Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Moderator:
dr. Sholihul Sp.S
Disusun Oleh:
Wenny Hildasaraswaty Kawa 142.0221.101
BAB I
STATUS PASIEN NEUROLOGI
IDENTITAS :
Nama / Umur
Jenis kelamin
Pekerjaan
Agama
Status Pernikahan
Suku Bangsa
Tanggal masuk
Dirawat ke
Tgl pemeriksaan
: Tn. H. / 83 tahun
: Laki-laki
: Wiraswasta
: Kristen Protestan
: Menikah
: Jawa
: 24 September 2015
:1
: 29 September 2015
ANAMNESA :
Auto/Alloanamnesa
KELUHAN UTAMA
Sakit jantung
Trauma kepala
: Ada
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan
pasien.
Ayah pasien menderita hipertensi.
RIWAYAT KELAHIRAN/PERTUMBUHAN/PERKEMBANGAN:
Tidak ada kelainan
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS INTERNUS
Keadaan umum
Gizi
Tanda vital
TD kanan
TD kiri
Nadi kanan
Nadi kiri
Pernafasan
Suhu
Limfonodi
Jantung
Paru
Hepar
Lien
Ekstremitas
STATUS PSIKIATRI
Tingkah laku
Perasaan hati
Orientasi
Jalan pikiran
Daya ingat
:
: Tampak sakit ringan
: BB : 70 kg , TB :170 cm (Normoweight)
: 130/80 mmHg
: 130/80 mmHg
: 84x/menit
: 84x/menit
: 20x/menit
: 36,6C
: Tidak ada pembesaran limfonodi
: BJ I-II reguler, gallop (-), murmur (-)
: Suara dasar vesikuler, rhonki -/-, whezzing -/: Tidak teraba membesar
: Tidak teraba membesar
: Akral hangat, edema (-), CRT < 2 detik
: Wajar
: Tenang
: Baik
: Normal
: Baik
STATUS NEUROLOGIS
Kesadaran
: Compos Mentis
E4M6V5
GCS = 15
Sikap tubuh
: Baik
Cara berjalan
: Tidak dapat dinilai
Gerakan abnormal: Tidak ada
Kepala
Bentuk
: Normocephal
Simetris
: Simetris
Nyeri tekan
dan sinistra
: Tidak ada
Leher
Sikap
Gerakan
Vertebra
Nyeri tekan
: Normal
: Bebas ke segala arah
: Dalam batas normal
: Tidak ada
Kiri
(-)
(-)
(-)
(-)
NERVI CRANIALIS
N.I ( Olfaktorius)
Daya penghidu
: Normosmia
N II (Opticus)
Ketajaman penglihatan
:
Baik
Pengenalan warna
:
Baik
Lapang pandang
:
Baik
Funduscopy
: Tidak dilakukan
Normosmia
Baik
Baik
Baik
N III,IV,VI (Oculamotorius,Trochlearis,Abducens)
Ptosis
:
(-)
(-)
Strabismus
:
(-)
Nistagmus
:
(-)
Exophtalmus
:
(-)
(-)
Enophtalmus
:
(-)
(-)
Gerakan bola mata :
Lateral
:
(+)
Medial
:
(+)
Atas lateral
:
(+)
Atas medial
:
(+)
Bawah lateral
:
(+)
(-)
(-)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
Bawah medial
Atas
Bawah
:
:
:
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
Pupil
Ukuran pupil
:
3 mm
Bentuk pupil
:
bulat
Isokor/anisokor
:
isokor
Posisi
:
sentral
Rf cahaya langsung :
(+)
Rf cahaya tdk langsung:
(+)
Rf akomodasi/konvergensi: (+)
N V (Trigeminus)
Menggigit
:
Membuka mulut
:
Sensibilitas Atas
:
(+)
Tengah
Bawah
Rf masester
:
Rf zigomatikus
Rf cornea
:
Rf bersin
:
3mm
bulat
sentral
(+)
(+)
(+)
(+)
Simetris
(+)
:
(+)
:
(+)
(+)
:
(+)
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
(+)
(+)
(+)
(+)
N VII (Facialis)
Pasif
Kerutan kulit dahi
: simetris kanan dan kiri
Kedipan mata
: simetris kanan dan kiri
Lipatan nasolabial
: asimetris kiri lebih datar
Sudut mulut
: asimetris kiri lebih rendah
Aktif
Mengerutkan dahi
: simetris kanan dan kiri
Mengerutkan alis
: simetris kanan dan kiri
Menutup mata
: simetris kanan dan kiri
Meringis
: Asimetris, bibir kiri tertinggal
Menggembungkan pipi
: Asimetris, kanan lebih menggembung
Gerakan bersiul
: Tidak dilakukan
Daya pengecapan lidah 2/3 depan : Baik
Hiperlakrimasi
: tidak ada
Lidah kering
: tidak ada
N. VIII ( Acusticus )
Mendengarkan suara gesekan jari tangan :
(+)
(+)
:
:
:
:
N. IX ( Glossopharyngeus )
Arcus pharynx
: simetris
Posisi uvula
: Di tengah
Daya pengecapan lidah 1/3 belakang : Baik
Refleks muntah
: (+)
N.X ( Vagus )
Denyut nadi
Arcus faring
Bersuara
Menelan
N. XI ( Accesorius )
Memalingkan kepala : normal
Sikap bahu
: simetris
Mengangkat bahu
: dapat dilakukan
: teraba, reguler
: simetris
: normal
: tidak ada gangguan
N.XII ( Hipoglossus )
Menjulurkan lidah
: Deviasi ke kiri
Kekuatan lidah
: Normal
Atrofi lidah
: tidak ada
Artikulasi
: Kurang jelas
Tremor lidah
: tidak ada
MOTORIK
Gerakan
(+)
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Kekuatan
Tonus
Trofi
cukup
terbatas
cukup
terbatas
4444
5555
4444
: normotonus pada keempat ekstremitas
: Eutrofi pada keempat ekstremitas
REFLEKS FISIOLOGIS
5555
(+)
Refleks Tendon :
Refleks Biseps
:
Refleks Triseps
Refleks Patella
Refleks Archilles
Refleks Periosteum
Kanan
(+)
:
:
:
Kiri
(+)(+)
(+)
(+)
(+)
:
(+)(+)
(+)(+)
(+)(+)
(+)
Refleks Permukaan :
Dinding perut
: tidak dilakukan
Cremaster
: tidak dilakukan
Spinchter Anii
: tidak dilakukan
Refleks Patologis :
Hoffman Trommer
Babinski
Chaddock
Openheim
Gordon
:
Schaefer
:
Rosolimo
Mendel Bechterew
Klonus paha
Klonus kaki
kanan
:
(-)
:
(-)
:
(-)
:
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
:
(-)
:
(-)
: tidak dilakukan
: tidak dilakukan
(+)(+)
kiri
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
SENSIBILITAS
Eksteroseptif :
Nyeri
Suhu
Taktil
Propioseptif :
Vibrasi
:
tidak dilakukan
Posisi
:
(+)
Tekan dalam
:
(+)
:
(+)
: tidak dilakukan
:
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
: Tidak dilakukan
FUNGSI OTONOM
Miksi
Inkontinensia
: Tidak ada
Retensi
: Tidak ada
Anuria
: Tidak ada
Defekasi
Inkontinensi
: Tidak ada
Retensi
: Tidak ada
FUNGSI LUHUR
Fungsi bahasa
Fungsi orientasi
Fungsi memori
Fungsi emosi
Fungsi kognisi
: Baik
: Baik
: Baik
: Baik
: Baik
RESUME
:
Pasien datang dengan keluhan lemah pada anggota gerak tubuh sebelah
kiri sejak 4 jam SMRS. Keluhan lemah dirasakan secara tiba-tiba setelah
bangun tidur. Lemah diawali dari telapak kaki kiri menjalar ke tungkai kaki
kiri dan tangan kiri pasien. Keluhan ini juga disertai dengan bicara menjadi
pelo (+) dan mulut mencong kea rah kiri. Keluhan penurunan kesadaran (-),
mual (-), muntah (-), nyeri kepala (-), kejang (-), kesulitan menelan (-),
riwayat trauma (-). BAB dan BAK tidak ada kelainan.
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami keluhan seperti ini
sebelumnya. Pasien memiliki riwayat hipertensi tidak terkontrol dan penyakit
jantung. Pasien mengkonsumsi obat amlodipin 5 mg dan bisoprolol 5 mg
tetapi tidak teratur. Dikeluarga pasien tidak ada yang mengeluhkan keluhan
yang sama dengan pasien. Pasien jarang berolahraga, merokok dan minum
alcohol disangkal pasien.
Pemeriksaan:
Status internis
Keadaan umum
Gizi
Kesadaran
TD kanan
TD kiri
Nadi kanan
Nadi kiri
Pernapasan
Suhu
Status psikiatri
: 84 x/menit
: 20 x/menit
: 36,6C
: Baik
Status neurologis
Kesadaran
: Compos mentis
GCS =15 (E4M6V5 )
Rangsangan meningeal: kaku kuduk (-), laseq
Oppenheim
Nervus kranialis
:
N VII
: Pada saat pasif :sudut mulut kiri lebih rendah
Pada saat aktif:menggembungkan pipi,kanan lebih
N XII
Motorik
menggembung
waktu meringis sudut bibir kiri tertinggal
: Deviasi lidah ke kiri
: Gerakan : Gerakan terbatas pada ekstremitas kiri
Kekuatan :
5
5
5
5
Tonus
Trofi
Tes sensibilitas : Baik
5
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Lab darah ( darah lengkap, gula darah, ureum, kreatinin)
Foto rontgen thorak
CT scan kepala
Hasil Lab darah tanggal 23 September 2015
Hematologi
Hemoglobin : 15,2 g/dL
Hematokrit : 45 %
Eritrosit
: 5.2 juta/ul
Leukosit
: 10750 /ul
Trombosit
: 255000 ul
MCV
: 86 fl
MCH
: 29 pg
4
4
MCHC
: 34 g/dL
Ureum
Kreatinin
Natrium
Kalium
Clorida
GDS
: 41 mg/dl
: 1,5 mg/dl
: 146 mEq/L
: 4,5 mEq/L
: 100 mEq/l
: 145 mg/dl
DIAGNOSIS
Diagnosis Klinik
keadaan,kecuali
pada
kondisi
infeksi
saluran
kemih
dan
+ +
IVFD RL 20 tpm
+
Anti platelet
: Aspilet +
1 x+80 mg PO
Anti platelet
: CPG 1 x 75 mg PO
+
Proteksi neuronal : Citikolin 2 x 500 mg IV
Anti hipertensi : Amlodipin 1 x 10 mg PO
Non medikamentosa
Fisioterapi
Konsul penyakit dalam untuk mengatasi hipertensi
PROGNOSA
Ad vitam
: Dubia ad bonam
Ad fungsionam
: Dubia ad malam
Ad sanationam: Dubia ad bonam
Follow Up
Tgl.
28-9 -
S
Bicara pelo
O
TD 120/80 mmHg
2015
berkurang,
N 80x/menit
kelemahan
RR 18x/m
ekstremitas kiri
Suhu 36C
berkurang.
GCS E4V5M6
Pupil bulat isokor
3mm/3mm
RCL +/+
RCTL +/+
Kaku kuduk (-)
A
SNH hari
ke 5
P
IVFD RL 20 tpm
Anti platelet
: Aspilet 1 x 80 mg
PO
Anti platelet
: CPG 1 x 75 mg
PO
Proteksi neuronal :
Citikolin 2 x 500
mg IV
Anti hipertensi
Meningeal (-)
Amlodipin 1 x 10
Refleks fisiologis
mg PO
Motorik
Refleks patologis
(- / -)
555
444
Sensorik dbn
555
5
555
5
555
5
444
4
444
4
444
4
Otonom :
BAK (+)
BAB (+)
N.kranialis:
Lesi N.VII sinistra
tipe sentral
Lesi N.XII sinistra
29-9 -
Bicara pelo
TD 130/80 mmHg
2014
berkurang,
N 84x/menit
kelemahan
RR 20 x/menit
ekstremitas kiri
Suhu 36,6C
berkurang.
GCS E4V5M6
Pupil bulat isokor
3mm/3mm
RCL +/+
RCTL +/+
Kaku kuduk (-)
SNH hari
ke 6
IVFD RL 20 tpm
Anti platelet
: Aspilet 1 x 80 mg
PO
Anti platelet
: CPG 1 x 75 mg
PO
Proteksi neuronal :
Citikolin 2 x 500
mg IV
Anti hipertensi
Meningeal (-)
Amlodipin 1 x 10
Refleks fisiologis
mg PO
Refleks patologis
(- / -)
Motorik
Sensorik
Otonom :
BAK (+)
++ ++
555
444
5
555
4
444
++
++ +
BAB
(+)
+
N.kranialis:
Lesi N.VII sinistra
tipe sentral
Lesi N.XII sinistra
Follow Up
Tgl.
30-9 -
S
Bicara pelo
O
TD 140/90 mmHg
2015
berkurang,
N 80x/menit
kelemahan
RR 20x/m
ekstremitas kiri
Suhu 36C
berkurang.
GCS E4V5M6
Pupil bulat isokor
3mm/3mm
RCL +/+
RCTL +/+
Kaku kuduk (-)
A
SNH hari
ke 7
P
IVFD RL 20 tpm
Anti platelet
: Aspilet 1 x 80 mg
PO
Anti platelet
: CPG 1 x 75 mg
PO
Proteksi neuronal :
Citikolin 2 x 500
mg IV
Anti hipertensi
Meningeal (-)
Amlodipin 1 x 10
Refleks fisiologis
mg PO
Motorik
Refleks patologis
(- / -)
Sensorik dbn
Otonom :
BAK (+)
BAB (+)
N.kranialis:
Lesi N.VII sinistra
tipe sentral
Lesi N.XII sinistra
BAB II
ANALISA KASUS
=0
Muntah
(0 x 2 )
=0
Nyeri kepala (1 x 2)
=2
Tekana Darah (80 x 10%)
=8
Ateroma ( 0x-3)
=0
Konstanta
= -12
Jumlah
= -2
Kesan : stroke non hemoragik
Djoenaidi Stroke score
Permulaan serangan
: mendadak
= 6.5
Waktu serangan
: bangun tidur
=1
Sakit kepala waktu serangan : Ringan
=1
Muntah
: tidak ada
=0
Kesadaran
: tidak ada gangguan
=1
Tekanan darah sistolik:Waktu MRS tinggi ( >140/100 mmHg) = 1
Tanda rangsangan meningeal : tidak ada kaku kuduk
=0
Pupil
: isokor
=5
Fundus okuli
: tidak dilakukan
=Jumlah
= 15,5
Kesan : stroke non hemoragik
lengan dan tungkai sinistra yang meningkat, dan tidak ada atrofi otot.
Mulut pasien mencong ke arah kiri, hal ini didukung oleh pemeriksaan
neurologis saraf kranialis ketujuh, dimana pada keadaan pasif terlihat
lipatan nasolabialis dan sudut mulut yang asimetris dan terlihat bagian kiri
lebih jatuh dibandingakan yang kanan. Pada keadaan aktif seperti meringis
terlihat mulut pasien sebelah kiri tertinggal dan waktu menggembungkan
pipi pasien juga terlihat asimetris, pipi kanan lebih menggembung.
Keadaan ini menunjukkan adanya kelemahan dari muskulus orbikularis
tubuh kontralateralnya.
Pada waktu menjulurkan lidah, terlihat lidah deviasi ke kiri. Pada keadaan
ini menunjukkan adanya kelemahan pada otot-otot lidah yang dipersarafi
lurus digaris tengah tetapi masih bisa digerakkan kanan dan kiri
Hasil CT Scan.
Kesan :
Multiple infark lama pada korteks parietooccipital kiri dan frontoparietal
kanan disertai multiple lacunar infark di nucleus caudatus kanan, basal
ganglia kiri dan kapsula eksterna kanan-kiri.
segera
diturunkan
karena
dapat
memperburuk
lebih lanjut
Anti hipertensi gol Ca Channel Blocker: Amlodipin 1 x 10 mg PO
Untuk menurunkan tekanan darah tinggi
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
VASKULARISASI SARAF PUSAT
A. Anatomi
Otak memperoleh darah melalui dua sistem yakni sistem karotis (arteri
karotis interna kanan dan kiri) dan sistem vertebral. Arteri koritis interna,
setelah memisahkan diri dari arteri karotis komunis, naik dan masuk ke rongga
tengkorak melalui kanalis karotikus, berjalan dalam sinus kavernosum,
mempercabangkan arteri oftalmika untuk nervus optikus dan retina, akhirnya
bercabang dua: arteri serebri anterior dan arteri serebri media. Untuk otak,
sistem ini memberi darah bagi lobus frontalis, parietalis dan beberapa bagian
lobus temporalis. Sistem vertebral dibentuk oleh arteri vertebralis kanan dan
kiri yang berpangkal di arteri subklavia, menuju dasar tengkorak melalui
kanalis tranversalis di kolumna vertebralis servikal, masuk rongga kranium
B. Fisiologi
Sistem karotis terutama melayani kedua hemisfer otak, dan sistem
vertebrabasilaris terutama memberi darah bagi batang otak, serebelum dan
bagian posterior hemisfer. Aliran darah di otak (ADO) dipengaruhi terutama 3
faktor. Dua faktor yang paling penting adalah tekanan untuk memompa darah
dari sistem arteri-kapiler ke sistem vena, dan tahanan (perifer) pembuluh darah
otak. Faktor ketiga, adalah faktor darah sendiri yaitu viskositas darah dan
koagulobilitasnya (kemampuan untuk membeku).1 Dari faktor pertama, yang
terpenting adalah tekanan darah sistemik (faktor jantung, darah, pembuluh
darah, dll), dan faktor kemampuan khusus pembuluh darah otak (arteriol)
untuk menguncup bila tekanan darah sistemik naik dan berdilatasi bila tekanan
darah sistemik menurun. Daya akomodasi sistem arteriol otak ini disebut daya
otoregulasi pembuluh darah otak (yang berfungsi normal bila tekanan sistolik
antara 50-150 mmHg).1
Faktor darah, selain viskositas darah dan daya membekunya, juga di
antaranya seperti kadar/tekanan parsial CO2 dan O2 berpengaruh terhadap
diameter arteriol. Kadar/tekanan parsial CO2 yang naik, PO2 yang turun, serta
suasana jaringan yang asam (pH rendah), menyebabkan vasodilatasi,
sebaliknya bila tekanan darah parsial CO2 turun, PO2 naik, atau suasana pH
tinggi, maka terjadi vasokonstriksi. Viskositas/kekentalan darah yang tinggi
mengurangi ADO. Sedangkan koagulobilitas yang besar juga memudahkan
terjadinya trombosis, aliran darah lambat, akibat ADO menurun.1
STROKE NON HEMORAGIK / STROKE ISKEMIK
A. Definisi
Menurut WHO (World Health Organization) 2005 stroke adalah suatu
gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan
gejala klinik baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam,
atau dapat langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan
gangguan peredaran darah otak non traumatik.
Stroke non hemoragik didefinisikan sebagai sekumpulan tanda klinik
yang berkembang oleh sebab vaskular. Gejala ini berlangsung 24 jam atau
lebih pada umumnya terjadi akibat berkurangnya aliran darah ke otak, yang
menyebabkan cacat atau kematian.1
B. Etiologi
Pada tingkatan makroskopik, stroke non hemoragik paling sering
disebabkan oleh emboli ektrakranial atau trombosis intrakranial. Selain itu,
stroke non hemoragik juga dapat diakibatkan oleh penurunan aliran serebral.
Pada tingkatan seluler, setiap proses yang mengganggu aliran darah menuju
pada
kardiomiopati,
fibrosis
adalah
fibromuskular
dari
polisetemia,
arteri
anemia
serebral,
dan
sickle
sel,
displasia
vasokonstriksi
yang
karena
penyakit
pembuluh
halus
hipersensitif
dan
adalah
aterosklerosis,
dengan
mekanisme
thrombosis
yang
menyumbat arteri besar dan arteri kecil, dan juga melalui mekanisme emboli.
Pada stroke iskemik, penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur arteri yang
menuju ke otak. Aterosklerosis dapat menimbulkan bermacam-macam
manifestasi klinik dengan cara:
1. Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan insufisiensi
aliran darah.
Oklusi
Hipoksia
Metabolisme anaerob
Asam laktat
Infark
Na & K influk
Retensi cairan
Oedem serebral
F. Diagnosis
1.
Gambaran Klinis
a) Anamnesis
Stroke harus dipertimbangkan pada setiap pasien yang
mengalami defisit neurologi akut (baik fokal maupun global) atau
penurunan tingkat kesadaran. Tidak terdapat tanda atau gejala yang
penglihatan
monokuler
atau
binokuler,
b) Pemeriksaan Fisik
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk mendeteksi penyebab
stroke ekstrakranial, memisahkan stroke dengan kelainan lain yang
menyerupai stroke, dan menentukan beratnya defisit neurologi yang
dialami. Pemeriksaan fisik harus mencakup pemeriksaaan kepala dan
leher untuk mencari tanda trauma, infeksi, dan iritasi menings.
Pemeriksaan juga dilakukan untuk mencari faktor resiko stroke seperti
obesitas, hipertensi, kelainan jantung, dan lain-lain.2
c) Pemeriksaan Neurologi
keberhasilan
terapi.
Komponen
penting
dalam
dominan), Hemi-neglect
tungkai) hemihipestesia
(hemisfer non-dominan),
kontralateral.
Hemiplegia kontralateral
apraksia, disfagia
Afasia motorik (hemisfer
dominan), Hemi-negelect
tungkai) hemihipestesia
(hemisfer non-dominan),
kontralateral.
Tidak ada gangguan
hemianopsia, disfagia
Afasia sensorik (hemisfer
bawah)
A.Serebri anterior
Hemiparese kontralateral,
kontruksional apraksia
Afasia sensoris transkortikal
Hemiplegia kontralateral
(hemisfer non-dominan)
Afasia transkortikal (hemisfer
lengan) hemiestesia
non-dominan), perubahan
kontralateral (umumnya
ringan)
umumnya normal
A.Serebri posterior
Hemiplegia sementara,
aleksia
2.
Gambaran Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin diperlukan sebagai dasar pembelajaran
dan mungkin pula menunjukkan faktor resiko stroke seperti polisitemia,
trombositosis, trombositopenia, dan leukemia). Pemeriksaan ini pun dapat
menunjukkan kemungkinan penyakit yang sedang diderita saat ini seperti
anemia.3
Pemeriksaan kimia darah dilakukan untuk mengeliminasi kelainan
yang memiliki gejala seperti stoke (hipoglikemia, hiponatremia) atau dapat
pula menunjukka penyakit yang diderita pasien saat ini (diabetes,
gangguan
ginjal).
Pemeriksaan
koagulasi
dapat
menunjukkan
Gambaran Radiologi
a) CT scan kepala non kontras
Modalitas ini baik digunakan untuk membedakan stroke
hemoragik dan stroke non hemoragik secara tepat kerena pasien stroke
non hemoragik memerlukan pemberian trombolitik sesegera mungkin.
Selain itu, pemeriksaan ini juga berguna untuk menentukan distribusi
anatomi dari stroke dan mengeliminasi kemungkinan adanya kelainan
lain yang gejalahnya mirip dengan stroke (hematoma, neoplasma,
abses).3
perfusi
karena
daerah
yang
mengalami
hipoperfusi
Respirasi
Jantung
Tekanan darah
dipertahankan
pada
tingkat
optimal,
Gula darah
Balans cairan
Aspirin
Obat ini menghambat sklooksigenase, dengan cara
b) Anti-oedema otak
Untuk anti-oedema otak dapat diberikan gliserol 10% per
infuse 1gr/kgBB/hari selama 6 jam atau dapat diganti dengan
manitol 10%.
c) Neuroprotektif
Terapi
neuroprotektif
diharapkan
meningkatkan
Rehabilitasi
Stroke merupakan penyebab utama kecacatan pada usia di atas 45
tahun, maka yang paing penting pada masa ini adalah upaya
membatasi sejauh mungkin kecacatan penderita, fisik dan mental,
dengan fisioterapi, terapi wicara, dan psikoterapi.1
Terapi preventif
Tujuannya untuk mencegah terulangnya atau timbulnya serangan
baru sroke, dengan jalan antara lain mengobati dan menghindari
faktor-faktor resiko stroke seperti:
Pengobatan hipertensi
Berolahraga teratur 1
BAB IV
KESIMPULAN
Stroke non hemoragik didefinisikan sebagai sekumpulan tanda klinik yang
berkembang oleh sebab vaskular. Gejala ini berlangsung 24 jam atau lebih pada
umumnya terjadi akibat berkurangnya aliran darah ke otak, yang menyebabkan
cacat atau kematian. Stroke iskemik sering diklasifikasin berdasarkan etiologinya
yaitu trombotik dan embolik. Untuk mendiagnosa suatu stroke iskemik diperlukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang menyeluruh dan teliti. Pemeriksaan yang
menjadi gold standar untuk mendiagnosa stroke iskemik adalah CT-scan. Penting
untuk membedakan gejala klinis stroke hemoragik dan iskemik. Bila tidak dapat
dilakukan CT-scan maka dpaat dilakukan sistem skoring untuk mengerucutkan
diagnosa.
Setelah dapat ditegakkan diagnosis, perlu dilakukan terapi segera agar
tidak terjadi iskemik lebih lanjut. Prinsip terapi dari stroke iskemik adalah
perbaikan perfusi ke otak, mengurangi oedem otak, dan pemberian neuroprotektif.
DAFTAR PUSTAKA
1. Aliah A, Kuswara FF, Limoa RA, Wuysang G. Gambaran umum tentang
gangguan peredaran darah otak. Dalam: eds. Harsono. Kapita Selekta
Neurologi. Edisi ke-2. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press; 2005.
h.81-82.
2. Hassmann
KA.
Stroke,
Ischemic.
[Online].
Available
from:
http://emedicine.medscape.com/article/793904-overview
3. Feigin, Valery. Stroke Panduan Bergambar Tentang Pencegahan dan
Pemulihan Stroke. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer. 2006.
4. Anonim. Mekanisme gangguan vaskular susunan saraf. Dalam: eds.
Mardjono M, Sidharta P. Neurologi klinis dasar. Jakarta: Penerbit Dian
Rakyat; 2004. h. 274-8.
5. D. Adams. Victors. Cerebrovasculer diseases in Principles of Neurology 8
th Edition. McGraw-Hill Proffesional. 2005. Hal: 660-67
6. Bronstein SC, Popovich JM, Stewart-Amidei C. Promoting Stroke
Recovery. A Research-Based Approach for Nurses. St.Louis, Mosby-Year
Book, Inc., 1991:13-24.
7. Majalah Kedokteran Atma Jaya Vol. 1 No. 2 September 2002. Hal: 158-67.
8. Wibowo, Samekto. Gofir, Abdul. Farmakoterapi stroke prevensi primer
dan prevensi sekunder dalam Farmakoterapi dalam Neurologi. Penerbit
Salemba Medika. Hal: 53-73.