PENDAHULUAN
BAB II
STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
- Nama
: Ny. R K
- Umur
: 32tahun
- Pekerjaan
- No. MR
: 00 05 xx xx
ANAMNESIS
-
Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan merasa cemas karena akanSectio Caesar.
Riwayat Penyakit Sekarang
G2P1A1 Hamil 40 minggu datang ke RSIJ Cempaka Putih dengan keluhan merasa cemas
karena akan dilakukan operasi SC a/i panggul yang sempit, janin besar dan lilitan tali
pusat. Pasien tidak merasa mulas, tidak ada lendir ataupun darah yang keluar.Pasien juga
menyangkal ada keluar air - air dari jalan lahirnya.Tapi pasien mengeluhkan pinggang
terasa pegal, terasa nyeri pada bagian daerah suprapubis.
Riwayat Psikososial:
Jarang olahraga.Pola makan teratur, sering mengkonsumsi buah dan sayur.Selama hamil
nafsu makan meningkat.Tidak meminum minuman beralkohol, tidak merokok, tidak
minum kopi, minum teh jarang.
RIWAYAT OBSTETRI
-
Riwayat Perkawinan:
Perkawinan pertama, masih menikah, lama pernikahan 3tahun.
Riwayat Haid:
Menarche usia 15tahun, haid teratur, siklusnya 28 hari.
HPHT:
25Januari 2015
Taksiran Persalinan:
1 Oktober 2015
Riwayat ANC:
ANC rutin ke Klinik.
Riwayat Persalinan:
Gravida (3), Aterm (1), Prematur (0), Abortus (1), Anak Hidup (1), SC (0)
No
Tempat
Penolong
Tahun
1.
bersalin
klinik
Bidan
2013
2.
RS
Bidan
2014
Aterm
10mgg
Jenis JK
BB / PB
Keadaan
persalinan
Abortus
Spontan
Pr
2800/48c
sehat
39mgg
per
vaginam
3.
Sekaran
g
PEMERIKSAAN FISIK
-
Keadaan Umum
Kesadaran
BB
TB
TANDA VITAL
-
Suhu : 36.5C
TD
: 120/70 mmHg
RR
: 20x/menit
Nadi
STATUS GENERALIS
-
Kepala
: Normocephal
Mata
Mulut
Leher
Thoraks
Paru
Jantung
Ekstremitas:
Atas
TFU
: 36cm
TBJ
: 4200gr
His
:-
DJJ
: 155dpm
Palpasi Abdomen
Inspeksi
Leopold I
Leopold II
Leopold III
Leopold IV
: Divergen.
Hasil
10.6
Satuan
g/dL
Nilai rujukan
11.7-15.5
Hasil
2.30
5.00
Satuan
Menit
Menit
Nilai rujukan
1.00-3.00
4.00-6.00
Hasil
9.4
Satuan
g/dL
Nilai rujukan
11.7-15.5
PEMERIKSAAN USG
2 Oktober 2015
Janin tunggal hidup intrauterine. Letak Kepala. Usia kehamilan 40 minggu. TBJ 4200
gram.Liquor amnii kesan cukup.Tampak kesan panggul sempit dan lilitan tali pusat
RESUME
G3P1A1 Hamil 40 minggu datang ke RSIJ Cempaka Putih dengan keluhan merasa cemas
karena akan dilakukan operasi SC a/i panggul yang sempit, bayi besar dan lilitan tali pusat.
Pasien tidak merasa mulas, tidak ada lendir ataupun darah yang keluar.Pasien juga menyangkal
ada keluar air air dari jalan lahirnya.Tapi pasien mengeluhkan pinggang terasa pegal, terasa nyeri
pada bagian daerah suprapubis.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah: 120/70mmHg, RR: 20x/menit, N:
84x/menit Suhu: 36,5C. Pada pemeriksaan luar didapatkan TFU: 36 cm, TBJ: 4200 gram, letak
anak memanjang, presentasi kepala, punggung kiri, DJJ: 155x/menit.
Kesan USG Janin tunggal hidup intrauterine. Letak Kepala. Usia kehamilan 40 minggu.
TBJ 4200 gram. Liquor amnii kesan cukup.Tampak kesan panggul sempit dan lilitan tali
pusat.Pada pemeriksaan laboratorium, dalam batas normal.
DIAGNOSA
Ibu
: G3P1A1, usia32 tahun, hamil 40 minggu dengan CPD,janin besar dan lilitan tali pusat
Anak
RENCANA TINDAKAN:
Observasi TTV
Observasi DJJ
Pro SC
PROGNOSIS
-
Ibu
Janin
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
04 Oktober 2015
S: Nyeri luka bekas op
O: TD 110/70mmHg
HR 82x/menit
RR 20x/menit
S 36.5C
A : Post SC h-1
P:- Ceftriaxon 1x2 gr IV
- Rativol 3x1 IV
-Terfacef 1x2gr IV
05 Oktober 2015
S: Tidak ada keluhan
O:TD 110/80mmHg
HR 84x/menit
RR 20x/menit
S 36.4C
A:Post SC h-2
P: - Claneksi 500 oral 3x1
Asam mefenamat oral 3x1
Laktafit oral 3x1
Inbion oral 1x1
06 Oktober 2015
S: Tidak ada keluhan
O:TD 110/80mmHg
HR 84x/menit
RR 20x/menit
S 36.4C
A:Post SC h-3
P:
Os boleh pulang
Laporan Persalinan
Bayi laki-laki
Berat 4450 gr
Panjang 55 cm
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1
Definisi
Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan ketidaksesuaian antara
kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina.Disproporsi
sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun kombinasi keduanya.
3.2
3.2.1
Anatomi Panggul
Jalan lahir dibagi atas (1) bagian tulang, terdiri atas tulang-tulang panggul dengan
persendiannya (artikulasio), (2) bagian lunak, terdiri atas otot, jaringan dan ligament.
Panggul/pelvis terdiri dari 4 tulang yaitu: (1) sacrum (2) coccygis (3) duatulang
inominata (os coxae) yang mrp gabungan dari ilium, ischium, dan pubis. Secara fungsional
panggul terdiri atas 2 bagian yang disebut pelvis mayor dan pelvis minor oleh bidang aperture
pelvis superior (disebut juga PAP).PAP dibentuk oleh: promontorium os sacrum di bagian
posterior, linea illiopectinea (linea terminalis dan pectin os pubis) di lateral, dan symfisis os
pubis di posterior.
Rongga panggul ialah pelvis verum/pelvis minor. Bentuk pelvis minor ini meyerupai
suatu saluran yang mempunyai sumbu melengkung ke depan (sumbu carus) sampai dekat H III
sumbu itu lurus, sejajar sacrum, untuk seterusnya melengkung ke depan.
PAP : pintu masuk rongga panggul. Disebut juga aperture pelvis superior. PAP dibentuk
oleh: promontorium os sacrum di bagian posterior, linea illiopectinea (linea terminalis
dan pectin os pubis) di lateral, dan pinggiratas symfisis os pubis di posterior. Terdapat 4
diameter pada PAP yaitu: diameter anteroposterior, diameter transversa, dan 2 diameter
oblikua.
2
3
Dalam obstetric dikenal 4 jenis panggul (pembagian Caldwell dan Moloy, 1933) yang
mempunyai ciri2 PAP sebagai berikut:
1
Jenis ginekoid panggul baik untuk perempuan. Ditemukan pada 45% perempuan.
menyempit ke depan.
Jenis platipeloid: ditemukan pada 5% perempuan. Panjang diameter AP lebih kecil
daripada diameter transversa.
Cavum pelvis (bagian tengah panggul): seperti telah dikemukakan bahwa, ruang panggul
di bawah pintu atas panggul mempunyai ukuran paling luas.
Sementara bagian tersempit panggul terdapat pada panggul tengah dimana terdapat
penyempitan dalam ukuran melintang setinggi kedua spina iskiadika (diameter
interspinosum N 10 cm).
karena pada bagian di bawah PAP mempunyai ukuran melintang yang lebar
sementara menyempit pada bagian tengah panggul maka janin mengadakan
Untuk menentukan sampai dimanakah bagian terendah janin turun dalam panggul selama
persalinan.Dapat digunakan bidang Hodge maupun station.
Bidang Hodge I: bidang datar yang dibentuk oleh promontorium, linea iliopectinea
Pintu bawah panggul: aperture pelvis inferior merupakan 2 segitiga yang bersekutu pada
bagian alasnya (yakni garis antara kedua tuber os ischium): (1) trigonum urogenital:
bidang yang dibentuk oleh alas dengan puncaknya di tepi bawah simfisis pubis, (2)
trigonum anale: bidang yang dibentuk oleh alas dengan puncaknya di os koksigeus.
Ukuran yang penting:
1 Sudut arkus pubis: pinggir bawah simfisis berbentuk lengkung ke bawah dan
merupakan sudut 900 atau lebih sedikit. Bila kurang, maka kepala janin akan susah
2
dilahirkan.
Diameter anteroposterior PBP: jarak antara ujung os koksigeus sampai ke pinggir
bawah simfisis os pubis. (N = 9,5-11,5 cm)
3.2.2
Diameter spinarum: jarak antara kedua spina iliaka anterior superior sinistra dan dekstra
d
e
3.3
Panggul Sempit
Distosia adalah persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu lambatnya kemajuan
persalinan. Distosia dapat disebabkan oleh kelainan pada servik, uterus, janin, tulang panggul ibu
atau obstruksi lain di jalan lahir. Kelainan ini oleh ACOG dibagi menjadi tiga yaitu: Kelainan
kekuatan (power), Kelainan yang melibatkan janin (passenger), Kelainan jalan lahir (passage).
Ukuran panggul dapat menjadi lebih kecil karena pengaruh gizi, lingkungan atau hal lain
sehingga menimbulkan kesulitan pada persalinan pervaginam. Panggul sempit yang penting pada
obstetric bukan sempit secara anatomis namun panggul sempit secara fungsional artinya
perbandingan antara kepala dan panggul.Selain panggul sempit dengan ukuran yang kurang dari
normal, juga terdapat panggul sempit lainnya.
Panggul ini digolongkan menjadi empat, yaitu:
1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan intrauterine: panggul Naegele, panggul Robert, split
pelvis, panggul asimilasi.
2. Kelainan karena kelainan tulang dan/ sendi: rakitis, osteomalasia, neoplasma, fraktur, atrofi,
nekrosis, penyakit pada sendi sakroiliaka dan sendi sakrokoksigea.
3. Kelainan panggul karena kelainan tulang belakang: kifosis, skoliosis, spondilolistesis.
4. Kelainan panggul karena kelainan pada kaki: koksitis, luksasio koksa, atrofi atau kelumpuhan
satu kaki.
Setiap penyempitan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas panggul dapat
menyebabkan distosia saat persalinan.penyempitan dapat terjadi pada pintu atas panggul, pintu
tengah panggul, pintu bawah panggul, atau panggul yang menyempit seluruhnya.
Panggul disebut sempit apabila ukurannya 1-2 m kurang dari ukuran yang
normal.Kesempitan panggul bisa pada inlet (pintu atas panggul), midpelvic (ruang tengah
panggul), dan outlet (pintu dasar panggul).
a. Pembagian tingkatan panggul sempit:
Tingkat I
Tingkat II
: C.V = 8 9 cm = relatif
Tingkat III
: C.V = 6 -8 cm = ekstrim
Tingkat IV
: C.V = < 6
= absolut
= SC primer
= S.C mutlak
Perkiraan panggul sempit dapat diperoleh dari pemeriksaan umum dan anamnesis.Dari
anamnesis persalinan terdahulu juga dapat diperkirakan kapasitas panggul. Apabila pada
persalinan terdahulu berjalan lancar dengan bayi berat badan normal, kemungkinan panggul
sempit adalah kecil. Penyakit
trauma dapat menyebabkan perubahan anatomis pada pelvis yang memberikan manifestasi
panggul sempit.Pada wanita dengan tinggi badan yang kurang dari normal ada kemungkinan
memiliki kapasitas panggul sempit, namun bukan berarti seorang wanita dengan tinggi badan
yang normal tidak dapat memiliki panggul sempit. Dwarfisme adalah tinggi badan kurang dari
147 cm setelah dewasa merupakan resiko seorang wanita memiliki panggul sempit.
3.3.1
(konjugata vera) kurang dari 10 cm atau apabila diameter transversal terbesarnya kurang dari 12
cm.
Diameter biparietal janin berukuran 9,5-9,8 cm, sehingga sangat sulit bagi janin bila
melewati pintu atas panggul dengan diameter anteroposterior kurang dari 10 cm. Wanita dengan
tubuh kecil kemungkinan memiliki ukuran panggul yang kecil, namun juga memiliki
kemungkinan janin kecil. Dari penelitian Thoms pada 362 nullipara diperoleh rerata berat badan
anak lebih rendah (280 gram) pada wanita dengan panggul sempit dibandingkan wanita dengan
panggul sedang atau luas.
Pada panggul sempit ada kemungkinan kepala tertahan oleh pintu atas panggul, sehingga
gaya yang ditimbulkan oleh kontraksi uterus secara langsung menekan bagian selaput ketuban
yang menutupi serviks. Akibatnya ketuban dapat pecah pada pembukaan kecil dan terdapat
resiko prolapsus funikuli. Setelah selaput ketuban pecah, tidak terdapat tekanan kepala terhadap
serviks dan segmen bawah rahim sehingga kontraksi menjadi inefektif dan pembukaan berjalan
lambat atau tidak sama sekali. Jadi, pembukaan yang berlangsung lambat dapat menjadi
prognosa buruk pada wanita dengan pintu atas panggul sempit.
3.3.2 Penyempitan panggul tengah
Kesempitan PTP pada dasarnya merupakan penyempitan bidang dengan ukuran terkecil,
yakni bidang yang melalui apex dari arcus pubis, spina ischiadica, dan sacrum. Apabila distansia
interspinarum kurang dari 9 cm, atau apabila distansia interspinarum (normal 10,5 cm) ditambah
dengan diameter sagital posterior (normal 4,5 5 cm) kurang dari 13,5 cm maka kemungkinan
ada kesempitan pintu tengah panggul. Untuk memperoleh ukuran yang pasti diameter-diameter
ini diperlukan pelvimetri rontgenologis. Kecurigaan klinis kesempitan PTP timbul apabila pada
pemeriksaan manual didapatkan spina ischiadica yang besar dan menonjol serta distansia
intertuberosum kurang dari 8,5 cm.
Kesempitan PTP merupakan sebab yang biasa dijumpai pada distosia dan tindakan
operatif.Penanganannya lebih sukar daripada kesempitan PAP, sebab jika kepala janin sudah
tidak dapat masuk PAP maka tidak ada keragu-raguan lagi bahwa persalinan harus diakhiri
dengan sectio saesarea. Akan tetapi jika kepala dapat masuk kedalam panggul maka penolong
segan untuk melakukan sectio saecarea oleh karena mengharap kepala akan turun sampai ketitik
dimana dapat dilakukan extraksi dengan forceps.Kesempitan PTP dapat menghalang-halangi
putaran paksi dalam.
3.3.3 Penyempitan Pintu Bawah Panggul
Pintu bawah panggul bukan suatu bidang datar melainkan dua segitiga dengan diameter
intertuberosum sebagai dasar keduanya.Penyempitan pintu bawah panggul terjadi bila diameter
distantia intertuberosum berjarak 8 cm atau kurang.Penyempitan pintu bawah panggul biasanya
disertai oleh penyempitan pintu tengah panggul.
Disproporsi kepala janin dengan pintu bawah panggul tidak terlalu besar dalam
menimbulkan distosia berat.Hal ini berperan penting dalam menimbulkan robekan perineum.Hal
ini disebabkan arkus pubis yang sempit, kurang dari 900 sehingga oksiput tidak dapat keluar
tepat di bawah simfisis pubis, melainkan menuju ramus iskiopubik sehingga perineum teregang
dan mudah terjadi robekan.
3.4
dilahirkan. Besar dan posisi kepala janin akan sangat menentukan dan mempengaruhi jalannya
persalinan. Kepala secara garis besar dapat dibagi menjadi tulang tengkorak (cranium), tulang
dasar tengkorak (basis kranii) dan tulang muka. Ukuran diameter kepala bayi yang menentukan
di antaranya:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Bagian tubuh janin yang lain: lebar bahu (diameter biacromialis): 12 cm, lingkaran bahu:
34 cm, lebar bokong (diameter intertrokanterika): 12 cm, lingkar bokong: 27 cm.
Pemeriksaan diameter terbesar kepala janin yang pasti hanya dapat diperiksa dengan
USG.1,10Jika tidak ada, maka yang digunakan untuk menentukan perkiraan imbang sepalopelvik
adalah dengan berdasarkan nilai taksir berat janin.
1.
2.
3.
4.
5000gram.Berat badan neonatus lebih dari 4000gram dinamakan bayi besar.Namun ada pula
referensi yang mengatakan bahwa makrosomia apabila berat janin > 4500 gram. Faktor
keturunan memegang peranan penting sehingga dapat terjadi bayi besar.Janin besar biasanya
juga dapat dijumpai pada ibu yang mengalami diabetes mellitus, obesitas (berat badan > 70 kg),
postmaturitas, grande multipara, kenaikan berat badan selama hamil >20 kg.
Untuk mendapat kepastian suatu disproporsi sepalopelvik, maka harus dilakukan
pemeriksaan radiologik dan/atau partus percobaan.Tanda-tanda yang mengarah pada DKP
tercantum pada kotak.
Tanda-tanda CPD
Pemeriksaan abdomen
Ukuran janin besar ( > 4 kg)
Kepala janin diatas PAP
Pemeriksaan panggul
Serviks mengecil setelah amniotomi
Endema serviks
Kaput tebal
Molase berat
Defleksi kepala (fontanelle anterior mudah dipalpasi)
Asinklitismus (sutura sagital tidak tepat di tengah panggul)
Pemeriksaan abdomen
Bagian bawah perut
Occiptoposterior
Pemeriksaan dalam
Fontanelle posterior
mengarah ke sakrum.
rata
Tungkai janin bisa
terdengar dari
Presentasi Dahi
Muka
Sungsang
samping
Lebih dari setengah
lingkarannya teraba.
simfisis pubis
Lekukan teraba antara Muka dipalpasi, mulut
kepala dan punggung
Kepala teraba di
bibir panggul
Bunyi denyut janin
kepala biasanya
Pelvimetri Radiologis
Pengukuran panggul (pelvimetri) merupakan salah satu cara untuk memperoleh
keterangan tentang keadaan panggul. Melalui pelvimetri dalam dengan tangan dapat diperoleh
ukuran kasar pintu atas dan tengah panggul serta memberi gambaran jelas pintu bawah
panggul.Adapun pelvimetri luar tidak memiliki banyak arti.
Pelvimetri radiologis dapat memberi gambaran yang jelas dan mempunyai tingkat
ketelitian yang tidak dapat dicapai secara klinis.Pemeriksaan ini dapat memberikan pengukuran
yang tepat dua diameter penting yang tidak mungkin didapatkan dengan pemeriksaan klinis yaitu
diameter transversal pintu atas dan diameter antar spina iskhiadika.Tetapi pemeriksaan ini
memiliki bahaya pajanan radiasi terutama bagi janin sehingga jarang dilakukan. Pelvimetri
dengan CT scan dapat mengurangi pajanan radiasi, tingkat keakuratan lebih baik dibandingkan
radiologis, lebih mudah, namun biayanya mahal. Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan
dengan MRI dengan keuntungan antara lain tidak ada radiasi, pengukuran panggul akurat,
pencitraan janin yang lengkap. Pemeriksaan ini jarang dilakukan karena biaya yang mahal. Dari
pelvimetri dengan pencitraan dapat ditentukan jenis panggul, ukuran pangul yang sebenarnya,
luas bidang panggul, kapasitas panggul, serta daya akomodasi yaitu volume dari bayi yang
terbesar yang masih dapat dilahirkan spontan.
Untuk pelvimetri dibuat 2 buah foto:
1. Foto pintu atas panggul
Ibu dalam posisi setengah duduk (THOMS), sehingga tabung Rontgen tegak lurus diatas
pintu atas panggul
2. Foto lateral
Ibu dalam posisi berdiri, tabung rontgen diarahkan horisontal pada trochanter mayor dari
samping.
Dari kedua foto tersebut dapat dilihat:
-
Diameter transversa
Distansia interspinarum
Jenis pelvis
Conjugata diagonalis
Diameter AP pintu bawah
Diameter sagital posterior
Bentuk sacrum
3.6
3.6.1
diameter AP dikalikan diameter transversa. Luas bidang panggul wanita indonesia, standartnya
ialah:
1. Pintu atas panggul 10 x 12 = 120 cm2
2. Pintu tengah panggul 10x 11,5 = 115 cm2
Untuk tiap-tiap pangggul yang dibuat pelvimetri, diukur luas bidang menurut index mengert,
kemuadian dibandingkan dengan luas standart tadi.
3.6.2
Kapasitas Panggul
Perbandingan antara luas bidang yang didapat itu dengan luas standart dalam persen
: Konjugata vera 10 cm
Diameter transversa 11 cm
Luas bidang panggul = 10 x 11 cm = 110
Daya Akomodasi
Daya akomodasi suatu pelvis adalah volume dari bayi yang terbesar yang masih dapat
dilahirkan secara spontan dan normal melalui panggul yang dinyatakan dalam gram.
Suatu panggul dengan kapasitas 100% harus dapat melahirkan bayi dengan beratnya
4000 gram.Daya akomodasi turun seimbang dengan kapasitasnya.
Contoh: Untuk panggul dengan kapasitas 92% dapat diperhitungkan daya akomodasi
92% x 4000 gram = 3680 gram
3.7
Penatalaksanaan
Pada kehamilan yang aterm dengan presentasi kepala dapat dilakukan pemeriksaan
dengan metode Osborn dan metode Muller Munro Kerr. Pada metode Osborn, satu tangan
menekan kepala janin dari atas kearah rongga panggul dan tangan yang lain diletakkan pada
kepala untuk menentukan apakah kepala menonjol di atas simfisis atau tidak. Metode Muller
Munro Kerr dilakukan dengan satu tangan memegang kepala janin dan menekan kepala ke arah
rongga panggul, sedang dua jari tangan yang lain masuk ke vagina untuk menentukan seberapa
jauh kepala mengikuti tekanan tersebut dan ibu jari yang masuk ke vagina memeriksa dari luar
hubungan antara kepala dan simfisis.
Setelah dilakukan penilaian ukuran panggul serta hubungan antara kepala janin dan
panggul dapat diperkirakan bahwa persalinan dapat berlangsung per vaginan dengan selamat
dapat dilakukan persalinan percobaan.Cara ini merupakan tes terhadap kekuatan his, daya
akomodasi, termasuk moulage karena faktor tersebut tidak dapat diketahui sebelum persalinan
berlangsung beberapa waktu.
3.7.1
Persalinan Percobaan
Persalinan percobaan hanya dilakukan pada letak belakang kepala, tidak bisa pada letak
sungsang, letak dahi, letak muka, atau kelainan letak lainnya. Ketentuan lainnya adalah umur
keamilan tidak boleh lebih dari 42 mingu karena kepala janin bertambah besar sehingga sukar
terjadi moulage dan ada kemungkinan disfungsi plasenta janin yang akan menjadi penyulit
persalinan percobaan.
Persalinan percobaan dimulai pada permulaan persalinan dan berakhir setelah kita
mendapat keyakinan bahwa persalinan tidak dapat berlangsung pervaginam atau setelah anak
lahir pervaginam.11Persalinan percobaan ada dua macam yaitu trial of labour dan test of labour.
Trial of labour serupa dengan persalinan percobaan di atas, sedangkan test of labour sebenarnya
adalah fase akhir dari trial of labour karena test of labour baru dimulai pada pembukaan lengkap
dan berakhir 2 jam kemudian. Test of labor dikatakan berhasil jika dalam 1 jam sesudahnya
kepala turun sampai Hodge III.11 Saat ini test of labour jarang digunakan karena biasanya
pembukaan tidak lengkap pada persalinan dengan pangul sempit dan komplikasi yang sering
ialah infeksi, ruptur uteri, dan kematian anak yang tinggi sekitar 25%.
Keberhasilan persalinan percobaan adalah anak dapat lahir spontan per vaginam atau
dibantu ekstraksi dengan keadaan ibu dan anak baik. Persalinan percobaan dihentikan apabila
pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannnya, keadaan ibu atau anak kurang baik, ada
lingkaran bandl, setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah kepala tidak mampu melewati
pintu atas panggul dalam 2 jam meskipun his baik. Pada keadaan ini dilakukan seksio sesarea.11
Partus percobaan dapat berlangsung 6 sampai 18 jam, jarang sampai 24 jam. Namun, lamanya
partus percobaan yang pasti untuk kasus tertentu memerlukan pertimbangan dan hanya dapat
ditentukan oleh ahli kebidanan dan konsulennya.
3.7.2 Seksio Sesarea
Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan kehamilan aterm,
atau disproporsi sephalopelvik yang nyata. 3,4 Seksio sesarea sekunder (sesudah persalinan selama
beberapa waktu) dilakukan karena peralinan percobaan dianggap gagal atau ada indikasi untuk
menyelesaikan persalinan selekas mungkin sedangkan syarat persalinan per vaginam belum
dipenuhi.
3.7.3 Simfisiotomi
Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada
simfisis.Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.
3.7.4 Kraniotomi dan Kleidotomi
Pada janin yang telah mati dapat dilakukan kraniotomi atau kleidotomi.Apabila panggul
sangat sempit sehingga janin tetap tidak dapat dilahirkan, maka dilakukan seksio sesarea.
3.8 Komplikasi
Komplikasi pada ibu
1
Fistula
Dengan his yang kuat, sedang kemajuan janin dalam jalan lahir tertahan, dapat timbul
regangan segmen bawah uterus dan pembentukan lingkaran retraksi patologik yang dapat
berakhir pada terjadinya ruptur uteri.
Prolapsus funukuli
Kejang
Asfiksia
Cedera fasial
DAFTAR PUSTAKA
Chan, Paul & Susan Johnson.2004. Gynecology and Obstetrics 2004 Edition New ACOG
Treatment Guidelines. California: Current Clinical Strategies.
Cunningham, F. Gary. 2010. Obstetri Williams, Edisi 23. Jakarta: EGC.
Decherney, Alan & Lauren Nathan. 2003. Current Obstetri and Gynecologic Diagnosis and
Treatment, ninth Edition. Los Angeles: Mc-Graw hill.
Prawirohardjo, Sarwono. 2013. Ilmu Kebidanan, Edisi Keempat. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawihardjo.