Mankeu Sap 12
Mankeu Sap 12
Contoh 1
PT WISTA memiliki 10 juta lembar saham dengan harga Rp 8.000 perlembar dibeli oleh
PT RIAN denga harga Rp 9.000 per lembar. PT RIAN A memiliki 50 juta lembar saham dengan
harga perlembar RP 12.000. diharapkan dengan akuisisi tersebut PT RIAN akan dapat
menghemat biaya sebesar Rp 1.000 juta pada tahun depan, dan penghematan tersebut diharapkan
meningkatkan sebesar 10% per tahun selamanya. Apabila tingkat keuntungan yang layak adalah
17%, berapakah biaya akuisisi dan manfaat akuisisi tersebut ?
Jawab :
Biaya Akuisisi
Manfaat Akuisisi
PVW
PVWR : Nilai Gabungan Equity PT A dan PT S setelah mendapatkan synergy (600M + 80M +
14,3M) = Rp 694,3M
Dengan demikian manfaat akuisisi adalah sama dengan :
PVAS (PVA + PVS)
Rp 694,3 M (Rp 600 M + Rp 80 M)
Rp 14,30 M
Manfaat bersih (NPV)
adalah Rp 60 juta.
3. Menentukan Struktur Modal yang Baru
Karena jumlah Rp 60 juta tersebut lebih rendah dibandingkan total klaim (total pasiva), maka
struktur modal yang baru perlu ditentukan. Struktur modal yang baru diharapkan lebih
meringankan beban tetap perusahaan.
Likuiditas
Pengertian likuidasi sendiri bisa dilihat dari pendekatan aliran kas dan pendekatan stock.
Dengan pendekatan stock, perusahaan bisa dinyatakan likuidasi jika total kewajiban lebih besar
dari total aktiva. Jika perusahaan mempunyai hutang Rp 1 milyar, sedangkan total asetnya hanya
4
Rp 500 juta, maka persuahaan tersebut sudah bisa dinyatakan likuidasi/bangkrut. Dengan
pendekatan aliran kas, perusahaan akan bangkrut jika tidak bisa menghasilkan aliran kas yang
cukup. Dari sudut pandang stock, perusahaan bisa dinyatakan likuidasi/bangkrut meskipun
mungkin masih menghasilkan aliran kas yang cukup, atau mempunyai prospek yang baik di
masa mendatang.
Proses likuidasi bisa dilakukan secara formal ataupun tidak formal. Proses likuidasi tidak
formal dilakukan perusahaan dengan pertimbangan : biaya lebih murah, aktivitas lebih
sederhana, kreditor mendapatkan uangnya lebih banyak dan lebih cepat.
Proses likuidasi formal melibatkan pihak ketiga seperti pengadilan. Melalui pihak ketiga,
pihak-pihak yang terlibat dalam kebangkrutan bisa memperoleh perlindungan dari pihak lainnya.
Pengadilan berusaha agar pihak-pihak yang berkaitan memperoleh perlakuan yang adil selama
proses perbaikan tersebut.
Ada dua alasan secara teoritis yang mendorong perusahaan menggunakan jalur formal,
yaitu permasalahan Common Pool, dan Hold Out.
Common Pool. Misalkan suatu perusahaan mempunyai nilai hutang nominal sebesar total
Rp 20 milyar, yang berasal dari 10 kreditor dengan besar masing-masing adalah sama (Rp
2milyar). Nilai pasar perusahaan tersebut jika bertahan adalah Rp 15milyar. Jika dilikuidasi,
asset perusahaan bisa dijual menghasilkan kas sebesar Rp 10milyar. Misalkan kondisi
perusahaan memburuk sehingga tidak bisa membayar salah satu hutangnya, maka kreditor
tersebut bisa menuntut agar perusahaan dibangkrutkan.
Hold-Out. Misalkan pada contoh di atas perusahaan berhasil meyakinkan kreditor agar
dilakukan restrukturisasi. Hutang yang lama (yang besarnya Rp 2 milyar untuk setiap kreditor),
diganti dengan hutang baru yang nilainya lebih rendah, missal Rp 1,4 milyar untuk setiap
kreditor. Jika kreditor menyetujui usulan tersebut, total hutang menjadi Rp 14milyar. Karena
nilai perusahaan jika jalan terus adalah Rp 15 milyar, maka pemegang saham memperoleh sisa
sebesar Rp 1 milyar. Perusahaan dengan demikian tidak perlu dilikuidasi, tetapi masih bisa
berjalan terus. Kreditor secara keseluruhan juga diuntungkan (dibandingkan jika bangkrut),
karena nilai Rp 14milyar lebih besar dibandingkan dengan Rp 10milyar (jika dibangkrutkan dan
dilikuidasi.