Oleh :
KELOMPOK III
1.
CITRA LIZA
1121221020
2.
WAHYU MELIZA
1121221031
3.
KHADIJAH
1121221039
4.
RINDIATI ADISTINA
5.
6.
WILFIAVERA
7.
8.
MUHAMMAD NASIR
1121221046
1121221054
1121221057
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2012
KEBERATAN
Menurut undang-undang republik indonesia nomor 28 tahun 2007 tentang perubahan
ketiga atas undang-undang nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara
perpajakan menyatakan bahwa surat keputusan keberatan adalah surat keputusan atas keberatan
terhadap surat ketetapan pajak atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga
yang diajukan oleh wajib pajak.
Ketentuan mengenai keberatan dalam Pasal 25 ayat 1 UU KUP berbunyi: .Wajib Pajak
dapat mengajukan keberatan hanya kepada Direktur Jenderal Pajak atas suatu:
a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar;
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan;
c. Surat Ketetapan Pajak Nihil;
d. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar; atau
e. pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan..
Yang dimaksud dengan "suatu" pada ayat ini adalah 1 (satu) keberatan harus diajukan
terhadap 1 (satu) jenis pajak dan 1 (satu) Masa Pajak atau Tahun Pajak.
Contoh:
Keberatan atas ketetapan Pajak Penghasilan Tahun Pajak 2008 dan Tahun Pajak 2009 harus
diajukan masing-masing dalam 1 (satu) surat keberatan tersendiri. Untuk 2 (dua) Tahun Pajak
tersebut harus diajukan 2 (dua) buah surat keberatan.
I.1.
f. surat keberatan ditandatangani oleh Wajib Pajak, dan dalam hal surat keberatan
ditandatangani oleh bukan Wajib Pajak, surat keberatan tersebut harus dilampiri dengan
surat kuasa khusus;
4. Surat keberatan yang tidak memenuhi persyaratan tersebut bukan merupakan surat keberatan
sehingga tidak dipertimbangkan dan tidak diterbitkan Surat Keputusan Keberatan;
5. Pengajuan keberatan yang tidak memenuhi persyaratan dan tidak diterbitkan SK Keberatan
diberitahukan secara tertulis kepada WP;
6. Dalam hal surat keberatan yang disampaikan oleh Wajib Pajak belum memenuhi persyaratan,
Wajib Pajak dapat menyampaikan perbaikan surat keberatan dengan melengkapi persyaratan
yang belum dipenuhi sebelum jangka waktu 3 (tiga) bulan dimaksud terlampaui;
7. Dalam hal Wajib Pajak menyampaikan perbaikan surat keberatan, tanggal penyampaian
perbaikan surat keberatan merupakan tanggal surat keberatan diterima;
8. Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal
surat keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan;
9. Keputusan Direktur Jenderal Pajak atas keberatan dapat berupa mengabulkan seluruhnya atau
sebagian, menolak, atau menambah besarnya jumlah pajak yang masih harus dibayar;
10. Apabila jangka waktu tersebut telah terlampaui dan Direktur Jenderal Pajak tidak
menerbitkan Surat Keputusan Keberatan, keberatan yang diajukan Wajib Pajak dianggap
dikabulkan dan Direktur Jenderak Pajak wajib menerbitkan Surat Keputusan Keberatan
sesuai dengan keberatan Wajib Pajak;
11. Untuk keperluan pengajuan keberatan, Wajib Pajak dapat meminta kepada Direktur Jenderal
Pajak untuk memberi keterangan secara tertulis hal-hal yang menjadi dasar pengenaan pajak
atau penghitungan rugi;
12. Direktur Jenderal Pajak wajib memberi keterangan yang diminta oleh Wajib Pajak dalam
jangka waktu paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak surat permintaan Wajib Pajak
diterima;
13. Jangka waktu pemberian keterangan oleh Dirjen Pajak atas permintaan WP tersebut tidak
menunda jangka waktu pengajuan keberatan.
I.2.
Persyaratan pengajuan keberatan bagi Wajib Pajak adalah harus melunasi terlebih dahulu
sejumlah kewajiban perpajakannya yang telah disetujui Wajib Pajak pada saat pembahasan akhir
hasil pemeriksaan.
Pelunasan tersebut harus dilakukan sebelum Wajib Pajak mengajukan keberatan. Hal ini
diatur dalam Pasal 25 ayat 3a yang berbunyi:.Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas
surat ketetapan pajak, Wajib Pajak wajib melunasi pajak yang masih harus dibayar paling sedikit
sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan,
sebelum surat keberatan disampaikan.
Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan, jangka waktu pelunasan pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat 3 (satu bulan sejak tanggal diterbitkan SKPKB atau SKPKBT) atau
ayat 3a (jangka waktu pelunasan bagi WP usaha kecil dan WP di daerah tertentu) atas jumlah
pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan keberatan, tertangguh sampai dengan 1 (satu)
bulan sejak tanggal penerbitan Surat Keputusan Keberatan (Pasal 25 ayat 7 UU KUP).
Penangguhan jangka waktu pelunasan pajak menyebabkan sanksi administrasi berupa
bunga sebesar 2% per bulan sebagaimana diatur dalam Pasal 19 tidak diberlakukan atas jumlah
pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan keberatan.
Contoh:
Setelah dilakukan pemeriksaan atas SPT PPh badan tahun 2008 atas nama PT ABC
diterbitkan SKPKB tertanggal 10 Oktober 2009 dengan rincian sbb:
Jumlah Pokok Pajak Rp120.000.000,00
Jumlah kredit pajak Rp100.000.000,00
Jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak Rp 20.000.000,00
Besarnya sanksi administrasi (2% x 10 bulan) Rp 4.000.000,00
Jumlah pajak yang masih harus dibayar Rp 24.000.000,00
Misalkan dalam pembahasan akhir, PT ABC hanya menyetujui jumlah kekurangan
pembayaran pokok pajak sebesar Rp5.000.000,00.
Dalam hal ini PT ABC mengajukan keberatan maka PT ABC wajib melunasi pajak yang
masih harus dibayar yang telah disetujui yaitu sebesar Rp. 6juta {Rp5juta + (20% x Rp5juta)}
sebelum surat keberatan disampaikan. Jumlah pajak yang belum dibayar pada saat mengajukan
keberatan yaitu sebesar Rp18juta, tertangguh sampai dengan 1 bulan sejak tanggal penerbitan SK
Keberatan. Sanksi administrasi berupa bunga 2% per bulan (Pasal 19) atas jumlah Rp18juta tidak
diberlakukan.
Selanjutnya dalam Pasal 25 ayat 9 UU KUP dinyatakan bahwa .Dalam hal keberatan WP
ditolak atau dikabulkan sebagian, WP dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 50%
(lima puluh persen) dari jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak
yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan..
Contoh:
Misalkan keberatan PT ABC pada kasus di atas ditolak dengan SK Keberatan tanggal 20
Februari 2009, maka atas jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak
yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan yaitu Rp18juta dikenai sanksi administrasi
berupa denda sebesar 50% atau Rp9juta. Jatuh tempo pelunasan kekurangan pembayaran pajak
ditambah sanksi administrasi (Rp27juta) dalam SK Keberatan tersebut adalah tanggal 19 Maret
2009.
Apabila Wajib Pajak mengajukan permohonan banding maka sanksi administrasi berupa
denda sebesar 50% (lima puluh persen) sebagaimana dimaksud pada ayat (9) tidak dikenakan.
(Pasal 25 ayat 10 KUP (baru)
I.3.
Mempersiapkan Keberatan
Dalam menghadapi sengketa pajak, wajib pajak memiliki hak untuk :
a) Mengajukan Keberatan (Pasal 25 26 UU KUP) Jika Wajib Pajak berpendapat bahwa
jumlah, rugi, jumlah pajak, dan pemotongan atau pemungutan tidak sebagaimana
mestinya, maka Wajib pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Direktur Jenderal
Pajak.
b)
c) Mengajukan permohonan pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar (pasal 36 ayat 1b)
Direktur Jenderal Pajak dapat mengurangkan atau membatalkan ketetapan pajak yang
tidak benar.
d) Mengajukan Gugatan ke Pengadilan Pajak Gugatan Wajib Pajak atau Penanggung Pajak
terhadap :
-
Keputusan Pembetulan dalam pasal 16 yang berkaitan dengan Surat Tagihan Pajak.
Keputusan sebagaimana dimaksud dalam pasal 36 yang berkaitan Surat Tagihan Pajak.
Gugatan hanya dapat diajukan ke Pengadilan Pajak. Pengajuan Keberatan Keberatan diajukan
atas suatu :
-
Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan peraturan perundangundangan perpajakan
Proses Keberatan
Proses penganjuan keberatan ada beberapa proses yaitu :
a. Penerimaan permohonan keberatan
b. Pemenuhan persyaratan formal
c. Permintaan bukti/dokumen
d. Pembahasan sengketa perpajakan
e. Pemberitahuan hasil penelitian keberatan
f. Pembahasan akhir
g. Penerbitan Surat Keputusan keberatan
I.5.
Diajukan kepada Direktur Jenderal Pajak atas SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN,
Pemotongan dan Pemungutan oleh Pihak ketiga;
Surat Keberatan diajukan terhadap satu jenis ketetapan pajak. (Satu SKP satu surat
keberatan)
Mengemukakan jumlah pajak terutang atau jumlah pajak yang dipotong atau dipungut,
atau jumlah rugi menurut perhitungan Wajib Pajak.
Diajukan dalam jangka waktu 3 Bulan sejak tanggal surat ketetapan pajak, tanggal
pemotongan atau pemungutan, kecuali terjadi keadaan diluar kekuasaan wajib pajak
(Force Majeur)
Pengajuan Keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak dan proses pelaksanaan
penagihan.
I.6.
Secara Langsung ke KPP tempat WP terdaftar Tanggal surat keberatan diterima adalah
tanggal saat surat diterima di Tempat Pelayanan Terpadu KPP. Wajib pajak akan
menerima bukti penerimaan Surat keberatan. Surat Keberatan diterima secara Phisik
oleh petugas DJP
Disampaikan melalui kantor pos dan giro dengan pengiriman pos tercatat. Bukti
pengiriman melalui pos (Resi) merupakan tanda bukti penerimaan surat keberatan.
Pengertian pos tercatat adalah tertulis dalam bukti pengiriman surat hal-hal sbb :
a. Tanggal kirim
b. Nama dan alamat pengirim
c. Nama dan alamat yang dituju
d. Isi atau jenis surat yang dikirim
Surat Keberatan yang tidak memenuhi syarat :
-
Kepada wajib pajak akan diberikan penolakan secara formal melalui surat biasa paling
lambat 1 bulan sejak surat tersebut diterima
Surat keberatan yang tidak memenuhi syarat formal keberatan, tetapi pengajuannya
belum melampaui 3 bulan, wajib pajak masih diberi kesempatan untuk memperbaiki surat
keberatannya dan dapat diajukan kembali dalam batas waktu 3 bulan setelah tgl SKP
Surat keberatan yang diajukan setelah melewati 3 bulan tidak dapat diperbaiki lagi,
kecuali dapat dibuktikan keterlambatan tersebut karena factor force majeur.
I.7.
Alternatif lain yang dapat ditempuh Wajib Pajak adalah mengajukan permohonan
peninjauan kembali berdasarkan pasal 36 ayat (1) huruf b UU KUP.
Jangka waktu Penyelesaian Keberatan
Direktur Jenderal pajak dalam jangka waktu paling lama 12 bulan sejak tanggal surat
keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan wajib pajak
I.8.
Keputusan Keberatan
Keputusan keberatan yang diterbitkan DJP dapat berupa :
I.9.
Menerima seluruhnya
Menerima Sebagian
Menolak
a. Wajib Pajak tidak siap dalam hal : data, informasi, catatan dan dokumen dalam pengajuan
keberatan
b. Wajib pajak tidak memenuhi persyaratan formal dan persyaratan material pengajuan
keberatan
c. Wajib pajak terlambat dalam menyampaikan permohonan keberatan (lewat dari 3 bulan)
d. Wajib pajak memiliki interprestasi dan pemahaman yang lemah terhadap peraturan
perpajakan.
e. Pihak ketiga yang menjadi wakil wajib pajak tidak memenuhi syarat yang diatur dalam
KMK 576/KMK.04/2001 dan KEP DJP No. 188/PJ./2001.
f. Komunikasi Wajib pajak dan Fiscus tidak berjalan dengan baik.
I.10.
b) Dasar hukum yang kuat (sesuai dengan peraturan yang berlaku saat itu dan untuk
masalah tsb)
c. Sebelum membuat alasan keberatan, wajib pajak harus mengetahui :
Butir-butir yang akan dikoreksi oleh Fiscus
-
Sehingga alasan yang disampaikan dalam surat keberatan TEPAT. Jika keberatan ditolak, upaya
selanjutnya yang dapat dilakukan wajib pajak adalah mengajukan banding
II.
BANDING
II.1.
Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada badan peradilan pajak
terhadap suatu keputusan keberatan yang ditetapkan oleh dirjen pajak.
b) Putusan badan peradilan pajak bukan merupakan keputusan tata usaha Negara.
c)
Pengajuan permohonan banding tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan
penagihan pajak
Pencabutan Banding
Wajib Pajak yang telah mengajukan permohonan Bading ke Pengadilan Pajak dapat
mencabut permohonan tersebut dengan mengajukan surat pernyataan pencabutan banding
kepada pengadilan pajak.
Permohonan Banding yang dicabut akan dihapus dari daftar sengketa melalui :
a.
Penetapan Ketua dalam hal surat pernyataan pencabutan diajukan sebelum sidang
dilaksanakan
b.
NOTE :
Permohonan Banding yang telah dicabut dan mendapat penetapan/putusan tidak dapat
diajukan kembali
II.4.
Kuasa Hukum
Berdasarkan ketentuan Pasal 34 ayat (2) UU Pengadilan Pajak, Wajib pajak dapat
menunjuk kuasa hukum untuk mendampingi/mewakili wajib pajak dalam proses banding.
Syarat-syarat untuk menjadi kuasa hukum :
1. WNI
2. Mempunyai pengetahuan yang luas dan keahlian tentang peraturan perundang-undangan
perpajakan.
3. Persyaratan lain yang ditentukan Menteri Keuangan
Mengacu pada peraturan tersebut, Wajib Pajak dapat menunjuk seorang kuasa yang bukan
pegawainya dengan surat kuasa khusus dengan syarat-syarat sbb :
a.
b.
Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana dibidang perpajakan atau tindak
pidana lain dibidang keuangan Negara.
Tata Cara untuk mendapatkan Surat Keterangan Terdaftar sebagai Kuasa Hukum Pengadilan
Pajak :
- Bagi Kuasa Hukum Pengacara :
a. Syarat yang harus dipenuhi (kumulatif) : Warga Negara Indonesia, Pengacara (berlisensi),
Sebagai Ahli Pajak, memiliki NPWP atau form 1721 A1 dari pemberi kerja
b. Mendaftarkan diri ke sekretariat pengadilan pajak (mengisi formulir yang telah
disediakan) dengan melampirkan salinan dokumen yang telah dilegalisir:
KTP
Surat Ijin Praktek Pengacara
Brevet Pajak/ Ijasah
NPWP atau form 1721 A1 dari Pemberi kerja.
Pas Photo 2 x 3 2 lembar
- Bagi Kuasa Hukum yang bukan pengacara :
a. Syarat yang harus dipenuhi : WNI, Sebagai Ahli Pajak, Memiliki NPWP atau Form 1721
A1 dari pemberi kerja.
Persiapan Persidangan
Dalam hal pengajuan banding WP memenuhi ketentuan formal yang disyaratkan, maka
pengadilan pajak akan memulai persiapan persidangan dengan meminta Surat Uraian Banding
(SUB) atau Surat Tanggapan dari Fiskus (pihak Terbanding) dan mengirimklan salinannya ke
WP Pemohon Banding, serta menunjuk Majelis atau Hakim Tunggal untuk menyelesaikan
sengketa antara WP dengan fiskus:
a). Surat Uraian Banding (SUB) atau Surat Tanggapan
b). Surat Bantahan
c). Penunjukan Majelis atau Hakim Tunggal
II.6.
Persidangan Banding
Persidangan banding dapat dilakukan melalui serangkaian proses pemeriksaan. Ada 2 jenis
pemeriksaan dalam proses banding :
Pemeriksaan Dengan Acara Biasa (PAB)
a. Pemeriksaan dengan acara biasa (PAB) dilakukan dilakukan oleh Majelis yang terdiri dari
1 (satu) orang Hakim Ketua dan 2 (dua) orang Hakim Anggota, disertai Panitera, dan
dihadiri oleh terbanding. Apabila perlu juga dihadiri oleh pemohon banding atau kuasa
hukumnya.
b. Pemeriksaan dengan acara biasa dilakukan apabila surat permohonan banding telah
memenuhi ketentuan formal.
Pemeriksaan Dengan Acara Cepat (PAC)
a. Pemeriksaan dengan acara cepat (PAC) dilakukan oleh hakim tunggal atau majelis hakim
dan dihadiri oleh terbanding. Apabila dipandang perlu juga dihadiri oleh pemohon
banding atau kuasa hukumnya.
Banding
Upaya hukum selanjutnya yang dimiliki Wajib Pajak dalam hal tidak puas dengan
keputusan keberatan yang diterbitkan fiskus adalah mengajukan permohonan banding kepada
Pengadilan Pajak sebagaimana tertera dalam Pasal 27 ayat 1 UU KUP bahwa: .Wajib Pajak dapat
mengajukan permohonan banding hanya kepada badan peradilan pajak atas Surat Keputusan
Keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1).
Banding adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak atau penanggung
Pajak terhadap suatu keputusan yang dapat diajukan Banding, berdasarkan peraturan perundangundangan perpajakan yang berlaku (Pasal 1 angk 6 UU Pengadilan Pajak. Yang dapat diajukan
banding oleh Wajib Pajak adalah Surat Keputusan Keberatan.
Permohonan banding diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan alasan yang
jelas paling lama 3 (tiga) bulan sejak Surat Keputusan Keberatan diterima dan dilampiri dengan
salinan Surat Keputusan Keberatan tersebut {Pasal 27 ayat 3}.
Apabila diminta oleh Wajib Pajak untuk keperluan pengajuan permohonan banding,
Direktur Jenderal Pajak wajib memberikan keterangan secara tertulis hal-hal yang menjadi dasar
Surat Keputusan Keberatan yang diterbitkan (Pasal 27 ayat 4a UU KUP).
2. Gugatan.
Gugatan adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh WPajib Pajak atau penanggung Pajak
terhadap pelaksanaan penagihan Pajak atauterhadap keputusan yang dapat diajukan Gugatan
III.
IMBALAN BUNGA
Kelebihan pembayaran pajak karena pengajuan keberatan atau permohonan
DAFTAR PUSTAKA
Hari Sugiharto. Modul Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Badan
Badan