Supervisor :
dr. Sri Sofiyani, M.Ked(Ped), Sp.A(K)
dr. Monalisa Elisabeth, M.Ked(Ped), Sp.A
dr. Ika Citra Dewi Tanjung, M.Ked(Ped), Sp.A
dr. Lily, Sp.A
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN. . 1
1.1 Latar Belakang.... 1
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA.. 2
2.1 Defenisi
2.3 Patofisiologi...... 5
2.4 Evaluasi Diagnosis..
21
DAFTAR PUSTAKA.
22
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesibukan orangtua yang bekerja berdampak pada kurang diperhatikannya
aspek perkembangan anak-anak mereka karena mereka lebih memfokuskan pada
pekerjaan. Sehingga banyak anak yang tidak mendapatkan perhatian yang
seharusnya salah satunya dari segi perkembangan mental dan emosional anak.
Tidak diperhatikannya perkembangan mental dan emosional anak tersebut
berakibat sering ditemui anak yang mengalami gangguan perilaku seperti
gangguan hiperaktifitas. Dalam tahun terakhir ini gangguan hiperaktif menjadi
masalah yang menjadi sorotan dan menjadi perhatian utama di kalangan medis
ataupun di masyarakat umum
Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktifitas sering disebut sebagai
ADHD (Attention Deficit and Hyperactive Disorders) ditandai dengan adanya
ketidakmampuan anak untuk memusatkan perhatiannya pada sesuatu yang
dihadapi, sehingga rentang perhatiannya sangat singkat waktunya dibandingkan
anak lain yang seusia dan biasanya disertai dengan gejala hiperaktif dan tingkah
laku yang impulsif. Kelainan ini dapat mengganggu perkembangan anak dalam
hal kognitif, perilaku, sosialisasi maupun komunikasi.
Diagnosis and Statistic Manual (DSM IV) menyebutkan prevalensi
kejadian ADHD pada anak usia sekolah berkisar antara 3 hingga 5 persen. Di
indonesia angka kejadiannya masih belum angka yang pasti, meskipun tampaknya
kelainan ini tampak cukup banyak terjadi. Terkadang seorang anak hanya
dianggap 'nakal' atau 'bandel' dan 'bodoh', sehingga seringkali tidak ditangani
secara benar, seperti dengan kekerasan yang dilakukan oleh orang tua dan guru
akibat dari kurangnya pengertian dan pemahaman tentang ADHD. Terdapat
kecenderungan lebih sering pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan.
Secara epidemiologis rasio kejadian dengan perbandingan 4:1. Sering dijumpai
pada anak usia pra sekolah dan usia sekolah, terdapat kecenderungan keluhan ini
akan berkurang setelah usia Sekolah Dasar. Meskipun tak jarang beberapa
manifestasi klinis tersebut dijumpai pada remaja atau orang dewasa.
ADHD mempunyai onset gejala sebelum usia 7 tahun. Sebagian akan
menetap saat remaja atau dewasa. Diperkirakan penderita ADHD akan menetap
sekitar 15-20% saat dewasa. Sekitar 65% akan mengalami gejala sisa saat usia
dewasa atau kadang secara perlahan menghilang. Angka kejadian ADHD saat usia
dewasa sekitar 2-7%. Predisposisi kelainan ini adalah 25 persen pada keluarga
dengan orang tua yang membakat.
Deteksi dini gangguan ini sangat penting dilakukan untuk meminimalkan
gejala dan akibat yang ditimbulkannya dikemudian hari. Hal ini harus melibatkan
beberapa lapisan masyarakat. Baik di kalangan medis maupun nonmedis. Dokter
umum, dokter spesialis anak dan klinisi lainnya yang berkaitan dengan kesehatan
anak harus bisa mendeteksi sejak dini faktor resiko dan gejala yang terjadi.
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan penyuluhan
kepada orangtua mengenai cara mendeteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian
dan Hiperaktifitas (ADHD) pada anak usia prasekolah.
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Defenisi
Definisi hiperaktifitas adalah suatu peningkatan aktifitas motorik hingga
pada tingkatan tertentu yang menyebabkan gangguan perilaku yang terjadi,
setidaknya pada dua tempat dan suasana yang berbeda. Aktifitas anak yang tidak
lazim dan cenderung berlebihan yang ditandai dengan gangguan perasaan gelisah,
selalu menggerak-gerakkan jari-jari tangan, kaki, pensil, tidak dapat duduk
dengan tenang dan selalu meninggalkan tempat duduknya meskipun pada saat
dimana dia seharusnya duduk dengan tenang.. Terminologi lain yang dipakai
mencakup beberapa kelainan perilaku meliputi : perasaan yang meletup-letup,
aktifitas yang berlebihan, suka membuat keributan, membangkang dan destruktif
yang menetap.
Pada anak normal seringkali menunjukkan tanda-tanda: kurang perhatian,
mudah teralihkan perhatiannya, emosi yang meledak-ledak bahkan aktifitas yang
berlebihan. Hanya saja pada anak dengan kelainan ADHD, gejala-gejala ini lebih
sering muncul dan lebih berat kualitasnya dibandingkan anak normal seusianya.
Pola perhatian anak terhadap suatu hal terbagi menjadi beberapa
klasifikasi. Kelompok yang paling berat adalah over ekslusif dimana seorang anak
hanya terfokus pada sesuatu yang menarik perhatiannya tanpa mempedulikan hal
lain secara ekstrem (misalnya pada bayi yang sedang memperhatikan kancing
bajunya dan tidak mempedulikan rangsangan lain) pola ini disebut autisme.
Kelompok dengan derajat sedang terjadi fokus perhatian anak mudah teralihkan.
Perhatian hanya mampu bertahan beberapa saat saja oleh suatu rangsangan lain
yang mungkin tidak adekuat. Hal ini dinamakan kesulitan perhatian (attention
deficit hyperactivity disorder). Kondisi normal adalah pola yang paling baik
karena anak mampu memperhatikan sesuatu dan mengalihkannya terhadap yang
lain pada saat yang tepat tanpa kehilangan daya konsentrasi, pola ini merupakan
pola normal perkembangan mental anak secara matang.
penelitian
menunjukkan
efektifitas
pengobatan
dengan
dopaminergic
dan
noradrenergic
neurotransmission
tampaknya
(membenturkan
kepala,
memukul
kepala,
menjatuhkan
kepala
dan tangan jelek., sulit bekerjasama, suka menentang dan tidak menurut, suka
menyakiti diri sendiri (menarik rambut, menyakiti kulit, membentur kepala dll)
dan gangguan tidur.
Tanda dan gejala pada anak yang lebih besar adalah tindakan yang hanya
terfokus pada satu hal saja dan cenderung bertindak ceroboh, mudah bingung,
lupa pelajaran sekolah dan tugas di rumah, kesulitan mengerjakan tugas di sekolah
maupun di rumah, kesulitan dalam menyimak, kesulitan dalam menjalankan
beberapa perintah, sering keceplosan bicara, tidak sabaran, gaduh dan bicara
berbelit-belit, gelisah dan bertindak berlebihan, terburu-buru, banyak omong dan
suka membuat keributan, dan suka memotong pembicaraan dan ikut campur
pembicaraan orang lain
Gejala-gejala diatas biasanya timbul sebelum umur 7 tahun, dialami pada
2 atau lebih suasana yang berbeda (di sekolah, di rumah atau di klinik dll), disertai
adanya hambatan yang secara signifikan dalam kehidupan sosial, prestasi
akademik dan sering salah dalam menempatkan sesuatu, serta dapat pula timbul
bersamaan dengan terjadinya kelainan perkembangan, skizofrenia atau kelainan
psikotik lainnya.
Tampilan lainnya pada anak dengan hiperaktif terjadi disorganisasi afektif,
penurunan kontrol diri dan aktifitas yang berlebihan secara nyata.
Mereka
biasanya bertindak 'nekat' dan impulsif, kurang sopan, dan suka menyela
pembicaraan serta mencampuri urusan orang lain. Sering kurang memperhatikan,
tidak mampu berkonsentrasi dan sering tidak tuntas dalam mengerjakan sesuatu
serta berusaha menghindari pekerjaan yang membutuhkan daya konsentrasi
tinggi, tidak menghiraukan mainan atau sesuatu miliknya, mudah marah, sulit
bergaul dan sering tidak disukai teman sebayanya. Tidak jarang mereka dengan
kelainan ini disertai adanya gangguan pertumbuhan dan perkembangan, tetapi
tidak didapatkan kelainan otak yang spesifik. Pada umumnya prestasi akademik
mereka tergolong rendah dan minder. Mereka sering menunjukkan tidakan anti
sosial dengan berbagai alasan sehingga orangtua, guru dan lingkungannya
memperlakukan dengan tidak tepat dan tidak menyelesaikan masalah.
10
Enam atau lebih gejala dari kurang perhatian atau konsentrasi yang tampak
paling sedikit 6 bulan terakhir pada tingkat maladaptive dan tidak konsisten
dalam perkembangan.
INATTENTION
a. Sering gagal dalam memberi perhatian secara erat secara jelas atau membuat
kesalahan yang tidak terkontrol dalam :
1. sekolah
2. bekerja
3. aktifitas lainnya
b. Sering mengalami kesulitan menjaga perhatian/ konsentrasi dalam menerima
tugas atau aktifitas bermain.
c. Sering kelihatan tidak mendengarkan ketika berbicara secara langsung
11
Sering merasa gelisah tampak pada tangan, kaki dan menggeliat dalam
tempat duduk
b.
Sering meninggalkan tempat duduk dalam kelas atau situasi lain yang
mengharuskan tetap duduk.
c.
Sering berlari dari sesuatu atau memanjat secara berlebihan dalam situasi
yang tidak seharusnya (pada dewasa atau remaja biasanya terbatas dalam
keadaan perasaan tertentu atau kelelahan )
d.
e.
f.
IMPULSIF
12
KRITERIA C:
KRITERIA D:
KRITERIA E:
Developmental
gangguan
psikotik
(Gangguian
dan
Perasaan,
Disorder,
dari
Schizophrenia,
gangguan
Gangguan
mental
kecemasan,
atau
lainnya
Gangguan
13
Anak tidak bisa duduk tenang, begerak tanpa tujuan, tidak mengenal lelah
0 1 2 3
perhatian pendek
5. Menggerak-gerakkan anggota badan atau kepala secara
terus menerus
6. Kurang perhatian, mudah teralihkan
7. Permintaannya harus segera dipenuhi, mudah menjadi
frustrasi
8. Sering dan mudah menangis
9. Suasana hatinya mudah beruba dengan cepat dan drastis
10. Ledakkan kekesalan, tingkah laku eksplosif dan tak terduga.
Jumlah
Nilai Total :
Tabel 1 Abbreviated Corners Rating Scale
Cara menggunakan formulir deteksi dini GPPH:
14
Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu perilaku
yang tertulis pada formulir deteksi dini GPPH. Jelaskan pada orang
tua/pengasuh anak untuk tidak ragu-ragu atau takut menjawab.
berikut ini dan jumlahkan nilai masing-masing jawaban menjadi nilai total
Nilai 0: jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak.
Nilai 1: jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan pada anak.
Nilai 2: jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak.
Nilai 3: jika keadaan tersebut selalu ada pada anak.
Bila nilai total 13 atau lebih, kemungkinan anak mengalami GPPH.
Intervensi:
-
15
medikasi
atau
farmakologi
adalah
penanganan
dengan
16
17
18
BAB 3
PENUTUP
ADHD atau Attention Deficite Hyperactivity Disorder pada anak yang
merupakan gangguan perilaku yang semakin sering ditemukan. Seringkali karena
kurang pemahaman dari orangtua dan guru serta orang-orang disekitarnya anak
diperlakukan tidak tepat sehingga cenderung memparah keadaan. Terdapat
beberapa pegangan dalam mendiagnosa ADHD, gejala hiperaktifitas harus dapat
dilihat pada setidaknya di dua tempat yang berbeda dengan kondisi (setting) yang
berbeda pula. Maka dari itu, perlu adanya deteksi dini terhadap gejala
hiperaktifitas yang terjadi pada anak untuk menentukan apakah termasuk ADHD
ataupun tidak.
Terapi yang diterapkan terhadap penderita ADHD haruslah bersifat
holistik dan menyeluruh. Penanganan ini harus melibatkan multi disiplin ilmu
yang dikoordinasikan antara dokter, orangtua, guru dan lingkungan yang
berpengaruh terhadap penderita.
19
DAFTAR PUSTAKA
American Academy of Pediatrics. Clinical Practice Guideline: Treatment of the
School-Aged Child With Attention Deficit Hyperactivity Disorder.
Pediatrics Vol. 108 No. 4. USA . 2001;1033-44
American Psychiatric Association: Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders (DSM-IV-TR). 4th ed. Washington , DC : American Psychiatric
Association; 2000. 78-85.
APA: Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. 4th ed. Washington,
DC : American Psychiatric Association Press; 1994: 78-85.
Baving L, Laucht M, Schmidt MH: Atypical frontal brain activation in ADHD:
preschool and elementary school boys and girls. J Am Acad Child Adolesc
Psychiatry 1999 Nov; 38(11): 1363-71
Biederman J, Faraone SV, Milberger S: Is childhood oppositional defiant disorder
a precursor to adolescent conduct disorder? Findings from a four-year
follow-up study of children with ADHD. J Am Acad Child Adolesc
Psychiatry 1996 Sep; 35(9): 1193-204
Brown TE: Brown ADD Scales. San Antonio, TX: Psychological Corp; 1996: 5-6.
Bush G, Frazier JA, Rauch SL: Anterior cingulate cortex dysfunction in attentiondeficit/hyperactivity disorder revealed by fMRI and the Counting Stroop.
Biol Psychiatry 1999 Jun 15; 45(12): 1542-52
Casey BJ, Castellanos FX, Giedd JN: Implication of right frontostriatal circuitry
in response inhibition and attention-deficit/hyperactivity disorder. J Am
Acad Child Adolesc Psychiatry - Sarfatti SE; 36(3): 374-83
Child development institute. About Attention Deficit Hyperactivity Disorder
ADD/ADHD.
Child
Development
Institute
2003:
ttp://www.childdevelopmentinfo.com/disorders/adhd.shtml.
Daruna JH, Dalton R, Forman MA. Attention deficit hyperactifity disorder.
Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB. Nelson textbook of pediatrics.
16th ed. WB Saunders Co. USA . 2000;29.2:100-3.
20
for
attention-deficit/hyperactivity
disorder.
The
MTA
21
22