Yustisianisa, 2012). Hal serupa juga ditulis oleh Anas Sudijono (1996) dalam Sukirman bahwa
Pengolahan nilai hasil evaluasi hasil belajar dengan menggunakan pendekatan penilaian acuan
norma atau dikenal pula dengan penilaian acuan kelompok adalah didasarkan pada standar
relatif. Dikatakan demikian, sebab dalam penentuan nilai hasil evaluasi skor mentah ahsil
evaluasi yang dicapai siswa diperbandingkan dengan skor mentah hasil evaluasi yang dicapai
oleh siswa lain, sehingga kualitas yang dimiliki oleh seorang siswa akan sangat ditentukan oleh
kualitas kelompoknya. Kelulusan siswa juga tergantung pada prestasi yang dicapai oleh
kelompoknya .
Dari acuan tersebut, terdapat tiga kategori prestasi siswa yaitu :
a.
standar deviasi dari skor-skor hasil evaluasi tersebut, selanjutnya skor-skor mentah yang dicapai
masing masing siswa dikonversi atau diubah menjadi nilai standar.
Ada beberapa macam nilai standar yang dapat digunakan untuk melakukan konversi
tersebut, antara lain : 1) Standar Sembilan (stanines), 2) Standar enam , 3) Standar eleven (stanel
), 4) Standar sepuluh, dan 5) standar lima. Namun yang biasa digunakan dalam pendidikan dasar
adalah nilai standar sebelas (standar eleven ). Secara singkat, dapat dijelaskan langkah langkah
pengolahan nilai hasil evaluasi hasil belajar menggunakan pendekatan penilaian acuan norma
dengan cotoh sebagai berikut :
Hasil evaluasi yang diikuti oleh 20 siswa diperoleh skor sebagai berikut :
9 8 7 8 5 4 5 6 7 8 9 8 7 7 6 8 9 7 8 7
Dari skor-skor tersebut dapat dicari :
X = 9 + 8 + 7 + + 8 + 7 = 143
fx2 = 30,260;
N = 20
a. Menghitung nilai rata-rata (mean) dari skor-skor mentah yang dicapai kelompok dengan
menggunakan rumus :
Dimana :
Mx = Mean atau nilai rata rata yang dicari
X = jumlah seluruh skor yang diperoleh
N = banyaknya siswa yang dievaluasi
Jadi mean adalah :
b. Menghitung simpangan baku/deviasi standar dengan cara :
Dimana :
= simpangan baku yang dicari
= jumlah hasil perkalian antara frekuensi masing masing skor dengan deviasi skor yang telah
dikuadratkan.
N = banyaknya siswa dalam kelompok
c.
Dari hasil perhitungan tersebut dapat dibuat ringkasan patokan untuk konversi sebagai
berikut :
d.
Skor mentah
Nilai Standar
9,85 keatas
10
9,25 - 9,84
9
8,65 - 9,24
8
8,05 - 8,64
7
7,45 - 8,04
6
6,85 - 7,44
5
6,25 - 6,84
4
5,65 - 6,24
3
5,05 - 5,64
2
4,45 - 5,04
1
4,44 ke bawah
0
Mengubah skor skor mentah menjadi nilai standar dengan menggunakan patokan di atas.
Sebagai contoh, si A mendapat skor 8 maka nilai standar yang diperoleh adalah 6.
Adapun kekurangan dari penilaian acuan norma (PAN) adalah sebagai berikut :
Sedikit menyebutkan tujuan pembelajaran atau kompetensi peserta didik ; apa yang mereka
ketahui atau dapat mereka lakukan
Sedikit menyebutkan kualitas pembelajaran
Tidak fair karena siswa tidak hanya tergantung pada tingkat prestasi, tetapi juga atas prestasi
siswa lain.
Tidak dapat diandalkan; siswa yang gagal sekarang mungkin dapat lulis pada tahun berikutnya.
Kurang praktis, sebab harus menghitung rata-rata nilai pada kelas tersebut, terlebih jika siswa
Keterangan :
Skor riil
: skor yang berhasil dicapai oleh siswa
simum ideal : yang mungkin dapat dicapai oleh siswa bila mampu menjawab secara benar semua soal ujian
Sebagai contoh, pada suatu tes objektif model pilihan ganda dengan jumlah soal
sebanyak 40 butir. Banyaknya jawaban yang dijawab benar oleh siswa ada 20, maka nilai yang
dicapai oleh siswa tersebut adalah sebagai berikut :
Ciri ciri dari penilaian acuan patokan (PAP) adalah sebagai berikut :
Kelulusan seseorang ditentukan oleh satu patokan atau persyaratan tertentu, bukan ditentukan
oleh ranking dalam kelompok tertentu.
Satu bentuk penilaian berbasis kompetensi
Digunakan dalam belajar tuntas, semua kompetensi standar/ tujuan pembelajaran (learning
objectives/outcomes) .
Siswa dinilai dengan kriteri yang telah ditentukan
Seringkali dihubungkan dengan penguasaan pembelajaran
Mengenali apa yang diketahui dan dan dapat dilakukan siswa.
Penilaian acuan patokan (PAP) memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari
penilaian acuan patokan (PAP) adalah sebagai berikut :
Penilaian lebih transparan dengan menggunakan rubrik atau skema penilaian (marking scheme)
Penilaian lebih diandalkan, karena menggunakan standar dan kriteria minimal
Guru tidak perlu menghitung nilai rata rata kelas, sebab criteria minimal telah ditentukan
terlebih dahulu
Dengan standar ini, diharapkan prestasi belajar siswa bisa menjadi lebih baik secara bertahap
karena siswa harus mencapai criteria minimal yang telah ditetapkan.
Nilai atau skor dapat dipertanggungjawabkan secara objektif, karena berdasarkan prestasi yang
disesuaikan dengan criteria dan standar yang telah ditentukan
Lebih banyak partisipasi dan motivasi siswa serta focus pada pembelajaran
Lebih adil dan fair, karena siswa diukur berdasarkan standar prestasi, bukan dengan
membandingkan siswa satu dengan lainnya
Prestasi tergantung pada tingkat kebaikan kinerja yang ditunjukkan siswa.
Lebih dapat dipertanggungjawabkan kualitas dan prestasi siswa
Mengakui subjektifitas dan penilaian yang professional dalam pemberian nilai.
Cocok digunakan untuk penempatan kegiatan belajar bersyarat atau berseri
Cocok untuk mendiagnosa kemampuan seseorang dalam proses pembelajaran
Cocok untuk memonitor kemampuan setiap siswa atau kelompok dalam proses pembelajaran.
Adapun kekurangan dari penilaian acuan patokan (PAP) adalah sebagai berikut :
Setiap guru dituntut untuk berusaha lebih keras sebab guru harus menyediakan remedial bagi
siswa yang belum mencapai criteria minimal yang ditetapkan
Relative agak rumit, karena perlu waktu untuk menyetujui sebuah criteria atau standar
Lebih menekankan hasil daripada proses
Arsip Blog
2013 (2)
o Mei (2)
EVALUASI PENDIDIKAN
Inovasi Pendidikan
Mengenai Saya
Fajar EN Putri
Lihat profil lengkapku
Template Simple. Diberdayakan oleh Blogger.