Anda di halaman 1dari 7

MANAJEMEN KEUANGAN

(Pengertian Investasi, Jenis Investasi)


dan
( Menaksirkan Aliran Kas )

Herry Dwiyanto Manukoa (1215351024)


No. Absen : 14

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Udayana

Pengertian Investasi dan Jenis Investasi


Investasi berarti pengeluaran dana saat ini dengan harapan memperoleh hasil atau
keuntungan di masa datang. Dilihat dari dimensi waktu, investasi dapat dikelompokan menjadi 2,
yaitu :
1) Investasi jangka pendek (satu tahun atau kurang), yaitu investasi pada aktiva lancar
(modal kerja), seperti : kas,piutang, inventory, surat-surat berharga.
2) Investasi jangka panjang (lebih dari satu tahun), yaitu investasi pada asset riil, seperti :
investasi pada sahan dan obligasi
Secara umum investasi jangka panjang menyangkut salah satu dari klasifikasi berikut :
1) Investasi penggantian aktiva tetap, seperti : gedung, mesin, kendaraan dan sebagainya
2) Investasi perluasan (ekspansi)
3) Investasi penambahan produk baru, dapat berupa perluasan atau diversifikasi produk
yang sudah ada.
4) Investasi kangka panjang lainnya yang tidak termasuk dalam salah satu dari klasifikasi di
atas. Misalnya, investasi pada peralatan pengendalian polusi, investasi untuk keamanan,
eksplorasi sumber alam dan sebagainya.

Menaksirkan Aliran Kas


Aliran kas sangat penting dalam analisis investasi, bukan laba yang dilaporkan menurut
catatan akuntansi, hal ini disebabkan karena :
a) Laba dalan pengertian akuntansi tidak sama dengan kas masuk bersih.
b) Para investor dan manajemen lebih tertarik mengetahui aliran kas bersih yang benarbenar akan diterima.
Proyeksi atau menaksir aliran kas, disamping akurasi, juga penting diperhatikan maslah
relevansi. Untuk estimasi aliran kas yang relevan, diperlukan perhatian atas hal-hal penting
berikut ini :
a) Estimasi aliran kas harus atas dasar setelah pajak, karena yang menjadi hak dan dapat
dinikmati oleh pemilik perushaan adalah aliran kas bersih setelah pajak.
b) Taksirlah aliran kas atas dasar incremental atau selisih. Misalnya, untuk rencana
peluncuran produk baru mungkin akan mengakibatkan pengurangan penjualan produk
lama. Dengan demikian perlu diperhatikan penurunan penjualan produk lama karena
peluncuran produk baru dalam menaksirkan aliran kas.
c) Pemisahan aliran kas karena keputusan investasi dan keputusan pendanaan (pembelanjaa)
aliran kas karena keputusan pembelanjaan seperti, pembayaran bunga, angsuran pokok
pinjaman, dan pembayaran dividen tidak perlu diperhatikan. Yang dianalisis dalam
penilaian investasi adalah profitabilitas investasi.

Aliran kas dapat dikelompokan menjadi tiga bagian, yaitu :


1) Aliran kas permulaan (initial cash flow)
Aliran kas permulaan atau juga disitilahkan capital outlays juga disebut
investmen adalah merupakan aliran kas keluar perusahaan pada awal suatu proyek, yang
pada umumnya nilainya sebesar nilai proyekyang akan dibiayai. Untuk menentukan
aliran kas permulaan perlu diidentifikasi aliran kas yang berhubungan dengan
pengeluaran investasi. Ini berarti harus diketahui berapa besar pengeluaran untuk tanah,
pembuatan bangunan dengan perlengkapannya dan sebagainya. Ditambah juga dengan
pengeluaran-pengeluaran untuk biaya- biaya pendahuluan dan sebelum operasi, termasuk
penyediaan modal kerja. Karena itulah untuk proyek-proyek yang besar, aliran kas
permulaan ini tidak hanya terjadi pada awal periode, tetapi permulaan ini tidak hanya
terjadi pada awal periode, tetapi bias beberapa kali pada tahun 1, tahun 2 dan
sebagainnya.
2) Aliran kas operasional (operasional cash flow)
Aliran kas operasional juga disitilahkan dengan aliran kas masuk bersih atau
proceed. Estimasi tentang besarnya aliran kas operasional tahunan merupakan titik
permulaan untuk penilaian profitabilitas usulan investasi. Kebanyakan cara yang
dipergunakan untuk manaksirkan aliran kas operasional tahunan adalah dengan
menyesuaikan taksiran rugi laa yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi dan
menambahkannya dengan biaya-biaya yang sifatnya bukan tunai (penyusutan). Karena
itu dalam praktek cara yang sering dujumpai dalam menaksirkan aliran kas operasional
atau proceeds ini adalah dengan menggunakan rumus :
Aliran kas masuk bersih = laba setelah pajak + penyusutan
Meskipun cara tersebut sering tepat, tetapi ada persyaratan yang harus dipenuhi.
Penggunaan cara tersebut cukup tepat apabila pengakuan terhadap penghasilan dan biaya
menurut akuntansi tidak banyak berbeda dengan terjadinya penerimaan dan pengeluaran
kas. Kalau antara pengakuan penghasilan dan biaya cukup berbeda, maka penggunaan
cara itu akan memberikan hasil tidak tepat.
Misalkan ada suatu investasi yang dibelanjai dengan 100% modal sendiri, senilai
Rp 100 juta. Umur ekonomisnya 2 tahun, tidak mempunyai nilai sisa. Kalau penyusutan
dilakukan dengan metode garis lurus, maka penyusutan per tahunnya adalah Rp 50 juta.
Taksiran laba rugi per tahun adalah sebagai berikut :

Penghasilan
Biaya-biaya : Tunai
Penyusutan
Total Biaya
Laba sebelum pajak
Pajak (50%)
Laba setelah pajak
Aliran kas bersih/proceeds =
(Rp 15 juta + Rp 50 juta)

Rp 150 juta
RP 70 juta
Rp 50 juta
Rp 120 juta
Rp 30 juta
RP 15 juta
Rp 15 juta
Rp 65 juta

Perhitungan di atas benar apabila pengakuan terhadap biaya dan penghasilan


menurut akuntansi tidak banyak berbeda dengan terjadinya pengeluaran dan penerimaan
kas.
Sekarang kalau misalkan proyek tersebut dibelanjai dengan 100% pinjaman
(contoh ini hanya untuk menyederhanakan saja, karena mungkin tidak pernah ada proyek
yang dibelanjai dengan 100% pinjaman). Katakana bahwa bunga pinjaman adalah 20%
pertahun. Taksiran laba rugi menjadi sebagai berikut :
Penghasilan
Biaya-biaya : Tunai
Penyusutan

Rp 150 juta
RP 70 juta
Rp 50 juta
Rp 120 juta
Rp 30 juta
RP 20 juta
Rp 10 juta
Rp 5 juta
Rp 5 juta

Laba sebelum bunga dan pajak


Bunga
Laba sebelum pajak
Pajak (50%)
Laba setelah pajak
Proceeds

=
laba setelah pajak + penyusutan
=
Rp 5 juta +Rp 50 juta
=
Rp 55 juta
Untuk keperluan paksiran operasional cash flow atau proceeds, cara semacam ini
membuat kesalahan dalam hal mencapur-adukan cash flow karena keputusan
pembelanjaan (yaitu pembayaran bunga) dan cash flow karena keputusan investasi
(penghasilan, pengeluran biaya tunai, pajak). Untuk itu cara menaksirkan aliran kas
operasional yang benar adalah :
Aliran kas opersional (Proceeds) = laba setelah pajak + penyusutan + bunga (1pajak)

Proceeds

Rp 5 juta + Rp 50 juta + Rp 20 juta (1-0,50)

Rp 65 juta
3

Berikut ini akan disajikan beberapa cara yang dapat digunakan untuk menaksirkan aliran
kas operasional .
Misalkan, sebuah perusahaan memiliki laporan perhitungan laba rugi performa sebagai
berikut.
Pendapatan penjualan
Biaya tunai :
Biaya variabel
Biaya tunai tetap
Penyusutan
Laba sebelum bunga dan pajak
Bunga
Laba sebelum pajak
Pajak (40%)
Laba setelah pajak

Rp 145 juta
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

Berdasarkan data tersebut, taksiran aliran kas opersional/proceeds


Aliran kas operasional
=

(1 T) (EBDIT) + (T x Dep)

(1 0,4) (45 juta) + (0,4 x 15 juta)

33 juta

Aliran kas operasional


=

(1 T) (EBIT) + Dep.

(1 0,4) (30 juta) + 15 juta

33 juta

Aliran kas operasional


=

(1 T) (EBT) + (1 T) (Bunga) + Dep.

(1 0,4) (25 juta) + (1 0,4) (5 juta) + 15 juta

33 juta

Aliran kas operasional


=

EAT + Dep. + (1 T) (Bunga)

15 juta +15 juta + (1 0,4) (5 juta)

33 juta
4

90 juta
10 juta
15 juta
30 juta
5 juta
25 juta
10 juta
15 juta

3) Aliran kas pada akhir umur proyek.investasi (terminal cash flow)


Aliran kas pada akhir umur investasi umumnya terdiri dari cash flow nilai sesa
investasi tersebut, dan pengembalian modal kerja. Beberapa proyek mungkin masih
mempunyai nilai msekipun aktiva aktiva tetap sudah tida mempunyai nilai ekonomis
lagi. Aliran kas dari nilai sisa ini juga perlu dihubungkan dengan pajak yang mungkin
dikenakan.

Berbagai contoh penaksiran aliran kas


Contoh 1
Suatu proyek memerlukan investasi sebesar Rp 1.000 juta, dan ditaksir
memberikan kas masuk bersih sebesar Rp 200 juta setiap tahun. Investasi sebesar Rp
1.000 tersebut terdiri dari aktiva tetap yang ditaksir berusia ekonomis 8 tahun sebesar Rp
800 juta, dan modal kerja sebesar Rp 200 juta. Misalkan aktiva-aktiva tetap tersebut
ditaksirkan mempunyai nilai sisa Rp 50 juta pada akhir tahun ke 8. Akan tetapi, dengan
adanya proyek tersebut mengakibatkan berkurangnya penjualan dari produk lama
sehingga menyebabkan penurunan aliran kas produk lama sebesar RP 50 juta per tahun.
Dengan demikian taksiran aliran kas adalah sebagai berikut :
Initial cash flow

Rp 1.000 juta

Operational cash flow (tahun ke-1 s/d ke-8) pertahun (Rp 200 juta - Rp 50 juta)

Rp

150 juta

Rp

250 juta

Terminal cash flow :


Modal Kerja
Nilai Sisa

Rp 200 juta
Rp 50 juta

Contoh 2
Misalkan suatu perusahaan sedang mempertimbangkan untuk mengganti mesin
lama dengan mesin baru yang lebih efisien. Nilai buku mesin lama adalah Rp 80 juta dan
masih bias dipergunakan dalam 4 tahun lagi, tanpa nilai sisa. Mesin baru harganya Rp
120 juta dengan umur ekonomis 4 tahun tanpa nilai sisa, anggap perushaan memakai
penyusutan dengan metode garis lurus. Kalau mesin baru dipakai perusahaan bias
menghemat biaya operasi tunai pertahun sebesar Rp 25 juta. Misalkan mesin lama kalau
dijual saat ini masih laku RP 80 juta tariff pajakk yang dikenakan, baik untuk laba
operasional maupun capital gains, sebesar 30%. Bagaimana penaksiran aliran kasnya?

Penaksiran aliran kas yang digunakan adalah dengan menggunakan taksiran


selisih. Kalau perusahaan mengganti mesin lama dengan mesin baru, maka perlu
tambahan investasi sebesar Rp 120 juta Rp 80 juta = Rp 40 juta. Taksiran operasional
cash flow pertahun adalah :
Tambahan keuntungan karena
penghematan biaya operasional

Rp 25 juta

Tambahan
penyusutan :
Mesin
baru
Mesin
lama

Rp 30 juta
Rp 20 juta
Rp 10 juta

Tambahan laba
sebelum pajak
Tambahan pajak
Tambahan laba setelah
pajak
Tambahan kas masuk
bersih
(Rp 10,5 juta + Rp 10
juta)

Rp 15 juta
Rp 4,5 juta
Rp 10,5 juta
Rp 20,5 juta

Dengan demikian, maka rencana penggantian mesin tesebut akan mengakibatkan


penambahan investasi Rp 40 juta, dan memberikan tambahan kas masuk operasional setiap tahun
Rp 20,5 juta selama 4 tahun.

Anda mungkin juga menyukai