Anda di halaman 1dari 2

AMALGAM KEDOKTERAN GIGI (DENTAL AMALGAM)

1.1.1 Definisi dan Indikasi


Amalgam kedokteran gigi (dental amalgam) dibuat dengan cara
mencampurkan merkuri cair dengan zat-zat padat yang merupakan
perpaduan dari perak, timah, tembaha, dan kadang seng, paladium, indium,
dan selenium. Kombinasi dari logam padat tersebut disebut dengan
amalgam alloy. Sangat oenting untuk dapat membedakan antara amalgam
kedokteran gigi dan amalgam alloy (Restorative Dental Materials).
Amalgam kedokteran gigi merupakan alloy yang terdiri dari merkuri, perak,
tembaga, dan timah,dan mungkin juga bisa mengandung palladium, zinc,
dan elemen-elemen lain untuk meningkatkan karakteristik dan kinerja klinis
amalgam itu sendiri. (Phillips Science of Dental Materials)
Indikasi utama bahan restorasi amalgam adalah sebagai bahan tambal
posterior. Restorasi dental amalgam ini sangat baik karena secara teknik
tidak sensitif, dapat mempertahankan bentuk anatomi dari gigi, tidak mudah
fraktur, dan tahan lama.
Bahan tambal amalgam dipergunakan sejak awal abad 19
dibuat dari campuran koin perak spanyol/meksiko degan air
raksa. Standardisasi amalgam merupakan standardisasi
pertama yang dibuat American Dental Association (ADA)
tahun 1919, sehingga disebut ADA Spefications No.1.
Tahapan Manipulasi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi
1.5.1 Tahapan Manipulasi
1. Tirturasi
Proses pembuatan bahan tambal amalgam dimulai dengan tirturasi, yaitu
mencampur logam paduan dan air raksa yang dilakukan oleh dokter gigi
atau perawat gigi. Setelah dicampur akan didapat massa plastis yang mirip
dengan kondisi logam antara temperatur cair dan padat. Pencampuran
logam paduan dan air raksa dapat dilakukan secara manual menggunakan
lumping alu atau dengan mesin yang disebut amalgator. Lumpang alu
terbuat dari gelas, bagian dalam lumping dan ujung alu dibuat kasar dengan
cara menggosoknya menggunakan pasta karborundum. Cara ini jarang
digunakan lagi sejak adanya amalgator yang bekerja dengan cara
menggetarkan logam paduan dengan air raksa di dalam suatu kapsul yang
berisi logam atau plastik yang berbentuk silinder.
Sbeleum tirturasi, terlebih dahulu dilakukan pengukuran terhadap kedua
bahan yang akan dicampur tersebut. Pengukuran logam paduan dilakukan

dengan penimbangan, sementara untuk pengukuran air raksa selain dengan


penimbangan juga dilakukan dengan menggunakan takaran volume yang
merupakan mulut dari dispenser/botol penyimpanan air raksa.
2. Kondensasi
Kondensasi adalah proses memasukkan amalgam ke dalam kavitas gigi
yang telah dipreparasi menggunakan stopper amalgam atau pistol
amalgamsehingga tercapai kepadatan maksimal dari amalgam. Pada saat
kondensasi dilakukan penekanan untuk memadatkan amalgam, besarnya
tekanan yang ideal adalah 66,7 N tetapi penelitian menunjukkan rata-rata
besarnya tekanan yang dibuat oleh tangan operator rata-rata 13,3-17,8 N.
3. Pengukiran
Setelah kavitas terisi penuh, dilakukan pembentukan dan pengukiran
dengan burnisher sampai mendekati bentuk anatomi gigi ideal
4. Reaksi Pengerasan
Pada amalagam berkandungan tembaga rendah, amalagamisasi terjadi
ketika air raksa berkontak dengan permukaan logam paduan. Proses tirturasi
menyebabkan perak dan timah di bagian luar logam paduan larut dalam air
raksa, dan pada saat yang bersamaan air raksa berdifusi ke dalam paduan
logam.
5. Pemolesan
Pemolesan dilakukan setelah 24 jam, untuk amalgam dengan Cu tinggi
diperlukan waktu lebih singkat lagi. Tujuan pemolesan adalah:
a) Mencegah menyangkutnya sisa makan
b) Mencegah infeksi gusi dan lidah
c) Untuk estetika
d) Mencegah tarnish dan korosi
Pemolesan dilakukan dengan menggunakan batu poles dan karet poles yang
umumnya terdiri dari dua macam yaitu yang berwarna merah dan hijau.
Batu digunakan untuk memoles bagian yang kasar, karet merah untuk
memoles bagian yang halus, dan karet hijau untuk mengkilapkan.
1.5.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi
1. Toksisitas

Bagian berbahaya dari amalgam adalah air raksanya. Unsur ini akan
mengalami proses pelepasan atau penguapan pada saat tirturasi, kondensasi,
dan pemolesan. Air raksa dalam bentuk uap ini yang memiliki sifat yang
sangat toksik.
2. Kekuatan
Kekuatan merupakan salah satu karakteristik penting yang harus dimiliki
bahan tambal, termasuk amalgam. Apabila bahan tambal kurang kuat akan
mudah sekali utuk patah, terutama di daerah tepi. Patahan ini akan
mempercepat terjadinya korosi, karies sekunder, serta kegagalan klinis yang
lebih berat.
3. Daya alir atau creep
Menurut ADAS no.1 untuk bahan tambal amalgam dipersyaratkan
mempunyai daya alir dibawah 3%. Tingkatan daya alir menurut penelitian
terbukti berhubungan dengan kerusakan tepi amalgam, yaitu makin tinggi
daya alir makin besar tingkat kerusakan tepinya.

4. Perubahan Dimensi
Idealnya amalgam tidak mengalami perubahan dimensi sama sekali, namun
sayangnya hal ini terjadi pada amalgam baik yang terlihat secara visual
maupun yang berlangsug secara mikroskopis. Secara visual perubahan
dimensi dapat menyebabkan gagalnya tambalan amalgam karena karies
ekunder, patahnya tepi tambalan, atau pecahnya tambalan. Di tingkat
mikroskopis, perubahan dimensi menyebabkan korosi, tarnish, perubahan
serta tekanan yang berkaitan dengan daya kunyah.
5. Perambatan panas
Sebagai bahan logam, amalgam memiliki sifat yang baik
sebagai penghantar panas. Pada kondisi ekstrim sifat ini
dapat mengganggu pulpa pada gigi bertambalan amalgam.
Penggunaan semen dasar adalah salah satu cara agar ada
isolator yang mencegah perambatan panas dari tambalan
amalgam sampai ke pulpa

Anda mungkin juga menyukai