Makalah Kelompok
Diajukan untuk Memenuhi Salahsatu Tugas Matakuliah Bimbingan dan
Konseling (KD 302) Dosen Pembina Dr.Mamat Supriatna,M.Pd, dan Asep R.
Lesmana,S.Pd.
Disusun oleh :
Febi Rifsya Hanifa
Yury Purnama Indah
(1300839)
(1301191)
Tridiani Laraswati
(1301218)
(1304424)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah senantiasa melimpahkan
rahmat dan hidayah- Nya sehingga kita semua dalam keadaan sehat walafiat sehingga kita
semua dapat menjalankan aktivitas sehari-hari dengan baik. Alhamdulillah tak luput penulis
panjatkan
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................. 1
DAFTAR ISI............................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 3
A. Latar Belakang
Masalah
..3
B. Identifikasi Masalah........................................................................................ 4
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan........................................................................5
D. Metode Pembahasan...................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN TEORITIS...................................................................................... 6
1. Definisi Bimbingan dan Konseling...................................................................6
2. Fungsi Bimbingan dan Konseling....................................................................8
3. Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling......................................................10
4. Asas-asas bimbingan dan konseling.............................................................13
5. Ruang Lingkup Bimbingan dan Konseling.....................................................15
BAB III ANALISIS................................................................................................... 21
A.Analisis Teoritis ............................................................................................. 21
B.Analisis
Praktis
..23
BAB IV SIMPULAN DAN REKOMENDASI.................................................................24
A. Simpulan...................................................................................................... 24
B. Rekomendasi................................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 28
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring perkembangan waktu dan global yang masuk ke Indonesia
menyebabkan perubahan karakteristik anak khususnya pelajar di sekolah
semakin banyak berubah baik ke arah positif maupun negatif, masalahmasalah yang sering terjadi pada pelajar biasanya mengenai proses
belajar di sekolah, interaksi dengan teman-temannya ataupun masalah di
luar sekolah yang terbawa-bawa ke sekolah, sehingga membuat tidak
fokus di sekolah. Tentunya kita sebagai calon pendidik harus memahami
dan membimbing anak didik kita keaarah yang lebih baik. Pendukung
utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia Indonesia yang
bermutu adalah pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu tidak
cukup dilakukan melalui transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi,
tetapi harus didukung oleh peningkatan profesionalitas dan sistem
manajemen tenaga kependidikan serta pengembangan kemampuan
peserta didik untuk menolong diri sendiri dalam memilih dan mengambil
keputusan demi pencapaian cita-citanya. Kemampuan seperti itu tidak
hanya menyangkut aspek akademis, tetapi juga menyangkut aspek
perkembangan pribadi, sosial, kematangan intelektual, dan sistem nilai.
Oleh karena itu, pendidikan yang bermutu di lingkungan pendidikan
haruslah merupakan pendidikan yang seimbang, tidak hanya mampu
menghantarkan peserta didik pada pencapaian standar kemampuan
professional dan akademis, tetapi juga mampu membuat perkembangan
diri yang sehat dan produktif. Para peserta didik di lingkungan pendidikan
umumnya
adalah
orang-orang
yang
sedang
mengalami
proses
memahami
anak
didik
kita,
serta
membantu
mereka
beserta
asas-asasnya
dan
kedua,
dituntut
mampu
mengarahkan
dan
membantu
anak
didiknya
untuk
Untuk
Untuk
Untuk
Untuk
Untuk
D. Metode Pembahasan
Makalah ini disajikan sebagai pengetahuan dasar bagi kita yang
akan bergelut di bidang pendidikan, sehingga kelak kita sebagai calon
pendidik dapat menerapkannya pada saat kita mengajar siswa.
Makalah ini disusun dengan menggunakan metode analisis melalui
buku-buku yang sesuai dengan materi Bimbingan dan Konseling yang
berhubungan dengan Konsep Dasar, Fungsi-fingsi, Prinsip-prinsip, Asasasas dan Ruang Lingkup Bimbingan dan Konseling sehingga dapat
menunjang dalam kegiatan belajar dan mengajar di universitas.
Adapun makalah ini kami sajikan dengan slide-slide powerpoin yang
disertai oleh penjelasannya.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Definisi Bimbingan dan Konseling
Untuk memperoleh pengertian yang jelas tentang bimbingan,
berikut dikutipkan pengertian bimbingan (guidance) menurut beberapa
sumber. Year Book of Education (1955) menyatakan bahwa: guidance is a
process of helping individual through their own ffort to discover d develop
their potentialisties both for personal happiness and social usefulness.
Definisi yang diungkapkan oleh Miller (dalam Jones, 1987) nampaknya
merupakan definisi yang lebih mengarah pada pelaksanaan bimbingan di
sekolah. Definisi tersebut menjelaskan bahwa:Bimbingan adalah proses
bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahan diri dan pengarahan
diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum
kepada sekolah, keluarga, serta masyarakat.
Menurut Chiskolm (1959) bimbingan membantu individu untuk lebih
mengenali
berbagai
informasi
tentang
dirinya
sendiri.
Pengertian
realisasi
pribadi
setiap
individu.
Pengertian
yang
dipahami
bahwa
bimbingan
membantu
individu
untuk
ini
bantuan
yang
diberikan
kepada
individu
untuk
dapat
memilih,
bagian yang
lain,
Shetzer
dan Ston
(1980),
misalnya
upaya
menemukan
pribadi,
mengenal
lingkungan,
dan
g. Fungsi Perbaikan
Yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga
dapat memperbaiki kekeliruan dalam berpikir, berperasaan dan bertindak
(berkehendak). Konselor melakukan intervensi (memberikan pelakuan)
terhadap konseli supaya memiliki pola berpikir yang sehat, rasional dan
perasaan yang tepat sehingga dapat mengantarkan mereka kepada
tindakan atau kehendak yang produktif dan normatif.
h. Fungsi Penyembuhan
Yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini
berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang
telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar,
maupun karier. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling dan
remedial teaching.
i. Fungsi Pemeliharaan
Fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli supaya dapat
menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta
dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisikondisi yang akan menyebabkan penurubab produktivitas diri.
Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui program-program yang
menarik, rekreatif dan fakultatif (pilihan) sesuai dengan minat.
j. Fungsi Pengembangan
Fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih produktif dari fungsifungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan
konseli. Konselor dan personel sekolah/madrasah lainnya secara sinergi
sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerja sama merencanakan dan
melaksanakan
program
bimbingan
secara
sistematis
dan
berkesinambungan dalamupaya membantu konseli mencapai tugas-tugas
perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan di sini adalah
pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat
(brain stroming), home room, dan karyawisata.
k. Fungsi preventif
Adalah bantuan yang diberikan kepada peserta didik bertujuan agar
peserta didik terhindar dariberbagimasalah yang dapat menghambat
perkembangannya. Hambatan seperti kesulitan belajar, kekurangan
11
mempelahjari
permasalahan
konseli.
Dalam
mengadakan
they
have
the
same
visual
acuity,
the
same
handeye
konselor
menunjukkan
ialah
bagaimana
mengembangkan dan
untuk
selalu
canyanya
membimbing
agar
konseli
dan
dapat
functional
information
dan
keberhasilan
pelayanna
bimbingan
dan
yang
menjadi
sasaran
pelayanan,
yaitu
data
atau
keterangan yang tidak boleh dan layak diketahui oleh orang lain.
Dalam hal ini guru pembimbing berkewajoban penuh memelihara
15
dan
menjaga
semua
data
dan
keterangan
itu
sehingga
adanya
kesukaan
dan
kerelaan
konseli
agar
konseli
yang
menjadi
sasaran
bagi
pengembangan
dirinya.
Dalam
hal
ini
guru
ini
amat
terkait
pada
terselenggaranya
asas
yaitu
agar
berpartisipasi
asas
konseli
secara
bimbingan
yang
aktif
dan
menjadi
di
konseling
sasaran
dalam
yang
pelayanan
penyelenggaraan
mendorong
konseli
untuk
aktif
dalam
setiap
sebagai
sasaran
pelayanan
bimbingan
dan
konseling
pembimbing
hendaknya
mampu
mengarahkan
segenap
16
agar
objek
sasaran
dan
konseling
pelayanan
yang
bimbingan
dan
Bukanlah
pelayanan
atau
kegiatan
bimbingan
dan
tidak
berdasarkan
nilai
dan
norma
yang
menghayati,
tersebut.
j. Asas Keahlian,
menghendaki
yaitu
agar
dan
asas
pelayanan
mengamalkan
bimbingan
dan
dan
kegiatan
nilai
dan
norma
konseling
yang
bimbingan
dan
17
menghendaki
agar
pihak-pihak
yang
tidak
mampu
dan
tuntas
atas
suatu
permasalahan
konseli
memgalihtangankan
kasuus
kepada
guru
mata
(1)
pemahaman,
(2)
pencegahan,
(3)
pengentasan,
(4)
mencapai
pengungkapan
perkembanagn
pengenalann
diri
optimal
dan
melalui
lingkungan,
kemampuan
pengambilan
c. Segi Pelayanan
ditinjau dari segi pelayanan yang diberikan di sekolah, layanan
bimbingan dan konseling dapat mencakup pelayanan-pelayanan berikut :
1) Pelayanan orientasi, yaitu pelayanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan
(seperti
peserta
sekolah)
yang
didik
(konseli)
memahami
baru
dimasuki
peserta
lingkungan
didik,
untuk
memungkinkan
peserta
didik
(konseli)
menerima
dan
jabatan
pertimbangan
dan
yang
dapat
pengambilan
dipergunakan
keputusan
sebagai
untuk
bahan
kepentingan
konseling
yang
memungkinkan
peserta
didik
(konseli)
studi,
program
pelatihan,
magang,
kegiatan
peserta
didik
dan
lingkungan
yang
lebih
luas.
data,
yaitu
kegiatan
pendukung
(konseli).
Himpunan
data
perlu
deselenggarakan
secara
kasus,
yaitu
kegiatan
pendukung
bimbingan
dan
pihak
keterangan,
yang
diharapkan
kemudahan,
dan
dapat
komitmen
memberikan
bagi
bahan,
terentaskannya
pendukung
bimbingan
dan
20
21
belajar,
mengerjakan
tugas-tugas
pelajaran,
dan
22
23
baik
berkaitan
dengan
BAB III
ANALISIS TEORIS DAN PRAKTIS
A. Analisis Teoritis
Layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari pendidikan di
Indonesia. Sebagai sebuah layanan profesional, kegiatan layanan bimbingan dan konseling
tidak bisa dilakukan secara sembarangan, berbagai kesalahpahaman mengenai layanan
bimbingan dan konseling selama ini, adanya anggapan bimbingan dan konseling sebagai
"polisi sekolah", atau berbagai persepsi lain yang keliru dan terkesan negatif. Bimbingan dan
konseling di sekolah merupakan salah satu pelengkap dari keseluruhan sistim pendidikan
yang ada, guna memperlancar tugas dan fungsi pendidikan secara integral, agar tercapai
hubungan yang harmonis dikalangan para penyelenggara pendidikan, secara garis besarnya
24
memerlukan penanganan kepribadian yang lebih baik guna pencapaian tujuan pendidikan
secara umum.
Tujuan pendidikan tidak mungkin tercapai hanya dengan upaya guru mengajar dan
memberi latihan saja, melainkan diperlukan juga bantuan pribadi dalam bentuk program
bimbingan dankonseling, tertuang dalam PP No. 38/1992 tentang tenaga Kependidikan, Pasal
I ayat 2 yang berbunyi: "Tenaga pendidik adalah tenaga kependidikan yang bertugas
membimbing,mengajar dan atau melatih peserta didik". Bimbingan dan konseling dalam hal
ini sangat berperan dalam usaha pencapaian tujuan pendidikan nasional, peranan bimbingan
dan konseling juga terdapat dalam SK No. 025/05/1995, masih berlaku sebagai rujukan
tentang peran bimbingan dan konseling. "Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan
untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan
berkembang secara optimal, dalam bidang bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan
belajar, dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku".
Pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling dipertegas dalam permendiknas No.
22/2006 tentang setandar isi: Pelayanan bimbingan dan konseling diletakkan sebagai bagian
dari kurikulum. Secara hukum, posisi konselor (penyelenggara profesi pelayanan bimbingan
dan konseling) ditingkat sekolah menengah/madrasah Tsanawiyah telah ada sejak tahun 1975,
yaitu sejak diberlakukan kurikulum bimbingan dan konseling, dalam sistim pendidikan di
Indonesia, begitu besar peranan bimbingan dan konseling dalam dunia pendidikan, sehingga
layanan bimbingan dan konseling perlu dikekola secara profesional.
Terkait adanya kurikulum 2013 tidak begitu berbeda jauh dengan aturan kurikulum
yang pernah ada. Hanya saja ketika kurikulum itu dibicarakan maka mencuatlah persoalan
yang dasarnya sudah ada, yaitu berkaitan dengan tugasnya dalam menghantarkan peserta
didik pada tahap mengambil suatu keputusan untuk studi lanjutan atau dunia kerjanya.
Berikut peranan layanan bimbingan dan konseling pada Tingkat Satuan:
1) Sekolah Dasar, peran BK sudah diambil alih secara langsung diambil oleh wali kelas
masing masing, dimana tugas utama meninjau mengetahui kemampuan yang sudah
dimiliki oleh peserta didik, dimana siswa belajar bersosialisasi dengan lingkungan.
2) Sekolah Menengah Pertama, peran BK yang besar sekali, dimana dia membantu
siswa untuk dapat merealisasikan emosinya dalam tiap tahap perkembangannya.
3) Sekolah Menengah Atas, dalam hal ini termasuk sekolah sekolah kejuruan, peran BK,
membantu siswa untuk dapat memilih jurusan sesuai dengan harapan dan cita citanya
sesuai dengan kemampuannya yang tidak lepas dari tingkat inteligensi yang dimiliki.
25
Dalam merealisasikan hal tersebut, petugas (konselor) tidak perlu masuk ke setiap kelas.
Layanan BK bersifat 24 jam, jadi dalam memberikan pelayanan kepada siswa dapat
dilaksanakan dimana saja dan kapan saja asalkan masih di lingkungan sekolah.
Namun, kesimpangsiuran pembagian tugas dan wewenang, pemahaman peranan
bimbingan dan konseling dari siswa, wali murid dan masyarakat yang masih negatif,
menyebabkan hal ini tidak dapat terealisasikan sepenuhnya, kenyataan di lapangan banyak
siswa (konseli) yang masih beranggapan bahwa siswa yang mengikuti layanan bimbingan
dan konseling di sekolahnya adalah siswa yang bermasalah dan dicap buruk oleh sesamanya
bahkan terkadang oleh guru pembimbingnya sendiri.Hal ini juga menjadi perdebatan
ketikaditemukan hampir di setiap sekolah, guru pembimbing dikenal galak tetapi bukan
galak yang mengarah kepada sifat tegas melainkan perwujudan emosi dari si guru
pembimbing tersebut. Kurangnya pemahaman guru pembimbing dalam menghadapi siswa,
serta sosialisasi yang mungkin kurang memadai dari tim pembimbing di setiap sekolah
memungkinkan hal tersebut akan terus menerus berlangsung. Adanya program kunjungan
rumah dari sekolahpun tidak dimanfaatkan dengan baik oleh guru pembimbing. Latar
belakang pendidikan guru pembimbing yang kurang relevan juga merupakan permasalahan
yang perlu mendapat penanganan secara serius.Apabila pendidikan yang dimiliki
pembimbing sudah memadai kemungkinan hal tersebut dapat diminimalisir. Permasalahan
yang disebutkan tadi juga disebabkan karena kurangnya kerjasama dari pihak penyelenggara
sekolah (guru, kepala sekolah, pembimbing,dll) serta dari siswanya sendiri, karena layanan
bimbingan dan konseling merupakan kerja sama tim bukan individu.
B. Analisis Praktis
Sampai saat ini kondisi penyelenggara bimbingan dan konseling di sekolah masih
bervariasi. Berdasarkan keputusan MENPAN Nomor 26/Menpan/1989 berikut surat
edaran bersama Mendikbud dan kepala BAKN Nomor : 57686/MPK/1989 &
58/SE/1989, tanggal 15 Agustus 1989 serta surat edaran Mendikbud Nomor
143/MPK/1990, tanggal 5 juli 1990 tentang petunjuk teknis pelaksanaan angka kredit
bagi jabatan guru dalam lingkungan Depdiknas, akan terdapat kemungkinan kondisi
guru pembimbing dengan latar belakang sebagai berikut :
1) Guru kelas sekaligus sebagai guru pembimbing.
2) Guru mata pelajaran yang merangkap sebagai guru pembimbing.
3) Guru pembimbing yang merangkap sebagai guru mata pelajaran.
4) Guru pembimbing dengan latar belakang pendidikan nonbimbingan dan
konseling.
5) Kepala sekolah yang membimbing sekurang-kurangnya 40 siswa.
26
Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya
(2)
BAB IV
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Melalui uraian
bimbingan dan konseling terdiri atas definisi, fungsi, prinsip, asas dan
ruang lingkup bimbingan dan konseling, dapat disimpulkan bahwa definisi
bimbingan dan konseling yaitu Jadi apabila digabungkan Bimbingan dan
Konseling adalah Usaha secara demokratis dan atas dasar komitmen
antara counselor dengan counselee dalam memberikan bantuan dalam
bentuk arahan, panduaan, dorongan dan pertimbangan yang bersifat
advisable
agar
counselee
mampu
mengelola
dan
mewujudkan
fungsi
pemahaman,
fungsi
fasilitas,
fungsi
penyesuaian,
fungsi
fungsi
pemeliharaan,
dan
fungsi
penegembangan.
bagi
semua
konseli,
Sebagai
proses
individualisasi,
konseling
yaitu
asas
kerahasiaan,
asas
kesukarelaan,
asas
upaya
program
Bimbingan
dan
Konseling
di
sekolah.
terhadap
program
pelayanan
Bimbingan
kegiatan
pendidikan,
dan
Konseling
diantaranya:
Kepala Sekolah
1.
Mengkoordinasikan
seluruh
yang
meliputi
koordinasi
pelaksanaan
bimbingan
dan
konseling
di
sekolah
Mengadakan
kerja
sama
dengan
instansi
lain
(seperti
Melaksanakan
kebijakan
pimpinan
sekolah
terutama
dalam
Membuat
usulan
kepada
kepala
sekolah
dan
mengusahakan
Mempertanggungjawabkan
pelaksanaan
kegiatan
bimbingan
dan
Melakukan
kerja
sama
dengan
guru
pembimbing
dalam
kepada
siswa
untuk
bertanya,
atau
berpendapat,
Membantu
guru
pembimbing
dalam
menyiapkan
sarana
yang
31
DAFTAR PUSTAKA
32