ><b
c ><n
c ><n
b ><b
c ><b
b ><n
Mengamati anakan hasil persilangan
Trichogramma Ulangan III
c ><b
c ><n
n ><c
Mengambil hama Empoasca
dengan
aspirator di kebun. Hama tersebut
dimasukkan ke dalam tabung masingmasing diisi 10 ekor hama.
Mengganti media larva engkes ke media
yang baru. Dalam media tersebut diisi
pasir halus dan pakan berupa wortel
Mengamati dan menghitung trikoma pada
daun sampel yang diambil dari daerah
Asembagus
Mengamati dan menghitung trikoma pada
daun sampel yang diambil dari daerah

16
14. Kamis
28 Mei 2015

15. Jumat
29 Mei 2015

16. Minggu
31 Mei 2015

Asembagus
Mengamati dan menghitung trikoma pada
daun yang diambil dari daerah Asembagus
Mengamati ampulan telur dari 4 jenis
Trichogramma
Mengamati dan menghitung Empoasca
yang mati dan hidup setelah diberi
perlakuan
Mengamati dan menghitung trikoma pada
daun yang diambil dari daerah Asembagus
Mengambil Empoasca pada daun rami
dengan aspirator. dan dimasukkan ke
dalam tabung yang masing-masing diisi
10 ekor
Mengamati jenis kelamin jantan dan
betina
dari
masing-masing
jenis
Trichogramma.
Menyilangkan Trichogramma.
Ulangan III
j >< n
j >< c
j >< c c >< n
b >< n
Ulangan IV
j >< n
c >< c
j >< j
n >< c
Ulangan V
j >< n
c >< n
j >< j
Ulangan VI
j >< n
j >< j
Mengamati hasil persilangan

17
17. Senin
1 Juni 2015

18. Selasa
2 Juni 2015
19. Rabu
3 Juni 2015

20. Kamis
4 Juni 2015

21. Jumat
5 Juni 2015

Membersihkan botol vial


Memasukkan madu ke dalam botol vial
Mengamati hasil persilangan
Mengambil Empoasca di kebun dengan
aspirator dan dimasikkan ke dalam tabung,
setiap tabung diisi 10 ekor.
Libur
Menghitung larva penggerek pada tebu
Mengambil daun jarak di kebun
Menghitung ulat dan membuang daun
jarak sudah berlubang dan diganti dengan
daun jarak yang baru
Menghitung larva penggerek pada tebu
Menghitung ulat dan membuang daun
jarak yang sudah berlubang dan diganti
daun jarak yang baru
Mengambil daun jarak di kebun
Mengambil telur terparasit dari 4 jenis
Trichogramma
Menghitung larva penggerek pada tebu
Mengambil daun jarak di kebun
Menghitung ulat dan membuang daun
jarak sudah berlubang dan diganti daun
jarak yang baru
Memindahkan imago penggerek ke dalam
toples yang berisi plastik

18
22. Senin
8 Juni 2015

23. Selasa
9 Juni 2015

24. Rabu
10 Juni 2015

Mengamati
hasil
persilangan
Trichogramma
Mengamati jenis kelamin jantan dan
betina pada masing-masing spesies
Trichogramma
Menyilangkan masing-masing spesies
Trichogramma pada
Ulangan VII-X : j >< j
Ulangan V-VIII : c >< c
Ulangan V-IX : j >< b
Ulangan V-IX : j >< c
Ulangan VIII : j >< n
Ulangan V : j >< b
Ulangan V-X : c >< b
Ulangan VI : b >< b
Mengampul telur terparasit dari jenis
Trichogramma nana dan Trichogramma
bactrae
Mengampul telur terparasit dari jenis
Trichogramma chilonis
Membersihkan botol vial
Memberi sedikit madu ke dalam botol vial
untuk makanan Trichogramma
Menghitung pupa dan larva penggerek
batang tebu
Mencari Empoasca di kebun
Memasukkan Empoasca ke dalam cawan
petri masing-masing diisi 10 ekor
Menghitung pupa dan larva penggerek
batang tebu
Mengambil imago dari pupa penggerek
dan kemudian diletakkan di dalam toples

19
25. Kamis
11 Juni 2015

26. Jumat
12 Juni 2015

27. Senin
15 Juni 2015
28. Selasa
16 Juni 2015
29. Rabu
17 Juni 2015
30. Kamis
18 Juni 2015

31. Jumat
19 Juni 2015
32. Selasa
23 Juni 2015

Menghitung pupa dan larva penggerek


batang tebu
Memasukka piasan telur Corcyra ke
dalam tabung untuk perbanyakan stock
Trichogramma
Memberi madu pada tabung stock
Trichogramma
Menghitung pupa dan larva penggerek
batang tebu
Membuat larutan ringer
Menyilangkan 4 Jenis Trichogramma
Konsultasi pada dosen pembimbing
lapangan mengenai cara pembedahan
spermatheca
Melakukan pembedahan spermatheca
Menyilangkan spesies Trichogramma
Melakukan pembedahan spermatheca
Menyilangkan spesies Trichogramma
Melakukan pembedahan spermatheca
Menyilangkan spesies Trichogramma
Melakukan pembedahan spermatheca
Menyilangkan spesies Trichogramma
Konsultasi mengenai laporan PKL
Pada dosen pembimbing lapangan
Melakukan pembedahan spermatheca
Membersihkan botol vial
Membersihkan peralatan yang dipakai
selama PKL
Mengumpulkan draft laporan PKL

20
Mendiskusikan hasil penelitian selama
PKL dengan dosen pembimbing
Perpisahan dengan karyawan dan dosen
pembimbing di Balittas
Kegiatan yang dilakukan selama PKL terkait dengan Studi

33. Rabu
24 Juni 2015

ketidaksesuaian reproduksi pada empat spesies Trichogramma,


persiapan ruang penelitian, persiapann alat dan bahan penelitian,
Perbanyakan stok Trichogramma, proses persilangan Trichogramma,
proses Pembedahan alat reproduksi betina. Berikut ini uraian alat dan
bahan penelitian antara lain:
1. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi mikroskop
cahaya, mikroskop binokuler, jarum, kuas, gunting, botol vial,
tabung serangga, cawan petri, toples, kaca benda, kaca penutup
2.

dan LAF (Laminary Air Flow).


Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah telur
Corcyra cephalonica, madu, larutan ringer, kapas, kain kasa,
kertas pias, tissu, lem cair dan alat tulis.
Prosedur kerja selama pelaksanaan PKL yang terkait dengan

Studi

Ketidaksesuaian

Reproduksi

pada

Empat

Spesies

Trichogramma adalah sebagai berikut.


a. Perbanyakan stok Trichogramma
1. Menyiapkan kertas Manila berukuran 3 x 2 cm (pias) dan
dibagi menjadi 2 bagian (1 cm dan 2 cm)
2. Pada bidang kertas 2 x 2 cm diratakan tipis-tipis lem cair
yang tidak berwarna dan tidak berbau
3. Taburkan telur Corcyra cephalonica secara merata di atas
kertas pias (telur C. cephalonica sebaiknya dipaparkan

21
dengan sinar UV selama 20 menit dan untuk menjaga agar
telur tidak menetas maka disimpan di dalam almari es)
4. Masukkan sebanyak 1 pias telur C. cephalonica ke dalam
masing-masing tabung T. japonicum, T. nana, T. chilonis,
dan T. bactrae
5. Setelah 3 5 hari telur inang terparasit akan berubah warna
menjadi hitam kelabu
b. Proses Persilangan Trichogramma
1. Mengampul atau memasukkan telur C. cephalonica yang
terparasit (telur yang berwarna hitam) dengan Trichogramma
ke dalam botol vial, dengan cara menguas telur secara
perlahan agar terlepas dari piasan telur.
2. Memasukkan satu per satu telur terparasit ke dalam botol
vial dari masing-masing spesies Trichogramma.
3. Ditunggu sekitar 4-5 hari agar telur menetas.
4. Mengamati dan membedakan jenis kelamin jantan dan betina
dari masing-masing spesies Trichogramma.
5. Mengawinkan 4 spesies Trichogramma yaitu T. japonicum,
T. nana, T. chilonis, dan T. bactrae beserta resiproknya.
Dengan cara memasukkan Trichogramma jantan dan betina
ke dalam botol vial yang sudah diberi setitik madu (sebagai
pakan) dan piasan telur C. cephalonica.(sebagai inangnya)
6. Setelah 7-8 hari, anakan yang muncul diamati jenis
kelaminnya di bawah mikroskop.
7. Mencatat jenis kelamin yang muncul setiap persilangan
ditabel pengamatan.
c. Proses Pembedahan alat reproduksi betina
1. Mengawinkan 4 spesies Trichogramma yaitu T. japonicum,
T. nana, T. chilonis, dan T. bactrae beserta resiproknya di

22
dalam botol vial yang sudah diberi madu tanpa diberi piasan
telur C. cephalonica.
2. Setelah satu hari, melakukan pembedahan spermatheca yaitu
meletakkan kaca benda di bawah mikroskop, meletakkan
satu

tetes

larutan

ringer,

kemudian

mengambil

Trichogramma betina dengan jarum dan meletakkan di


dalam larutan ringer.
3. Proses pembedahan spermatheca yaitu menenggelamkan
Trichogramma agar tidak bergerak dengan jarum, kemudian
membalikkan tubuhnya dan menusuk bagian ventral thorax.
Setelah itu, jarum satunya menarik bagian ujung dari
ovipositor secara perlahan-lahan sampai terpisah.
4. Menutup preparat dengan coverglass, kemudian mengamati
pergerakan spermatozoid di dalam spermatheca dengan
mikroskop.
Prosedur pengembangbiakan larva penggerek batang tebu yaitu
sebagai berikut:
1. menyiapkan batang tebu muda berumur 3-4 bulan kemudian
di potong 8-10 cm.
2. memasukkan bagasse sebanyak 40 gram pada bagian dasar
tabung erlenmeyer lalu diisi air sebanyak 100 ml.
3. kemudian batang tebu ditata di dalam tabung erlenmayer
1000 ml.
4. selanjutnya tabung erlenmayer disumbat dengan kapas,
ditutup dengan plastik dan diikat dengan benang, lalu

23
disterilisasi dengan menggunakan autoclave selama 1,5 jam
pada suhu 1210C dan tekanan 1 atm.
5. setelah disterilisasi, tabung erlenmayer berisi sogolan tebu
dimasukkan ke dalam ruang steril yang disinari dengan
lampu ultra violet dan disimpan selama 2-3 hari sebelum
diinvestasikan dengan telur C. auricilius yang telah
dipersiapkan oleh Laboratorium Entomologi (Sudarsono,
2011).
6. selanjutnya, menginokulasikan telur ulat penggerek ke dalam
tabung erlenmayer sebanyak satu kumpulan atau satu
kelompok telur.
7. setelah 1 bulan, telur akan menetas dan akan membentuk
pupa. Jika pada tabung sudah terlihat pupa yang muncul
maka saatnya untuk memanen dan meletakkan di dalam
cawan petri.
8. setelah beberapa hari, pupa akan menjadi imago, kemudian
imago dipindahkan ke dalam plastik yang diletakkan di
dalam toples
9. imago akan menghasilkan telur dan siap dikembangbiakkan
lagi atau diberi perlakuan atau diperjual-belikan.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian

24

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang


bertujuan untuk mengetahui pengaruh rebusan simplisia daun
pulutan (Urena lobata Linn) terhadap kerusakan sel hati mencit
jantan galur Balb-c. Rancangan penelitian ini menggunakan
rancangan acak kelompok (RAK) dengan 6 perlakuan termasuk
kontrol, masing-masing dengan 4 ulangan.
Variabel terikat: persentase nekrosis sel hati mencit jantan galur
Blab-c
Variabel bebas: konsentrasi rebusan simplisia daun pulutan
(Urena lobata L.), yaitu 0% sebagai kontrol,
5%, 7,5%, 10%, 12,5%, 15%.
Variabel kontrol: keadaan eksternal mencit, meliputi suhu,
intensitas cahaya, pakan mecit dan kandang.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini berlangsung selama 1 bulan, dimulai dari
bulan Nopember hingga Desember 2015. Penelitian dilakukan
di Laboratorium Struktur Perkembangan Hewan Universitas
Negeri Malang dan kandang pemeliharaan Jurusan Biologi
Fakultas MIPA Universitas Negeri Malang serta pembuatan
preparat organ dilakukan di Laboratorium Rumah Sakit Dr.
Saiful Anwar Malang.

25

C. Objek Penelitian
Objek yang diamati dalam penelitian ini, yaitu 24 ekor
mencit putih galur Balb-c jenis kelamin jantan berumur 8-10
minggu dengan berat 22 2gram yang diperoleh dari Balai
Pengembangbiakan Hewan Penelitian Singosari Malang.
D. Alat Dan Bahan
Bahan

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

serbuk daun pulutan yang dibeli dari di Batu Material Medica


(BMM), aquades, formalin 10%, parafin, kain saring, xylol,
hematoxylin-eosin, alkohol 70% untuk sanitasi.
Alat yang digunakan dalam penelitian, yaitu siring 3
ml, alat bedah, pipet tetes, cawan petri, kaca pengaduk, bunsen,
mikroskop binokuler, kandang mencit, kaca benda, kaca
penutup, beaker glass 500 ml, beaker glass 250 ml, beaker
glass 100 ml, gelas ukur 10 ml, gelas ukur 100 ml, botol vial,
botol 250 ml.
E. Prosedur Kerja
1. Persiapan Hewan Percobaan
Penelitian ini dimulai dengan pemeliharaan mencit, yaitu
dengan

mengaklimatisasi

selama

minggu

dan

menempatkan dalam kandang yang terbuat dari plastik dan

26

diberi alas sekam yang diganti 2 kali seminggu. Selain itu


mencit diberi minum secara ad libitum dan pakan
menggunakan pallet susu sapi A.
2. Penentuan Konsentrasi dan Cara Rebusan Simplisia
Melakukan rebusan simplisia terhadap daun pulutan dengan
cara metode penyeduhan. Daun pulutan yang digunakan
dalam rebusan simplisia berupa serbuk halus diperoleh dari
Batu Materia Medica (BMM). Serbuk halus daun pulutan
sebanyak 50 gram ditambah dengan aquades sebanyak 100
ml. Dipanaskan di atas api hingga mendidih. Hasil seduhan
didinginkan dan disaring dengan kain saring. Hasil saringan
seduhan daun pulutan dengan pelarut aquades konsentrasi
100%. Larutan stok rebusan simplisi daun pulutan dibuat
beberapa konsentrasi sebagai perlakuan, yaitu 5%, 7,5%,
10%, 12,5%, 15% (Handayani et al., 2014).
3. Pemberian Perlakuan
Penelitian ini menggunakan 6 level perlakuan masingmasing dengan 4 ulangan. Kelompok perlakuan dibagi
menjadi 6 kelompok yaitu, kelompok kontrol 0%, perlakuan
1 diberikan larutan rebusan simplisia daun pulutan dengan
konsentrasi 5%, perlakuan 2 diberikan larutan rebusan
simplisia daun pultuan dengan konsentrasi 7,5%, perlakuan
3 diberikan larutan rebusan simplisia daun pulutuan dengan

27

kosentras 10%, perlakuan 4 diberikan larutan rebusan


simplisia daun pulutan dengan konsentrasi 12,5%, dan
perlakuan 5 diberikan larutan rebusan simplisia

daun

pulutan dengan konsentrasi 15%. Kelompok kontrol hanya


diberikan pelarut (aquades) dengan volume dan cara yang
sama dengan kelompok perlakuan. Pemberian perlakuan
selama 18 hari berturut-turut sebanyak 1 kali sehari secara
oral dengan menggunakan siring sebanyak 0,5 ml/20g BB
setiap pemberian (Handayani et al., 2014)..
4. Pengambilan Data
Mencit dibedah dan dibunuh dengan cara dislokasi leher
pada hari ke 19 dan diambil organ hatinya, selanjutnya lobus
hati yang paling besar dipotong. Potongan lobus hati
tersebut difiksasi dengan menggunakan larutan formalin
10% untuk dibuat sediaan histologis dengan menggunakan
metode parafin, diiris dengan ketebalan 8 m
selanjutnya

dilanjutkan

dengan

pewarnaan

dan
dengan

menggunakan hematoxylin dan eosin. Hasil dari proses


pembuatan preparat histologi hati mencit, yaitu 5 irisan hati
dalam 1 kaca benda.
F. Teknik Pengumpulan Data .

28

Hasil dari proses pembuatan preparat histologi hati mencit


diamati 3 dari 5 irisan hati mencit dalam satu kaca benda di
bawah mikroskop binokuler dengan pembesaran 40x10. 3
irisan masing-masing diamati 3 bidang pandang. Setiap bidang
pandang mengamati 1 lobulus kemudian menghitung 100 sel
disekitar vena sentral dengan menggunakan hand tally counter.
Pengamatan dibawah mikroskop dengan cara mengamati
ada/tidaknya nekrosis dan menghitung jumlah nekrosis
hepatosit mencit.:

: irisan yang diamati

: irisan yang tidak diamati


Gambar 3.1 Diagram Preparat yang
diamati
Data yang didapatkan dari penilitan berupa persentase,
kemudian data tersebut ditabulasi dan transformasi untuk
dianalisis dalam Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Tabulasi Data Persentase Kerusakan Hepatosit


Mencit akibat Pemberian Rebusan Simplisia Daun

29

pulutan (Urena lobata Linn.) untuk Masing-Masing


Kategori Kerusakan Hepaosit (Piknosis, Kareoreksis,
Kariolisis)
Perlakuan Ulangan 1
P

Kareo

Kario

P Kareo

Ulangan 4
Kario

P Kareo

0%
5%
7,5%
10 %
12,5 %
15 %

G. Analisis Data
Analisis statistik yang digunakan yaitu analisi varian
tunggal (ANAVA). Hal ini untuk mengetahui ada/tidaknya
pengaruh rebusan semplisia daun pulutan terhadap nekrosis sel
hati mencit. Jika hasil menunjukkan adanya pengaruh yang
signifikan maka, dilanjutkan dengan uji Duncan dengan taraf
selang

kepercayaan

95%.

Hal

ini,

untuk

mengetahui

konsentrasi berapakah rebusan simplisia daun pulutan mulai


berpengaruh terhadap kerusakan sel hati mencit.

Kario

30

DAFTAR RUJUKAN
Al-Jasssabi, S., Sofian, M., & Saad, A. 2011. Biochemichal Studies on Role of
Curcumin in the Protection of Liver and Kidney Damage by Antimalaria
Drug Choloquine. Journal of Toxicological Sciences. 3(1): 17-22.
Anggraini, H. 2011. Pengaruh Pemberian Jus Mengkudu (Morinda citrofolia L)
terhadap Nitric Oxide (No) dan Reaktif Oxygen Intermediet (Roi)
Makroag Tikus yang Terpapar Asap Rokok. Disertasi tidak diterbitkan.
Semarang: UNDIP.
Ashfahani, D, E., Wiratmini,I.N., & Sukmaningsih, A.A.S.A. 2015. Motilitas Dan
Viabilitas Spermatozoa Mencit (Mus Musculus L) Setelah Pemberian
ekstrak Temu Putih (Curcuma zaedoaria (Berg.). Iran Red Crescent Med
J. 17(4): E2252.
Bohtear S.U. 2011. Urena lobata L. Bangladesh: Ethnobotany Lab, Departemen
of Botany, Chittagong University,
Chittagong
4331.
Online,
(http://www.mpbdinfo/plant/urena lobata.php), diakses agustus 2015.
Dhanapal, R., Ratna J.V., Gupta, M., & Sarathchandran, I. 2012. Preliminary
study on antifertility activity of Enicostemma axillare leaves and Urena
lobata root used in Indian traditional folk medicine. Asian Pacific
Journal of Tropical Medicine. 45(12): 616-622.
Dwi, M., & Ernawati, W. 2006. Pengaruh Paparan Udara Halotan dengan Dosis
Subanestes Terhadap Gangguan Hati Mencit. Jurnal Sains dan Teknologi
Farmasi, 11 (2): 71-75 ISSN: 1410 0177.
Gunawan, S.A. 2008. Pengaruh Akut Pemberian Ekstrak Etanol Kulit Akar
Senggugu ( Clerodendron Serratum Spreng )terhadap Gambaran
Histopatologis Hepar Mencit Balb/C. Skripsi Tidak Diterbitkan.
Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Hajar, S. 2012. Skor APRI pada fibrosa hati yang dibandingkan dengan fibroscan.
Disertasi tidak diterbitan. Medan: USU.
Hariyono, Y. 2010. Pengaruh paparan berulang formalin inhalasi terhadap
keusakan sel hati dan sel ginjal mencit betina (Mus musculus) galur
Balb-c. Disertasi yang tidak diterbitkan. Malang: UM.
Irawati, Erlin. 2014. Efek Hepatoprotektif Rebusan Simplisia Daun Kemunting
(Rhodomyrtus Tomentosa [Aiton] Hassk.) terhadap Hepatotoksisitas
yang Diinduksi Parasetamol. Skripsi Tidak Dipublikasi. Pontianak:
Universitas Tanjungpura.
Maryami T. 2011. Uji kandungan kimia Rebusan Simplisia air dan alkohol Urena
lobata L. Hasil seduhan, rendaman alkohol 70% selama 24 jam, decocta,
dan infusa. Buku Program Dan Abstrak Seminar Nasional Pokjanas TOI
XXXX1. Malang: jurusan Biologi FMIPA UM.
Mshelia, I.Y., Dalori, B.M.., Hamman, L.L., & Garba, S.H. 2013. Effect of the
Aqueous Root Extract of Urena lobata (Linn) on the Liver of Albino Rat.
Research Journal of Applied Sciences, Engineering and Technology.
5(1): 01-06. ISSN: 2040-7459.
Oeij, A A., Wahyuni, L. A., Sadiah, A., & Aming, T. 2007. Gambaran Anatomi
Mikroskopik dan Kadar Malondialdehida pada Hati Mencit setelah
pemberian Minyak Kelapa Sawit Bekas Menggoreng. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. 7 (1): 15-25.

31

32

Wulandari, R., Utami P. I., & Hartanti, D. 2009. Penapisan Fitokimia dan Uji
Aktivitas Antibakteri ekstrak Etanol Herba Pulutan (Urena lobata
Linn.). Journal of Pharmacy. 06(01): 1-9. ISSN 1693-3591.
Wunderlin R.P., & Hansen, F. 2008. Atlas of Florida Vascular plant. Institute of
Systematic Botany: University of South Florida.
Purnomo,Y., Soeatmadji, D.W., Sumitro S.B., & Widodo M.A. 2015. Anti-diabetic
potential of Urena lobata leaf extract through inhibition of dipeptidyl
peptidase IV activity. Asian Pac J Trop Biomed. 5(8): 630-634.

Anda mungkin juga menyukai