Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
LANDASAN TEORI
2.1.
Sampling Kerja1
Pada pengantar bagian ini telah dikemukakan baergbagai cara menetapkan
waktu baku dimana terdapat diantaranya sampling pekerjaan. Cara ini, bersamasama dengan pengukuran waktu jam henti, merupakan cara langsung karena
dilakukan dengan melakukan pengukuran secara langsung di tempat berjalan nya
pekerjaan. Bedanya dengan cara jam henti adalah bahwa pada cara sampling
pekerjaan, pengamat (di tempat kerjaan) hanya pada sesaat-sesaat pada waktuwaktu yang ditentukan secara acak.
Pada awalnya, cara ini dikembangkan di inggris oleh seorang yang
bernama L.H.C. Tippet di pabrik-pabrik tekstil di inggris, tetapi karena
kegunaannya, cara ini kemudian dipakai di negara-negara lain secara lebih luas.
Dari namanya dapat diduga bahwa cara ini menggunakan prinsip-prinsip ilmu dari
ilmu statistik. Cara jam henti sebenarnya juga menggunakan ilmu statistik (dan
juga sampling) tetapi pada sampling pekerjaan, hal ini tampak lebih nyata.
2.1.1. Sampling Pendahuluan2
Disini dilakukan sejumlah kunjungan yang banyaknya ditentukan oleh
pengukur, biasanya tidak kurang dari 30. Untuk mudahnya kita ikuti contoh
sampling sampling pekerjaan untuk menghitung waktu baku penyelesaian suatu
pekerjaan.
Katakanlah
menyelesaikan
semua
pekerjaan
kegiatan
disebut
yang
sebagai
dilakukan
kegiatan
pekerja
produktif,
untuk
lainnya
nonproduktif. Selanjutnya dilakukan pengamatan-pengamatan sesaat pada waktuwaktu yang acak sebanyak 144 kali, dan hasilnya sebagai berikut.
1 Iftikar Sutalaksana, dkk, Teknik Perancangan Sistem Kerja, Bandung, Penerbit ITB,
2006, h. 173
2 Ibid., h. 177
Kegiatan
Produktif
Nonprodukti
f
Jumlah
% Produktif
1
24
4
26
Jumlah
109
12
10
35
36
36
36
36
144
67
81
83
72
Dimana:
L = batas variasi yang diperbolehkan
N = jumlah pengamatan
p = proporsi aktivitas (work atau idle) sebagai persentase N
2.1.3. Pengujian Keseragaman dan Kecukupan Data4
Untuk ini kita tentukan batas-batas kontrolnya yaitu batas kontrol atas
(BKA) dan batas kontrol bawah (BKB) sebagai berikut.
BKA = p+3
BKB= p3
Dimana :
p=
p(1 p)
n
p(1 p)
n
pi
k
Dengan pi adalah persentase produktif di hari ke-1 dan k adalah jumlah hari
pengamatan.
n=
67 +81+72
4
n=
: 100 = 0,76
36 +36+36
4
= 36
sehingga :
10,76
0,76
BKA = 0,76 + 3
= 0,976
10,76
0,76
BKB = 0,76 - 3
= 0,546
1600 (1 p)
p
= 0,757
Sehingga :
N=
1600 (10,757)
0,757
= 514
yang diperoleh mencerminkan waktu yang sewajarnya atau waktu yang normal.
Bila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja di atas normal maka harga p
nya akan lebih besar dari satu (p > 1) ; sebaliknya jika perator dipandang bekerja
di bawah normal maka harga p akan lebih kecil dari satu (p < 1). Seandainya
pengukur berpendapat bahwa operator bekerja dengan wajar maka harga p nya
sama dengan satu (p = 1).
Untuk memudahkan pemilihan konsep wajar, seorang pengukur dapat
mempelajari cara kerja seorang operator yang dianggap normal. Yaitu: jika
seorang operator yang dianggap berpengalaman, bekerja tanpa usaha-usaha yang
berlebihan sepanjang hari kerja, menguasai
Penyesuaian
100
95
90
85
80
75
70
65
65
60
55
50
45
40
Sumber : Iftikar Z. Sutalaksana, dkk, Teknik Perancangan Sistem Kerja, 2006, Bandung, Penerbit
ITB. hlm.159
2.1.5.2. Allowance7
Di dalam praktek banyak terjadi penentuan waktu baku yang dilakukan
hanya dengan menjalankan beberapa kali pengukuran dan menghitung rataratanya. Pada bab lalu telah ditunjukkan bagaimana langkah-langkah sebelum dan
pada saat-saat pengukuran seharusnya dilakukan. Selain data yang seragam,
jumlah pengukuran yang cukup dan penyesuaian. Satu hal lain yang kerap kali
terlupakan adalah menambah kelonggaran atas waktu normal yang kerap
didapatkan.
Kelonggaran diberikan untuk tiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi,
menghilangkan rasa fatigue, dan hambatan-hambatan yang tidak dapat
dihindarkan. Ketiganya ini merupakan hal-hal yang secara nyata dibutuhkan oleh
pekerja, dan yang selama pengukuran tidak diamati, diukur, dicatat, ataupun
dihitung. Oleh karena itu, sesuai pengukuran dan setelah mendapatkan waktu
normal, kelonggaran perlu ditambahkan.
1. Kelonggaran untuk Kebutuhan Pribadi
Yang termasuk ke dalam kebutuhan pribadi disini adalah hal-hal seperti minum
sekedarnya untuk menghilangkan rasa haus, ke kamar kecil, bercakap-cakap
dengan teman pekerja sekedar untuk menghilangkan ketegangan ataupun
kejenuhan dalam kerja.
2. Kelonggaran untuk Menghilangkan Rasa Fatigue
Rasa Fatigue tercermin antara lain dari menurunnya hasil produksi baik jumlah
maupun kualitas. Karenanya salah satu untuk menentukan besarnya
kelonggaran ini adalah dengan melakukan pnengamatan sepanjang hari kerja
dan mencatat saat-saat dimana hasil produksi menurun. Tetap masalahnya
adalah kesulitan dalam menentukan saat-saat dimana menurunnya hasil
produksi disebabkan oleh timbulnya rasa fatigue, karena masih banyak
kemungkinan lain yang dapat menyebabkannya.
3. Kelonggaran untuk Hambatan-Hambatan Tak Terhindarkan
Dalam melaksanakan pekerjaannya, pekerja tidak akan lepas dari berbagai
hambatan. Ada hambatan yang dapat dihindarkan seperti mengobrol yang
berlebihan dan menganggur dengan sengaja. Ada pula hambatan yang tidak
7 Ibid., h. 167-169
dapat
dihindarkan
karena
berada
diluar
kemampuan
pekerja
untuk
mengendalikannya.
Beberapa contoh yang termasuk ke dalam hambatan yang tak dapat
terhindarkan adalah :
a. Menerima atau meminta petunjuk kepada pengawa
b. Melakukan penyesuaian-penyesuaian mesin
c. Memperbaiki kemacetan-kemacetan singkat seperti mengganti alat potong
d.
e.
f.
g.
dari suatu pekerjaan ke pekerjaan lain bahkan satu sistem kerja ke sistem kerja
lain karena banyaknya penyebab seperti mesin, kondisi mesin, prosedur kerja,
ketelitian suplai alat dan bahan, dan sebagainya.
2.1.6. Penetapan Waktu Baku8
Penelitian dengan data waktu baku mempunyai beberapa keuntungan
dibandingkan dengan penelitian langsung, terutama dalam segi ongkos dan
kecepatan. Pada prinsipnya data waktu baku berisi kompilasi waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan berbagai elemen oekerjaan dari pengukuranpengukuran atas elemen-elemen itu pada waktu yang lalu. Dengan demikian pula
pekerjaan tersebut di ulang, waktu yang pantas untuk menyelesaikannya sudah
diketahui. Memang karena diperlukan biaya yang tinggi dalam pembentukan data
waktu baku, cara ini mendatangkan keuntungan bila pekerjaan-pekerjaan di suatu
pabrik atautempat kerja lain mengandung banyak elemen-elemen yang sama.
Pemakaian data waktu baku dalam penelitian waktu akan mendatangkan beberapa
keuntungan di antaranya :
1. Dengan adanya data waktu baku, waktu yang terhemat oleh seorang pengukur
akan cukup besar. Untuk hal ini Maynard mengemukakan bahwa bagi
pekerjaan dengan waktu siklus cukup kecil pengukur memerlukan 1 sampai 4
jam sedangkan untuk yang berwaktu siklus cukup besar, lama untuk
8 Ibid., h. 183-184
pengukuran mungkin diperlukan sampai 100 jam. Hal ini terjadi bila
pengukurannya dilakukan dengan cara langsung.
2. Dengan adanya penghematan di atas, untuk keperluan pekerjaan yang cukup
banyak, pengukur yang diperlukan tidak sebanyak jumlah pengukur dengan
cara langsung. Hal ini akan menguntungkan bagi tempat kerja yang hanya
mempunyai sedikit tenaga ahli.
3. Dengan adanya data waktu baku, pengukur dengan mudah dapat menaksir
berapa waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Hal ini
akan dapat dipakai sebagai landasan untuk perhitungan ongkos, penjadwalan,
dan keputusan-keputusan lain yang akan diambil sehubungan dengan pekerjaan
tersebut.
4. Penentuan berpa lamanya waktu penyelesaian untuk pekerjaan yang
bersangkutan dapat dilakukan tanpa harus berada di tempat pekerjaan sedang
berlangsung.
Cara penelitian data waktu baku sering disebut sebagai cara sintesa, karena
pada umumnya pekerjaan yang diteliti bila diuraikan terdiri dari beberapa elemen
pekerjaan yang lebih kecil atau terdiri dari beberapa kegiatan.
2.2.
Produktivitas9
Pada negara-negara berkembang pengertian mengenai produktivitas akan
selalu dikaitkan dan diarahkan pada segala usaha yang dilakukan dengan
menggunakan sumber daya manusia yang ada. Dengan demikian semua gagasan
dan kebijakan yang diambil untuk usaha meningkatkan produktivitas tanpa
dikaitkan dengan penanaman modal atau kapital seperti halnya penerapan proses
mekanisasi/ otomatisasi semua fasilitas produksi dengan tingkat teknologi yang
lebih canggih. Produktivitas pada dasarnya akan berkaitan erat pengertiannya
dengan sistem produksi, yaitu sistem dimana faktor-faktor seperti:
1. Tenaga kerja
2. Modal berupa mesin, peralatan kerja, bahan baku, bangunan pabrik, dan lainlain.
9 Sritomo Wignjosoebroto, Ergonomi Studi Gerak Dan Waktu, Surabaya, PT.Guna
Widya, 1995, h. 1-2
Pi =
Dengan formulasi ini, peningkatan produktivitas akan terjadi bilamana
output berhasill naik (bertambah besar) atau tetap dan disisi lain input dalam hal
ini bisa lebih ditekan seminimal mungkin.
Naiknya produktivitas ternyata akan membawa konsekuensi terhadap
penurunan biaya produksi per unitnya, sehingga penurunan biaya produksi dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Teknik Sampling
Disini akan diambil sampel dengan cara menutup mata dan kita panggil
mahasiswa yang akan ditanyai.
b. Judgement Sampling
Untuk mengambil sampel dengan cara ini diperlukan tenaga ahli yang akan
menentukan anggota populasi yang akan menjadi anggota sampel. Misalnya
akan diadakan penelitian tentang penerimaan masyarakat terhadap suatu jenis
kosmetika. Para ahli biasanya mengambil segolongan orang yang selalu
memakai kosmetika, jadi tidak seluruh penduduk kota akan diambil sebagai
pilihan.
c. Quota Sampling
Pada quotasampling, sampel yang diambil adalah sekelompok anggota
populasi yang mempunyai karakteristik yang sama, misalnya akan melakukan
penelitian tentang masalah Keluarga Berencana (KB), maka dilakukan
pengelompokan golongan penduduk, misalnya penduduk suku Batak, Aceh,
Minang, dan sebagainya. Dari tiap golongan diambil dengan cara sebanding
dari jumlah keseluruhan.
d. Snowball Sampling
Snowballsampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya
kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding yang lamalama menjadi membesar. Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu
atau dua orang, kemudian dua orang ini disuruh memilih teman-temannya yang
dijadikan sampel. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak.
e. Systemic Sampling
Systemic Sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari
anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya anggota populasi
yang telah diberi nomor urut. Misalnya anggota populasi yang terdiri dari 100
orang. Dari semua anggota itu diberi nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan
nomor 100. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja,
genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, Misalnya kelipatan dari
bilangan lima. Untuk ini maka yang diambil sampel adalah nomor 1, 5, 10, 15,
20, dan seterusnya sampai 100.
ketelitian
menunjukkan
penyimpangan
maksimum
hasil
Ergonomi12
Ergonomi berasala dari bahasa yunani, yaitu ergo yang berarti kerja dan
nomos yang berarti hukum. Ergonomi dimaksudkan sebagai disiplin ilmu yang
mengajarkan manusia dalam kaitan dengan pekerjaannya. Ergonomi lahir dan
berkembang sekitar abad ke-20.
Ergonomi adalah cabang ilmu yang sistematik untuk mendapatkan
informasi-informasi mengenai sifat,kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk
merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem
itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu
dengan efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien.
2.5.1. Tipe-tipe Masalah Ergonomi
Masalah-masalah ergonomi dikategorikan dalam berbagai kelompok,
tergantung kepada wilayah spesifik dari efek tubuh seperti :
1. Antropometri
Antropometri berhubungan dengan konflik dimensional antara ruang geometri
fungsional pada tubuh manusia. Antropometri ini merupakan pengukuran dari
dimensi tubuh secara linear, termasuk berat dan volume, jarak jangkauan,
tinggi mata saat duduk dan lainnya. Masalah-masalah antropometri merupakan
manifestasi dari kekurang cocokannya antara dimensi ini dan desain ruang
kerja. Pemecahnya adalah memodifikasi desain untuk menyesuaikan
kenyamanan.
2. Cognitive
Masalah cognitive muncul ketika informasi beban kerja yang berlebihan dan
informasi beban kerja di bawah proses. Keduanya dalam jangka waktu yang
panjang maupun pendek dapat menyebabkan ketegangan. Pada sisi lain fungsi
ini tidak sepenuhnya berguna untuk pemeliharaan tingkat optimum.
Pemecahannya adalah untuk melengkapi fungsi manusia dan fungsi mesin
untuk meningkatkan performasi dalam pengembangan pekerjaan.
3. Musculokskeletal
12 Edi Kurniyawan, Usulan Rancangan Fasilitas Kerja Berdasarkan Antropometri pada
Bagian Pallet Produk 1500ml di PT. Tirta Sibayakindo, diakses dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/11920/1/09E01061.pdf, pada tanggal 1
Mei 2015 pukul 15.53
Ketegangan otot dan sistem kerangka termasuk dalam kategori ini. Hal tersebut
dapat tmenyebabkan insiden kecil atau trauma efek kumulatif. Pemecahan
masalah ini terletak pada penyediaan bantuan performasi kerja atau mendesain
kembali pekerjaan untuk menjaga agar kebutuhannya sesuai dengan batas
kemampuan manusia.
4. Cardiovaskular
Masalah ini terletak pada ketegangan pada sistem sirkulasi, termasuk jantung.
Akibatnya adalah jantung memompakan lebih banyak darah ke otot untuk
memenuhi tingginya permintaan oksigen. Pemecahannya yaitu mendesain
kembali pekerjaan untuk melindungi pekerja dan melakukan rotasi pekerjaan.
5. Psychomotor
Masalahnya bahwa ketegangan pada sistem psychomotor dengan menegaskan
kebutuhan pekerjaan untuk disesuaikan dengan kemampuan manusia dan
menyediakan bantuan performasi pekerjaan.
2.5.2. Tujuan Ergonomi
Tujuan dari ergonomi adalah mendapatkan suatu pengetahuan yang utuh
tentang permasalahan-permasalahan interaksi antara manusia dengan teknologi
produk, sehingga dimungkinkan suatu kondisi yang berfungsi lebih efektif dan
efisien.
Tujuan ergonomi secara lebih spesifik adalah sebagai berikut :
1. Tercapainya desain sistem manusia mesian yang terpadu sehingga efisiensi
kerja bisa tercapai
2. Memperbaiki performasi kerja manusia
3. Mengurangi energi kerja yang berlebihan
4. Mengurangi datangnya kelelahan yang terlalu cepat
2.5.3. Aplikasi Ergonomi
Ergonomi dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang kehidupan seharihari, contohnya adalah :
1. Perancangan tempat/stasiun kerja yang sesuai dengan karateristik dari manusia
2. Desain peralatan, perkakas dan mesin-mesin yang dpergunakan oleh manusia
sebagai sarana untuk memudahkan segala aktivitasnya
Antropometri
3. Suku/bangsa (ethnic)
Setiap suku, bangsa ataupu kelompok etnik akan memiliki karateristik fisik
yang akan berbeda satu dengan yang lainnya.
4. Posisi Tubuh (Posture)
Sikap (posture) ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh
oleh sebab itu, posisi tubuh standard harus diterapkan untuk survei pengukuran.
Selain faktor-faktor tersebut di atas masih ada pula beberapa faktor yang
mempengaruhi variabilitas ukuran tubuh manusia seperti :
1. Cacat Tubuh
Dimana data antropometri disini akan diperlukan untuk perancangan produk
bagi orang-orang cacat.
2. Tebal/Tipisnya Pakaian yang Harus Dikenakan
Dimana faktor iklim yang berbeda akan memberikan variasi yang berbedabeda pula dalam bentuk rancangan dan spesifikasi pakaian.
3. Kehamilan (Pregnancy)
Dimana kondisi semacam ini jelas akan mempengaruhi bentuk dan ukuran
tubuh. Hal tersebut jeles memrlukan perhatian khusus terhadap produk-produk
yang dirancang bagi segmentasi seperti ini.
2.6.3. Antropometri Statis (Struktural)14
Antropometri statis disebut juga dengan pengukuran dimensi struktur
tubuh. Antropometri statis berhubungan dengan pengukuran keadaaan dan cirriciri fisik manusia dalam keadaan diam atau dalam posisi standar dimensi tubuh
yang diukur dengan posisi tetap antara lain berat badan, tinggi tubuh ukuran
kepala, panjang lengan dan sebagainya.
2.6.4. Antropometri Dinamis (Fungsional)
Antropometri dinamis disebut juga dengan dimansi fungsional tubuh.
Disini Pengukuran dilakukan terhadap dimensi tubuh pada saat berfungsi
melakukan gerakan-gerakan tertentu yang berkaitan yang harus disesuaikan.
2.6.5. Prinsip-Prinsip Penggunaan Data Antropometri
Data-data hasil pengukuran tubuh manusia tatau yang disebut data
antropometri digunakan untuk perancangan peralatan. Oleh karena itu keadaan
dan cirri fisik manusia dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga berbeda satu
14 Edi Kurniyawan, Op.cit., diakses tanggal 1 Mei 2015 pada pukul 16.13
sama kainnya, maka terdapat tiga prinsip dalam pemakaian data untuk
perancangan, perbaikan dan pengukuran sistem kerja yaitu sebagai berikut:
1. Perancangan Fasilitas Berdasarkan Individu Ekstrim
Prinsip ini digunakan apabila mengharapkan agar fasilitas yang dirancang
dapat dipakai dengan enak dan nyaman oleh sebagian besar pemakai (biasanya
minimal 95% pemakai) misalnya ketinggian suatu alat sesuai dengan
jangkauan ke atas orang pendek, lebar tempat duduk sesuai dengan lebar
pinggul orang gemuk, dan lain-lain.
2. Perancangan Fasilitras yang Bisa Disesuaikan
Prinsip ini digunakan untuk merancang suatu fasilitas agar bisa digunakan
dengan enak dan nyaman bagi orang yang memerlukannya. Jadi bisa
disesuaikan dengan ukuan tubuh si pemakai. Misalnya kursi pengemudi mobil
yang bisa diatur maju atau mundur dan kemiringan sandarannya.
3. Perancangan Fasilitas Berdasarkan Harga Rata-rata Para Pemakai
Prinsip ini hanya bisa dugunakan apabila perancangan berdasarkan harga
ekstrim tidak mungkin digunakan serta tidak layak jika menggunakan prinsip
perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan. Prinsip ini tidak mungkin
dilaksanakan jika lebih banyak ruginya, artinya hanya sebagian kecil pemakai
yang mersa sesuai menggunakannya. Sedangkan jika fasilitas tersebut
dirancang berdasarkan fasilitas yang bisa disesuaikan tidak juga layak karena
biayanya mahal.
Seorang desainer seharusnya mengetahui aspek dimensi tubuh dari
populasi yang akan menggunakan peralatan hasil rancangan tersebut. Dalam hal
ini, harus ada semacam sasaran, misalnya 90% sampai 95% dari populasi harus
dapat menggunakan hasil desainnya tersebut.
2.6.6. Dimensi Tubuh Pengukuran Data Antropometri
Adapun pengukuran dimensi tubuh manusia terdiri dari:
1. Posisi duduk
a. Tinggi Duduk Tegak (TDT)
Yaitu dengan mengukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk samping
ujung atas kepala. Subjek duduk tegak dengan mata memandang lurus ke
depan dan lutut membentuk sudut siku-siku.
b. Tinggi Bahu Duduk (TBD)
Yaitu dengan mengukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk samping
ujung tulang bahu yang menonjol pada saat subjek duduk tegak.
Yaitu dengan mengukur jarak vertikal dari lantai ke titik permukaan antara
lengan atas dan lengan bawah. Subjek berdiri tegak dengan kedua tangan
tergantung secara wajar.
b. Panjang Lengan Bawah (PLB)
Yaitu dengan mengukur subjek berdiri tegak dan tangan di samping, ukur
jarak dari siku sampai pergelangan tangan.
c. Tinggi Mata Berdiri (TMB)
Yaitu dengan mengukur jarak vertikal dari lantai sampai ujung mata bagian
dalam (dekat pangkal hidung). Subjek berdiri tegak dengan memandang
lurus ke depan.
d. Tinggi Badan Tegak (TBT)
Yaitu dengan mengukur jarak vertikal telapak kaki sampai ujung kepala
yang paling atas, sementara subjek berdiri tegak dengan mata memandang
lurus ke depan.
e. Tinggi Bahu Berdiri (TBB)
Yaitu dengan mengukur jarak vertikal dari lantai sampai bahu yang
menonjol pada saat subjek berdiri tegak.
f. Tebal Badan (TB)
Yaitu dengan mengukur berdiri tega dan ukur jarak dari dada (bagian ulu
hati) sampai punggung secara horizontal.
Pengukuran dimensi tubuh manusia pada posisi berdiri dapat terlihat pada
Gambar 2.2.
Adapun
langkah-langkah
yang
digunakan
dalam
penilaian
data
Percentile
50 th
90 th
95 th
97.5 th
99 th
Calculation
X
X+ 1.280 x
X + 1.645 x
X + 1.960 x
X + 2.325 x
2.7. Statistik
2.7.1. Statistik Deskriptif18
Statistik dalam arti sempit adalah data ringkasan berbentuk angka
(kuantitatif). Statistik dalam arti luas adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari
18 Edi Kurniyawan, Op.cit,. diakses pada tanggal 1 Mei pukul 21.33
2
2
N = N Xi
40
Dimana :
20 Edi Kurniyawan, Op.cit,. diakses pada tanggal 1 Mei 2015 pukul 21.40
X=
Xi
i =1
Dimana :
= Tanda jumlah
n = Banyaknya tiap-tiap data
Xi = Besarnya tiap-tiap data
Untuk mencari nilai rata-rata pada dat yang dikelompokkan biasanya
disusun dalam distribusi frekuensi. Nilai rata-ratanya dapat dirumuskan
dengan persamaan berikut :
n
Xi f u
X=
i=1
fi
i=1
Dimana :
K = Banyaknya kelas
Xi
n
( XiU )2
i=1
atau =
Untuk sampel
i=1
k
1
n
Xi 2
n
i1
Xi
n
2
S=
i=1
(XiX )2
i=1
n1
atau s =
2
Xi
k
i=1
R = Rentang
xt = Data terbesar dari kelompok
xr = Data terkecil dari kelompok
Interpretasi nilai R adalah:
1. R = 0, menunjukkan bahwa data terbesar sama dengan data terkecil,
akibatnya semua data memiliki harga yang sama.
2. R kecil, memberikan informasi bahwa data akan mengumpul di sekitar pusat
data.
3. R besar, menyatakan bahwa paling sedikit ada satu data yang harganya
berbeda jauh dengan data lainnya.
2.7.8. Median dan Modus
2.7.8.1.
Median
Median merupakan salah satu ukuran pemusatan. Median merupakan
suatu nilai yang berada di tengah-tengah data, setelah data tersebut diurutkan.
Menghitung median:
1. Jika jumlah data ganjil, maka median adalah nilai tengah dari urutan data
2. Jika jumlah data genap maka untuk menentukan mediannya diambil 2 data
tengah dijumlah, kemudian dibagi 2
Berdasarkan data di atas, maka nilai tengah dari kelompok data tersebut
adalah urutan ke 5 dan 6 dibagi 2 yaitu 20. Jadi mediannya = 20. Median sebesar
20 menit artinya terdapat 5 hari dengan waktu layanan kurang atau sama dengan
20 menit, dan terdapat 5 hari dengan waktu layanan lebih besar atau sama dengan
20 menit.
2.7.8.2.
Modus
Modus merupakan salah satu ukuran pemusatan di sampling rata-rata
hitung dan median. Modus adalah suatu nilai pengamatan yang paling sering
muncul.
Bedasarkan data tersebut, maka modus atau nilai yang paling sering
muncul adalah 20 menit. Karena munculnya sebanyak 3 kali atau frekuensinya 3.
populasi yang berdistribusi sama. Uji ini sangat sensitif terhadap berbagai
perbedaan dalam kedua distribusi, seperti median, kemiringan, dispersi dan lainlain.
Dasar pengujian ini adalah membandingkan dua distribusi kumulatif
observasi dan memfokuskan pada selisih terbesar antara kedua distribusi tersebut.
Adapun penentuan hipotesis pada uji Kolmogorov-Smirnov yaitu:
1. Ho : dua sampel independen berasal dari populasi yang berdistribusi sama.
2. H1 : dua sampel independen berasal dari populasi yang berdistribusi tidak
Sama.
2.
3.
Data
No.
Data
No.
Data
73,9
6
76
11
76,9
74,2
7
76
12
77,3
74,6
8
76
13
77,4
74,7
9
76,5
14
77,7
75,4
10
76,6
nomor yang diberikan untuk masing-masing data, dihitung
nomor data
total data
Fa( X )
1
14
= 0,0714
4.
Hitung nilai Z.
Sebelum menghitung nilai Z maka dicari nilai rata-rata dan standar deviasi.
Adapun perhitungannya sebagai berikut.
X
X
i 1
(X
i 1
X)
N 1
Diketahui:
X X 73,9 75,943
1,227
-1,66
5.
6.
7.
Data (x)
73,9
Fa (x)
0,0714
Z
-1,66
Fe (x)
0,048
D
0,0234
2
3
4
5
6
7
8
9
10
No.
11
12
13
14
74,2
0,1429
-1,42
0,0778
0,0657
74,6
0,2143
-1,09
0,1369
0,0774
74,7
0,2857
-1,01
0,1555
0,1302
75,4
0,3571
-0,44
0,3291
0,028
76
0,5714
0,045
0,5786
0,0528
76
0,5714
0,045
0,5786
0,0528
76
0,5714
0,045
0,5786
0,0528
76,5
0,6429
0,45
0,675
0,0321
76,6
0,7143
0,54
0,7038
0,0105
Tabel 2.4.Uji Kolmogorov-Smirnov (Lanjutan)
Data (x)
Fa (x)
Z
Fe (x)
D
76,9
0,7857
0,78
0,7823
0,0034
77,3
0,8571
1,11
0,8656
0,0085
77,4
0,9286
1,19
0,8825
0,0461
77,7
1
1,43
0,9239
0,0761
D max = 0,1302
8.
2.9.
2.9.2.
Jurnal Internet
PENGEMBANGAN REGULATOR TABUNG GAS LPG3 KG
BERDASARKAN PRINSIP ERGONOMI
2.9.2.1. Pendahuluan
Program konversi energy, menurut Yayasan Lembaga Konsumen
Indonesia, pemerintah telah membagikan lebih kurang 44 juta tabung gas ukuran
3 kilogram. Survei di lapangan menemukan banyak selang dan sistem regulator
yang cacat. Adapun dari sisi tabung gas tidak ditemukan masalah," ungkap Tulus
Abadi, Pengurus Harian YLKI. Oleh karena itu, menurut Tulus, pemerintah harus
mengevaluasi dan memeriksa kondisi sistem kompor dan tabung gas itu. Bila ada
bagian cacat yang ditemui, maka produk tersebut harus segera ditarik dan diganti
dengan yang sesuai standar. Karena banyaknya selang dan sistem regulator yang
cacat mengakibatkan kebocoran gas elpiji dan menimbulkan korban, baik korban
nyawa maupun materiil (KOMPAS: Kamis, 27 Mei 2010). Konversi minyak tanah
ke LPG dimulai pada tahun 2007. Sebanyak 3.975.789 paket tabung dan regulator
bervolume 163.182 metrikton(MT) dibagikan gratis dalam wilayah konversi
Jabodetabek, Sumatra Selatan, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, D.I.Jogjakarta,
dan Bali. Pada tahun 2008, bertambah lagi 15.037.539 paket tabung dan regulator
dalam volume 592.242 MT LPG. Booming-nya paket tabung dan regulator terjadi
di tahun 2009 sebanyak 23.044.211 paket. Berapa jumlah kecelakaan yang
terjadi? 25 kasus untuk tabung LPG 12 kilogram dan 15 kasus untuk tabung LPG
3 kg (http://www.dapunta.com/bom-tabung-dari-dapur-miskin.html).Pada sistem
kompor yang salah satunya adalah regulator, terdapat beberapa komponen
penunjang untuk keamanan. Yang diantaranya adalah pengait penahan regulator
dan penekan pembuka katup.Pada kenyataannya, pengait regulator hanya
menahan satu sisi dan pada sisi lain akan terdapat rongga yang menimbulkan
kebocoran (tidak presisi). Untuk mengetahuipermasalahan yang ada pada sistem
kompor dalampenggunaan tabung gas LPG 3 kg, maka peneliti melakukan
penyebaran kuesioner. Hasil kuesioner menyatakan bahwa 61,36% pengguna
tabung gas menjumpai kecelakaan ledakan, 70,46% responden merasa jika
regulator adalah sebagai penyebab terjadinya kecelakaan, 72,72% responden