Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Merokok merupakan penyebab pertama kematian
di Amerika Serikat
dengan jumlah rata-rata per tahun 488.000 jiwa atau sekitar 18% dari total
kematian di Amerika Serikat. Sepertiga dari kematian yang berhubungan dengan
merokok ini disebabkan karena penyakit jantung vaskular dan serangan stroke,
29% akibat kanker paru, 20% akibat penyakit respiratori kronik dan sisanya akibat
kanker liver,kolorektal dan lain-lain (Rakel,2014).
Indonesia menduduki posisi peringkat ke-3 dengan jumlah perokok
terbesar di dunia setelah China dan India. Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan bahwa secara nasional prevalensi perokok
di Indonesia berusia 10 tahun ke atas cenderung bertambah dari tahun ke tahun.
Proporsi tertinggi pada tahun 2013 (36,3%) sekitar 61 juta penduduk, Riskesdas
2010 (34,7%). Proporsi perokok saat ini terbanyak di Kepulauan Riau (27,2%).
Sementara
Provinsi
Sumatera
Utara menempati
(RISKESDAS, 2013).
Dalam rokok terkandung lebih dari 7000 bahan kimia diantaranya adalah
nikotin, tar dan karbonmonoksida.Senyawa ini didalam pembuluh darah
menyebabkan peningkatan reaksi inflamasi, agregrasi trombosit, atherogenesis,
oksidasi LDL, peningkatan viskositas darah, vasokonstriksi yang merupakan
penyebab utama terjadinya hipertensi dan penyakit jantung koroner (Rakel, 2014).
Prevalensi hipertensi di Indonesia menurut data dari Riskesdas tahun 2013
adalah sebesar 26,5 %. Prevalensi tertinggi ditemukan di Provinsi Bangka
Belitung (30,9%) sedangkan terendah di Papua (3,3%). Sementara Provinsi
Sumatera Utara menempati urutan ke-12 sebesar (24,7%) % (RISKESDAS,
2013). Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tahun 2009 oleh Ekowati,
subjek yang merokok setiap hari mempunyai faktor resiko 1,5 kali lipat untuk
Tujuan Khusus
Institusi Pendidikan
Bagi institusi pendidikan diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah
studi kepustakaan dan diharapkan menjadi suatu masukan yang berarti dan
bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Definisi Perilaku
Ada beberapa definisi perilaku menururt beberapa ahli. Menururt
Notoadmojo, perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,
menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2003). Menurut Lewin, perilaku adalah interaksi yang tampak pada
individu dan lingkungannya. Menurut Skinner, perilaku manusia adalah
organisme yang berperan dan berpikir yang ditentukan oleh kejadian-kejadian di
masa lalu dan sekarang.Menurut Sugiyo, perilaku adalah manifestasi dari
kejiwaan manusia (Sobur, 2003).
Indonesia menduduki peringkat ketiga untuk jumlah perokok di dunia
yakni sekitar 65 juta orang. Angka ini akan terus meningkat jika pemerintah tidak
mengatur perilaku merokok dan industri rokok serta tidak menerapkan larangan
iklan rokok. Menurut data tahun 2014 dari World Health Organization (WHO),
terdapat 38,5% penduduk Indonesia diatas 15 tahun yang merokok dari total
populasi 252 812 245. Menurut data yang sama 73,3% perokok berjenis kelamin
laki-laki. Sedangkan terdapat 3,8% perokok berjenis kelamin perempuan. Dari
penelitian di 187 negara baik Negara maju maupun berkembang, populasi
perokok harian diatas usia 15 tahun menurun prevalensinya dari 41,2% di tahun
1980 menjadi 31,1% di tahun 2012. (Ng M., et al., 2014)
Menurut data yang didapat tahun 2013 penduduk Indonesia yang
menderita hipertensi ada sebanyak 25,8%. Jika populasi penduduk Indonesia ada
sebanyak 252.124.458, maka terdapat 65.048.110 jiwa yang menderita hipertensi.
Angka ini menurun dibandingkan tahun 2007 dengan penderita hipertensi
sebanyak 31,7%. Sedangkan untuk Sumatera Utara, prevalensi penderita
hipertensi di tahun 2013 berkisar 25% yang tidak banyak mengalami perubahan
dari tahun 2007 dengan kisaran 27%. (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2014)
2.2 Hipertensi
2.2.1 Definisi Hipertensi
Definisi tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap
dinding pembuluh, bergantung volume darah yang terkandung di dalam pembuluh
dancompliance atau daya regang dinding pembuluh yang bersangkutan (seberapa
mudah mereka dapat diregangkan). (Sherwood, 2001)
Tekanan darah memiliki peran yang penting dalam tubuh sehingga harus
diregulasi. Tekanan darah harus cukup tinggi utuk menghasilkan gaya dorong
yang cukup sehingga otak dan jaringan tubuh menerima aliran darah yang
adekuat. Akan tetapi, tekanan darah juga tidak boleh terlalu tinggi karena akan
menimbulkan beban kerja tambahan bagi jantung dan meningkatkan risiko
kerusakan pembuluh serta kemungkinan rupturnya pembuluh pembuluh
halus(Sherwood, 2001).
2.2.1 Klasifikasi Hipertensi
Berdasarkan The Seventh Report of Joint National Committeeon
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure
(JNCVII) (2009) , hipertensi dapat dibagi menjadi empat kategori, yaitu:
Tekanan darah normal: tekanan darah sistolik <120 mmHg dan tekanan
darah diastolik <80 mmHg
Prehipertensi: tekanan darah sistolik 120-139 mmHg atau tekanan darah
diastolik 80-89 mmHg
Hipertensi tahap I: tekanan darah sistolik 140-159 mmHg atau tekanan
darah diastolik 90-99 mmHg
Hipertensi tahap II: tekanan darah sistolik 160 mmHg atau tekanan
darah diastolik 100 mmHg.
b. Hipertensi Kardiovaskular
Pada hipertensi ini, penyebabnya adalah aterosklerosis sehingga terjadi
peningkatan kronik resistensi perifer total (Sherwood, 2001).
c. Hipertensi Hormonal
Hipertensi hormonal dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: (Lang dan
Silbernagl, 2000).
1. Sindrom Adrenogenital
Korteks
adrenal
tidak
dapat
membentuk
kortisol
sehingga
ACTH
ketika
individu
menjaga
perubahan
perilaku
dari
lebih
merupakan
aturan
pada
perilaku
adiktif,
maka
11
12
13
14
asap rokok dan dikategorikan sebagai penyebab paling dominan dalam polusi
ruangan tertutup karena memberikan polutan berupa gas dan logam-logam berat
(Kepmenkes RI, 2010).
2.6Smoking Self Efficacy
Definisi Self Efficacy
Keyakinan memiliki pengaruh yang lebih besar pada motivasi, afektif
danperilaku
dibandingkan
dengan
kondisi
atau
situasi
yang
merasamampu untuk melakukan suatu hal.Self efficacy tidak hanya berfokus pada
latihan mengontrol tindakan, tetapijuga berfokus pada mengontrol pola pikir,
motivasi dan kondisi afektif sertafisiologis. Individu dapat gagal menampilkan hal
terbaik yang dimilikinyameskipun sebenarnya ia tahu apa yang harus dilakukan
dan memiliki kemampuanmelakukannya. Hal ini dipengaruhi oleh perceived self
efficacy yang tidak hanyaberfokus pada kemampuan yang dimiliki, namun pada
keyakinan untukmelakukannya dengan baik (Bandura, 1997).Berdasarkan
beberapa definisi self efficacy yang telah disebutkan, dapatdisimpulkan bahwa self
efficacy adalah keyakinan individu terhadapkemampuannya untuk melakukan
suatu tindakan dengan baik (meliputi pola pikir,motivasi dan afeksi serta
fisiologis) sehingga individu berusaha menampilkan halterbaik yang dimilikinya
guna mencapai suatu hasil atau tujuan dengan maksimal (Bandura, 1997).
Sumber Pembentuk Self Efficacy
Bandura (1997) mengatakan ada 4 sumber pembentuk self efficacy antara
lain: mastery experiences, vicarious experiences, persuasi verbal serta kondisi
fisiologis dan afektif (emotional arousal).
1. Mastery Experiences
15
biasanya
memandang
stres
dan
kecemasan
sebagai
tanda
16
17
terhadap
performa.Individu
yang
meragukan
keberhasilan,
18
habit
yang
mengganggu
kesehatan
dan
mengadopsi
serta
adalahsalah
satu
contoh
kekuatan
self
efficacy
untuk
atau
menahan
keinginan
merokok
(Fischer
&
Corcoran,
19
BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka konsep penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam
penelitian ini adalah :
20
Perilaku Berhenti
Merokok
Pasien
Hipertensi
Variabel
Definisi
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala
Perilaku
Operasional
Menururt
Kuesioner dengan
Jumlah jawaban ya
berhenti
Notoadmojo,
jumlah pertanyaan
merokok
perilaku
sebanyak 24 buah
adalah
pertanyaan dengan
tindakan atau
aktivitas dari
manusia itu
perlu ditulis.
sendiri yang
mempunyai
Precontemplation
Contemplation
Preparation
Action
bentangan
yang sangat
luas antara lain
: berjalan,
berbicara,
menangis,
tertawa,
bekerja,
kuliah,
menulis,
membaca, dan
sebagainya
(Notoatmodjo,
2003)
21
Ordinal
Pasien
Pasien dengan
hipertens
tekanan darah
merk ABN
sistolik 140
Stetoskop merk
mmHg atau
Littman
Ordinal
tekanan darah
diastolic 90
mmHg (JNC
VII, 2009)
22
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Desain penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan
pendekatan desain penelitian cross sectional untuk mengetahui perilaku berhenti
merokok pada pasien hipertensi di Puskesmas Pekan LabuhanPeriode 27 Juli 13
Agustus 2015.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian
ini
dilakukan
di
Puskesmas
Pekan
Labuhan,
yang
terbukti
hipertensi
dari
pengukuran
menggunakan
sphygmomanometer
23
Kriteria eksklusi :
1) Tidak paham bahasa Indonesia
2) Tidak mengaku merokok
3) Tidak terbukti hipertensi pada pengukuran dengan sphygmomanometer
Penentuan jumlah sampel dengan menggunakan rumus :
= Z2PQ
d2
(Sastroasmoro, 2008)
Keterangan:
n
= Besar sampel
24
2. Coding
Data yang terkumpul diberi kode oleh peneliti secara manual untuk
memudahkan peneliti menganalisis data.
3. Entry
25
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
26
Jumlah (n)
96
4
Persentase (%)
96
4
Didapatkan angka kejadian yang paling banyak adalah pada kelompok usia
45-49 tahun dengan jumlah 32 orang (32%) dan angka kejadian yang paling
sedikit adalah pada kelompok usia diatas70 tahun dengan jumlah 1 orang (1%).
Jumlah (n)
5
9
7
32
22
15
Persentase (%)
5
9
7
32
22
15
27
60-64
65-69
70
6
3
1
6
3
1
Jumlah (n)
Persentase (%)
obat antihipertensi)
Pre-hipertensi (riwayat konsumsi
obat antihipertensi)
Hipertensi grade I
Hipertensi grade II
13
24
63
13
24
63
Jumlah (n)
12
15
73
0
Persentase (%)
12
15
73
0
28
Jumlah (n)
66
18
12
4
Persentase (%)
66
18
12
4
merokok itu Ya
merugikan kesehatan
Jumlah
98
Tidak
2
Orang Tua
12
Guru
0
Teman
11
Media Massa
77
29
Merusak
paru-paru
72
Menyebabkan
kanker paru
21
Gangguan
Kehamilan
5
Tidak ada
kerugian
2
Istilah perokok aktif tidak diketahui oleh 93% responden dan hanya
terdapat 2 responden yang mengetahui secara tepat definisi dari perokok aktif dan
tidak ada responden yang mengetahui pembagian derajat perokok aktif ringan ,
sedang, berat.
Tabel 5.9 Distribusi frekuensi pengetahuan mengenai istilah perokok aktif
pada perokok hipertensi
Apakah anda mengetahui tentang istilah perokok aktif
Jumlah
Ya
7
Tidak
93
Aktifitas menghisap
Seseorang yang
Seseorang
perokok ringan
perokok ringan
perokok ringan
batang rokok,
(dibawah 5 batang
(dibawah 10 batang
(dibawah 10 batang
bagaimana
sehari);
sehari);
sehari);
30
10 batang sehari);
perokok berat
benar
(dibawah 15 batang
sehari)
Jumlah
perokok sedang
(dibawah 15 batang
sehari);
(dibawah 20 batang
sehari);
perokok berat
(dibawah 20 batang
sehari)
1
perokok sedang
Ya
64
Tidak
36
sedangkan
sisanya
85%
berpendapat
merokok
tidak
dapat
menyebabkan hipertensi.
Tabel 5.13 Distribusi frekuensi pengetahuan mengenai hubungan merokok
dengan hipertensi
Merokok merupakan salah satu faktor penyebab hipertensi
Jumlah
Ya
15
Tidak
85
Ya
Tidak
31
39
61
5.1.3.2 Sikap
Terdapat 97% responden berpendapat merokok adalah kebiasaan yang buruk
dan 3% yang setuju merokok bukan kebiasaan buruk.
Tabel 5.15 Distribusi frekuensi mengenai pendapat bahwa merokok
merupakan kebiasaan buruk
Apakah Anda setuju merokok adalah kebiasaan yang buruk
Ya
Tidak
Jumlah
97
Tersinggung
Tidak
dan Marah
peduli
Jumlah
Mematikan
rokok dengan
sukarela
10
83
Tersinggung
tetapi tetap
mematikan
rokok
2
Responden yang merasa bahwa merokok dapat merugikan diri sendiri dan
lingkungan sekitar terdapat 98%.
Tabel 5.17 Distribusi frekuensi mengenai pendapat bahwa merokok
merugikan diri sendiri dan lingkungan
Apakah Anda merasa bahwa merokok dapat merugikan diri
sendiri dan lingkungan sekitar
Ya
Tidak
32
Jumlah
98
Ya
95
Tidak
5
5.1.3.3 Perilaku
Seluruh responden pada penelitian ini (100%) merokok dengan yang merokok
dibawah 5 batang rokok per hari 2 orang, yang merokok dibawah 10 batang
rokok per hari 7 orang,yang merokok dibawah 20 batang rokok per hari 15
orang,yang
Ya
100
Tidak
0
dibawah
dibawah
5 batang
10 batang
rokok per
rokok per
hari
hari
dibawah
20
batang
rokok per
hari
15
diatas 20
hanya
batang
sesekali, jika
rokok per
teman/saudar
hari
a merokok
72
33
Tabel 5.21 Distribusi frekuensi mengenai alasan pertama kali merokok pada
perokok hipertensi
Anda tertarik
Saya pikir
untuk
Ikut-
orang
merokok
ikutan
dewasa
pertama kali
teman
seharusnya
43
merokok
0
karena
Jumlah
Agar dapat
diterima di
lingkungan
sekitar
Merokok
membantu
saya
berkonsen
28
trasi
2
Merokok
menghilan
gkan
Penasaran
stress saya
18
< 10 Tahun
3
10-20 Tahun
16
> 20 tahun
81
Di Rumah
Di Tempat Umum
34
37
63
Terdapat 54% responden yang mengetahui mereka hipertensi kurang dari 6 bulan
yang lalu, 32% responden yang mengetahui mereka hipertensi 1-2 tahun yang
lalu, 11% responden yang mengetahui mereka hipertensi 2-5 tahun yang lalu dan
3% responden yang mengetahui mereka hipertensi lebih dari 5 tahun yang lalu.
Tabel 5.24 Distribusi frekuensi mengenai lamanya perokok yang didiagnosis
menderita hipertensi
Kapan Anda tahu
bahwa Anda
hipertensi/darah tinggi
Kurang dari 6
1-2 tahun
2-5 tahun
yang lalu
yang lalu
54
32
11
Jumlah
Lebih dari 5
tahun yang
lalu
3
Yang mendiagnosis hipertensi pada responden adalah bidan sebanyak 20%, dokter
sebanyak 76% dan apoteker sebanyak 4%.
Tabel 5.25 Distribusi frekuensi mengenai orang yang mendiagnosis hipertensi
pada perokok hipertensi
Siapa yang menyatakan bahwa
Anda memiliki hipertensi
Jumlah
Suster
Bidan
Dokter
20
76
Apoteke
Bukan salah
r
4
satu diatas
0
mengkonsumsi obat
antihipertensi. Semua obat hipertensi diresepkan oleh dokter. Akan tetapi 95%
dari responden tidak makan obat secara teratur hanya 5% yang makan obat secara
teratur.
Tabel 5.26 Distribusi frekuensi mengenai konsumsi obat hipertensi pada
perokok hipertensi
35
Ya
Tidak
Jumlah
100
Ya
Tidak
89
11
Tabel 5.29 Distribusi frekuensi pada perokok hipertensi yang memiliki niat,
rencana dan strategi untuk berhenti merokok
Apakah anda sudah memiliki niat, rencana dan
strategi agar berhenti merokok?
Jumlah
Ya
Tidak
13
87
36
Ya
11
Tidak
2
sudah berhenti
gagal berhenti
<6 bulan
>6 bulan
<1 bulan
>1 bulan
37
ajakan teman
lingkungan
merokok?
Tidak tahan
Stres
keinginan diri
lain-lain
sendiri
2
Jumlah (n)
11
65
13
11
Persentase (%)
11
65
13
11
Rentang usia pasien termuda yang ditemukan pada penelitian ini adalah
30-34 tahun sebanyak 5 orang (5%). Sedangkan usia tertua yang ditemukan
adalah > umur 70 tahun yang berjumlah 1 orang (1%). Dengan menggunakan
rentang 5 tahun yang dimulai dari usia 30 tahun, didapatkan angka kejadian pada
kelompok usia 45-49 tahun adalah yang paling tinggi dari antara semua kelompok
38
usia dengan jumlah 32 orang (32%). Hasil yang didapat berbeda dengan hasil dari
survey RISKESDAS tahun 2013 dimana proporsi terbanyak perokok aktif
ditemukan terbanyak pada umur 30-34 tahun sebesar 33,4 %, dan paling sedikit
pada rentang umur 10-14 tahun sebanyak 0,5 % (RISKESDAS, 2013). Hasil yang
didapatkan sedikit berbeda karena kemungkinan pada penelitian ini peneliti
mengambil sampel perokok pada pasien hipertensi sedangkan pada survey
RISKESDAS mengambil semua populasi perokok secara umum.
Berdasarkan jenis pekerjaan, jenis pekerjaan yang paling banyak ditemukan
pada responden di puskesmas adalah nelayan sebanyak 66 orang (66%) yang
diikuti oleh buruh 18 orang (18%), wiraswasta 12 orang (12%), tidak bekerja 4
orang (4%). Pada survey RISKESDAS (2013) yang mencantumkan distribusi
pekerjaan, hasil yang didapatkan telah mendekati distribusi pekerjaan pada
penelitian ini yaitu pada kelompok pekerjaan nelayan/nuruh/petani sebesar 44,5%
dan paling sedikit pada kelompok yang tidak berkerja 6,9% (RISKESDAS, 2013)
Berdasarkan tingkat pendidikan, angka kejadian perokok hipertensi dengan
tingkat pendidikan SMU adalah yang paling tinggi dengan jumlah 73 orang
(73%), yang disusul oleh tingkat pendidikan SMP 15 orang (15%), SD 12 orang
(12 %) dan tidak ada yang berpendidikan perguruan tinggi . Hasil yang didapatkan
sesuai dengan tingkat pendidikan pada survey RISKESDAS yang menyatakan
bahwa proporsi perokok terbanyak pada tingkat pendidikan SMU/ Sederajat yaitu
28,7% diikuti oleh tingkat pendidikan SMP (25,7%), SD (25,2%) tidak bersekolah
(19,7%) dan paling sedikit pada tingkat perguruan tinggi (18,9%) (RISKESDAS,
2013).
Dari 100 responden yang merokok persentase yang berada pada tahap precontemplation (11%), contemplation (65%), preparation (13%) dan action (11%).
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Degen di Austria dari 447
responden, didapatkan persentase responden yang berada pada tahapan precontemplation (15,4%), contemplation (48,4%), preparation (15,4%) dan action
(10%) (Degen,2014). Hasil yang sama juga diperoleh dari survey yang dilakukan
di Malaysia pada tahun 2006 oleh Lim mendapatkan bahwa dari 2.716.743
perokok, sekitar 30% berada pada tahap pre-contemplation dan 70% berada pada
39
tahap contemplation (Lim,2006). Sedangkan penelitian yang dilakukan PerezRios di Spanyol pada tahun 2011 menunjukkan hasil yang berbeda dimana dari
591 perokok , 72% berada pada tahap pre-contemplation. Penelitian Perez-Rios
juga diperkuat oleh penelitian Etter di Geneva (1997) yang menyatakan bahwa
dari 742 perokok, yang berada pada tahap contemplation 74%, contemplation
22% dan preparation 4% (Etter,1997).
Dari hasil penelitian menunjukkan paling banyak responden pertama kali
merokok karena ikut-ikutan sebanyak 43 orang, 28 orang merokok agar dapat
diterima dilingkungan sekitar, 18 orang merokok untuk menghilangkan stress, 9
orang merokok karena penasaran dan 2 orang merokok untuk membantu dalam
konsentrasi.Beberapa studi mengungkapkan seseorang biasanya mulai merokok
akibat pengaruh lingkungan seperti teman-teman, orang tua, saudara dan media.
Menurut Baker, merokok pada tahap awal biasanya dilakukan dengan temanteman (46%), seorang anggota keluarga bukan orang tua (23%) dan dengan orang
tua (14%) (Baker, 2004).
disebabkan oleh rasa ingin tahu atau mencoba-coba pengalaman baru, mencoba
menghilangkan kejenuhan ingin dianggap lebih jantan, ingin diterima di
kelompoknya atau pengaruh panutannya, misal orang tua atau kakaknya yang
merokok, dimana hal tersebut ditunjang oleh mudahnya rokok didapatkan baik
penjualan maupun harganya (Cahyo, 2012).
Sebanyak 81 responden sudah merokok >20 tahun, 16 responden merokok
selama 10-20 tahun dan sisanya 3 orang merokok < 10 tahun. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Martini yang menunjukan bahwa lama
kebiasaan merokok menyebabkan perbedaan risiko terjadinya hipertensi.
Responden yang mempunyai kebiasaan merokok 18-35 tahun dan < 18 tahun
mempunyai risiko terjadi hipertensi sebesar 5,21 kali dan 3,89 kali secara
berturut-turut. Lama kebiasaan merokok merupakan faktor yang mendukung atau
mempercepat terjadinya hipertensi (Martini, 2004)
Semua responden dalam penelitian ini mengkonsumsi obat hipertensi.
Semua obat hipertensi diresepkan oleh dokter. Akan tetapi 95% dari responden
tidak makan obat secara teratur hanya 5% yang makan obat secara teratur. Hasil
40
yang didapatkan tidak sesuai dengan penelitian Kamal yang dilakukan di RSUP
dr. M Djamil di Padang (2014) yang menyatakan bahwa tingkat kepatuhan pasien
hipertensi dalam mengkonsumsi obat sebesar 60% dan yang tidak patuh sebesar
40%.Penelitian tersebut menunjukkan adanya kaitan antara tingkat pengetahuan
dengan perilaku patuh dalam mengkonsumsi obat. Semakin tinggi pengetahuan
seseorang maka sikapnya akan positif dalam menjalankan terapi hipertensi secara
patuh (Kamal, 2014). Menurut penelitian yang dilakukan di Kabupaten
Pekalongan
oleh
Mursiany, ada
berbagai
alasan
pasien
tidak
teratur
menunjukkan
bahwa
faktor
kebutuhan,
pergaulan,
41
kemungkinan
dikonsumsi per hari dan kadar nikotin yang tinggi (Meamar, 2013)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 98 orang dari 100 orang tahu bahwa
merokok merugikan kesehatan dan hanya 2 orang tidak tahu. Banyak orang yang
mengetahui merokok merugikan kesehatan karena tingkat pengetahuan yang
tinggi dan terdedah kepada saluran info yang menyatakan efek merokok. Hasil ini
sesuai dengan penelitian Afdol (2013), bahwa tingkat pengetahuan dipengaruhi
populasi dan letak geografis. Responden yang berasal di kota lebih mudah
mendapatkan informasi sehingga memiliki pengetahuan yang lebih tinggi (Afdol,
2013).
Bahaya merokok paling banyak diketahui melalui media massa yaitu
sebanyak 77 orang, dari orang tua dan teman masing masing 12 dan 11 orang dan
tidak ada yang mendapat informasi dari guru. Ini sesuai dengan rencana
KEMPEMKES 2008 yang ingin mengeksposi kepada masyarakat mengenai efek
merokok melalui semua media massa seperti koran, iklan, radio, television dan
lain lain (KEMPEMKEs, 2008).
Penelitian menunjukkan 72 orang tahu bahwa merokok merusak paru paru ,
21 orang tahu bahwa merokok menyebabkan kanker paru dan 5 orang tahu ianya
menganggu kehamilan dan 7 orang mengatakan merokok tidak ada kerugian. Ini
bersamaan dengan teori dari CDC,2011 bahwa merokok merugikan kesehatan dan
secara umum pasti akan mengakibatkan defek pada paru paru (CDC, 2011).
Hanya 7 dari 100 orang mengketahui istilah perokok aktif dan 5 daripada 7
orang berpendapat perokok aktif adalah seseorang yang merokok. Ini tidak benar
mengikut WHO GATS ,2011. Mengikutnya perokok aktif adalah seseorang yang
merokok minimal satu rokok setiap hari dalam kegiatan hariannya. 6 dari 7 orang
itu berpendapat perokok ringan adalah seseorang yang merokok di bawah 5
42
batang sehari, perokok sedang merokok 5 -10 batang sehari dan perokok berat
merokok di bawah 15 batang sehari dan ini adalah tepat mengikut isitlah perokok
aktif oleh WHO ,GATS 2011.
Menurut penelitian, sebanyak 64 rumah orang yang diteliti terdapat larangan
merokok tetapi lebihan 36 orang tidak mempunyai larangan. Menurut Buku
Pedoman KTR, MPKU Pimpinan Pusat Muhamadiyah tahun 2011, setiap rumah
berkeluarga harus dijadikan tempat larangan merokok dan tidak ada pengecualian
sama sekali. Ini adalah bagi penghuni yang bukan perokok seperti lansia, wanita
dan anak kecil dapat bebas daripada asap rokok yang berbahaya bagi kesehatan.
Mayoritas subjek penelitian, tidak menyadari bahwa merokok menyebabkan
hipertensi sebanyak 85 orang, hanya 15 orang yang sadar bahwa merokok adalah
faktor hipertensi. Daripada golongan itu hanya 39 orang yang sadar bahwa
penderita hipertensi yang merokok dapat menyebabkan terjadinya serangan
jantung dan stroke sedangkan 61 responden tidak mengetahui. Dari referensi
CDC 2011 dan WHO 2010 diketahui bahwa merokok merupakan penyebab
hipertensi dan penderita hipertensi yang merokok sehingga mempunyai peluang
tinggi terjadinya serangan jantung dan stroke.
Daripada penelitian 97 orang setuju bahwa merokok adalah kebiasaan yang
buruk dan 3 tidak setuju. Jika peneliti diminta berhenti merokok, 83 dari 100
orang yang diteliti mematikan dengan sukarela. . Dua pendapat ini adalah saling
berkaitan. Disebabkan kebanyakkan orang setuju merokok adalah kebiasaan yang
buruk maka mereka tidak keberatan untuk mematikan rokok dengan sukarela
apabila diminta. Berdasarkan WHO,2011 mendukung motto MPOWER yang
menyatakan bahwa perokok akan berhenti merokok jika penyuluhan dan iklan
berkaitan efek merokok diperluaskan di kalangan merokok seperti gambar di
kotak rokok dan poster di tempat awam.
Sebanyak 98 perokok yang diteliti merasa bahwa merokok merugikan diri
sendiri dan lingkungan sekitar manakala 2 tidak berpendapat begitu. Sebanyak 95
dari 100 perokok yang diteliti berpendapat bahwa berhenti merokok dapat
bermanfaat. Dua hasil ini berikatan sesama sendiri karena seseorang perokok yang
43
sedar bahwa rokok akan merugikan diri sendiri dan linkungan sekitar pasti akan
sedar mengenai manfaat berhenti merokok.
Dengan tidak diragukan , semua
sebanyak 100 , ini adalah karena mereka yang diteliti harus merupakan seorang
perokok. Ini merupakan kriteria inklusi penting dalam penelitian ini.
Mengikut penelitian, 72 orang mengkonsumsi di atas 20 batang rokok
perhari, 15 orang dibawah 20 batang rokok per hari manakala jumlah terendah
adalah bagi 2 orang yaitu mereka yang merokok dibawah 5 batang rokok per hari.
Ini menunjukkan semua perokok yang diteliti masih merupakan perokok berat
walaupun telah mendapat penyakit hipertensi. Ini mungkin karena mereka masih
tidak menyadari bahwa merokok walaupun adanya hipertensi akan mengakibatkan
penyakit yang lebih parah.
44
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini didapatkan hasil :
Responden perokok paling banyak yang berjenis kelamin laki-laki
sejumlah 0 orang
Dari pembagian menurut tekanan darah, paling banyak responden
yang menderita hipertensi grade II yaitu sebanyak 63 orangs, sisanya
13 responden dengan riwayat mengkonsumsi obat hipertensi berada
pada tahap pre-hipertensi, 24 responden menderita hipertensi grade I
dan tidak ada pasien yang normotensi dengan riwayat pemakaian
obat anihipertensi
Sebanyak 65% perokok yang hipertensi di Puskesmas Pekan
Labuhan Medan berniat berhenti merokok tapi belum mempunyai
rencana dan strategi untuk berhenti (contemplation). Sementara yang
berada pada tahap pre-contemplation (11%), preparation (13%) dan
action (11%).
6.2 Saran
45
Untuk membantu para perokok yang ingin berhenti merokok tapi belum
mempunyai rencana dan strategi, dapat dilaksanakan program berhenti
merokok, salah satunya dengan mendirikan klinik berhenti merokok.
46