Anda di halaman 1dari 33

KONSEP DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

Makalah Kelompok
Diajukan untuk Memenuhi Salahsatu Tugas Matakuliah Bimbingan dan
Konseling (KD 302) Dosen Pembina Dr.Mamat Supriatna,M.Pd, dan Asep R.
Lesmana,S.Pd.

Disusun oleh :
Febi Rifsya Hanifa
Yury Purnama Indah

(1300839)
(1301191)

Tridiani Laraswati

(1301218)

Nurul Fitri Azizah

(1304424)

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah senantiasa melimpahkan
rahmat dan hidayah- Nya sehingga kita semua dalam keadaan sehat walafiat sehingga kita
semua dapat menjalankan aktivitas sehari-hari dengan baik. Alhamdulillah tak luput penulis
panjatkan

kehadiran Allah Swt. karena hanya dengan keridoan-Nya Makalah tentang

Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling ini dapat terselesaikan.


Penulis menyadari betul sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak,
makalah ini tidak akan terwujud dan masih jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan
segala kerendahan hati penulis berharap saran dan kritik demi perbaikan-perbaikan lebih
lanjut. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua dalam memahami tentang Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling sehingga kami
selaku calon pendidik dapat lebih memahami karakteristik siswa-siawa kami semua.

Bandung, Maret 2014

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................. 1
DAFTAR ISI............................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 3
A. Latar Belakang
Masalah
..3
B. Identifikasi Masalah........................................................................................ 4
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan........................................................................5
D. Metode Pembahasan...................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN TEORITIS...................................................................................... 6
1. Definisi Bimbingan dan Konseling...................................................................6
2. Fungsi Bimbingan dan Konseling....................................................................8
3. Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling......................................................10
4. Asas-asas bimbingan dan konseling.............................................................13
5. Ruang Lingkup Bimbingan dan Konseling.....................................................15
BAB III ANALISIS................................................................................................... 21
A.Analisis Teoritis ............................................................................................. 21
B.Analisis
Praktis
..23
BAB IV SIMPULAN DAN REKOMENDASI.................................................................24
A. Simpulan...................................................................................................... 24
B. Rekomendasi................................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 28

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring perkembangan waktu dan global yang masuk ke Indonesia
menyebabkan perubahan karakteristik anak khususnya pelajar di sekolah
semakin banyak berubah baik ke arah positif maupun negatif, masalahmasalah yang sering terjadi pada pelajar biasanya mengenai proses
belajar di sekolah, interaksi dengan teman-temannya ataupun masalah di
luar sekolah yang terbawa-bawa ke sekolah, sehingga membuat tidak
fokus di sekolah. Tentunya kita sebagai calon pendidik harus memahami
dan membimbing anak didik kita keaarah yang lebih baik. Pendukung
utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia Indonesia yang
bermutu adalah pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu tidak
cukup dilakukan melalui transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi,
tetapi harus didukung oleh peningkatan profesionalitas dan sistem
manajemen tenaga kependidikan serta pengembangan kemampuan
peserta didik untuk menolong diri sendiri dalam memilih dan mengambil
keputusan demi pencapaian cita-citanya. Kemampuan seperti itu tidak
hanya menyangkut aspek akademis, tetapi juga menyangkut aspek
perkembangan pribadi, sosial, kematangan intelektual, dan sistem nilai.
Oleh karena itu, pendidikan yang bermutu di lingkungan pendidikan
haruslah merupakan pendidikan yang seimbang, tidak hanya mampu
menghantarkan peserta didik pada pencapaian standar kemampuan
professional dan akademis, tetapi juga mampu membuat perkembangan
diri yang sehat dan produktif. Para peserta didik di lingkungan pendidikan
umumnya

adalah

orang-orang

yang

sedang

mengalami

proses

perkembangan yang memiliki karakteristik, kebutuhan, dan tugas-tugas


perkembangan yang harus dipenuhinya. Pencapaian standar kemampuan
professional/akademik dan tugas-tugas perkembangan peserta didik,
memerlukan kerja sama yang harmonis antara para pengelola dan

pelaksana manajemen pendidikan, pengajaran, dan bimbingan sebab


ketiganya merupakan bidang-bidang utama dalam pencapaian tujuan
pendidikan. Melalui bimbingan dan konseling kita dapat berinteraksi dan
belajar

memahami

anak

didik

kita,

serta

membantu

mereka

mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.


Mengingat apa yang telah dikemukakan diatas, menjadi penyelenggara
bimbingan dan konseling di sekolah tidaklah mudah. Pertama-tama
petugas bimbingan harus menghayati pengertian dasar bimbingan dan
konseling

beserta

asas-asasnya

dan

kedua,

dituntut

mampu

melaksanakan usaha pelayanan sesuai dengan asas-asas dan pengertian


tersebut.

Sampai saat ini kondisi penyelenggaraan bimbingan dan

konseling di sekolah masih bervariasi. Sampai saat ini tenaga-tenaga


penyelenggara bimbingan dan konseling di sekolah acap disebut seperti
petugas BK, Guru BK, petugas bimbingan, guru bimbingan. Sehingga
memberikan dampak tertentu terhadap citra profesi bimbingan.
Kami berharap melalui pembahasan makalah mengenai konsep
dasar bimbingan dan konseling ini dapat menjadikan semua calon
pendidik sebagai guru yang tidak hanya baik dan pandai dalam
menyampaikan pembelajaran tetapi juga dapat menjadi pendidik yang
mampu

mengarahkan

dan

membantu

anak

didiknya

untuk

mengembangkan potennsi mereka sehingga mereka dapai menjadi siswa


unggulan yang cerdas jasmani dan rohaninya. Melalui penyajian makalah
ini diharapkan kita dapat lebih memahami tentang konsep bimbingan
konseling itu sehingga kita dapat menerapkannya pada saat dihadapkan
dengan siswa-siswa yang memiliki karakter berbeda. Adapun sistematik
pembahasan makalah ini melalui poin-poin yang akan disajikan dengan
penjelasnnya.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah


1)
2)
3)
4)

Apa konsep dasar bimbingan dan konseling ?


Apa saja prinsip-prinsip bimbingan dan konseling ?
Apa saja azas-azas bimbingan dan konseling ?
Apakah fungsi bimbingan dan konseling ?
4

5) Bagaimana ruang lingkup bimbingan dan konseling ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan


1)
2)
3)
4)
5)

Untuk
Untuk
Untuk
Untuk
Untuk

memahami konsep dasar dan konseling


mengetahui prinsip-prinsip bimbingan dan konseling
memahami azas-azas bimbingan dan konseling
mengetahui fungsi bimbingan dan konseling
mengetahui ruang lingkup bimbingan dan konseling

D. Metode Pembahasan
Makalah ini disajikan sebagai pengetahuan dasar bagi kita yang
akan bergelut di bidang pendidikan, sehingga kelak kita sebagai calon
pendidik dapat menerapkannya pada saat kita mengajar siswa.
Makalah ini disusun dengan menggunakan metode analisis melalui
buku-buku yang sesuai dengan materi Bimbingan dan Konseling yang
berhubungan dengan Konsep Dasar, Fungsi-fingsi, Prinsip-prinsip, Asasasas dan Ruang Lingkup Bimbingan dan Konseling sehingga dapat
menunjang dalam kegiatan belajar dan mengajar di universitas.
Adapun makalah ini kami sajikan dengan slide-slide powerpoin yang
disertai oleh penjelasannya.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Definisi Bimbingan dan Konseling
Untuk memperoleh pengertian yang jelas tentang bimbingan,
berikut dikutipkan pengertian bimbingan (guidance) menurut beberapa
sumber. Year Book of Education (1955) menyatakan bahwa: guidance is a
process of helping individual through their own ffort to discover d develop
their potentialisties both for personal happiness and social usefulness.
Definisi yang diungkapkan oleh Miller (dalam Jones, 1987) nampaknya
merupakan definisi yang lebih mengarah pada pelaksanaan bimbingan di
sekolah. Definisi tersebut menjelaskan bahwa:Bimbingan adalah proses
bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahan diri dan pengarahan
diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum
kepada sekolah, keluarga, serta masyarakat.
Menurut Chiskolm (1959) bimbingan membantu individu untuk lebih
mengenali

berbagai

informasi

tentang

dirinya

sendiri.

Pengertian

bimbingan yang dikemukan oleh Chiskolm bahwa bimbingan membantu


individu memahami dirinya sendiri, pengertian
menitik beratkan pada pemahaman terhadap potensi diri yang dimiliki.
Menurut Bernard & Fullmer (1969) Bimbingan merupakan kegiatan
yang bertujuan
meningkatkan

realisasi

pribadi

setiap

individu.

Pengertian

yang

dikemukakan oleh Bernard


dan Fullmer bahwa bimbingan dilakukan untuk meningkatakan pewujudan
diri individu.
Dapat

dipahami

bahwa

bimbingan

membantu

individu

untuk

mengaktualisasikan diri dengan lingkungannya.


Menurut Mathewson (1969) Bimbingan sebagai pendidikan dan
pengembangan yang
menekankan proses belajar yang sistematik. Mathewson mengemukakan
bimbingan sebagai
7

pendidikan dan pengembangan yang menekankan pada proses belajar.


Pengertian

ini

menekankan bimbingan sebagai bentuk pendidikan dan pengembangan


diri, tujuan yang
diinginkan diperoleh melalui proses belajar.
Rogers (Kusmintardjo, 1992) memberikan pengertian konseling
sebagai berikut:
Counseling is a series of direct contats with the individual which aims to
offer him assistance in changing his attitude and behavior. Konseling
adalah serangkaian kontak atau hubungan bantuan langsung dengan
individu dengan tujuan memberikan bantuan kepadanya dalam merubah
sikap dan tingkah lakunya). Selanjutnya Mortensen (dalam Jones, 1987)
memberikan pengertian konseling sebagai berikut: Counseling may,
therefore, be defined as apeson to person process in which one person is
helped by another to increase in understanding and ability to meet his
problems. Konseling dapat didefinisikan sebagai suatu proses hubungan
seseorang dengan seseorang di mana yang seorang dibantu oleh yang
lainya untuk menemukan masalahnya. Dengan demikian jelaslah, bahwa
konseling merupakan salah satu teknik pelayanan bimbingan secara
keseluruhan, yaitu dengan cara memberikan bantuan secara individual
(face to face relationship). Bimbingan tanpa konseling ibarat pendidikan
tanpa pengajaran atau perawatan tanpa pengobatan. Kalaupun ada
perbedaan di antara keduanya hanyalah terletak pada tingkatannya.
Jadi apabila digabungkan bimbingan dan konseling adalah Usaha
secara demokratis dan atas dasar komitmen antara counselor dengan
counselee dalam memberikan bantuan dalam bentuk arahan, panduaan,
dorongan dan pertimbangan yang bersifat advisable agar counselee
mampu mengelola dan mewujudkan harapannya sendiri.
Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada individu dari
seorang yang ahli, namun tidak sesederhana itu untuk memahami
pengertian dari bimbingan. Pengertian tetang bimbingan formal telah
diusahakan orang setidaknya sejak awal abad ke-20, yang diprakarsai
oleh Frank Parson pada tahun 1908 mendefinisikan bimbingan sebagai
8

bantuan

yang

diberikan

kepada

individu

untuk

dapat

memilih,

mempersiapkan diri, dan memangku suatu jabatan serta mendapat dalam


jabatan yang dipilihnya itu. Dan konseling diartikan sebagai kegiatan
mengungkpkan fakta atau data tentang siswa, serta pengarahan kepada
siswa
untuk dapat mengatasi sendiri masalah-masalah yang dihadapinya.
Pada

bagian yang

lain,

Shetzer

dan Ston

(1980),

misalnya

menggunakan kata hubungan pemberian bantuan untuk suatu proses


konseling yang berarti interaksi antara konselor dengan klien dalam upaya
memberikan kemudahan terhadap cara-cara pengembangan diri yang
positif. Dalam konteks ini,sejalan dengan peraturan pemerintah No.
28/1990 tentang Pendidikan Dasar, pasal 25 ayat 1, dikatakan bahwa
Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam
rangka

upaya

menemukan

pribadi,

mengenal

lingkungan,

dan

merencanakan masa depan

2. Fungsi Bimbingan dan Konseling


a.Fungsi Pemahaman
Yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar memiliki
pemahaman
terhadap
dirinya
(potensinya)
dan
lingkungannya
(pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini,
konseling diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara
optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis
dan konstruktif.
b. Fungsi Fasilitas
Memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan

dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh


aspek dalam diri konseli.
c. Fungsi Penyesuaian
Yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar dapat
menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan
konstruktif.
d. Fungsi Penyaluran
Yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memilih
kegiatan ekstra kurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan
penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian
dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam menjalankan fungsi ini, konselor
perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya didalam maupun diluar
lembaga pendidikan.
e. Fungsi Adaptasi
Yaitu
fungsi
membantu
para
pelaksana
pendidikan,
kepala
sekolah/madrasah dan staf, konselor dan guru untuk menyesuaikan
program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat,
kemampuan, dan kebutuhan konseli. Dengan menggunakan informasi
yang memadai mengenai konseli, pembimbing/konselor dapat membantu
para guru dalam memperlakukan konseli secara tepat, baik dalam
memilih dan menyusun materi di sekolah/madrasah, memilih metode dan
proses pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan
kemampuan dan kecepatan konseli.
f. Fungsi Pencegahan
Yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa
mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya
untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini,
konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara
menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan
dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah pelayanan orientasi,
informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu
diinformasikan kepada para konseli dalam rangka mencegah terjadinya
tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya : bahaya minuman keras,
merokok, penyalahgunaan obat-obatan, drop out, dan pergaulan bebas.
10

g. Fungsi Perbaikan
Yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga
dapat memperbaiki kekeliruan dalam berpikir, berperasaan dan bertindak
(berkehendak). Konselor melakukan intervensi (memberikan pelakuan)
terhadap konseli supaya memiliki pola berpikir yang sehat, rasional dan
perasaan yang tepat sehingga dapat mengantarkan mereka kepada
tindakan atau kehendak yang produktif dan normatif.
h. Fungsi Penyembuhan
Yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini
berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang
telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar,
maupun karier. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling dan
remedial teaching.
i. Fungsi Pemeliharaan
Fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli supaya dapat
menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta
dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisikondisi yang akan menyebabkan penurubab produktivitas diri.
Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui program-program yang
menarik, rekreatif dan fakultatif (pilihan) sesuai dengan minat.
j. Fungsi Pengembangan
Fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih produktif dari fungsifungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan
konseli. Konselor dan personel sekolah/madrasah lainnya secara sinergi
sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerja sama merencanakan dan
melaksanakan
program
bimbingan
secara
sistematis
dan
berkesinambungan dalamupaya membantu konseli mencapai tugas-tugas
perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan di sini adalah
pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat
(brain stroming), home room, dan karyawisata.
k. Fungsi preventif
Adalah bantuan yang diberikan kepada peserta didik bertujuan agar
peserta didik terhindar dariberbagimasalah yang dapat menghambat
perkembangannya. Hambatan seperti kesulitan belajar, kekurangan
11

informasi, masalah hubungan sosial dan sebagainya. Bentuk kegiatan


yang dapat dilakukan yaitu :
1) Program layanan orientasiyang memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengenal sekolah;
2) Program kegiatan atau layanan bimbingan klasikal atau kelompok
tertentu, seperti diskusi, bermain peran, dinamika kelompok,
menyusun program belajar dan teknik-teknik pendekatan kelompok
lainnya;
3) Program layanan penempatan dan penyaluran baik yang bersifat
individu maupun kelompok seperti pembentukkan kelompok belajar,
ekstra kurikuler dan lain-lain.
l.Fungsi developmental
Yaitu pelayanan yang diberikan dengan tujuan dapat membantu peserta
didik mengembangkan keseluruhan potensinya dengan terarah dan
mantap. Layanan inimemungkinkan peserta didik:
1) Memperoleh kesempatan untuk mendapat pengalaman-pengalaman
yang dapat membantu perkembangan sebaik mungkin;
2) Mengenal, memahamiserta melatih diridan melakukan kegiatan
tentang cara-cara pengembangan diri, sehingga mereka lebih
matang
untuk
melakukan
tugas
perkembangannya,
mencapaiprestasiyang semaksimal mungkin..
3) Memperoleh latihan membuat dan memiliki alternatif yang paling
efisien
untuk
dilakukan
dalam
setiap
situasi,
dengan
mempertimbangan minat, kemampuan dan kesempatan yang
tersedia;
4) Mengembangkan bakat dan minat melalui kegiatan pembelajaran
dan ekstrakurikuler (kesenian, keterampilan, Olah Raga dan
sebagainya).
m. Fungsi kuratif
Adalah layanan yang membantu peserta didik untuk mengatasimasalahmasalah yang dihadapibaik dilingkungan sekolah maupun dilingkungan
luar sekolah. Bantuan yang diberikan amat bergantung pada sifat
masalahnya, 22 Bimbingana dan Konseling bentuknya dapat langsung
berhadapan dengan peserta didik atau melaluipihak lain.
3. Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling
Pelaksanaan bimbingan perlu memerhatikan beberapa prinsip, yaitu
sebagai berikut :
a. Bimbingan adalah suatu proses membantu individu agar mereka
dapat membantu dirinya sendiri dalam menyelesaikan masalah
yang dihadapinya.
12

b. Hendaknya, bimbingan bertitik tolak (berfokus) pada individu agar


yang dibimbing.
c. Bimbingan diarahkan pada individu dan tiap individu memiliki
karakteristik tersendiri. Oleh karena itu, pemahaman keragaman
dari kemempuan individu yang dibimbing sangat diperlukan dalam
pelaksanaan bimbingan.
d. Masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh tim pembimbing di
lingkungan lembaga pendidikan hendaknya diserahkan kepada ahli
atau lembaga yang berwenang menyelesaikannya.
e. Bimbingan dimulai dengan identifikasi kebutuhan yang dirasakan
oleh individu yang akan dibimbing.
f. Bimbingan harus luwes dan fleksibel sesuai dengan kebutuhan
individu dan masyarakat.
g. Program bimbingan di lingkungan lembaga pendidikan tertentu
harus sesuai dengan programpendidikan pada lembaga yang
bersangkutan.
h. Hendaknya pelaksanaan program bimbingan dikelola oleh orang
yang memiliki keahlian dalam bidang bimbingan, dapat bekerja
sama dan menggunakan sumber-sumber yang relevan yang berada
di dalam ayaupun di luar lembaga penyelenggaraan pendidikan.
i. Hendaknya, pelaksanaan program bimbingan dievaluasi untuk
mengetahui hasil dan pelaksanaan program.
Principles basic to all counseling :
a. Acceptance of the individual as a personality (Penerimaan dari
individu (Konseli) sebagai pribadinya)
Each person has a separate, distinct personality; he is an entity
with particular personality demands which can be best satisfied by
particular vocational and avocational activities. It is obligatory for
the counselor to accept the personality as he finds it and to aid the
client to make his decision in terms of satisfying the demands of
that pensonality. In the last analysis, guidance is a point of view,
regardless of the philosophic concept behind it.
In personnel selection in business and industry the process is
reversed. And the selection in based on how well the individuals
qualification fit the job description. But in vocational counseling the
counselor must adhere to the principle that the counselee must, in
the final analisis, make his own decision.
Dapat diambil kesimpulan dari prinsip ini bahwa Konselor harus
memahami konselinya sehingga konselor dapat membimbing dan
mengarahkan konseli dalam mengembangkan pribadinya. Konselor
13

memberikan masukkan dan saran-saran yang tepat bagi konseli


tetapi Keputusan dikembalikan kepada konseli agar konseli dapat
mengambil keputusan dengan tepat dan bijak.
b. Conseling is a two-way process of communication (Konseling adalah
proses komunikasi dua arah)
Both the counselor and the counselee have ideas and proposals
to communicate. There must be mutual communication and
understanding if the counseling is to be of much material aid and
value. Here the rogerian concept of counseling comes to the fore.
Rogers technique is one of permissive understanding of the cliens
problem and lending a minium of advice while the client works
through that problem. However, vocational counselor must also give
a considerable amount of invormation related to occupations, basic
training required, entry level salaries, geographical locations of
work availability, and possible salary ceilings, all of which the client
has never had time of exprecience to ascertain. The adult counselee
has far more definite ideas about his desired goal than the younger
client. He has had work experience, and he has observed more of
the work field at large. The situation demands a maximum of
mutual interaction and understanding.
Konseling merupakan proses komunikasi dua arah dimana antara
konselor dan konseli harus memiliki satu tujuan, satu ide dan fikiran,
dan pengertian. Dikenal konsep Rogers dimana untuk memehami
dan

mempelahjari

permasalahan

konseli.

Dalam

mengadakan

bimbingan konselor harus menyesuaikan teknik yang ia gunakan


dalam membantu memecahkan permasalahan konseli dan konselor
harus mampu mengenali apakah konselinya telah mampu berpikir
dewasa, biasanya konseli dewasa lebih tepat dalam memahami
karena telah memiliki pengalaman dilapangan berbeda dengan
konseli yang masih anak-anak atau remaja yang masih kekanakan
pikirannya.
c. Aduquate understanding of individual differences ( Mengerti akan
individual yang berbeda-beda)
The work of the counselor always is to determine and point out
how to untileze the cliens strength and to show him how to protect
14

himself against his weaknesses. The counselor must have a wide


knowledge of individual differences and must learn to respect both
the merits and the limitations they impose. Individual differences
are largely inherited. An examination of the work of Leona tyler
readily shows that, in physiological characteristics alone, one
person may possess as much as three times the ability of another.
Just as all people do not have the same intellectual ability neither
do

they

have

the

same

visual

acuity,

the

same

handeye

coordination, nor the same degree of manual dexterity. But what


the cliend does have must be untilized to the fullest. The knowledge
of individual differences is particularly important in fitting the ability
of the person to the physical demands analysis of any given
occupation .
Pekerjaan

konselor

menunjukkan

ialah

bagaimana

mengembangkan dan

untuk

selalu

canyanya

membimbing

agar

konseli

dan
dapat

menggunakan kekuatan atau potensi yang

mereka miliki, dan dapat membantu konseli untuk melawan


kelemahannya. Konselor harus memiliki pengetahuan yang banyak
tentang keberagaman dan karakter khas individu sehingga konselor
dapat belajar bagaimana menghargai mereka(konseli). Karena
pengetahuan itu sangatlah penting, jangan membatasi konseli
dalam mencurahkan kepentinggannya.
d. The need for accurate, up-to-date,

functional

information

(Keperluan untuk keakuratan, kekinian, fungsi informasional)


4. Asas-asas bimbingan dan konseling
Keterlaksanaan

dan

keberhasilan

pelayanna

bimbingan

dan

konseling sangat ditentukan oleh di wujudkannya asas-asas berikut.


a. Asas Kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan koseling yang
menuntut dirahasiakannya segenap data dan keterangan tentang
konseli

yang

menjadi

sasaran

pelayanan,

yaitu

data

atau

keterangan yang tidak boleh dan layak diketahui oleh orang lain.
Dalam hal ini guru pembimbing berkewajoban penuh memelihara
15

dan

menjaga

semua

data

dan

keterangan

itu

sehingga

kerahasiaannya benar-benar terjamin.


b. Asas Kesukarelaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki

adanya

kesukaan

dan

kerelaan

konseli

mengikuti/menjalani pelayanan/kegiatan yang diperlukan baginya.


Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban membina dan
mengembangkan kesukarelaan tersebut.
c. Asas Keterbukaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki

agar

konseli

yang

menjadi

sasaran

pelayanan/kegiatan bersifat terbuka dan tidak pura-pura, baik di


dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun
dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang
berguna

bagi

pengembangan

dirinya.

Dalam

hal

ini

guru

pembimbing berkewajiban mengembangkan keterbukaan konseli.


Keterbukaan

ini

amat

terkait

pada

terselenggaranya

asas

kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri konseli yang


menjadi sasaran pelayanan/kegiatan. Agar konseli dapat terbuka,
guru pembimbing terlebih dahulu harus bersikap terbuka dan tidak
pura-pura.
d. Asas Kegiatan,
menghendaki

yaitu

agar

berpartisipasi

asas

konseli

secara

bimbingan

yang

aktif

dan

menjadi

di

konseling

sasaran

dalam

yang

pelayanan

penyelenggaraan

pelayanan/kegiatan bimbingan. Dalam hal ini guru pembimbing


perlu

mendorong

konseli

untuk

aktif

dalam

setiap

pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling yang diperuntukkan


baginya.
e. Asas Kemandirian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yakni:
konseli

sebagai

sasaran

pelayanan

bimbingan

dan

konseling

diharapkan menjadi konseli-konseli yang mandiri dengan ciri-ciri


mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu
mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri.
Guru

pembimbing

hendaknya

mampu

mengarahkan

segenap

16

pelayanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakannya bagi


berkembangnya kemandirian konseli.
f. Asas Kekinian, yaitu asas bimbingan
menghendaki

agar

objek

sasaran

dan

konseling

pelayanan

yang

bimbingan

dan

konseling ialah permasalahan konseli dalam kondisinya sekarang.


Pelayanan yang berkenaan dengan masa depan atau kondisi masa
lampaupun dilihat dampak dan/atau kaitannya dengan kondisi
yang ada dan apa yang diperbuat sekarang.
g. Asas Kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar isi pelayanan terhadap sasaran pelayanan yang
sama hendaknya selalu ebrgerak maju, tidak monoton, dan terus
berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan
tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
h. Asas Keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar berbagia pelayanan dan kegiatan bimbingan dan
konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak
lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadu. Untuk ini kerja sama
antara guru pembimbing dan pihak-pihak yang berperan dalam
penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling perlu terus
dikembangkan. Koordinasi segenap pelayanan/kegiatan bimbingan
dan konseling itu harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
i. Asas Keharmonisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar segenap pelayanan dan kegiatan bimbingan dan
konseling didasarkan pada dan tidak boleh bertentangan dengan
nilai dan norma yang ada, yaitu nilai dan norma agama, hukum dan
peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan yang
berlaku.

Bukanlah

pelayanan

atau

kegiatan

bimbingan

dan

konseling yang dapat dipertanggungjawabkan apabila isi dan


pelaksanaannya

tidak

berdasarkan

nilai

dan

norma

yang

dimaksudkan itu. Lebih jauh, pelayanan dan kegiatan bimbingan


dan konseling justru harus dapat meningkatkan kemampuan konseli
memahami,

menghayati,

tersebut.
j. Asas Keahlian,
menghendaki

yaitu

agar

dan
asas

pelayanan

mengamalkan
bimbingan
dan

dan

kegiatan

nilai

dan

norma

konseling

yang

bimbingan

dan
17

konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional.


Dalam hal ini, para pelaksana pelayanan dan kegiatan bimbingan
dan konseling hendaklah tenaga yang benar-benar ahli dalam
bidang bimbingan dan konseling. Keprofesionalan guru pembimbing
harus terwujud baik dalam penyelenggaran jenis-jenis pelayanan
dan kegiatan bimbingan dan konseling maupun dalam penegakan
kode etik bimbingan dan konseling.
k. Asas Alih Tangan Kasus, yaitu asas bimbingan dan konseling
yang

menghendaki

agar

pihak-pihak

yang

tidak

mampu

menyelenggarakan pelayanan bimbingan dann konseling secara


tepat

dan

tuntas

atas

suatu

permasalahan

konseli

mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli.


Guru pembimbing dapat menerima alih tangan kasus dair orang tua,
guru-guru lain, atau ahli lain; dan demikian pula guru pembimbing
dapat

memgalihtangankan

kasuus

kepada

guru

mata

pelajaran/praktik dan lain-lain.


5. Ruang Lingkup Bimbingan dan Konseling
Pelayanan bimbingan dis ekolah mempunyai lingkup yang cukup
luas. Lingkup bimbingan di sekolah dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu
dari segi fungsi, sasaran, dan masalah.
a.Segi Fungsi
ditinjau dari segi fungsinya bimbingan dan konseling di sekolah berfungsi
untuk

(1)

pemahaman,

(2)

pencegahan,

(3)

pengentasan,

(4)

pemeliharaan dan pengembangan.


b. Segi Sasaran
dari segi sasarannya, pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah,
diperuntukkan bagi bagi seluruh siswa dengan tujuan agar siswa secara
individual

mencapai

pengungkapan

perkembanagn

pengenalann

diri

optimal
dan

melalui

lingkungan,

kemampuan
pengambilan

keputusan, pengarahan diri, dan perwujudan diri.


18

c. Segi Pelayanan
ditinjau dari segi pelayanan yang diberikan di sekolah, layanan
bimbingan dan konseling dapat mencakup pelayanan-pelayanan berikut :
1) Pelayanan orientasi, yaitu pelayanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan
(seperti

peserta

sekolah)

yang

didik

(konseli)

memahami

baru

dimasuki

peserta

lingkungan

didik,

untuk

mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di


lingkungan yang baru.
2) Pelayanan informasi, yaitu pelayanan bimbingan dan kopnseling
yang

memungkinkan

peserta

didik

(konseli)

menerima

dan

memahami berbagai informasi seperti informasi pendidikan dan


informasi

jabatan

pertimbangan

dan

yang

dapat

pengambilan

dipergunakan
keputusan

sebagai

untuk

bahan

kepentingan

peserta didik (konseli).


3) Pelayanan penempatan dan penyaluran, yaitu pelayanan bimbingan
dan

konseling

yang

memungkinkan

peserta

didik

(konseli)

memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat misalnya


penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, atau
jurusan/program

studi,

program

pelatihan,

magang,

kegiatan

kokurikuler atau ekstrakulikuler sesuai dengan potensi, bakat dan


minat, serta kondisi prbadinya.
4) Pelayanan pembelajaran, yaitu pelayanan bimbingan dan konseling
yang memungkinkan peserta didik (konseli) mengembangkan diri
berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi
belajar yang cocokdengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta
berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya.
5) Pelayanan konseling perorangan, yaitu pelayanan bimbingan dan
konsling yang memungkinkan peserta didik (konseli) mendapatkan
pelayanan langsung tatap muka secara perorangan dengan guru
pembimbing (konselor) dalam rangka pembahasan dan pengentasa
permasalahan pribadi yang dideritanya.
6) Pelayanan bimbingan kelompok, yaitu pelayanan bimbingan dan
konseling yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara
bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai
19

bahan dari narasumber tertentu terutama dari guru pembimbing


atau untuk perkembangan dirinya baik sebagai individu maupun
sebagai pelajar, dan untuk pertimbangan dalam pengambilan
keputusan dan atau tindakan tertentu.
7) Pelayanan konseling kelompok, yaitu pelayanan bimbingan dan
konseling yang memungkinkan peserta didik (konseli) memperoleh
kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan
yang dialaminya melalui dinamika kelompok, masalah yang dibahas
itu adalah masalah-masalah pribadi yang dialami oleh masingmasing anggota kelompok.
8) Aplikasi instrumental bimbingan dan konseling, yaitu kegiatan
pendukung bimbingan dan konseling untuk mengumpulkan data dan
keterangan tentang peserta didik (konseli), keterangan tentang
lingkungan

peserta

didik

dan

lingkungan

yang

lebih

luas.

Pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan berbagai instrumen,


baik tes maupun notes.
9) Penyelenggaraan himpunan

data,

yaitu

kegiatan

pendukung

bimbingan dan konseling untuk menghimpun seluruh data dan


keteranga yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta
didik

(konseli).

Himpunan

data

perlu

deselenggarakan

secara

berkelanjutan, sestematik, komprehensif, terpadu, dan sifatnya


tertutup.
10) Konferensi

kasus,

yaitu

kegiatan

pendukung

bimbingan

dan

konseling untuk membahas permasalahan yang dialami oleh peserta


didik (konseli) dalam suatu forum pertemuan yang dihadiri oleh
berbagai

pihak

keterangan,

yang

diharapkan

kemudahan,

dan

dapat

komitmen

memberikan
bagi

bahan,

terentaskannya

permasalahan tersebut. Pertemuan dalam rangka konferensi kasus


bersifat terbatas dan tertutup.
11) Kunjungan rumah, yaitu kegiatan

pendukung

bimbingan

dan

konseling untuk memperoleh data, keterangan, kemudahan dan


komitmen bagi terentaskannya permasalahan peserta didik (konseli)
melalui kunjungan kerumahnya. Kegiatan ini memerlukan kerjasama
yang penuh dari orangtua dan angora keluarga lainnya.

20

12) Alih tangan kasus, yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan


konseling untuk mendapatkan penganganan yang lebih tepat dan
tuntas atas masalah yang dialami peserta didik (konseli) dengan
memindahkan penanganan kasus dari satu pihak ke pihak lannya.
Kegiatan ini memerlukan kerjasama yang erat dan mantap antara
berbagai pihak yang dpat memberikan bantuan atas penanganan
masalah tersebut, terutama kerjasama dari ahli lain tempat kasus itu
dialihtangankan.
e. Segi Masalah
Ditinjau dari segi masalah yang dihadapi para siswa, bimbingan di
sekolah mencakup 4 bidang berikut :
1) Bidang pribadi
Dalam bidang , pelayanan bimbingan dan konseling di smp, sma/smk
membantu siswa menemukan dan mengembangkan pribadi yang
beriman dan bertakwa terhadap Tuhan yang Maha Esa, mantap dan
mandiri, serta sehat jasmani dan rohani. Bidang ini dapat dirinci
menjadi pokok-pokok berikut :
a) Pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengembanagn wawasan
dalam beriman dan bertakwa terhadap Tuhan yang Maha Esa.
b) Pemantapan pemahaman tentang kekuatan diri dan pengembangan
untuk kegiatan-kegiatan yang kreatif dan prodektif, dalam kehidupan
sehari-hari maupun untuk peranannya di masa depan.
c) Pemantapan pemahaman tentang bakat dan minat pribadi serta
penyaluran dan pengembangannya pada atau melalui kegiatankegiatan yang aktif dan prodektif.
d) Pemantapan pemahaman tentang kelemahan diri dan usaha-usaha
penanggulangannya.
e) Pemantapan kemampuan mengambil keputusan.
f) Pemantapan kemampuan mengarahkan diri sesuai dengan keputusan
yang telah diambilnya.
g) Pemantapan dalam perencanaan dan penyelenggaraan hidup sehat,
baik secara rohaniah maupun jasmaniah.
2) Bimbingan sosial
Dalam bidang sosial, pelayanan bimbingan dan konseling di SMP,
SMA/SMK membantu siswa mengenal dan berhubungan dengan
lingkungan sosialnya yang dilandasi budi pekerti lihur, tanggung jawab

21

kemasyarakatan dan kenegaraan. Bidang ini dapat dirinci menjadi


pokok-pokok berikut :
a) Pemantapan kemampuan berkomunikasi, baik memlalui ragam lisan
maupun tulisan secara efektif.
b) Pemantapan kemampuan menerima dan menyampaikan pendapat
serta berargumentasi secara dinamis, kreatif dan produktif.
c) Pemantapan kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial, baik
di rumah, di sekolah, maupun di masyarakat luas dengan menjunjung
tinggi tata karma, sopan santun, serta nilai-nilai agama, adat, hukum,
ilmu, dam kebiasaan yang berlaku.
d) Pemantapan hubungan yang dinamis, harmonis, dan produktif dengan
teman sebaya, baik di sekolah yang sama, di sekolah yang lain, di luar
sekolah, maupun di masyarakat pada umumnya.
e) Pemantapan pemahaman kondisi dan peraturan sekolah serta upaya
pelaksanaannya secara dinamis dan bertanggung jawab.
f) Orientasi tentang hidup berkeluarga.
3) Bimbingan belajar
Dlam bimbingan belajar, pelayanan bimbingan dan konseling di SMP,
SMA/SMK membantu siswa mengembangkan diri, sikap dan kebiasaan
belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan
serta menyiapkannya melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih
tinggi. Bidang ini dapat dirinci menjadi pokok-pokok berikut :
a) Pemantapan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif dan efisien serta
produktif, baik dalam materi, informasi dari berbagai sumber belajar,
bersikap terhadap guru dan nara sumber lainnya, mengembangkan
keterampilan

belajar,

mengerjakan

tugas-tugas

pelajaran,

dan

menjalani program penilaian hasil belajar.


b) Pemantapan disiplin belajar dan berlatih, baik secara mandiri maupun
berkelompok.
c) Pemantapan penguasaan materi program belajar di sekolah menengah
umum sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi, dan kesenian.
d) Pemantapan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial, dan
budaya yang ada di sekolah, lingkungan sekitar, dan masyarakat untuk
pengembangan pengetahuan dan kemampuan, serta pengembangan
pribadi.
e) Orientasi belajar di sekolah sambungan/ perguruan tinggi.
4) Bimbingan karier

22

Dalam bidang bimbingan karier, pelayanan bimbingan dan konseling di


SMP, SMA/SMK membantu siswa merencanakan dan mengembangkan
masa depan karier. Bidang ini dapat dirinci menjadi pokok-pokok
sebagai berikut :
a) Pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan karier
yang hendak dikembangkan.
b) Pemantapan orientasi dan informasi karier pada umumnya, khususnya
karier yang hendak dikembangkan.
c) Orientasi dan informasi terhadap dunia kerja dan usaha memperoleh
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
d) Orientasi dan informasi terhadap pendidikan yang lebih tinggi,
khususnya sesuai dengan karier yang hendak dikembangkannya.
Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling yang berkaitan dengan Sistem
Pendidikan Kurikulim 2013 yang sekarang diberlakukan di Indonesia
menerapkan tentang:
1) Pendidikan yang berpusat pada potensi perkembangan, kebutuhan
dan kepentingan siswa dan lingkungannya
2) Beragam dan terpadu
3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni
4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan
5) Menyeluruh dan berkesinambungan
6) Belajar sepanjang hayat.
Selain itu dalam sistem pendidikan kurikulum 2013 dikenal dengan
program peminatan dalam bimbingan dan konseling, program peminatan
tersebut meliputi :
1) Tidak sekedar memilih aktifitas.
2) Sesuai minat dan mengisi waktu luang.
3) Harus berorientasi karir masa depan.
4) Sesuai bakat dan kemampuan.
5) Direncanakan secara matang.
6) Melibatkan ahli, selain guru BK.
7) Terkait informasi eksplorasi keputusan karir.
Adapun fungsinya berupaya untuk memberikan bantuan agar siswa :
1) Memahami akan pentingnya pendidikan dan kompetensi hidup
2) Memahami pentingnya pencapaian tujuan nasional dan institusional

23

3) Mengarahkan sikap, pengetahuan dan keterampilan sesuai bakat,


minat, kemampuan dan peluang karir
4) Menyusun perencanaan masa depan,

baik

berkaitan

dengan

pendidikan, pekerjaan maupun karir secara luas.


5) Menilai keberhasilan, menelaah kendala dan mencari solusi

BAB III
ANALISIS TEORIS DAN PRAKTIS
A. Analisis Teoritis
Layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari pendidikan di
Indonesia. Sebagai sebuah layanan profesional, kegiatan layanan bimbingan dan konseling
tidak bisa dilakukan secara sembarangan, berbagai kesalahpahaman mengenai layanan
bimbingan dan konseling selama ini, adanya anggapan bimbingan dan konseling sebagai
"polisi sekolah", atau berbagai persepsi lain yang keliru dan terkesan negatif. Bimbingan dan
konseling di sekolah merupakan salah satu pelengkap dari keseluruhan sistim pendidikan
yang ada, guna memperlancar tugas dan fungsi pendidikan secara integral, agar tercapai
hubungan yang harmonis dikalangan para penyelenggara pendidikan, secara garis besarnya

24

memerlukan penanganan kepribadian yang lebih baik guna pencapaian tujuan pendidikan
secara umum.
Tujuan pendidikan tidak mungkin tercapai hanya dengan upaya guru mengajar dan
memberi latihan saja, melainkan diperlukan juga bantuan pribadi dalam bentuk program
bimbingan dankonseling, tertuang dalam PP No. 38/1992 tentang tenaga Kependidikan, Pasal
I ayat 2 yang berbunyi: "Tenaga pendidik adalah tenaga kependidikan yang bertugas
membimbing,mengajar dan atau melatih peserta didik". Bimbingan dan konseling dalam hal
ini sangat berperan dalam usaha pencapaian tujuan pendidikan nasional, peranan bimbingan
dan konseling juga terdapat dalam SK No. 025/05/1995, masih berlaku sebagai rujukan
tentang peran bimbingan dan konseling. "Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan
untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan
berkembang secara optimal, dalam bidang bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan
belajar, dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku".
Pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling dipertegas dalam permendiknas No.
22/2006 tentang setandar isi: Pelayanan bimbingan dan konseling diletakkan sebagai bagian
dari kurikulum. Secara hukum, posisi konselor (penyelenggara profesi pelayanan bimbingan
dan konseling) ditingkat sekolah menengah/madrasah Tsanawiyah telah ada sejak tahun 1975,
yaitu sejak diberlakukan kurikulum bimbingan dan konseling, dalam sistim pendidikan di
Indonesia, begitu besar peranan bimbingan dan konseling dalam dunia pendidikan, sehingga
layanan bimbingan dan konseling perlu dikekola secara profesional.
Terkait adanya kurikulum 2013 tidak begitu berbeda jauh dengan aturan kurikulum
yang pernah ada. Hanya saja ketika kurikulum itu dibicarakan maka mencuatlah persoalan
yang dasarnya sudah ada, yaitu berkaitan dengan tugasnya dalam menghantarkan peserta
didik pada tahap mengambil suatu keputusan untuk studi lanjutan atau dunia kerjanya.
Berikut peranan layanan bimbingan dan konseling pada Tingkat Satuan:
1) Sekolah Dasar, peran BK sudah diambil alih secara langsung diambil oleh wali kelas
masing masing, dimana tugas utama meninjau mengetahui kemampuan yang sudah
dimiliki oleh peserta didik, dimana siswa belajar bersosialisasi dengan lingkungan.
2) Sekolah Menengah Pertama, peran BK yang besar sekali, dimana dia membantu
siswa untuk dapat merealisasikan emosinya dalam tiap tahap perkembangannya.
3) Sekolah Menengah Atas, dalam hal ini termasuk sekolah sekolah kejuruan, peran BK,
membantu siswa untuk dapat memilih jurusan sesuai dengan harapan dan cita citanya
sesuai dengan kemampuannya yang tidak lepas dari tingkat inteligensi yang dimiliki.

25

Dalam merealisasikan hal tersebut, petugas (konselor) tidak perlu masuk ke setiap kelas.
Layanan BK bersifat 24 jam, jadi dalam memberikan pelayanan kepada siswa dapat
dilaksanakan dimana saja dan kapan saja asalkan masih di lingkungan sekolah.
Namun, kesimpangsiuran pembagian tugas dan wewenang, pemahaman peranan
bimbingan dan konseling dari siswa, wali murid dan masyarakat yang masih negatif,
menyebabkan hal ini tidak dapat terealisasikan sepenuhnya, kenyataan di lapangan banyak
siswa (konseli) yang masih beranggapan bahwa siswa yang mengikuti layanan bimbingan
dan konseling di sekolahnya adalah siswa yang bermasalah dan dicap buruk oleh sesamanya
bahkan terkadang oleh guru pembimbingnya sendiri.Hal ini juga menjadi perdebatan
ketikaditemukan hampir di setiap sekolah, guru pembimbing dikenal galak tetapi bukan
galak yang mengarah kepada sifat tegas melainkan perwujudan emosi dari si guru
pembimbing tersebut. Kurangnya pemahaman guru pembimbing dalam menghadapi siswa,
serta sosialisasi yang mungkin kurang memadai dari tim pembimbing di setiap sekolah
memungkinkan hal tersebut akan terus menerus berlangsung. Adanya program kunjungan
rumah dari sekolahpun tidak dimanfaatkan dengan baik oleh guru pembimbing. Latar
belakang pendidikan guru pembimbing yang kurang relevan juga merupakan permasalahan
yang perlu mendapat penanganan secara serius.Apabila pendidikan yang dimiliki
pembimbing sudah memadai kemungkinan hal tersebut dapat diminimalisir. Permasalahan
yang disebutkan tadi juga disebabkan karena kurangnya kerjasama dari pihak penyelenggara
sekolah (guru, kepala sekolah, pembimbing,dll) serta dari siswanya sendiri, karena layanan
bimbingan dan konseling merupakan kerja sama tim bukan individu.
B. Analisis Praktis
Sampai saat ini kondisi penyelenggara bimbingan dan konseling di sekolah masih
bervariasi. Berdasarkan keputusan MENPAN Nomor 26/Menpan/1989 berikut surat
edaran bersama Mendikbud dan kepala BAKN Nomor : 57686/MPK/1989 &
58/SE/1989, tanggal 15 Agustus 1989 serta surat edaran Mendikbud Nomor
143/MPK/1990, tanggal 5 juli 1990 tentang petunjuk teknis pelaksanaan angka kredit
bagi jabatan guru dalam lingkungan Depdiknas, akan terdapat kemungkinan kondisi
guru pembimbing dengan latar belakang sebagai berikut :
1) Guru kelas sekaligus sebagai guru pembimbing.
2) Guru mata pelajaran yang merangkap sebagai guru pembimbing.
3) Guru pembimbing yang merangkap sebagai guru mata pelajaran.
4) Guru pembimbing dengan latar belakang pendidikan nonbimbingan dan
konseling.
5) Kepala sekolah yang membimbing sekurang-kurangnya 40 siswa.
26

6) Guru yang memiliki minor bimbingan dan konseling.


7) Guru pembimbing yang memiliki ijazah bimbingan dan konseling
Dengan kondisi penyelenggara bimbingan dan konseling di sekolah seperti diatas,
maka jelas dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah kemungkinan
akan menghadapi kendala-kendala tertentu.
Tetapi dengan dikeluarkan PP Nomor 28 tahun 1990 dan PP Nomor 29 tahun 1990
kedudukan bimbingan semakin dimantapkan bahwa tenaga-tenaga penyelenggara bimbingan
dan konseling di sekolah disebut guru pembimbing. PP Nomor 28 tahun 1990, Bab X Pasal
25, ditegaskan dalam ayat :
(1) Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya
menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan.
(2) Bimbingan diberikan oleh guru pembimbing.
Sedangkan PP Nomor 29 Tahun 1990 pada Bab X Pasal 27 ditegakan dalam ayat :
(1)

Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya

(2)

menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan.


Bimbingan diberikan oleh guru pembimbing.

BAB IV
SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan
Melalui uraian

di atas dapat disimpulkan bahwa konsep dasar

bimbingan dan konseling terdiri atas definisi, fungsi, prinsip, asas dan
ruang lingkup bimbingan dan konseling, dapat disimpulkan bahwa definisi
bimbingan dan konseling yaitu Jadi apabila digabungkan Bimbingan dan
Konseling adalah Usaha secara demokratis dan atas dasar komitmen
antara counselor dengan counselee dalam memberikan bantuan dalam
bentuk arahan, panduaan, dorongan dan pertimbangan yang bersifat
advisable

agar

counselee

mampu

mengelola

dan

mewujudkan

harapannya sendiri.adapun fungsi bimbingan dan konseling terdiri dari


27

fungsi

pemahaman,

fungsi

fasilitas,

fungsi

penyesuaian,

fungsi

penyaluran, fungsi adaptasi, fungsi pencegahan, fungsi perbaikan, fungsi


penyembuhan,

fungsi

pemeliharaan,

dan

fungsi

penegembangan.

Adapun dijelaskan mengenai prinsip bimbingan dan konseling yaitu


Diperuntukkan

bagi

semua

konseli,

Sebagai

proses

individualisasi,

Menekankan pada hal positif, Merupakan usaha bersama, pengambilan


keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan dan konseling,
Berlangsung dalam berbagai setting kehidupan. Adapun asas bimbingan
dan

konseling

yaitu

asas

kerahasiaan,

asas

kesukarelaan,

asas

keterbukaan, asas kegiatan, asas kemandirian, asas kekinian, asas


kedinamisan, asas keterpaduan, asas keharmonisan, asas keahlian, asas
alih tangan kasus.
B. Rekomendasi
Makalah ini diajukan kepada pihak atau personil sekolah dalam
mendukung

upaya

program

Bimbingan

dan

Konseling

di

sekolah.

Sehingga masing-masing personil sekolah dapat berperan sesuai dengan


tugasnya masing-masing.
Adapun peran dari setiap personil sekolah dalam melaksanakan
dukungan

terhadap

program

pelayanan

Bimbingan

kegiatan

pendidikan,

dan

Konseling

diantaranya:
Kepala Sekolah
1.

Mengkoordinasikan

seluruh

yang

meliputi

kegiatan pengajaran, pelatihan, serta bimbingan dan konseling di sekolah;


2. Menyediakan dan melengkapi sarana dan prasarana yang diperlukan
dalam kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah;
3. Memberikan kemudahan bagi terlaksananya program bimbingan dan
konseling di sekolah;
4. Melakukan supervisi terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling di
sekolah;
5. Menetapkan koordinator guru pembimbing yang bertanggung jawab
atas

koordinasi

pelaksanaan

bimbingan

dan

konseling

di

sekolah

berdasarkan kesepakatan bersama guru pembimbing;


28

6. Membuat surat tugas guru pembimbing dalam proses bimbingan dan


konseling pada setiap awal catur wulan;
7. Menyiapkan surat pernyataan melakukan kegiatan bimbingan dan
konseling sebagai bahan usulan angka kredit bagi guru pembimbing.
Surat pernyataan ini dilampiri bukti fisik pelaksanaan tugas;
8.

Mengadakan

kerja

sama

dengan

instansi

lain

(seperti

Perusahaan/Industri, Dinas Kesehatan, kepolisian, Depag), atau para pakar


yang terkait dalam pelaksanaan
kegiatan bimbingan dan konseling (seperti psikolog, dan dokter)
Wakil Kepala Sekolah
1. Mengkoordinasikan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling
kepada semua personel sekolah.
2.

Melaksanakan

kebijakan

pimpinan

sekolah

terutama

dalam

pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling.


Koordinator Bimbingan dan Konseling
1. Mengkoordinasikan para guru pembimbing dalam:
a. Memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling.
b. Menyusun program bimbingan dan konseling.
c. Melaksanakan program bimbingan dan konseling
d. Mengadministrasikan kegiatan bimbingan dan konseling,
e. Menilai program bimbingan dan konseling.
f. Mengadakan tindak lanjut.
2.

Membuat

usulan

kepada

kepala

sekolah

dan

mengusahakan

terpenuhinya tenaga, sarana dan prasarana;


3.

Mempertanggungjawabkan

pelaksanaan

kegiatan

bimbingan

dan

konseling kepada kepala sekolah.

Konselor atau Guru Pembimbing


1. Memasyarakatkan kegiatan bimbingan dan
2. konseling (terutama kepada siswa).
3. Merencanakan program bimbingan dan konseling bersama kordinator
BK.
29

4. Merumuskan persiapan kegiatan bimbingan dan konseling.


5. Melaksanakan layanan bimbingan dan konseling terhadap siswa yang
menjadi tanggung jawabnya (melaksanakan layanan dasar, responsif,
perencanaan individual, dan dukungan sistem).
6. Mengevaluasi proses dan hasil kegiatan layanan bimbingan dan
konseling.
7. Menganalisis hasil evaluasi.
8. Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil analisis penilaian.
9. Mengadministrasikan kegiatan bimbingan dan konseling.
10. Mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatan kepada koordinator
guru pembimbing atau kepada kepala sekolah.
11. Menampilkan pribadi sebagai figur moral yang berakhlak mulia
(seperti taat beribadah, jujur; bertanggung jawab; sabar; disiplin; respek
terhadap pimpinan, kolega, dan siswa).
12. Berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan sekolah yang menunjang
peningkatan mutu pendidikan di sekolah.
Guru Mata Pelajaran
1. Membantu memasyarakatkan layanan bimbingan dan konseling kepada
siswa.
2.

Melakukan

kerja

sama

dengan

guru

pembimbing

dalam

mengidentifikasi siswa yang memerlukan bimbingan dan konseling.


3. Mengalihtangankan (merujuk) siswa yang memerlukan bimbingan dan
konseling kepada guru pembimbing.
4. Mengadakan upaya tindak lanjut layanan bimbingan dan konseling
(program perbaikan dan program pengayaan, atau remedial teaching).
5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh layanan
bimbingan dan konseling dari guru pembimbing
6. Membantu mengumpulkan informasi yang diperlukan dalam rangka
penilaian layanan bimbingan dan konseling
7. Menerapkan nilai-nilai bimbingan dalam PBM atau berinteraksi dengan
siswa, seperti : bersikap respek kepada semua siswa, memberikan
kesempatan

kepada

siswa

untuk

bertanya,

atau

berpendapat,

memberikan reward kepada siswa yang menampilkan perilaku/prestasi


30

yang baik, menampilkan pribadi sebagai figur moral yang berfungsi


sebagai uswah hasanah.
8. bertanggung jawab memberikan layanan bimbingan pada siswa dengan
perbandingan 1 : 150 orang
Wali Kelas
1. Membantu guru pembimbing melaksanakan layanan bimbingan dan
konseling yang menjadi tanggung jawabnya.
2. Membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa,
khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya, untuk mengikuti
layanan bimbingan dan konseling.
3. Memberikan informasi tentang keadaan siswa kepada guru pembimbing
untuk memperoleh layanan bimbingan dan konseling.
4. Menginformasikan kepada guru mata pelajaran tentang siswa yang
perlu diperhatikan secara khusus dalam belajarnya.
5. Ikut serta dalam konferensi kasus.
Staf Administrasi
1. Membantu guru pembimbing (konselor) dan coordinator BK dalam
mengadministrasikan seluruh kegiatan bimbingan dan konseling di
sekolah;
2. Membantu guru pembimbing dalam menyiapkan seluruh kegiatan
bimbingan dan konseling.
3.

Membantu

guru

pembimbing

dalam

menyiapkan

sarana

yang

diperlukan dalam layanan bimbingan dan konseling.

31

DAFTAR PUSTAKA

Dharma, Surya. (2008). Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta:


Departemen Pendidikan Nasional
Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Rambu-Rambu Pelaksanaan
Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta:
Jurusan PPB FIP UPI
Luddin, Abu Bakar M. (2010). Dasar-Dasar Konseling: Tinjauan Teori dan
Praktik. Bandung: Citapustaka Media Perintis.
Nurihsan, Achmad Juntika. (2006). Bimbingan dan Konseling. Bandung:
Refika Aditama
Suhertina. Tt. Peranan Guru Bidang Studi dalam Pelayanan Bimbingan dan
Konseling Di SMA (Jurnal Internet)
Sukardi, Dewa Ketut dan Nila Kusmawati. (2008). Proses Bimbingan dan
Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Suryana Asep, Suryadi. (2012). Modul Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian RI
Thoroman, E.C. (1968). The Vocational Conseling of Adults and Young
Adults. Boston: Houghton Mifflin Company

32

Anda mungkin juga menyukai