Anda di halaman 1dari 7

MANAJEMEN KEUANGAN

MERGE DAN AKUISISI

Herry Dwiyanto Manukoa (1215351024)


No. Absen : 14

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Udayana

MERGER dan AKUISISI


Pendahuluan
Merjer dan Akuisisi merupakan alternative untuk melakukan ekspansi atau perluasan
usaha. Perluasan usah dapat dilakukan dengan ekspansi ekstern, tetapi juga dapat dilakukan
dengan menggabungkan dengan usaha yang telah ada (merge dan consolidation) atau membeli
perusahaan yang telah ada (akuisisi).
Istilah ini sering dipergunakan untuk menunjukan penggabungan dua perusahaan atau
lebih, dan kemudian tinggal nama salah satu perushaan yang bergabung. Sedangkan
consolidation merupakan penggabungan dari dua perushaan atau lebih dan nama dari perusahaan
yang bergabung tersebut hilang, kemudian muncul nama baru dari perusahaan gabungan.
Akusisi, mirip merger, kecuali perusahaan baru akan terbentuk. Pengakuisisi dan yang diakuisisi
hilang dan menjadi perushaan baru.

Motif Merjer dan Akuisisi


Mengapa perusahaan bergabung dengan perushaan lain, atau membeli perusahaan lain
(akuisisi)?. Alasan yang sering dikemukakan adalah lebih cepat dari pada haruss membangun
unit usaha sendiri. Meskipun alasan tersebut benar, faktor yang paling mendasari sebenarnya
adalah motif ekonomi.
Kadang-kadang akuisisi dilakukan dengan alasan yang meragukan dan tidak masuk akal
seperti :
1) Diversifikasi
2) Meningkatkan Pertumbuhan Perusahaan
3) Meningkatkan EPS
Alasan lainnya yang tidak nampak dari merjer dan akuisisi adalah salah satu motifnnya
adalah keinginan manajer untuk mempertahankan sumber daya perusahaan.

Jenis Merjer dan Akuisisi


Berdasarkan atas cara perluasan yang dilakukan merjer dan akuisisi dapat dilakukan dengan :
1) Horizontal : penggabungan perusahaan lain dalam jenis bisnis yang sama
2) Vertikal : penggabungan perusahaan yang mempunyai keterkaitan antara input-output
3) Congeneric : penggabungan perusahaan dalam industry yang sama tetapi tidak
memperoduksi produk yang sama dan tidak ada keterkaitan supplier
4) Conglomerate : penggabungan perushaan dari industry yang berbeda

Sedangkan merjer dan akuisisi berdasarkan jenis penggabungannya meliputi :


1) Akuisisi Saham saham
2) Akuisisi Aset
Menaksirkan Biaya Akuisisi
Asumsi dasar dalam menganalisis biaya akuisisi adalah bahwa pasar modal adalah
efisien, dengan demikian harga yang tercantum dibursa adalah harga wajar.

Contoh 1
PT WISTA memiliki 10 juta lembar saham dengan harga Rp 8.000 perlembar dibeli oleh
PT RIAN denga harga Rp 9.000 per lembar. PT RIAN A memiliki 50 juta lembar saham dengan
harga perlembar RP 12.000. diharapkan dengan akuisisi tersebut PT RIAN akan dapat
menghemat biaya sebesar Rp 1.000 juta pada tahun depan, dan penghematan tersebut diharapkan
meningkatkan sebesar 10% per tahun selamanya. Apabila tingkat keuntungan yang layak adalah
17%, berapakah biaya akuisisi dan manfaat akuisisi tersebut ?
Jawab :
Biaya Akuisisi

= 10 juta (Rp 9.000 Rp 8.000)


= Rp 10 milyar

Manfaat Akuisisi

= 1.000 juta / (0.17 0.10)


= Rp 14,3 milyar

Manfaat akuisisi bias dihitung dengan formula :


PVAS (PVA + PVS)
Dimana :
PVR

: Nilai Equity Perusahaan A = Rp 600 milyar

PVW

: Nilai Equity Perusahaan S = Rp 80 milyar

PVWR : Nilai Gabungan Equity PT A dan PT S setelah mendapatkan synergy (600M + 80M +
14,3M) = Rp 694,3M
Dengan demikian manfaat akuisisi adalah sama dengan :
PVAS (PVA + PVS)
Rp 694,3 M (Rp 600 M + Rp 80 M)
Rp 14,30 M
Manfaat bersih (NPV)

= Rp 14,3 M Rp10 M = Rp 4,30 M


2

RESTRUKTURISASI, REORGANISASI, DAN LIKUIDITAS


Restrukturisasi
Restrukturi adalah kegiatan merubah struktur perusahaan, dalam hal ini bias berarti
membesar atau makin kecil. Kegiatan akuisisi dan merjer yang dibicarakan sebelumnya adalah
termasuk restrukturisasi yang semakin besar, karena dalam kegiatan ini perushaan bias
melakukan integrasi vertikal untuk mengamankan bahan bakunya dan atau distibusi hasil
produksinya.
Spin Off, dilakukan apabila unit kegiatan yang dimiliki suatu perusahaan dipisahkan dan
berdiri sendiri menjadi perusahaan baru. Dengan demikian perusahaan baru yang terpisah
tersebut memiliki manajemen sendiri yang independen dalam mengambil keputusan.
Mengurangi beban-beban yang menghimpit perusahaan yaitu dengan :
Extension. Melalui perpanjangan, kreditor bersedia memperpanjang masa jatuh tempo
hutangnya. Sebagai contoh, hutang yang pada mulanya jatuh tempo dalam lima tahun, sekarang
diperpanjang menjadi sepuluh tahun.
Komposisi (Composition). Komposisi dilakukan melalui perubahan nilai hutang lama.
Sebagai contoh, hutang lama sebesar Rp 100 diturunkan nilainya menjadi Rp 60. Meskipun nilai
hutang turun, kreditor masih bisa menerimanya karena nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan
dengan nilai hutang jika perusahaan dilikuidasi.
Going Private, perusahaan menarik diri untuk tidak terdaftar lagi di Pasar Modal, hal ini
bisa dilakukan dengan membeli saham-saham yang sudah dipublish (bisa dibeli oleh direksi atau
dengan teman-temannya).
Leverage buy out, perusahaan menarik diri untuk tidak terdaftar lagi di Pasar Modal
(going private) yang dilakukan dengan menggunakan dana pihak ketiga.
Reorganisasi
Dalam situasi ekonomi dan bisnis yang tidak menggembirakan, perusahaan sering
terpaksa harus bertahan dengan apa yang telah ada, atau memperkecil diri, agar tidak
mengalami kesulitan makin parah. Reorganisasi dalam aspek financial dilakukan untuk
memperkecil beban financial yang tetap sifatnya. Dengan demikian asumsinya adalah bahwa
perusahaan masih mempunyai kemampuan operasional yang baik. Ini berarti bahwa kegiatan
operasi masih mampu menutup biaya-biaya operasi.
Dalam melakukan reorganisasi financial, ada beberapa langkah yang harus ditempuh
yaitu menaksir nilai perusahaan, menentukan struktur modal yang baru.
1. Menentukan nilai perusahaan. Penilaian yang sering digunakan dan yang termasuk cukup
sederhana, adalah menghitung nilai perusahaan berdasarkan tingkat kapitalisasi. Misalkan
3

kurator atau pihak penilai memperkirakan perusahaan setelah direorganisasi mampu


menghasilkan pendapatan bersih pertahunnya adalah Rp 10 milyar. Tingkat kapitalisasi untuk
perusahaan yang serupa adalah 20 %. Nilai perusahaan tersebut bisa dihitung sebagai berikut
ini :
Nilai perusahaan = Rp 10 milyar/0,2 = Rp 50 milyar
Pihak lain bisa sampai pada angka yang berbeda. Perbedaan sangat mungkin terjadi karena
sangat sulit menghitung pendapatan bersih di masa mendatang.
2. Menentukan struktur modal yang baru. Struktur modal tersebut bertujuan mengurangi beban
tetap (bunga) agar perusahaan bisa beroperasi dengan lebih fleksibel. Untuk mengurangi beban
tetap tersebut, total hutang biasanya akan dikurangi.
Berikut ini contoh langkah-langkah yang dilakukan untuk reorganisasi.
1. Menghitung nilai perusahaan : Misalkan pihak pengadilan dan kurator mengestimasi penjualan
di masa mendatang bias mencapai Rp 75 juta pertahun. Profit margin yang bias dicapai
diperkirakan sekitar 10%. Dengan kata lain keuntungan yang diperkirakan diperoleh perusahaan
2.

tersebut adalah Rp 7,5 juta pertahun.


Menghitung tingkat kapitalisasi atau tingkat multiple dan nilai perusahaan : Misalkan saja
tingkat kapitalisasi perusahaan yang sejenis adalah sekitar 12%. Maka, Nilai = 7,5 juta / 0,12 =
Rp 62,50 juta.
Teknik multiple (seperti PER) juga bisa digunakan. Misalkan saja rasio PER (Price Earning
Ratio) untuk perusahaan lain adalah sekitar 8 kali. Pihak penilai menganggap rasio tersebut
cukup wajar untuk perusahaan tersebut. Dengan menggunakan teknik tersebut nilai perusahaan
adalah :
Nilai perusahaan = Rp 7,5 juta x 8 = Rp 60 juta. Tentu saja teknik atau cara yang berbeda akan
menghasilkan angka yang berbeda. Misalkan saja pihak kurator menentukan nilai perusahaan

adalah Rp 60 juta.
3. Menentukan Struktur Modal yang Baru
Karena jumlah Rp 60 juta tersebut lebih rendah dibandingkan total klaim (total pasiva), maka
struktur modal yang baru perlu ditentukan. Struktur modal yang baru diharapkan lebih
meringankan beban tetap perusahaan.
Likuiditas
Pengertian likuidasi sendiri bisa dilihat dari pendekatan aliran kas dan pendekatan stock.
Dengan pendekatan stock, perusahaan bisa dinyatakan likuidasi jika total kewajiban lebih besar
dari total aktiva. Jika perusahaan mempunyai hutang Rp 1 milyar, sedangkan total asetnya hanya
4

Rp 500 juta, maka persuahaan tersebut sudah bisa dinyatakan likuidasi/bangkrut. Dengan
pendekatan aliran kas, perusahaan akan bangkrut jika tidak bisa menghasilkan aliran kas yang
cukup. Dari sudut pandang stock, perusahaan bisa dinyatakan likuidasi/bangkrut meskipun
mungkin masih menghasilkan aliran kas yang cukup, atau mempunyai prospek yang baik di
masa mendatang.
Proses likuidasi bisa dilakukan secara formal ataupun tidak formal. Proses likuidasi tidak
formal dilakukan perusahaan dengan pertimbangan : biaya lebih murah, aktivitas lebih
sederhana, kreditor mendapatkan uangnya lebih banyak dan lebih cepat.
Proses likuidasi formal melibatkan pihak ketiga seperti pengadilan. Melalui pihak ketiga,
pihak-pihak yang terlibat dalam kebangkrutan bisa memperoleh perlindungan dari pihak lainnya.
Pengadilan berusaha agar pihak-pihak yang berkaitan memperoleh perlakuan yang adil selama
proses perbaikan tersebut.
Ada dua alasan secara teoritis yang mendorong perusahaan menggunakan jalur formal,
yaitu permasalahan Common Pool, dan Hold Out.
Common Pool. Misalkan suatu perusahaan mempunyai nilai hutang nominal sebesar total
Rp 20 milyar, yang berasal dari 10 kreditor dengan besar masing-masing adalah sama (Rp
2milyar). Nilai pasar perusahaan tersebut jika bertahan adalah Rp 15milyar. Jika dilikuidasi,
asset perusahaan bisa dijual menghasilkan kas sebesar Rp 10milyar. Misalkan kondisi
perusahaan memburuk sehingga tidak bisa membayar salah satu hutangnya, maka kreditor
tersebut bisa menuntut agar perusahaan dibangkrutkan.
Hold-Out. Misalkan pada contoh di atas perusahaan berhasil meyakinkan kreditor agar
dilakukan restrukturisasi. Hutang yang lama (yang besarnya Rp 2 milyar untuk setiap kreditor),
diganti dengan hutang baru yang nilainya lebih rendah, missal Rp 1,4 milyar untuk setiap
kreditor. Jika kreditor menyetujui usulan tersebut, total hutang menjadi Rp 14milyar. Karena
nilai perusahaan jika jalan terus adalah Rp 15 milyar, maka pemegang saham memperoleh sisa
sebesar Rp 1 milyar. Perusahaan dengan demikian tidak perlu dilikuidasi, tetapi masih bisa
berjalan terus. Kreditor secara keseluruhan juga diuntungkan (dibandingkan jika bangkrut),
karena nilai Rp 14milyar lebih besar dibandingkan dengan Rp 10milyar (jika dibangkrutkan dan
dilikuidasi.

Anda mungkin juga menyukai