Anda di halaman 1dari 16

Fakta-Fakta Manfaat Tanaman Ganja

Dalam Ilmu Medis

24 Komentar

Ganja sebagai tanaman yang paling terkenal sepanjang sejarah manusia, tidak bisa dipungkiri
telah mengalami berbagai bentuk pemberitaan yang tidak obyektif dan cenderung negatif. Dari
sudut pandang kesehatan manusia, tanaman Ganja (Cannabis sativa) adalah tanaman yang telah
memiliki sejarah panjang dalam literatur-literatur medis purba dari berbagai kebudayaan dunia.
1. Kitab Pen Tsao Ching adalah kitab pengobatan herbal yang pertama di dunia. Dikumpulkan
dari catatan-catatan Kaisar Shen Nung pada tahun 2900-2700-an S.M. (Sebelum Masehi), kitab
ini menyebutkan bahwa Ganja memiliki khasiat menghilangkan sakit datang bulan, malaria,
rematik, gangguan kehamilan, gangguan pencernaan, dan penyakit lupa.
2. Tablet (potongan-potongan batu) yang ditemukan di reruntuhan perpustakaan Ashurbanipal di
Kouyunjik adalah kumpulan peninggalan ilmu pengetahuan dari peradaban di daerah subur
Mesopotamia. Raja Ashurbanipal yang memerintah di kota Niniveh antara tahun 668 hingga 626
S.M. adalah simbol bagi kemajuan ilmu pengetahuan peradaban di Mesopotamia. Keping-keping
batu yang dipahat dengan huruf paku (cuneiform) ini menyebutkan bahwa tanaman ganja
memiliki manfaat sebagai : insektisida, perangsang seksual, menyembuhkan impotensi, neuralgia
(penghilang rasa sakit saraf), tonik (penyegar), menyembuhkan penyakit ginjal, penyumbatan
paru-paru, kejang, depresi, kecemasan, epilepsi, luka, dan memar pada kulit hingga
menghilangkan sakit menstruasi.

3. Berbagai kitab pengobatan dari India juga menyebutkan mengenai beragam khasiat ganja
dalam penyembuhan berbagai penyakit. Kitab Susruta Samhita (yang ditulis sekitar 800-300
S.M.) menyebutkan ganja berkhasiat dalam pengobatan radang pernafasan, diare, produksi cairan
yang berlebih, serta demam. Sementara kitab seperti Rajanirghanta yang ditulis oleh Nahari
Pandita pada tahun 300 masehi menyebutkan khasiat ganja untuk merangsang nafsu makan,
memperbaiki ingatan, dan menghilangkan gas dalam sistem pencernaan.
Di beberapa negara tumbuhan ini tergolong narkotika, walau tidak terbukti bahwa pemakainya
menjadi kecanduan, berbeda dengan obat-obatan terlarang jenis lain yang menggunakan bahanbahan sintetik atau semi sintetik dan merusak sel-sel otak, yang sudah sangat jelas bahayanya
bagi umat manusia. Di antara pengguna ganja, beragam efek yang dihasilkan, terutama euforia
(rasa gembira) yang berlebihan serta hilangnya konsentrasi untuk berpikir di antara para
pengguna tertentu.
Efek negatif secara umum adalah pengguna akan menjadi malas dan otak akan lamban dalam
berpikir. Namun, hal ini masih menjadi kontroversi, karena tidak sepenuhnya disepakati oleh
beberapa kelompok tertentu yang mendukung medical marijuana dan marijuana pada umumnya.
Selain diklaim sebagai pereda rasa sakit, dan pengobatan untuk penyakit tertentu (termasuk
kanker), banyak juga pihak yang menyatakan adanya lonjakan kreativitas dalam berpikir serta
dalam berkarya (terutama pada para seniman dan musisi).
Berdasarkan penelitian terakhir, hal ini (lonjakan kreativitas), juga dipengaruhi oleh jenis ganja
yang digunakan. Salah satu jenis ganja yang dianggap membantu kreativitas adalah hasil
silangan modern Cannabis indica yang berasal dari India dengan Cannabis sativa dari Barat.
Jenis ganja silangan inilah yang tumbuh di Indonesia.
Efek yang dihasilkan juga beragam terhadap setiap individu. Segolongan tertentu ada yang
merasakan efek yang membuat mereka menjadi malas, sementara ada kelompok yang menjadi
aktif, terutama dalam berfikir kreatif (bukan aktif secara fisik seperti efek yang dihasilkan
metamfetamin). Ganja, hingga detik ini, tidak pernah terbukti sebagai penyebab kematian
maupun kecanduan. Bahkan, di masa lalu dianggap sebagai tanaman luar biasa, di mana hampir
semua unsur yang ada padanya dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Hal ini sangat

bertolak belakang dan berbeda dengan efek yang dihasilkan oleh obat-obatan terlarang dan
alkohol, yang menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan hingga tersiksa secara fisik, dan
bahkan berbuat kekerasan maupun penipuan (aksi kriminal) untuk mendapatkan obat-obatan
kimia buatan manusia itu.
Dalam penelitian ilmiah dengan metode systematic review yang membandingkan efektifitas
ganja sebagai obat antiemetic didapatkan hasil ganja memang efektif sebagai obat antiemetic
dibanding prochlorperazine, metoclopramide, chlorpromazine, thiethylperazine, haloperidol,
domperidone, atau alizapride, tetapi pengunaannya sangat dibatasi dosisnya, karena sejumlah
pasien mengalami gejala efek psikotropika dari ganja yang sangat berbahaya seperti pusing,
depresi, halusinasi, paranoia, dan juga arterial hypotension.
Negeri Yunani sebagai salah satu lokasi asal penyebaran tonggak kemajuan peradaban manusia
melahirkan juga kumpulan pengetahuan medisnya. Kitab Materia Medica yang ditulis oleh
Dioscorides (1 S.M.) pada masa setelah Romawi menguasai Yunani menjadi buku rujukan bagi
ilmuwan dari banyak bangsa selama 1500 tahun. Dalam Materia Medica, Dioscorides
mencatat ganja sebagai tanaman yang serat batangnya bagus dan kuat untuk dibuat tali,
sementara bijinya bermanfaat untuk mengobati sakit telinga dan hilangnya gairah seksual
(Dioscorides 1968 3.165 p.390). Dalam de facultatibus alimentorum, Claudius Galen atau
yang lebih terkenal dengan Galen (128-201 Masehi) mencatat kalau masyarakat Yunani saat itu
memakan kue dengan bahan ganja yang dinamai cum aliis tragematis & quot untuk kegembiraan
dalam perjamuan.
Sementara sebagai obat, Galen mencatat kalau ganja dipakai untuk menghilangkan rasa sakit dan
menghilangkan gas dari saluran pencernaan. Pemikir Yunani lain yang bernama Gaius Plinius
Secundus atau Pliny si Tua (23-79 M) mencatat kegunaan ganja dalam Naturalis Historia
sebagai jus untuk mengeluarkan cacing dan binatang2 kecil yang masuk ke telinga,
menghilangkan sakit perut, menyembuhkan persendian yang kaku, rematik dan penyakit kulit.
Kumpulan pengetahuan medis dari bangsa Yunani ini kemudian diteruskan perkembangannya
oleh bangsa Arab. Bangsa Arab merupakan bangsa yang memiliki kumpulan pengetahuan medis
tentang ganja dengan jumlah paling banyak dibandingkan bangsa-bangsa yang lain sebelum abad
ke-20. Catatan pertama manfaat medis ganja dalam literatur Arab muncul dari tulisan dokter
bernama Ibn-Masawayh (857 M) yang menyebutkan kegunaannya sebagai obat sakit telinga.
Pada abad ke-10, bapak kedokteran Arab, Ibnu Sinna atau yang lebih terkenal di dunia dengan
Avicenna juga mencatat manfaat ganja untuk mengeluarkan gas dari perut.
Epilepsi merupakan penyakit yang tercatat oleh bangsa Arab sebagai penyakit yang dapat
disembuhkan dengan ganja. Ibn al-Badri pada abad ke-15 menyebutkan kalau ganja bisa
menyembuhkan serangan epilepsi dalam seketika (Lozano, 1989).
Pada awal abad ke-13 muncul larangan pertama di dunia Arab berdasarkan ajaran agama Islam
mengenai pemakaian ganja, tepatnya pada masa kekuasaan raja al-Zahir baybars (Hamarneh,
1957). Tetapi seorang dokter kerajaan yang bernama Yusuf ibn Rasul masih bersikeras
menggunakannya dalam praktek pengobatan untuk menyembuhkan sakit kepala (Lewis et al.
1971).

Catatan kegunaan medis menarik tentang ganja yang baru muncul dari bangsa Arab adalah
khasiatnya menyembuhkan tumor. Ibn Buklari pada abad ke-11 menyebutkan kalau jus dari daun
ganja bisa menyembuhkan abses di kepala, Ibn-al-Baytar seabad kemudian menyebutkan
khasiat minyak dari biji ganja untuk menghilangkan tumor yang sudah mengeras (al-awram alsiya). Catatan lain datang dari Muhammad Riza Shirwani pada abad ke-17 yang memakai biji
ganja untuk pengobatan tumor pada rahim (Mumin, 1669).

Pemakaian ganja sebagai pengobatan menyebar ke Eropa dan


bahkan ke Amerika Selatan dari negeri Arab. Bangsa Arab adalah yang memperkenalkan benua
Eropa pertama kali dengan salah satu penemuan terpenting umat manusia, yaitu kertas
(kebetulan bahan bakunya adalah serat batang ganja). Bangsa Arab juga menjadi perantara
penyebaran ilmu-ilmu kuno dari zaman keemasan Yunani dan Romawi, salah satunya adalah
ilmu medis atau pengobatan. Dalam hal ini bangsa Arab memiliki kumpulan pengetahuan khasiat
pengobatan tanaman ganja yang terbanyak di seluruh dunia sebelum abad ke-20. Berikut ini
adalah daftar beberapa ahli pengobatan yang tercatat dalam literatur pernah menyebutkan
mengenai khasiat obat dari ganja :
Ibn Masawayh (857 M) & Ishaq b. Sulayman (abad ke-10) Minyak biji ganja untuk
menyembuhkan sakit di telinga.
Ibn al-Baytar (1291) Minyak biji ganja untuk menyembuhkan gas (rih) pada telinga.

Al-Antaki (abad ke-16) minyak biji ganja dapat membunuh cacing dalam telinga &
mengeluarkan benda-benda asing dan kotoran.

Al-Dima (abad ke-9) Ganja untuk obat cacing perut.

Al-Firuzabadi (abad ke-14 15) Obat cacing kremi / habb al-qar.

Sabur ibn Sahl (abad ke-9) Menghilangkan rasa sakit kronis, sakit kepala, migrain,
mencegah keguguran, gagal melahirkan, mengurangi sakit pada rahim, & menjaga bayi
tetap pada abdomen ibunya (kitab Al-Aqrabadhin Al-Saghir).

Ibn Wafid al-Lajmi (abad ke-11) Biji ganja untuk menambah produksi air susu ibu &
menyembuhkan sakit amenorrhea.

Avicenna/Ibnu Sinna (abad ke-10) daun dan biji ganja u/ mengobati & mengeluarkan
gas dari perut.

Al-Biruni (abad ke-12) Menyembuhkan rasa sakit kronis

Al-Masi (1877) Daun ganja untuk mengeluarkan gas dari rahim, usus & lambung.

Al-Mayusi (1877) Daun ganja untuk menghilangkan dahak dari perut.

Ibn Habal (1362) Biji ganja untuk mengeluarkan cairan empedu dan dahak.

Ibn al-Baytar (1291) Ganja untuk melancarkan buang air kecil.

Ishaq b. Sulayman (1986) Ganja bisa menghangatkan badan.

Jabir ibn Hayyan (abad ke-8) Ganja memiliki sifat psikoaktif (kitab al-Sumum).

Umar Ibn Yusuf ibn Rasul (abad ke-13) Ganja sebagai obat sakit kepala.

Ibn al-Baytar (1291 AH) Minyak biji ganja untuk mengurangi sakit syaraf.

Al-Qazwini (1849) Jus ganja untuk mengurangi rasa sakit pada peradangan bola mata.

Tibbnama (1712) Tumbukan batang dan daun ganja untuk mengobati wasir.

Al-Masi (abad ke-10) Ganja untuk pengobatan epilepsi.

Al-Badri (1464) Ganja untuk mengobati epilepsi.

Abu Mansur ibn Muwaffak (abad ke-10) Ganja untuk mengobati sakit kepala (Kitab alabniya an haqaiq al-adwiya).

Avicenna (1294) Jus dari daun ganja untuk obat panu di kulit.

Al-Razi Jus daun ganja untuk merangsang pertumbuhan rambut.

Ibn Buklari (abad ke-11) Jus daun ganja untuk menyembuhkan abses (tumor) di kepala.

Muhammad Riza Shirwani (abad ke-17) Minyak biji ganja untuk mengobati tumor pada
rahim.

Berbagai catatan dari ahli-ahli pengobatan Arab ini masih mencengangkan dunia medis modern.
Mengherankan karena banyak di antara khasiat ganja yang disebutkan di atas bahkan belum
dikonfirmasi atau dibuktikan oleh ilmu pengetahuan medis saat ini, namun sudah dibuktikan dan
dipercaya kemanjurannya oleh ilmuwan-ilmuwan dari Arab.
Pada bulan November 1996 masyarakat California menyetujui proposisi 215, sebuah inisiatif
yang dapat, membuat mariyuana tersedia secara legal sebagai obat di Amerika Serikat untuk
pertama kali setelah bertahun-tahun. Dibawah undang-undang yang baru, pasien atau perawat
utama mereka yang memiliki atau menanam ganja untuk perawatan medis yang telah
direkomendasikan oleh seorang dokter akan dibebaskan dari segala tuntutan kriminal.
Pengobatannya dapat diperuntukkan bagi Kanker, anorexia, AIDS, rasa sakit kronis, kejangkejang, galukoma, arthritis, migrain, atau apapun penyakit lainnya yang dapat disembuhkan oleh
mariyuana. Dokter tidak boleh dihukum dalam cara apapun karena membuat rekomendasi, yang
dapat ditulis maupun secara lisan. Disahkannya hukum seperti ini hanyalah permulaan dari
sebuah trend yang akan menghadirkan tantangan baru bagi dokter, yang akan diminta untuk
mengambil tanggung jawab awal dimana banyak dari kita yang belum siap. Semakin banyak
pasien yang mendekati mereka dengan pertanyaan mengenai mariyuana, mereka harus
memberikan jawaban dan membuat rekomendasi. Itu berarti bahwa mereka tidak hanya harus
mendengarkan dengan lebih cermat pasien-pasien mereka namun juga mendidik mereka sendiri
dan yang lain. Mereka harus mempelajari gejala dan gangguan mana yang bisa diobati dengan

lebih baik dengan ganja daripada pengobatan yang konvensional, dan mereka mungkin perlu
untuk menjelaskan bagaimana menggunakan mariyuana.

Ganja sangatlah aman, praktis, dan obat-obatan yang potensinya sangat murah. Ketika
kami mengulas kegunaan medisnya pada tahun 1993 setelah memeriksa banyak pasien dan
sejarah kasus, kami dapat menyebutkan daftar sebagai berikut : mual dan muntahmuntah dalam kemoterapi kanker, sindroma hilangnya berat badan pada AIDS, glaukoma,
epilepsi, kejang otot dan rasa sakit kronis pada multiple sclerosis, quadriplegia dan
gangguan kejang lainnya, migrain, prurits parah, depresi, dan gangguan mood lainnya.
Sejak itu kami telah mengidentifikasi lebih dari selusin lainnya termasuk asma, insomnia,
dystonia, scleroderma, penyakit Crohns, diabetic gastroparesis, dan penyakit terminal.
Daftar ini pun masih panjang.
Sebagai contoh, ganja juga ditemukan bermanfaat dalam pengobatan dari ostoarthritis. Aspirin
dipercaya telah menyebabkan lebih dari 100 kematian setiap tahunnya di Amerika Serikat. Lebih
dari 7,600 kematian setiap tahun dan 70,000 perawatan rumah sakit yang disebabkan oleh nonsteroidal antiinflamatory drugs (NSAIDs) telah dilaporkan. Komplikasi gastrointestinal dari
NSAIDs adalah efek samping serius yang paling sering dilaporkan. Penggunaan acetaminophen
jangka panjang dianggap sebagai salah satu penyebab paling umum dari penyakit ginjal tahap
akhir. Ganja yang dihisap beberapa kali sehari sering lebih efektif dari NSAIDs atau
acetaminophen dalam osteoarthritis, dan belum pernah ada laporan kematian akibat ganja.
Sering diperdebatkan bahwa bukti dari kegunaan medis marijuana, walaupun kuat, hanyalah
cerita belaka (anecdotal). Adalah benar bahwa tidak ada studi yang memenuhi standard dari
Food and Drug Administration, terutama karena hambatan legal, birokratik dan finansial terusmenerus diberikan. Situasinya adalah ironi, karena begitu banyak penelitian telah dilakukan
terhadap marijuana, sering dalam usaha yang tidak sukses untuk menunjukkan bahaya kesehatan
dan potensi adiktif, yang kita tahu lebih banyak tentangnya daripada mengenai obat-obatan
resep. Dalam kasus apapun, penelitian yang terkontrol dapat menyesatkan jika yang diteliti
adalah pasien yang salah atau dosis yang keliru digunakan, serta respon pengobatan yang umum
(dianggap biasa oleh pasien) dapat dikaburkan dalam eksperimen grup.
Bukti-bukti anekdotal adalah sumber dari kebanyakan pengetahuan kita mengenai obat-obatan.
Seperti yang ditunjukkan oleh Louis Lasagna, eksperimen terkontrol tidak dibutuhkan untuk
mengenali potensi terapeutik daro chloral hydrate, barbiturate, aspirin, insulin atau penisilin.

Bukti-bukti anekdotal juga menunjukkan kegunaan dari propanolol dan chlorothiazide untuk
hipertensi, diazepam untuk status epilepticus, dan imipramine untuk enuresis. Semua obat-obatan
ini pada mulanya telah disetujui untuk kegunaan yang lain.
Beberapa dokter dapat menganggap ini sebagai tidak bertanggung jawab untuk didukung, lebihlebih mengadvokasi penggunaan ganja berdasarkan dari bukti-bukti anekdotal (kesaksian
pribadi), yang terlihat menghitung keberhasilan dan tidak menghiraukan kegagalan. Hal itu akan
menjadi masalah serius hanya jika ganja merupakan obat yang berbahaya. Tahun-tahun dari
usaha untuk membuktikan bahwa mariyuana berbahaya secara berlebihan telah
membuktikan sebaliknya. Ia lebih aman, dengan lebih sedikit efek samping serius,
daripada kebanyakan obat-obatan resep, dan jauh lebih tidak adiktif atau dapat
disalahgunakan daripada banyak obat yang sekarang digunakan sebagai pelemas otot,
hypnotic dan analgesic.
Karena itu dapat diperdebatkan bahwa jika hanya sedikit pasien yang bisa mendapatkan
penyembuhan dari ganja, maka ganja harus dibuat tersedia karena resiko akan sangat kecil.
Sebagai contoh, banyak pasien dengan multiple sclerosis menemukan bahwa ganja mengurangi
kejang otot mereka dan rasa sakitnya. Seorang dokter mungkin tidak yakin bahwa pasien tertentu
akan mendapatkan penyembuhan yang lebih baik dari ganja daripada obat seperti baclofen,
dantrolene, dan dosis tinggi diazepam yang telah dikonsumsi si pasien, namun satu hal yang pasti
adalah bahwa reaksi racun dari mariyuana sangatlah tidak mungkin, karena itu pertimbangan
rasio antara resiko dan manfaat membuatnya sangat patut dicoba. Bagaimanapun, sebuah bentuk
preparasi dan intruksi mungkin diperlukan, baik untuk mecapai tujuan pengobatan dan untuk
menghindari reaksi yang tidak diinginkan. Efek psikoaktif, sebagai contohnya, harus dijelaskan
kepada pasien yang awam terhadap mariyuana, yang mungkin akan mengalami kecemasan pada
penggunaan awal.

Pertimbangan legitimasi yang utama adalah efek dari merokok pada paru-paru. Banyak dokter
menemukan sulit untuk menyarankan obat yang dirokok. Walau asap ganja mengandung lebih

banyak tar dan materi partikulat daripada asap tembakau, jumlah yang diperlukan oleh
kebanyakan pasien sangatlah terbatas. Lebih lanjut, ketika mariyuana adalah obat yang dikenal
secara terbuka, solusi bagi permasalahan ini mungkin bisa ditemukan, mungkin dengan
pengembangan dari teknik untuk menghirup uap ganja. Bahkan sekarang, bahaya paling besar
dari menggunakan ganja untuk keperluan medis bukanlah ketidakmurnian dalam asapnya namun
ilegalitasnya, yang telah menempatkan kecemasan dan pengorbanan besar pada orang-orang
yang menderita.
Sebuah versi sintetis dari delta-9-tetrahydrocannabinol, zat aktif utama pada ganja, telah tersedia
dalam bentuk oral untuk keperluan terbatas sebagai obat yang termasuk daftar Schedule II
sejak tahun 1985. Obat ini, dronabinol (Marinol), secara umum dianggap sebagai kurang efektif
daripada mariyuana yang dirokok. Pasien yang mengalami mual-mual parah dan terus-menerus
muntah, sebagai contoh, dapat menemukannya sebagai hampir tidak mungkin untuk menyimpan
pil atau kapsul. THC oral secara acak dan lambat diserap ke dalam pembuluh darah; dosis dan
durasi dari efek mariyuana yang dihisap adalah lebih mudah untuk dititrasi. Lebih lanjut, THC
oral seringkali membuat banyak pasien menjadi cemas dan tidak nyaman, kemungkinan karena
cannabidiol, satu dari banyak zat pada mariyuana, memiliki efek anxiolytic.
Selain tanggung jawab langsung terhadap pasien individual yang berhubungan dengan
mariyuana medis, dokter juga mempunyai kewajiban yang bersifat sosial dan terutama politis.
Jerome P. Kassirer telah mengidentifikasinya dalam editorial New England Journal terbaru yang
berjudul Federal Foolishness and Mariyuana. Ia mendeskripsikan kebijakan pemerintah pada
mariyuana medis sebagai munafik dan memprediksi bahwa dokter yang memiliki keberanian
untuk menentang pelarangan mariyuana bagi orang sakit pada akhirnya akan memaksa
pemerintah untuk mencapai sebuah bentuk akomodasi. Tugas penting tersebut akhirnya akan
jatuh pada generasi dokter yang lebih muda, termasuk mahasiswa kedokteran saat ini dan
di masa depan.
Istilah mariyuana medis (medical mariyuana) mendapat pengertian baru yang dramatis
pada Februari tahun 2000, ketika para peneliti di Madrid mengumumkan bahwa mereka
telah menghancurkan tumor otak yang tidak bisa disembuhkan pada tikus dengan
menyuntik mereka dengan THC, zat aktif pada ganja.
Studi di Madrid menandai kesempatan kedua dimana THC telah diberikan kepada hewan yang
mengidap tumor; yang pertama adalah penyelidikan Virginia 26 tahun yang lalu. Pada kedua
studi, THC menyusutkan atau menghancurkan tumor pada sebagian besar subyek tes.
Kebanyakan masyarakat Amerika tidak mengetahui apa-apa mengenai penemuan Madrid.
Hampir tidak ada Koran Amerika Serikat yang memuat ceritanya (tidak heran, karena mereka
berusaha menutup-nutupinya -pen.), yang hanya diterbitkan sekali di jaringan berita AP dan UPI,
pada tanggal 29 februari 2000.
Bagian yang mengerikan adalah ini bukanlah pertama kalinya ilmuwan telah menemukan bahwa
THC bisa menyusutkan tumor. Pada tahun 1974 peneliti di Medical College of Virginia, yang
telah didanai oleh National Institute of Health untuk menemukan bukti bahwa mariyuana
merusak sistem kekebalan tubuh, malah menemukan bahwa THC menghambat

pertumbuhan tiga jenis kanker pada tikus kanker paru-paru dan payudara serta kanker
darah (leukimia) yang disebabkan oleh virus.
DEA dengan cepat menutup studi Virginia dan seluruh penelitian lebih lanjut mengenai ganja
dan tumor, menurut Jack Herer, yang melaporkan pada peristiwa di bukunya, The Emperor
Wears No Clothes, Pada tahun 1976 Presiden Gerald Ford menghentikan seluruh
penelitian publik terkait dengan ganja dan memberikan hak penelitian eksklusif kepada
perusahaan-perusahaan farmasi, yang merencanakan namun gagal untuk
mengembangkan bentuk sintetis dari THC yang dapat memberikan semua manfaat medis
tanpa efek tinggi.
Peneliti Madrid melaporkan pada terbitan Maret dari Nature Medicine bahwa mereka
menginjeksi otak dari 45 tikus-tikus dengan sel kanker, menghasilkan tumor yang keberadaannya
dikonfirmasi oleh MRI (Magnetic Resonance Imaging). Pada hari ke-12 mereka menginjeksi 15
ekor tikus dengan THC dan 15 ekor dengan Win-55,212-2 sebuah senyawa sintetis yang mirip
dengan THC. Semua tikus yang tidak diberi pengobatan mati dalam waktu 12-18 hari setelah
inokulasi sel glioma (kanker otak) Tikus yang diberikan cannabinoid (THC) bertahan hidup
jauh lebih lama daripada tikus yang menjadi pembanding (kontrol). Pemberian THC tidaklah
efektif pada tiga ekor tikus, yang mati pada hari 16-18. Sembilan dari tikus yang diobati dengan
THC hidup sampai melewati masa kematian dari tikus yang tidak diberikan apa-apa, dan
bertahan hidup hingga 19-35 hari. Selebihnya, tumor sepenuhnya menghilang pada ketiga tikus
yang diberi THC. Tikus-tikus yang diobati dengan Win-55,212-2 menunjukkan hasil yang sama.
Peneliti Spanyol, dipimpin oleh Dr. Manuel Guzman dari University of Complutense, juga
mencoba mengaliri otak tikus yang sehat dengan dosis besar THC selama tujuh hari, untuk
menguji efek biokimia yang berbahaya atau efek neurologis. Mereka juga tidak menemukan apaapa.
Analisis MRI yang hati-hati dari seluruh tikus yang bebas dari tumor menunjukkan tidak
adanya tanda-tanda kerusakan yang berkaitan dengan necrosis, edema, infeksi atau trauma
Kami juga meneliti potensi lain dari efek pemberian cannabinoid. Pada kedua tikus, baik yang
bebas dari tumor maupun yang mengidap tumor, pemberian cannabinoid tidak menyebabkan
perubahan yang substansial sama sekali pada ukuran perilaku seperti koordinasi motor dan
aktifitas fisik. Konsumsi makanan dan air, juga pertambahan berat badan tidak ditemukan selama
dan setelah pemberian cannabinoid. Begitu juga, profil hematologikal umum dari tikus-tikus
yang diobati dengan cannabinoid yang tampak normal. Kemudian, baik ukuran biokima maupun
penanda akan kerusakan jaringan tidak menampakkan perubahan substansial selama pemberian 7
hari atau setidaknya selama 2 bulan setelah pengobatan dengan cannabinoid berakhir.
Penelitian Guzman adalah penelitian satu-satunya sejak studi Virginia 1974 ketika THC
diberikan kepada hewan yang mengidap tumor. Ilmuwan Spanyol telah mengutip studi tahun
1998 dimana cannabinoid telah menghambat penyebaran sel kanker payudara, namun penelitian
tersebut adalah penelitian dengan cawan Petri dan tidak melibatkan subyek yang hidup.)
Dalam wawancara dengan email untuk cerita ini, ilmuwan dari Madrid mengatakan bahwa ia
telah mendengar mengenai studi Virginia, namun tidak pernah berhasil menemukan literatur

mengenainya. Bagaimanapun, artikel dalam Nature Medicine menyebutkan bahwa studi yang
baru sebagai studi yang pertama dilakukan pada hewan pengidap tumor dan tidak mengutip
penelitian Virgina tahun 1974.
Saya mengetahui keberadaan penelitian tersebut. Sebenarnya saya telah berusaha mencoba
beberapa kali untuk mendapatkan artikel jurnal dari penelitian yang asli oleh orang-orang ini,
namun terbukti tidak mungkin. Ujar Guzman.
Pada tahun 1983 pemerintahan Reagan/Bush mencoba untuk membujuk universitasuniversitas Amerika dan para peneliti untuk menghancurkan seluruh hasil penelitian
ganja dari 1966-1967, termasuk compendium dalam perpustakaan, lapor Jack Herer, yang
menyebutkan, Kami mengetahui bahwa sejumlah besar informasi sejak itu telah menghilang.

Guzman memberikan judul dari karyanya Antineoplastic Activity of Cannabinoids, sebuah


artikel pada jurnal dari National Cancer Institute tahun 1975 dan penulis ini mendapatkan
salinan dari fakultas kedokteran University of California di Davis dan mem-fax-nya ke Madrid.
Ringkasan dari studi Virginia dimulai, Pertumbuhan adenocarcinoma paru-paru Lewis telah
dihambat dengan pemberian secara oral dari tetrahydrocannabinol (THC) dan cannabinol
(CBN) dua jenis dari cannabinoid, sebuah keluarga dari komponen aktif di mariyuana. Tikus
yang diobati selama 20 hari berturut-turut dengan THC dan CBN telah berkurang ukuran tumor
utamanya.
Pada artikel jurnal tahun 1975 tidak menyebutkan mengenai kanker tumor payudara, yang hanya
dimuat sebagai cerita koran satu-satunya yang pernah muncul mengenai studi 1974 pada
bagian local dari Washington Post pada 18 Agustus, 1974. Dibawah judul, Penghambat Kanker
Tengah Dipelajari, berikut sebagian dari isinya:
Agen kimia aktif pada mariyuana yang menghambat pertumbuhan dari tiga jenis kanker pada
tikus dan juga mungkin menghambat reaksi kekebalan yang menyebabkan penolakan
transplantasi organ, telah ditemukan oleh fakultas kedokteran dari Tim Virginia. Ilmuwan,

menemukan bahwa THC memperlambat pertumbuhan dari kanker paru-paru, kanker payudara
dan leukemia yang dipicu oleh virus pada tikus laboratorium, serta memperpanjang hidup
mereka sebanyak 36 persen.
Guzman, menulis dari Madrid, dengan fasih dalam responnya setelah penulis ini mengirimkan
fax dari kliping Washington Post kepadanya seperempat abad yang lalu. Dalam terjemahan, dia
menulis :
Ini sangat menarik bagi saya, harapan bahwa proyek ini terlihat sedang bangkit pada saat ini,
dan perkembangan menyedihkan dari peristiwa-peristiwa selama tahun-tahun setelah penemuan
ini, hingga saat ini kita menutup kembali tabir akan kekuatan anti-tumor dari THC, dua puluh
lima tahun kemudian. Sayangnya, dunia terpantul-pantul antara momen harapan dan periode
panjang dari pengebirian intelektual.

Liputan-liputan berita dari penemuan Madrid hampir-hampir tidak ditemukan di negara ini.
Berita ini diterbitkan diam-diam pada 29 Februari tahun 2000 dengan cerita yang pernah dimuat
sekali pada kawat UPI tentang artikel Nature Medicine. Penulis ini menemukannya pada link
yang muncul sebentar pada halaman situs Drudge Report. New York Times, Washington
Post dan Los Angeles Times semuanya menghiraukan saja cerita ini, walaupun pentingnya
berita ini tidak dapat dipungkiri : sebuah zat tidak berbahaya yang terdapat di alam dan
dapat menghancurkan tumor otak yang mematikan.
Bila profesor Cheech dan Chong menerima bantuan universitas untuk mengajarkan sejarah
pengobatan dari subyek favorit mereka, tebal dari paket kurikulumnya akan mengejutkan. Sejak
2737 SM (sebelum masehi), kaisar yang mistis, Shen Nung dari Cina sudah meresepkan teh
ganja untuk mengatasi encok, rematik, malaria dan mungkin terdengar cukup aneh, ingatan yang
buruk. Popularitas ganja sebagai pengobatan menyebar ke seluruh Asia, Timur Tengah lalu turun
ke wilayah pantai timur afrika, dan sekte-sekte Hindu tertentu di India menggunakan mariyuana

(ganja) untuk kepentingan relijius dan pengobatan stress. Tabib dari zaman kuno juga
memperingatkan akan penggunaan berlebihan dari mariyuana (ganja), mereka mempercayai
bahwa konsumsi yang terlalu banyak dapat menyebabkan impotensi, kebutaan dan bisa
memunculkan kemampuan melihat setan.
Pada akhir abad ke-18, edisi awal dari jurnal kedokteran Amerika merekomendasikan biji ganja
dan akarnya untuk pengobatan kulit yang terbakar (inflamasi), kesulitan pencernaan dan penyakit
kelamin. Dokter dari Irlandia, william OShaughnessy pertama kali mempopulerkan penggunaan
medis mariyuana (ganja) di Inggris dan Amerika. Sebagai dokter yang bekerja untuk British
East India Company, ia menemukan bahwa ganja mengurangi sakit rematik dan bisa
membantu terhadap ketidaknyamanan dan mual pada kasus rabies, kolera dan tetanus.
Perubahan sikap Amerika terhadap tanaman ganja muncul pada akhir dari abad ke-19, ketika
diantara dua sampai lima dari populasi Amerika Serikat diketahui mengalami kecanduan
terhadap morfin, sebuah resep rahasia namun populer pada obat-obatan paten dengan nama yang
beragam seperti The Peopless Healing Liniment for Man or Beast dan Dr Fenners Golden
Relief. Untuk mencegah lebih banyak lagi masyarakat yang disapu oleh kecanduan morfinmengeluarkan Golden Relief, pemerintah memperkenalkan Pure Food and Drug Act pada tahun
1906, menciptakan Food and Drug Administration (FDA). Sementara ia tidak mengatur
mengenai mariyuana (ganja) dan hanya mengatur distribusi dari opium dan morfin dibawah
pengawasan dan kontrol dokter, regulasi dari zat-zat kimia adalah pergeseran utama pada
kebijakan obat-obatan di Amerika.
Belum pernah sebelum tahun 1914 penggunaan obat didefinisikan sebagai sebuah tindak
kriminal, di bawah Harrison Act. Untuk menghindari isu hak negara bagian, undang-undang
menggunakan pajak untuk meregulasi opium- dan obat-obatan turunan dari tanaman koka: UU
ini menghapus pajak terhadap penggunaan non-medis dari obat-obatan yang jauh lebih tinggi
dari harga obat itu sendiri, dan menghukum semua yang menggunakan obat tanpa membayar
pajak. Pada tahun 1937, dua puluh tiga negara bagian telah melarang ganja : beberapa untuk
menghentikan pecandu morfin untuk memakai obat jenis baru, dan beberapa sebagai tekanan
terhadap imigran-imigran Meksiko yang baru mulai berdatangan , terutama yang membawa obat
ini (ganja) bersama mereka.
Dengan pengecualian selama Perang Dunia ke-2, ketika pemerintah menanam sejumlah besar
ganja untuk mensuplai kebutuhan tali tambang dari Angkatan Laut serta menggantikan suplai
serat ganja dari Asia yang sudah dikuasai oleh Jepang, mariyuana (ganja) dikriminalkan dan
hukuman yang lebih berat diterapkan. Pada tahun 1950-an Kongres mengesahkan Bogss Act
dan Narcotic Control Act, yag menjadi dasar hukuman minimum bagi pelanggaran
penggunaan obat, termask kepemilikan dan distribusi mariyuana.
Terlepas dari undang-undang mariyuana pada tahun 1970-an, pemerintahan Reagan juga
menerapkan kebijakan terhadap obat-obatan yang keras kepada mariyuana. Namun tetap,
kecenderungan jangka panjang adalah kepada relaksasi : Hari ini, dua belas negara bagian telah
menerapkan setidaknya sebuah bentuk dari dekriminalisasi mariyuana.

Betapa Keyakinan dan Paradigma, memang sangat menentukan sekali dalam hidup dan
kehidupan manusia, sehingga sesuatu yang sesungguhnya memiliki nilai dan energi yang
sangat bermanfaat bagi manusia, bisa berubah fungsi menjadi sesuatu yang merusak,
membunuh dan menghancurkan diri manusia itu sendiri oleh karena Keyakinan dan
Paradigma manusia itu sendiri. Sebagaimana manfaat dari pohon atau tanaman Ganja ini
yang sesungguhnya memiliki manfaat yang teramat sangat besar dan memiliki nilai
kemuliaan yang sangat tinggi, manfaat tanaman ganja sebagai berikut : Mengaktifkan
seluruh sistem sel, menyehatkan jiwa dan raga, termasuk menyembuhkan segala penyakit,
mencerdaskan intelektual, emosional dan spiritual, efektif untuk penggunaan otak kanan,
sangat bermanfaat untuk penelitian dan pengkajian IPTEK, bermanfaat untuk
membangkitkan energi alam bawah sadar, bermanfaat untuk membuka rahasia kekuatan
alam bawah sadar yang maha dahsyat, bermanfaat untuk mengembalikan Jatidiri
Kemanusiaan yang sesungguhnya. Namun karena keyakinan dan paradigma manusia
negatif sehingga daun keabadian ini pun menjadi diharamkan.
Ganja sebagai obat bukanlah hal yang baru di belahan dunia timur, namun tidak demikian di
belahan dunia barat. Dr. OShaughnessy membawa dan mempopulerkan ganja sebagai obat dari
India ke Inggris pada tahun 1840.Tidak lama kemudian Dr. Sir Russel Reynolds, seorang dokter
pribadi dari Ratu Victoria dengan yakin memberikan resep ekstrak ganja cair kepada sang Ratu.
Sejak saat itu Ratu memakainya setiap bulan untuk menghilangkan sakit datang bulan.
Sebelumnya Ratu Victoria menggunakan opium, kokain, anggur dan bahkan kloroform untuk
menghilangkan rasa sakit datang bulan yang ia alami.

Kemudian Dr Reynolds membuat pernyataan dalam edisi perdana salah satu jurnal kedokteran
tertua di Inggris, The Lancet, bahwa ganja Bila dalam keadaan murni dan diberikan dengan
hati-hati, adalah salah satu obat paling berharga yang kita miliki.
Sementara American Medical Association (AMA), mengklaim bahwa ganja tidak memiliki
nilai medis, industri farmasi besar malah sibuk mendapatkan paten untuk produk-produk berbasis
marijuana (ganja).

Posisi pemerintah Amerika Serikat yang menolak riset dan penggunaan medis marijuana adalah
kebijakan publik yang irasional dan bobrok secara moral. Mengenai poin ini, sedikit warga
Amerika yang tidak setuju. Mengenai pertanyaan mengapa pejabat-pejabat pemerintah federal
masih mempertahankan kebijakan yang tidak manusiawi dan tidak fleksibel ini, adalah cerita
yang lain.
Satu teori populer yang berusaha untuk menjelaskan pelarangan pemerintah federal yang tampak
tidak bisa dijelaskan terhadap ganja sebagai obat medis berbunyi seperti ini : Baik pemerintah
Amerika Serikat maupun industri farmasi tidak akan mengizinkan penggunaan ganja (marijuana)
sebagai pengobatan medis karena mereka tidak bisa mematenkannya atau mengambil
keuntungan darinya.
Ini adalah teori yang menarik, namun saya telah menemukannya tidak akurat maupun persuasif.
Inilah kenapa;

Pertama, biarkan saya menyatakan hal yang jelas. Industri farmasi besar sedang sibuk
mendaftarkan dan telah menerima beragam paten untuk khasiat pengobatan dari ganja. Ini
adalah termasuk kepada turunan sintetis dari ganja (seperti pil oral yang mengandung THC,
Marinol), agonis cannabinoid (agen sintetis yang mengikat kepada reseptor endocannabinoid
otak) seperti HU-210 dan antagonis ganja seperti Rimonabant. Kecenderungan ini baru-baru saja
diringkas dalam makalah NIH (National Institute of Health) yang berjudul, Sistem
endocannabinoid sebagai sasaran yang sedang berkembang dalam bidang farmakoterapi, yang
menyimpulkan, Minat yang terus bertumbuh terhadap ilmu pengetahuan yang mendasari
pengobatan ganja telah ditandingi oleh pertumbuhan jumlah obat cannabinoid dalam
perkembangan farmasi dari 2 pada tahun 1995 hingga 27 pada tahun 2004. Dalam kata lain,
pada saat yang sama American Medical Association memproklamirkan bahwa ganja tidak
memiliki nilai medis, industri farmasi besar malah sedang dalam kegilaan untuk mengeluarkan
lusinan obat berbasis ganja baru ke pasar.

Tidak juga semua obat-obatan ini akan berupa pil sintetis. Yang tercatat, semprotan oral dari
perusahaan GW Pharmaceutical, Sativex, adalah ekstrak alamiah ganja dalam dosis yang telah
dibuat standard. (Ekstrak ini, terutama THC dan senyawa anxiolytic yang non-psikoaktif, CBD,
diambil langsung dari tanaman marijuana/ganja yang ditumbuhkan dalam gudang perusahaan
yang tertutup.)

Apakah minat yang mendadak berkembang dari industri farmasi besar pada penelitian dan
pengembangan obat-obatan berbasis ganja berarti bahwa kalangan industri secara proaktif
mendukung pelarangan mariyuana/ganja? Tidak jika mereka tahu apa yang baik bagi mereka.
Biarkan saya menjelaskan.
Pertama, setiap dan semua obat-obatan berbasis ganja harus diberikan persetujuan dari badan
pengaturan federal seperti FDA (Food & Drug Administration) Amerika Serikat sebuah proses
yang lebih didasari oleh politik daripada kemajuan ilmiah. Kemungkinannya adalah bahwa
pemerintah yang masih bersikap negatif terhadap ganja tanpa alasan yang masuk akal juga akan
bersikap negatif terhadap memberikan keputusan terhadap farmasi berbasis ganja.
Sebuah contoh dari ini dapat ditemukan pada penolakan terbaru Medicine and Health Products
Regulatory Agency (agen regulasi produk-produk kesehatan) dari Sativex sebagai obat resep di
Amerika Serikat dan Inggris Raya. (Perusahaan ayah Sativex, GW Parmaceuticals, bermarkas
di London.) Dalam tahun-tahun terakhir, politisi Inggris telah mengambil garis keras terhadap
penggunaan rekreasional dari mariyuana Memuncak pada deklarasi perdana menteri Gordon
Brown bahwa ganja hari ini memiliki kualitas mematikan. (tidak lama kemudian, parlemen
memutuskan untuk memerberat hukuman/penalti kriminal terhadap kepemilikan dari obat dari
mulai peringatan verbal hingga lima tahun hukuman penjara.) Dalam lingkungan seperti ini
tidaklah mengherankan bahwa pembuat peraturan di Inggris telah dengan tegas menolak untuk
melegalisasi obat-obatan berdasar ganja, bahkan sebuah obat dengan catatan keamanan yang
sangat bersih seperti Sativex? Sebaliknya, pembuat undang-undang Kanada yang memiliki
pandangan yang lebih liberal terhadap penggunaan ganja alamiah dan melaksanakan
distribusinya kepada pasien yang berhak akhir-akhir ini telah menyetujui Sativex sebagai obatobatan resep.
Tentunya, mendapatkan persetujuan perundang-undangan barulah setengah dari pertempuran.
Hambatan utama bagi industri farmasi besar adalah menemukan konsumen untuk produknya.

Disini lagi, sebuah kebudayaan yang akrab dengan dan mendapat pengetahuan mengenai
kegunaan pengobatan ganja akan cenderung lebih terbuka terhadap penggunaan obat-obatan
berbasis ganja daripada populasi yang masih tersangkut dalam cengkeraman film propaganda
seperti Reefer Madness. [baca : Konspirasi Ganja : Tanaman Multi Manfaat Yang Dilarang]
Akankah pasien-pasien yang telah memiliki pengalaman langsung dengan penggunaan medis
ganja yang alami beralih ke obat-obatan farmasi berbasis ganja jika suatu saat tersedia dengan
legal? Mungkin tidak, namun individu-individu ini hanya menyusun sebagian kecil dari populasi
Amerika Serikat. Tentunya banyak yang lain akan beralih termasuk banyak pasien-pasien
berumur tua yang tidak pernah berminat untuk mencoba atau mencari ganja yang alami. Intinya,
terlepas dari apakah ganja legal atau tidak, obat-obatan farmasi berbasis ganja tanpa ragu akan
memiliki daya tarik yang luas.
Tetapi tidakkah ketersediaan legal dari ganja akan mendorong pasien untuk lebih sedikit
menggunakan obat-obatan farmasi secara keseluruhan? Mungkin, walau sangat kecil
kemungkinannya akan mempengaruhi maksud utama industri-industri farmasi besar.
Yang pasti, kebanyakan individu di Belanda, Kanada dan Kalifornia tiga daerah dimana ganja
untuk medis adalah legal dan juga mudah didapat pada pasar terbuka menggunakan obatobatan resep, dan bukan ganja, untuk mengobati penyakit mereka. Lebih lanjut, terlepas dari
ketersediaan sejumlah besar obat herbal dan tradisional seperti Echinacea, Witch Hazel, dan
Eastern hemlock, kebanyakan warga Amerika terus berpaling kepada produk farmasi sebagai
obat pilihan mereka.
Haruskah munculnya pengobatan alernatif dengan ganja yang legal akan memicu atau
membenarkan kriminalisasi dari pasien yang menemukan penyembuhan yang lebih superior dari
tanaman ganja alamiah? Tentunya tidak. Namun, sebagaimana sektor swasta terus bergerak ke
depan dengan penelitian mengenai keamanan dan keberhasilan dari farmasi berbasis ganja, akan
menjadi lebih sulit bagi pemerintah dan penegak hukum untuk mempertahankan kebijakan
mereka yang absurd dan tidak logis dari melarang ganja secara keseluruhan.
Tentunya, jika tidak karena advokat yang telah bekerja selama empat dekade untuk melegalkan
ganja untuk pengobatan medis, kecil kemungkinan bahwa siapapun terutama industri farmasi
akan mengalihkan perhatian mereka kepada perkembangan dan pemasaran dari obat-obatan yang
berbasis ganja. Dalam kata lain, saya tidak akan menahan nafas saya untuk menunggu akan
datangnya cek royalti apapun.
Oh ya, dan bagi mereka yang mengklaim bahwa pemerintah Amerika Serikat tidak bisa
mematenkan ganja untuk obat medis, bisa memeriksa Paten US no. #6630507.
Paul Armentano adalah analis kebijakan senior di Yayasan NORML (National Organization for
the Reform of Marijuana Laws) , Washington, DC.

Anda mungkin juga menyukai