Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet
cetak dan tablet kempa. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi
pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat dengan
cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam lubang
cetakan.
Sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak diproduksi dan juga banyak
mengalami perkembangan dalam formulasinya. Beberapa keuntungan sediaan
tablet adalah sediaan lebih kompak, dosisnya tepat, mudah pengemasannya dan
penggunaannya lebih praktis dibanding sediaan yang lain.
Selain mengandung bahan aktif, tablet biasanya mengandung bahan tambahan
yang mempunyai fungsi tertentu. Bahan tambahan yang umum digunakan adalah
bahan pengisi, bahan pengikat, bahan pengembang, bahan pelicin atau zat lain
yang cocok. Bahan tambahan yang digunakan pada pembuatan tablet harus inert,
tidak toksik dan mampu melepaskan obat dalam keadaan relatif konstan pada
jangka waktu tertentu.
Untuk mengetahui karakteristik suatu sediaan tablet maka diperlukan serangkaian
evaluasi atau pengujian terhadap sediaan tersebut. Karena sebagian besar
diantara kita tidak mengetahui karakteristik tablet yang kita gunakan. Untuk itu
beberapa parameter-parameter uji sediaan tablet perlu untuk diketahui.
Aminophylin adalah jenis teofilin yang berikatan suatu substantial kimia
(etilendiamin) yang membuatnya menjadi lebih larut dalam air. Aminophylin
adalah jenis teofilin yang berikatan dalam bentuk injeksi namun sangat perih dan
iritasi jika diberikan melalui suntikan intramuskular.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana tahap yang harus dilakukan setelah tablet di produksi ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tahap yang harus
dilakukan setelah tablet di produksi dan sebelum tablet di edarkan.
1.4 Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah kita dapat mengetahui uji apa saja yang
dilakukan setelah tablet dibuat dan sebelum tablet siap di edarkan ke pasaran.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat
dengan penambahan bahan tambahan yang sesuai, tablet dapat berbeda ukuran,
bentuk, berat, kekerasan, dan ketebalalan, daya hancurnya dan aspek lain yang
tergantung dengan pemakaian tablet dan cara pembuatannya. Kebanyakan tablet
digunakan pada pemberian secara oral. Kebanyakan tablet dibuat dengan
penambahan zat warna dan zat pemberi rasa. Tablet lain yang penggunaanya dapat
cara sublingual, bukal, atau melalui vagina.
2.2 Ciri-ciri Tablet yang baik
Dengan metode pembuatan tablet yang manapun, tablet yang dihasilkan harus
mempunyai sifat-sifat yang baik, yaitu :
1. Cukup kuat dan resisten terhadap gesekan selama proses pembuatan,
pengemasan, transportasi dan sewaktu di tangan konsumen. Sifat ini diuji dengan
uji kekerasan dan uji friabilitas.
2. Zat aktif dalam tablet harus dapat tersedia dalam tubuh. Sifat ini dilihat dari uji
waktu hancur dan uji disolusi.
3. Tablet harus mempunyai keseragaman bobot dan keseragaman kandungan
(untuk zat aktif kurang dari 50 ml). Parameter ini diuji dengan variasi bobot dan
uji keseragaman kandungan.
4. Tablet berpenampilan baik dan mempunyai karakteristik warna, bentuk dan
tanda lain yang menunjukkan identitas produk.
5. Tablet harus menunjukkan stabilitas fisik dan kimia serta efikasi yang
konsisiten

2.3 KOMPONEN TABLET


1. ZAT AKTIF

Kebanyakan zat aktif tidak dapat dikempa langsung menjadi tablet karena tidak
punya daya ikat yang cukup yang perlu untuk membuat suatu tablet, disamping itu
tidak semua zat aktif mempunyai sifat alir yang baik.
Zat aktif dalam pembuatan tablet dapat dibagi dua :
1. Zat aktif yang tidak larut, dimaksudkan untuk memberikan efek local pada
saluran cerna, misalnya adsorben untuk tukak lambung (Norit) .
2. Zat aktif yang larut, dimaksudkan untuk membarikan efek sistemik setelah
terdisolusi dalam cairan salura cerna kemudian diabsorbsi, terhadap zat aktif yang
harus diperhatikan formulasinya, desain, bentuk dan manufaktur untuk
menghasilkan tablet yang diinginkan. Sifat kelarutannya merupakan dasar untuk
memformulasi dan mendesain produk yang efektif.
2. ZAT TAMBAHAN
Eksipien atau zat tambahan adalah zat inert yang tidak aktif secara farmakologi
berfungsi sebagai zat pembantu dalam formulasi tablet untuk membentuk tablet
dan untuk mempermudah teknik pembuatan tablet. Dalam pemilihan bahan
tambahan untuk pembuatan tablet harus diperhatikan sifat fisika dan sifat
kimianya, begitu juga dengan stabilitas dan zat tambahan yang digunakan.
Bahan tambahan tablet antara lain adalah :
1. Zat pengisi, zat inert secara farmakologi yang dapat ditambahkan dalam sebuah
formulasi tablet untuk penyesuian bobot dan ukuran tablet sesuai dengan yang
ditetapkan, jika jumlah bahan aktif kecil, juga untuk mempermudah pembuatan
tablet walaupun pengisi adalah zat yang inert secara farmakologi, zat tersebut
masih dapat mempengaruhi sifat fisika, kimia dan biofarmasi dari sedian tablet.
Contoh, interaksi basa atau garam garam amin dengan laktosa dan alkali basa
yang menyebabkan terjadinya perubahan warna coklat sampai hitam. Laktosa
tidak bercampur dengan asam askorbat dan salisilamide. Penggunaan dari pengisi
tergantung dari volume atau berat tablet yang diingan. Bahan pengisi yang sering

digunakan: laktosa USP, lactose anhydrous, spray dried lactose. Amylim : maydis,
oryzae, meranthae, solany, mannitol, sukrosa dan lain- lain.
2. Bahan pengikat, adalah zat inert secara farmakologi yang ditambahkan kedalam
formulasi tablet untuk meningkatkan kohesifitas antara partikelpartikel serbuk
dalam masa tablet yang diperlukan untuk pembentukkan granul dan kemudian
untuk pembentukan massa menjadi kompak dan padat yang disebut tablet,
pengikat dapat dibagi dua :
a. Pengikat kering (binder), pengikat kering ditambahkan kedalam massa kering.
Contoh, bahan kering yang sering digunakan:
- Acasia 2 5 %
- Derivat selulosa 1 5 %
- Sukrosa 2 25 %
b. Pengikat Basah ( Adhesive), ditambahkan dalam bentuk larutan atau suspensi,
contoh pengikat basah yang sering digunakan:
- Derivat selulosa 1 5 %
- Gelatin 1 5 %
- Pasta amylum 1 5 %
- Natrium Alginat 2 5 %
3. Bahan penghancur, zat inert secar farmakologi yang ditambahkan pada massa
untuk membantu mempercepat waktu hancur tablet dalam saluran cerna, zat
disintegran dapat ditambahkan sebagai fasa dalam yang disebut sebagai fasa
dalam yang disebut sebagai bahan internal dan sebagai fasa luar yang disebut
bahan eksternal. Mekanisme kerja dari bahan penghancur adalah :
- jika kontak degan air akan mengembang sehingga volume tablet membesar dan
akhirnya pecah,contoh : golongan selulosa.

- Memecah ikatan partikel tablet sehingga akan pecah.


- Membentuk kapiler,contoh : golongan amilum dan selulosa
- Membentuk gas : asam sitrat dan bikarbonat
- Membentuk lelehan, contoh : oleum cacao - Penghancur akan melarut,
contohnya : PEG
- Ditambahkan dengan cara bersama bahan aktif, contohnya : penghancur dalam
memecah granul menjadi partikel.
- Bersama dengan pelincir, penghancur luar untuk memecah tablet menjadi granul.
4. tidak memberikan Zat pewarna
Zat warna adalah zat inert secara farmakologi ditambahkan kedalam kedalam
massa tablet dalam jumlah kecil untuk tujuan :
1. Memberikan identitas atau untuk membedakan produk yang satu dengan yang
lainya.
2. Mengurangi terjadinya kesalahan pada waktu pembuatan.
3. meningkatkan nilai estetika, memperindah atau meningkatkan harga pasar.
Zat yang digunakan adalah zat warna yang diperbolehkan oleh PerMenkes dapat
dibagi dalam dua golongan :
1. Zat warna larut dalam air, pewarna dapat bermigrasi kepermukaan tablet.
2. Lakes, campuran pewarna tak larut air yang diadsorbsikan pada suatu zat,
misalnya Aluminium Hidroksida.
5. Bahan pemanis dan pewangi ( penambah rasa atau aroma)
Zat inert secara faarmakologi yang ditambahkan kedalam formulasi tablet dalam
jumlah kecil yang bertujuaan memperbaiki rasa atau bau tablet, zat pemanis
biasanya adalah gula buatan yang ditambahkan kedalam formula tablet
effervescent. Cara penambahanya dapat ditambahkan dalam bentuk granul
semprot kering atau sebagai minyak atsiri. Biasanya ditambahkan terakhir

bersama sama fasa luar. Zat pengaroma kering lebih mudah ditangani dari pada
minyak atsirinya. Penggunaan penambah aroma atau rasa umumnya berpasangan
misalnya aroma jeruk dan rasa asam, dan sekaligus ditambahkan warna kuning.
6. Bahan penyerap ( Adsorben )
Adsorben adalah zat inert secara farmakologi yang ditambahkan kedalam
formulasi tablet yang bertujuan mengadsorpsi cairan yang ada atau yang akan
terjadi dalam massa tablet. Bahan penyerap banyak digunakan dalam jumlah yang
sesuai dengan berapa banyak kandungan cairan dalam bahan yang akan dikurangi
pengaruh cairanya.
Penambahan adsorben dapat ditambahkan sebagai fasa luar. Jika akan terjadi
campuran yang menyebabkan cairan, maka sebaiknya ditambahkan adsorben fasa
luar dan fasa dalam. Contohnya adsorben : golongan silika gel seperti aerosil,
kaolin, veegum, dan lain-lain.
2.4 Syarat Bahan Tambahan
Zat tambahan atau eksipiens harus memenuhi persayaratan di bawah (menurut
Farmakope Indonesia) :
1. Tidak boleh berbahaya dalam jumlah yang digunakan
2. Tidak melebihi jumlah minimum yang diperlukan untuk memberikan efek yang
diharapkan.
3. Tidak mengurangi ketersediaan hayati
4. Tidak mengurangi efek terapi
5. Tidak mengurangi keamanan sediaan
6. Tidak boleh menggangu dalam pengujian dan penetapan kadar.
2.5 Tablet Aminophylin

NAMA DAGANG
Amicain, Aminophyllinum, Phyllocontin
- INDIKASI
Asma dan penyakit paru obstruksi kronis
- KONTRAINDIKASI
Hipersensitivitas terhadap teofilin dan ethylendiamine
- DOSIS
Dewasa : Asma akut berat yang memburuk dan belum mendapat
terapi dengan Teofilin. Injeksi IV pelan : 250-500mg (5 mg/kg)
(diinjeksikan lebih dari 20 menit) dengan monitoring ketat,

selanjutnya dapat diikuti dengan dosis pada asma akut berat.


Dewasa : Asma akut berat : IV infus 500 mcg/kg/jam (dengan

monitoring ketat) disesuaikan dengan konsentrasi plasma Teofilin.


Anak-anak : Asma akut berat yang memburuk dan belum mendapat
terapi dengan Teofilin. Injeksi IV pelan : 5 mg/kg (diinjeksikan
lebih dari 20 menit) dengan monitoring ketat, selanjutnya dapat

diikuti dengan dosis pada asma akut berat.


Anak-anak : Asma akut berat: IV infus: anak usia 6 bulan 9 tahun
1mg/kg/jam anak usia 10 16 tahun 800 mcg/kg/jam disesuaikan

dengan konsentrasi teofilin dalam plasma.


- Cara pemberian :
1. Oral : dapat digunakan bersama dengan makanan
2. Intravenous :
Dapat diberikan dengan injeksi lambat IV bolus atau dapat

diberikan dengan IV infus


Jangan dicampur dengan obat lain didalam syringe

Hindari penggunaan obat-obat yang tidak stabil dalam suasana

asam bersamaan dengan aminofilin


Jangan digunakan jika terdapat kristal yang terpisah dari larutan
Jangan digunakan jika larutan tidak jernih.

- EFEK SAMPING
Efek samping yang sering terjadi : Saluran cerna : diare, mual dan
muntah; Neurologi : pusing, sakit kepala, insomnia, dan tremor;

Renal : diuresis;
Efek samping serius : Cardiovascular : Atrial fibrilasi, Bradiaritmia
apabila administrasi terlalu cepat dapat menyebabkan Cardiac
arrest, Takiaritmia Dermatologic : Erythroderma; Gastrointestinal :
Necrotizing enterocolitis in fetus OR newborn; Immunologic :
Immune hypersensitivity reaction; Neurologic : perdarahan pada
intracranial, kejang.

- INTERAKSI OBAT
Dengan Obat Lain :
Obat-obat yang dapat
Allopurinol

(>600mg/day),

meningkatkan

kadar Teofilin:

Erythromycin,

Cimetidin,

Propanolol,

Troleandomycin,

Ciprofloxacin (golongan Quinolon yang lain), kontrasepsi oral, Beta-Blocker,


Calcium Channel Blocker, Kortikosteroid, Disulfiram, Efedrin, Vaksin
Influenza, Interferon, Makrolida, Mexiletine, Thiabendazole, Hormon
Thyroid, Carbamazepine, Isoniazid, Loop diuretics. Obat lain yang dapat
menghambat Cytochrome P450 1A2, seperti: Amiodaron, Fluxosamine,
Ketoconazole, Antibiotik Quinolon).
Obat-obat yang dapat menurunkan kadar Teofilin: Phenytoin, obat-obat
yang

dapat

menginduksi

CYP

1A2

(seperti:

Aminoglutethimide,

Phenobarbital, Carbamazepine, Rifampin), Ritonavir, IV Isoproterenol,


Barbiturate, Hydantoin, Ketoconazole, Sulfinpyrazone, Isoniazid, Loop
Diuretic, Sympathomimetics.
Dengan Makanan :

Hindari konsumsi Caffein yang berlebihan. Hindari diet protein dan


karbohidrat yang berlebihan. Batasi konsumsi charcoal-broiled foods
- MEKANISME KERJA
Teofilin, sebagai bronkodilator, memiliki 2 mekanisme aksi utama di paru
yaitu dengan cara relaksasi otot polos dan menekan stimulan yang terdapat
pada jalan nafas (suppression of airway stimuli). Mekanisme aksi yang utama
belum diketahui secara pasti. Diduga efek bronkodilasi disebabkan oleh
adanya penghambatan 2 isoenzim yaitu phosphodiesterase (PDE III) dan PDE
IV. Sedangkan efek selain bronkodilasi berhubungan dengan aktivitas
molekular yang lain. Teofilin juga dapat meningkatkan kontraksi otot
diafragma dengan cara peningkatan uptake Ca melalui Adenosin-mediated
Chanels.
2.6 Kontrol Kualitas Uji Fisik tablet
1. Keseragaman ukuran tablet
Diameter tablet tidak lebihdari 3 kali dan tidakkurangdari 1 1/3 tebal
tablet.
2. Uji Kekerasan
Uji kekuatan tablet yang mencerminkan kekuatan tablet secara
keseluruhan, yang diukur dengan memberikan tekanan pada tablet,
(Sulaiman,2007).
3. Kerapuhan (friability)
Kerapuhan merupakan

parameter

yang

menggambarkan

kekuatan

permukaan tablet dalam melawan berbagai perlakuan yang menyebabkan


abrasi pada permukaan tablet. Kerapuhan dapat dievaluasi dengan
menggunakan friabilator. Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet,
terlebih dahulu dibebasdebukan dan ditimbang. Tablet tersebut selanjutnya
dimasukkan kedalam friabilator, dan diputar sebanyak 100 putaran (4
menit).Tablet tersebut selanjutnya ditimbang kembali, dan dihitung
prosentase kehilangan bobot sebelum dan sesudah perlakuan.Tablet
dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih dari 1 %, (Sulaiman, 2007).
4. Keseragaman bobot

Farmakope Indonesia memberi aturan cara uji keseragaman bobot dan


batas toleransi yang masih dapat diterima, yaitu tablet tidak bersalut harus
memenuhi syarat keseragaman bobot yang ditetapkan sebagai berikut
:timbang 20 tablet satu per satu, hitung bobot rata-ratanya dan
penyimpangan bobot rata-ratanya. Persyaratan keseragaman bobot
terpenuhi jika tidak lebih dari dua tablet yang masing-masing bobotnya
menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan
pada kolom A, dan tidaksatu pun tablet yang bobotnya menyimpang dari
bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom B.
Apabila tidak mencukupi dari 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet, tidak
satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih dari bobot rata-rata yang
ditetapkan pada kolom B (Tabel 1), (Sulaiman, 2007)
5. Waktu hancur
Suatu sediaan tablet yang diberikan peroral, agar dapat diabsorbsi maka
tablet tersebut harus terlarut (terdisolusi) atau terdispersi dalam bentuk
molekular. Tahap pertama untuk tablet agar dapat terdisolusi segera adalah
tablet harus hancur, (Sulaiman, 2007).
Tablet yang akandiuji (sebanyak 6 tablet) dimasukkan dalam tiap tube,
ditutup dengan penutup dan dinaik-turunkan keranjang tersebut dalam
medium air dengan suhu 37oC. Dalam monografi yang lain disebutkan
mediumnya merupakan simulasi larutan gastrik. Waktu hancur dihitung
berdasarkan tablet yang paling terakhir hancur. Pernyaratan waktu hancur
untuk tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15 menit, untuk tablet salut
gula dan salut nonenterik kurang dari 30 menit.Sementara untuk tablet
salut enterik tidak boleh hancur dalamwaktu 60 menit dalam medium
asam, dan harus seger ahancur dalam medium basa (Sulaiman, 2007).

BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Tablet Amoniphylin
Jangka sorong
Neraca analitik
Hardness tester
Friability tester
Disintegration

3.2 Cara Kerja


a. Uji Keseragaman Ukuran
Alat : Jangka Sorong
Cara :
1. Diambil secara acak 20 tablet
2. Diukur diameter tebalnya menggunakan Jangka Sorong
Persyaratan :

Kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari 3 kali


1
dan tidak kurang dari 1 3

tebal tablet.

b. Uji Keseragaman Bobot


Alat : Neraca Analitik
Cara :
1. Diambil 20 tablet secara acak
2. Timbang masing-masing tablet
3. Hitung bobot rata-rata dan penyimpangan terhadap bobot ratarata.

Persyaratan :
1. Tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya
menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga
yang di tetapkan kolom A,
2. Tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang dari bobot
rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B. Jika
tidak mencakup 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet.
3. Tidak satupun tablet yang bobotnya menyimpang lebih besar
dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom A.

c. Uji Waktu Hancur


Alat : Disintegration
Cara :
1. Ambil 6 tablet, masukkan 1 tablet pada masing-masing tabung,
2. Masukkan 1 cakram pada tiap tabung dan jalankan alat,
3. Gunakan air bersuhu 37 0,5C,
4. Pada akhir batas waktu seperti seperti yang tertera pada
monografi, angkat dan amati semua tablet : semua tablet harus

hancur sempurna,
Persyaratan :
Tablet tidak bersalut harus hancur dalam waktu < 15 menit,
sedangkan tablet bersalut harus hancur dalam waktu > 60 menit

d. Uji Kerapuhan
Alat : friability Tester

Cara :
1. Diambil 20 tablet secara acak,
2. Tablet dibersihkan dari debu kemudian ditimbang dengan
Neraca Analitik (Wo),
3. Tablet dimasukkan ke dalam alat,
4. Alat yang dinyalakan selama 4 menit,
5. Tablet di bersihkan dan di timbang lagi ( Wt )
Persyaratan :
Tablet yang baik memiliki friabilitas sebesar < 0,8% (lachman ,

1994)
e. Uji Kekerasan
Alat : Hardness Tester
Cara :
1. Diambil 20 tablet secara acak,
2. Dimasukkan dalam alat hardness tester satu per satu,
3. Alat dinyalakan,
4. Catat hasil pengujian yang tertera pada alat,
5. Dihitung kekerasan rata-rata.
Persyaratan :
Tablet dikatakan baik apabila memiliki kekerasan antara 4-8 kg

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan
a. Uji Keseragaman Ukuran
No.
1

Tablet
1

Diameter
1,030

Tebal
0,400

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

2
1,030
3
1,035
4
1,025
5
1,030
6
1,025
7
1,030
8
1,025
9
1,030
10
1,030
11
1,035
12
1,025
13
1,030
14
1,025
15
1,025
16
1,030
17
1,025
18
1,035
19
1,030
20
1,030
Jumlah
20, 580
Perhitungan :

0,410
0,400
0,415
0,410
0,485
0,410
0,410
0,415
0,410
0,425
0,400
0,400
0,400
0,410
0,400
0,395
0,410
0,400
0,415
8,220

Rata-rata diameter

20,580
20

Rata-rata tebal

8,220
20

= 1,029 cm
= 0,411 cm

Perbandingan
3 x tebal = 3 x 0,411 cm
= 1,233 cm
1 1/3 x tebal = 4/3 x 0,411 cm
= 0,548 cm
Kesimpulan :
Jadi, tablet Aminophylin diatas dapat dikatakan memenuhi
syarat keseragaman ukuran karena rata-rata diameter tablet tidak

lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet.
b. Uji Keseragaman Bobot
Tablet
1
2
3
4

Bobot (gram)
0,32
0,33
0,33
0,33

5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Jumlah
Perhitungan :
1. Rata-rata =

0,31
0,33
0,33
0,32
0,33
0,31
0,33
0,33
0,33
0,31
0,31
0,33
0,31
0,33
0,34
0,32
6,48
6,48
20

= 0,32 gram = 324 mg

2. Rentang A
5 % = 16,2
324 16,2 = 307,8 mg = 0,31 g
324 + 16,2 = 340, 2 mg = 0,34 g
3. Rentang B
10% = 32,4
324 - 32,4 = 291,6 mg = 0,29 g
324 + 32,4 = 356, 4 mg = 0,36 g
Kesimpulan :
Jadi,
tablet Aminophylin

memenuhi

persyaratan

keseragaman bobot.
c. Uji Waktu Hancur
Tablet ke
Waktu hancur (menit)
1
04.,5
2
04,40
3
04,60
4
05,20
5
05,50
6
05,50
Kesimpulan :
Tablet Aminophylin memenuhi persyaratan tablet tidak bersalut.
d. Uji Kerapuhan

Berat Awal
Berat Akhir

6,50 (g)
6,48 (g)

Perhitungan :
WoWt
x 100
F
=
Wo
=

6,506,48
x 100
6,50

= 0,31 %
Kesimpulan :
Jadi tablet Aminophylin memenuhi syarat uji kerapuhan

karena memiliki nilai F < 1%


e. Uji Kekerasan
Tablet ke
Kekerasan ( N )
1
140
2
135
3
101
4
111
5
118
6
112
7
128
8
80
9
94
10
106
11
95
12
148
13
80
14
130
15
94
16
75
17
88
18
133
19
120
20
111
Jumlah
2.199
Rata-rata
Perhitungan :
F
=mxg
F
m
= g

Kekerasan ( kg )
14,29
13,78
10,31
11,33
12,04
11,43
13,06
8,16
9,59
10,82
9,69
15,10
8,16
13,26
9,59
7,65
8,98
13,57
12,24
11,33
224,38
11, 22

kg

N
9,8 m/s 2

Kesimpulan :
Jadi, tablet Aminophylin tidak memenuhi syarat uji kekerasan.

4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini,

membahas mengenai kontrol kualitas tablet.

Tablet yang digunakan adalah tablet Aminophylin. Tablet aminophylin adalah


jenis teofilin yang berikatan suatu substantial kimia (etilendiamin) yang
membuatnya menjadi lebih larut dalam air.
Setelah tablet dicetak, diambil beberapa tablet untuk diuji. Pengujian yang
dilakukan disebut in process control (IPC) yang terdiri dari pengukuran bobot,
diameter, tebal, fribilitas, kekerasan tablet serta waktu hancur tablet.
Pada uji yang pertama, dilakukan uji keseragaman ukuran. Pada uji ini
digunakan alat jangka sorong. Uji ini dilakukan untuk mengetahui diameter dan
tebal tablet. Tahap yang dilakukan adalah mengambil secara acak 20 tablet,
kemudian diukur diameter dan tebalnya menggunakan jangka sorong, kemudian
di catat hasil-hasilnya. Dan kemudian di hitung rata-rata tebal dan rata-rata
diameternya.Menurut FI III, diameter tablet tidakbolehlebihdari 3 kali tebal tablet
dantidakbolehkurangdari 11/3 tebal tablet. Didapat hasil rata-rata diameternya
1,029 cm dan rata-rata tebalnya adalah 0,411 cm.
Pada uji yang kedua yaitu dilakukan uji keseragaman bobot. Pada uji ini
digunakan alat neraca analitik. Tahap yang harus dilakukan adalah diambil 20
tablet secara acak, ditimbang masing-masing tablet, dihitung bobot rata-rata dan
penyimpangan terhadap bobot rata-rata, kemudian dicatat hasilnya. Hitung ratarata bobot pertabletnya. Didapat bobot rata-rata tabletnya sebesar 324 mg,
sehingga

bobot

tablet

harusberadadalamrentang 307,8 356,4 mg.

Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa keseragaman bobot tablet pada percobaan


memenuhi persyaratan.
Pada uji yang ketiga, dilakukan uji waktu hancur. Pada uji ini digunakan
alat Disintegration.Tahap yang harus dilakukan dalam uji ini adalah mengambil 6

tablet, masukkan 1 tablet pada masing-masing tabung, masukkan 1 cakram pada


tiap tabung dan jalankan alat, gunakan air bersuhu 37 0,5C, pada akhir batas
waktu seperti seperti yang tertera pada monografi, angkat dan amati semua tablet,
semua tablet harus hancur sempurna. Didapat hasil rata-rata tablet Aminophylin
dapat hancur sempurna dalam rentang waktu 4 menit 5 detik sampai 5 menit 50
detik.
Pada uji yang keempat, dilakukan uji kerapuhan. Pada uji ini digunakan
alat friability tester.Tahap yang dilakukan adalah mengambil 20 tablet secara acak,
tablet dibersihkan dari debu kemudian ditimbang dengan Neraca Analitik (Wo),
tablet dimasukkan ke dalam alat, alat dinyalakan selama 4 menit, tablet di
bersihkan dan di timbang lagi ( Wt ). Dicatat hasilnya. Dalam uji ini didapat hasil
berat awal tablet sebesar 6,50 gram dan setelah di uji di dapat berat akhir sebesar
6,48 gram.
Uji yang terakhir adalah uji kekerasan. Pada uji ini digunakan alat
hardness tester. Uji ini dilakukan untuk mengetahui daya tahan obat terhadap
pengaruh obat pada saat pengemasan, dan distribusi pada saat sampai ke
konsumen.Tahapan yang dilakukan dalam uji ini adalah mengambil 20 tablet
secara acak, dimasukkan dalam alat hardness tester satu per satu, alat dinyalakan,
catat hasil pengujian yang tertera pada alat,dan dihitung kekerasan rata-rata.
Didapat hasil dari uji ini tablet Aminophylin memiliki kekerasan sebesar 11, 22
kg. Namun tablet yang baik memiliki kekerasan antara 4-8 kg. Dengan demikian
kekerasan tablet dalam percobaan tidak memenuhi syarat.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kualitas dari tablet yang dihasilkan oleh kelompok kami sudah cukup
bagus. Hal ini dapat dilihat dari terpenuhinya syarat pada uji keseragaman ukuran,
uji waktu hancur, uji kerapuhan, dan uji keseragaman bobot. Namun masih

terdapat kekurangan pada uji kekerasan, yaitu tablet kami terlalu keras. Hal ini
dapat dilihat dari besarnya angka rata-rata kekerasan(kg).

Anda mungkin juga menyukai