Digital - 117110-ANDHINI IASHA AMALA-FSH PDF
Digital - 117110-ANDHINI IASHA AMALA-FSH PDF
Disusun Oleh
Nama: Andhini Iasha Amala
NIM: 109048000043
KONSENTRASI HUKUMBISNIS
PROGRAM STUDI I L M U HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434H/2013M
ABSTRAK
ANDHINI IASHA AMALA. NIM 109048000043. PENERAPAN UNDANG
UNDANG
PERLINDUNGAN
KONSUMEN
TERHADAP
PRODUK
ELEKTRONIK: STUDI KASUS PERLINDUNGAN KONSUMEN KAMERA
LOMO. Program Studi Ilmu Hukum, Konsentrasi Hukum Bisnis, Fakultas Syariah
dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1434 H/2013 M.
82 halaman + 4 halaman daftar pustaka + 2 lampiran undang-undang+ 4 halaman
lampiran wawancara
Penelitian ini dilakukan karena adanya masalah pelaku usaha kamera Lomo
tidak memberikan ganti rugi beruba perbaikan, penggantian barang sejenis, dan
pengembalian uang kepada Konsumen yang membeli kamera Lomo. Pelaku usaha
kamera Lomo telah melakukan pelanggaran hukum, khususnya yang berkaitan
dengan kegiatan perlindungan Konsumen. Untuk mencegah pelanggaran ini terus
terjadi diperlukan adanya peraturan perundang-undangan yang memadai serta
pelaksanaan yang optimal dari peraturan perundang-undangan tersebut di samping
tentunya peran serta dari seluruh lapisan masyarakat.
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah
normatif. Penelitian normatif menggunakan pendekatan perundang-undangan (statute
approach) dan pendekatan konsep (conceptual approach). Selanjutnya sumber data
yang digunakan dalam penelitian ini antara lain data primer yaitu wawancara
terhadap narasumber yaitu Teguh Haryo sebagai Public Relation Lomonesia dan Veri
Anggrijono sebagai Kasubid Pengawasan Beredar Barang dan Jasa, Ditjen
Perdagangan Dalam Negeri Departemen Perdagangan, karena memiliki pengetahuan
dan informasi yang relevan dengan skripsi yang disusun. Data sekunder yang terdiri
dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kamera Lomo merupakan barang impor
yang dikirim dari Hongkong melalui jasa penitipan. Barang tersebut masuk kedalam
wilayah kepabenan dengan ijin sebagai barang untuk digunakan pribadi, namun pada
prakteknya barang tersebut diperdagangkan di bursa perdagangan Indonesia. Karena
itu pada produk kamera Lomo ini tidak memiliki bursa jual yang resmi sehingga
apabila konsumen mengalami kerugian atas produk ini akan menyulitkan konsumen
untuk meminta pertanggung jawaban untuk ganti rugi kepada pelaku usaha.
Kata Kunci : Konsumen, Perlindungan Konsumen, Kamera Lomo
Pembimbing
Daftar Pustaka
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Melihat lagi Maha Mendengar,
atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW.
Penyusunan skripsi ini adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Hukum (SH) pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah
memberikan bantuan baik materiil dan immateriil, oleh karena itu penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MH, MM beserta seluruh jajaran
dekanat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta;
2. Dr. Djawahir Hejazziey, SH, MA dan Drs. Abu Thamrin, SH, M.Hum selaku
Ketua dan Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum;
3. Kamarusdiana, S.Ag.,M.H. dan Fitria, SH., MR selaku pembimbing skripsi
Penulis, terima kasih atas semua kritik dan saran yang membangun untuk
Penulis;
4. Lomonesia Jakarta yang telah memberikan kesempatan kepada Penulis untuk
mendapatkan data-data, khususnya Bapak Teguh Haryo sebagai humas
Lomonesia;
5. Kedua orang tua Penulis, Ayahanda Agus Bachtiar dan Ibunda Arini Bakar
yang telah memberikan cinta dan kasih sayangnya selama ini, serta doa yang
tulus sehingga skripsi ini dapat selesai;
vi
6. Teman-teman kesayangan Galih, Syifa, Fenny, Harum, dan Pita yang selalu
ada selama 4 (empat) tahun ini dan insha Allah untuk selamanya;
7. Sahabat ku tercinta Muhammad Fanshoby dan Aina Ullafa untuk selalu
menemani ku diwaktu-waktu penat dalam penyusunan skripsi ini;
8. Seluruh teman-teman Ilmu Hukum B angkatan 2009;
9. Seluruh teman-teman Ilmu Hukum, Konsentrasi Hukum Bisnis angkatan
2009, khususnya untuk Hilda terima kasih atas ilmunya selama ini;
10. Teman-teman Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan Ilmu Hukum 2010;
11. Teman-teman seperjuangan Bussiness Law Community 2012;
12. Semua pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Atas seluruh bantuan dari semua pihak baik materiil maupun imateriil, Penulis
memanjatkan doa semoga
menjadikannya amal jariyah yang tidak pernah berhenti mengalir, amin. Penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi Penulis khususnya dan bagi para
pembaca umumnya.
Jakarta, 25 Desember 2013
vii
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................
ii
iii
ABSTRAK ............................................................................................................
iv
vi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...............................................................
KERANGKA KONSEPTUAL
A. Tinjauan Umum Perlindungan Konsumen .................................. 21
1. Para Pihak Dalam Perlindungan Hukum Konsumen ............. 22
2. Penyelesaian Sengketa Konsumen ......................................... 31
3. Sanksi Terhadap Pelanggaran Hak Konsumen ...................... 35
B. Tinjauan Umum Perdagangan (Impor) dan Kepabeanan ............. 40
1. Definisis Perdagangangan (Impor)......................................... 41
viii
ix
BAB V :
PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................... 79
B. Saran ............................................................................................. 80
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
hak
atas
kenyamanan,
keamanan,
dan
keselamatan
dalam
mengonsumsi barang dan/atau jasa, hak untuk diperlakukan atau dilayani secara
benar dan jujur, hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan atau
penggantian, apabila barang dan atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan
perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya dan sebagainya.3 Konsumen adalah
setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik
bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain
dan tidak untuk diperdagangkan.4
Dewasa ini kebutuhan seseorang semakin beragam. Salah satu kebutuhan
untuk memenuhi kegemaran yang banyak diminati yaitu kegemaran dalam bidang
fotografi. Alat yang dipergunakan di dalam fotografi tersebut adalah kamera.
Semakin hari kamera diciptakan semakin canggih dan mudah dipergunakan.Selain
pemakain yang mudah, kamera Lomo juga diciptakan dengan efek-efek baru yang
dapat manarik peminatnya untuk menggunakan kamera itu.5 Pada saat sekarang,
kamera tidak hanya dapat menghasilkan gambar hitam putih atau berwarna, juga
efek-efek yang semakin unik. Berbagai penemuan yang dilakukan oleh ahli di
bidang fotografi menghasilkan kamera-kamera yang semakin beragam, sehingga
para peminat fotografi tidak bosan dan mempunyai banyak pilihan kamera untuk
menunjang kegemaran mereka.6
Lomografi adalah bagian dari fotografi yang menggunakan sebuah kamera
khusus yang disebut dengan kamera Lomo. Lomo adalah singkatan dari
Leningradskoye Optiko-Mechanichesckoye Obydinenie merupakan sebuah pabrik
lensa yang berada di St. Petersburg, Rusia; yang memproduksi lensa untuk alat-
alat kesehatan (seperti untuk lensa mikroskop), alat-alat persenjataan, dan lensa
kamera.7
Awalnya kamera Lomo kurang populer di Indonesia, namun dengan
pesatnya informasi maka kamera Lomo pun menjadi cukup dikenal pada saat ini. 8
Kamera Lomo pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 2001, yang dibawa
oleh Tommy Hartanto dari hasil kunjungan pameran kamera Lomo di Singapore.
Dan semenjak itulah kamera Lomo mulai dikenal dikalangan masyarakat
Indonesia.9 Setelah itu pada tahun 2004 Lomonesia terbentuk, Lomonesia ini resmi
berdiri sejak Agustus 2004. Pusatnya terletak di Jl. Kemang Timur IV No 9,
Kemang, Jakarta Selatan. Komunitas kemang ini merupakan pusat komunitas
Lomo untuk Indonesia yang membawahi beberapa komunitas Lomo lain di daerah
seperti di Bandung, Yogyakarta, dan Bali. Selain menyediakan penjualan kamera
Lomo, komunitas Lomonesia sering juga mengadakan pertemuan dengan sesama
anggota Lomonesia di seluruh Indonesia dan melakukan kegiatan fotografi
bersama. Tidak ada syarat tertentu untuk bergabung dengan komunitas Lomonesia.
Pendiri dari komunitas ini adalah Teguh Haryo dan Tommy Hartanto. 10
Saat ini pengguna kamera Lomo sudah cukup populer. Hal itu dikarenakan
pesatnya informasi lewat media internet, televisi, majalah, dan dari mulut ke
Effendi Surya Jaya. The Art Of Lomo, Bandung : Elex Media, 2012, h. 12.
10
Ibid, h. 14.
mulut. Bahkan pada saat ini pembeli dari kamera Lomo bukan hanya meraka yang
merupakan peminat fotografi, melainkan mereka yang awam atau asing terhadap
fotografi pun tertarik untuk membeli kamera Lomo, karena kamera Lomo
memiliki keunikan dalam fisiknya yang seperti kamera jaman dahulu maupun
dalam hasil pemakaian dari kamera tersebut. Kamera Lomo memiliki banyak jenis,
dimana jenis tersebut menghasilkan hasil foto yang berbeda-beda. Sampai saat ini
sudah sangat beragam jenis kamera Lomo yang di jual di Indonesia.
Yang membuat kamera Lomo lebih menarik dengan kamera lainnya adalah
dari foto yang dihasilkannya. Kamera Lomo akan menghasilakan gambar yang
unik yaitu efek foto cembung seperti mata ikan yang dihasilkan oleh kamera Lomo
Fisheye, efek foto kuno yang dihasilakan oleh kamera Lomo Diana F+, dan efek
unik lainnya dari kamera-kamera Lomo jenis lainnya. Selain itu kamera Lomo
juga memiliki tampilan atau fisik yang menarik.11
Permasalahan muncul karena kamera Lomo itu tidak mempunyai agen
resmi di Indonesia. Agen resmi kamera Lomo Asia terletak di Hongkong, Kamera
Lomo yang dijual di Indonesia tidak memiliki agen resmi, sehingga apabila terjadi
kerusakan maka tidak ada garansi resmi dari Kamera Lomo tersebut untuk wilayah
Indonesia.
Suatu barang atau jasa yang dijual oleh pelaku usaha haruslah memiliki
garansi, agar apabila terjadi kerusakan sewaktu-waktu, konsumen atau pembeli
11
Kristiyanti, Celina Tri Siwi. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: Sinar Grafika,
2008, h. 16.
dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan/atau
pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Dari kedua isi pasal tersebut, dapat disimpulkan bahwa pelaku usaha
wajib memberikan tanggung jawabnya dalam bentuk ganti rugi kepada konsumen.
Penggantian atas kerusakan kamera Lomo yang rusak dapat dalam bentuk
perbaikan atau penggantian kamera Lomo yang baru. Penggantian atau perbaikan
kamera Lomo yang rusak ini sangat penting terutama bagi pembeli kamera Lomo
yang masih awam dalam bidang fotografi, sehingga ketika kameranya mengalami
kerusakan konsumen awam tersebut tidak mengerti apa yang harus dia lakukan
terhadap kamera Lomo tersebut.
Dalam hal ini perlu ditegaskan bahwa hak konsumen merupakan kewajiban
dari pelaku usaha dan sebaliknya kewajiban konsumen merupakan hak dari pelaku
usaha. Jika dilihat dari masalah yang terjadi dalam hal masalah bagi konsumen
yang telah membeli kamera Lomo, dapat dikatakan bahwa masyarakat sebagai
konsumen telah melaksanakan kewajibannya yaitu membayar sejumlah uang
untuk membeli kamera tersebut, namun ternyata pihak penjual dari kamera Lomo
tersebut melalaikan kewajibannya sebagai pelaku usaha yaitu dengan tidak
memberikan garansi untuk perbaikan atau ganti rugi dengan kamera yang baru
apabila kamera Lomo tersebut cacat fisiknya.
Atas dasar latar belakang pemikiran tersebut, penyusunan menganggap
hak-hak konsumen perlu dilindungi terhadap perbuatan yang dilakukan oleh
pelaku usaha yang tidak memberikan ganti rugi berupa perbaikan atau penggantian
dengan kamera Lomo yang baru. Dengan tidak memberikan ganti rugi tersebut,
maka dapat merugikan konsumen pembeli kamera Lomo dan oleh karena itu untuk
meneliti permasalahan ini maka penyusun membuat skripsi yang berjudul
Penerapan Undang Undang Perlindungan Konsumen Terhadap Produk
Elektronik: Studi Kasus Perlindungan Konsumen Kamera Lomo
mengetahui
implementasi
perlindungan
hukum
terhadap
sumbangan
pemikiran
secara
teoritis
didalam
pengawasaannya
terhadap
kegiatan
perlindungan
konsumen di Indonesia;
c. Memberikan saran kepada Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya
Masyarakat sebagai lembaga non pemerintah untuk mengawasi dan
menangani masalah perlindungan konsumen;
10
d. Memberikan pengetahuan dan informasi kepada konsumen akan hakhaknya sebagai konsumen.
D. Kerangka Konseptual
Pengertian-pengertian atau istilah-istilah terkait dengan judul skripsi
memiliki kedudukan dalam membatasi permasalahan, menyamakan persamaan
istilah dan persepsi yang dimaksud guna menjawab pokok permasalahan skripsi.
1. Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya
kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.
Dengan adanya perlindungan konsumen maka konsumen memiliki hak
posisi yang berimbang, dan konsumen pun dapat menuntut jika ternyata
hak-haknya telah dirugikan atau dilanggar oleh pelaku usaha.13
2. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dana atau jasa yang
tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,
orang lain, maupun makhluk lain dan tidak diperdagangkan. Konsumen
merupakan setiap orang yang mendapatkan barang atau jasa digunakan
untuk tujuan tertentu.14
3. Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik
yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang
didirikan dan berkedudukan melakukan kegiatan dalam wilayah hukum
13
2008 h.5
14
11
15
12
adalah
segala
sesuatu
yang berhubungan
dengan
13
14
diperdagangkan oleh pelaku usaha secara dengan sengaja, hal ini sangatlah dapat
merugikan dari hak-hak konsumen karena dapat membahayakan kesehatan dan
keselamatan dari konsumen. Dan juga membahas pengaturan mengenai
perlindungan konsumen atas beredarnya makanan kadaluwarsa serta permasalahan
yang dihadapi konsumen dalam mengkonsumsi makanan kadaluwarsa.
Perbedaan antara dua skripsi diatas dengan penelitian yang akan diangkat
oleh penulis adalah apabila didalam dua skripsi tersebut membahas mengenai hak
konsumen atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam penggunaan dan
peredaran produk yang tidak memenuhi persyaratan dan merugikan konsumen
serta pelaku usaha lainnya sedangkan yang akan penulis teliti adalah bagaimana
produk kamera Lomo ini tidak memiliki purna jual yang resmi sehingga tidak bisa
menangani proses ganti rugi dan juga bertanggung jawab apabila produk kamera
Lomo tersebut mengalami kerusakan. Yang mana seharusnya pelaku usaha
memberikan garansi atas sebuah produk yang diperdagangkan.
F. Metode Penelitian
1. Tipe Penelitian
Tipe penelitian hukum yang dilakukan adalah termasuk dalam penelitian
normatif. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumen yang
dilengkapi dengan wawancara. Studi dokumen itu sendiri adalah suatu cara
pengumpulan data dengan meneliti literatur-literatur yang berhubungan dengan
objek yang diteliti sehingga akan memberikan gambaran umum mengenai
15
persoalan yang akan dibahas.18 Sedangkan wawancara itu sendiri adalah suatu cara
pengumpulan data, yang menggali dengan pertanyaan, dengan menggunakan
pedoman wawancara atau kuisioner.19 Pedoman wawancara berisikan pokokpokok yang diperlukan dalam wawancara.20
Untuk penelitian ini, penulis menggunakan data primer dan sekunder. Data
primer akan dikumpulkan dengan melakukan wawancara terhadap narasumber
yang berhubungan dengan objek yang diteliti.21 Penulis akan melakukan
wawancara terhadap narasumber yaitu Teguh Haryo sebagai Public Relation
Lomonesia dan Veri Anggrijino sebagai Kasubdit Pengawasan Barang ILMEA
Direktorat Pengawasan Beredar Barang dan Jasa, Ditjen Perdagangan Dalam
Negeri Departemen Perdagangan, karena memiliki pengetahuan dan informasi
yang relevan dengan skripsi yang sedang disusun. Sedangkan data sekunder dalam
penelitian ini terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.
2. Pendekatan Masalah
Pendekatan masalah yang digunakan disini yaitu pendekatan perundangundangan (Statue approach) khususnya pada Undang-undang No. 8 Tahun 1999
18
Ibid, h. 25.
20
Sri Mamudji, Metode Penelitiandan Penulisan Hukum, Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Hukum Universitas Indonesia, 2000, h. 31.
21
Valerine Kriekhof, Metode Penelitian Hukum, Depok: Badan Penerbit Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, 2000, h. 31.
16
Menteri
Perdagangan
Republik
Indonesia
No.
19/m-
17
G. Sistematika Penelitian
Skripsi ini disusun berdasarkan buku Petunjuk Penulisan Skripsi Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012 dengan
sistematika yang terbagi dalam lima bab.Untuk mempermudah pemahaman
pembaca, maka penulis membagi tulisan ini menjadi beberapa Bab yang terdiri
dari atas beberapa sub bab sebagai berikut:
BAB I
18
19
Bab III
Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai difinisi dari kamera
Lomo. Selain itu penulis juga akan membahas sejarah dari pada kamera
Lomo. Dari negara manakah kamera Lomo itu berasal dan terbuat dari
apakah lensa kamera Lomo itu. Terakhir yang akan dibahas di dalam bab
ini adalah mengenai jenis-jenis kamera Lomo. Kamera Lomo memiliki
banyak jenis yang akan menghasilkan hasil foto yang berbeda-beda.
Bab IV Dalam bab ini penulis akan menjabarkan bagaimana keberadaan kamera
lomo di Indonesia sesuai dengan undang-undang kepabenan. Serta akan
membahas mengenai mekanisme impor kamera Lomo. Dan juga penulis
akan menjabarkan permasalahan dalam penggunaan kamera Lomo. Apa
saja yang ditemui oleh para pengguna kamera Lomo. Selanjutnya yang
akan dibahas di dalam bab ini adalah analisis pelanggaran tanggung
jawab pelakun usaha penjual kamera Lomo. Pelanggaran apa saja yang
dilakukan oleh pelaku usaha penjual kamera Lomo, yang berkaitan
dengan pemberian ganti rugi atas kamera Lomo yang rusak, sehinggan
harus di perbaiki atau diganti dengan yang baru. Terakhir yang akan
dibahas di dalam bab ini adalah sanksi yang diberikan kepada pelaku
usaha penjual kamera Lomo. Sanksi apa saja yang diberikan kepada
pelaku usaha penjual kamera Lomo yang tidak memberikan hak-hak
konsumen yang membeli kamera Lomo dan kewajiban para penjual
kamera Lomo yang berkaitan dengan ganti rugi yang harus diberikan
kepada konsumen yang kamera Lomonya rusak.
20
Bab V
Merupakan bab terakhir, terdiri atas simpulan dan saran. Bab ini
merupakan uraian akhir yang ditarik penulis dari hasil pembahasan
secara menyeluruh dari bab-bab sebelumnya. Kesimpulan merupakan
jawaban dari pokok permasalahan yang ada pada bab pendahuluan. Di
samping itu penelitian juga memberikan saran dan solusi terkait pada
penelitian tersebut.
21
BAB II
KERANGKA KONSEPTUAL
22
Satijipto Raharjo, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti: Bandung, 2000, h. 54
21
22
23
Ibid, h.4-5.
25
1999, h.3.
23
upaya
penyelesaian
26
27
28
Ibid, Pasal 5.
hukum
sengketa
perlindungan
24
29
Ibid, 49-50
25
26
Menyangkut hak pelaku usaha pada Pasal 6 ayat (2), (3) dan (4),
sesungguhnya merupakan hak-hak yang lebih banyak berhubungan dengan
pihak aparat pemerintah dan/atau Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen.
Pengadilan
dalam
tugasnya
diharapkan
untuk
tidak
memberikan
27
Ibid, Pasal 7
28
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak
berlaku apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa
kesalahan tersebut merupakan kesalahan konsumen.35
c) Pemerintah
Adanya keterlibatan pemerintah dalam pembinaan penyelenggaraan
perlindungan konsumen berdasarkan ketentuan Pasal 29 UUPK, didasarkan
pada kepentingan yang diamanatkan oleh Pembukaan UUD 1945 bahwa
kehadiran negara antara lain, untuk mensejahterkan rakyatnya. Amanat ini
dijabarkan dalam Pasal 33 UUD 1945 dan Garis-Garis Besar Haluan Negara
(GBHN), serta peraturan perundang-undangan lainnya.36
35
29
perundang-undangan
diselenggarakan
oleh
pemerintah,
masyarakat
dan
Lembaga
Perlindungan
Konsumen
Swadaya
39
30
usaha.40
e) Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK)
Menurut Pasal 1 angka 11 UUPK, Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen (selanjutnya disebut BPSK) adalah badan yang bertugas
menangani dan menyelesaikan sengketa antara pelakuusaha dan
konsumen.41 Tugas dan wewenang BPSK meliputi:
a. Melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa konsumen,
dengan cara melalui mediasi atau arbitrase atau konsiliasi;
b. Memberikan konsultasi perlindungan konsumen;
c. Melakukan pengawasan terhadap pencantuman klausula baku;
d. Melaporkan kepada penyidik umum apabila terjadi pelanggaran
ketentuan dalam Undang-Undang ini;
e. Menerima pengaduan baik tertulis maupun tidak tertulis, dari
konsumen tentang terjadinya pelanggaran terhadap perlindungan
konsumen;
f. Melakukan
penelitian
dan
pemeriksaan
sengketa
perlindungan
konsumen;
g. Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran
terhadap perlindungan konsumen;
h. Memangggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli dan/atau setiap orang
40
41
31
42
43
Ibid, Pasal 52
32
bagian, yakni:
a. Penyelesaian sengketa secara damai oleh para pihak yang bersengketa;dan
b. Penyelesaian sengketa melalui BPSK dengan menggunakan mekanisme
melalui konsiliasi, mediasi, atau arbitrase.44
44
33
satu hari keija, BPSK wajib memberikan putusannya. 45 Mudah karena prosedur
administratif dan proses pengambilan putusan yang sangat sederhana.46 Murah
terletak pada biaya perkara yang lebih terjangkau.
Tata cara penyelesaian sengketa konsumen oleh BPSK diatur dalam
UUPK jo. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor
350/MPP/Kep/12/2001 tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen. Proses penyelesaiannya pun diatur sangat
sederhana dan sejauh mungkin dihindari suasana yang formal.47 Konsumen
yang dirugikan dapat mengajukan permohonan penyelesaian sengketa
konsumen kepada BPSK yang terdekat dengan tempat tinggal konsumen.48
Adapun tiga mekanisme dalam penyelesaian sengketa melalui BPSK
yaitu konsiliasi, mediasi, atau arbitrase. Konsiliasi adalah suatu proses
penyelesaian sengketa di antara para pihak dengan melibatkan pihak ketiga
yang netral dan tidak memihak yang disebut konsiliator.
Sedangkan Mediasi adalah proses negosiasi penyelesaian sengketa atau
pemecahan masalah di mana pihak-pihak ketiga yang tidak memihak
(impartial), yang disebut sebagai mediator, bekerjasama dengan para pihak
yang bersengketa membantu memperoleh kesepakatan perjanjian yang
45
46
Yusuf Shofie dan Somi Awan, Sosok Peradilan Konsumen Mengungkap Berbagai
Persoalan Mendasar BPSK, Jakarta:Piramedia, 2004, h.17
47
Susanti Nugroho, Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen Ditinjau Dari Hukum Acara
serta Kendala Implementasinya, Jakarta: Kencana, 2008, h. 103
48
Ibid. h. 104
34
35
52
Ibid.
53
Ibid.
36
54
Ibid.
37
dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 15,
Pasal 17 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf e, ayat (2) dan
Pasal 18 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun atau pidana denda paling banyak Rp 2.000.000.000,00
(dua miliar rupiah).
(2) Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13 ayat (1), Pasal 14, Pasal 16,
dan Pasal 17 ayat (1) huruf d dan huruf f dipidana penjara paling
lama 2 (dua) tahun atau pidana denda paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
57
Ibid, h. 276
38
sepanjang akibat
39
UU
Perlindungan
Konsumen
Pasal
63,
40
41
59
60
Ibid, h. 12
61
Abdul Sani, Buku Pintar Kepabeanan,Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007, h. 20.
62
42
menandakan
bahwa
ruang
lingkup
Kepabeanan
mengalami
pengembangan cangkupan.63
Ruang lingkup kepabeanan adalah seluruh daerah pabean yaitu wilayah
Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang udara
diatasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) dan
landas kontinen yang di dalamnya berlaku undang-undang Kepabeanan. Pada
daerah pabean dipersempit lagi menjadi kawasan pabean yang berarti kawasan
dengan batas-batas tertentu baik di pelabuhan laut, pelabuhan udara, dan pos
pelintas batas yang berada di perbatasan contohnya antara lain perbatasan
Indonesia dan Malaysia yang semuanya berada dalam pengawasan Direktorat
Jendral Bea dan Cukai.64
63
Abdul Sani, Buku Pintar Kepabeanan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007, h. 20.
64
Ibid, h. 35.
43
65
44
dalam
peraturan
impor
Indonesia,
NIK
dapat
berlaku
66
Abdul Sani, Buku Pintar Kepabeanan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007, h. 46
67
Abdul Sani, Buku Pintar Kepabeanan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007, h. 47
68
Ibid, h. 50
45
69
Ibid, h. 51
70
Ibid
46
BAB III
TINJAUAN UMUM PERATURAN
TENTANG PEMBERIAN GARANSI ATAU JAMINAN KEPADA
BARANG ELEKTRONIK KAMERA LOMO
haruslah
memiliki jaminan atau garansi terhadap konsumen. Hal tersebut sesuai dengan
perturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah dalam bentuk undang-undang dan
peraturan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Menurut UUPK
Pasal 8 ayat (1) huruf a UUPK
Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang
dan/atau jasa yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang
dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan.71
Pasal 25 ayat (1) UUPK Pelaku usaha yang memproduksi barang yang
pemanfaatannya berkelanjutan dalam batas waktu sekurang-kurangnya 1
(satu) tahun wajib menyediakan suku cadang dan/atau fasilitas purna jual dan
wajib memenuhi jaminan atau garansi sesuai dengan yang diperjanjikan. 72
71
46
47
73
74
Ahmadi Miru dan Sutarman Yudo, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2004, h. 157
48
suku cadang atau fasilitas purna jual tersebut diabaikan pelaku usaha. Berbeda
dengan
ketentuan
yang menyangkut
jaminan atau
garansi,
UUPK
Anggrijono
Kasubid
Pengawasan
Barang
ILMEA
Direktorat
75
Ibid, h. 157-158
76
49
Dengan adanya layanan purna jual, maka konsumen akan merasa terjamin
apabila terjadi kerusakan pada barang yang dibelinya. Kamera merupakan
salah satu produk elektronik, sehingga diwajibkan bagi pelaku usahanya
untuk membuka layanan purna jual.
Adapun berdasarkan Pasal 2 ayat (1) Peraturan Menteri Perdagangan
Republik Indonesia, setiap produk telematika dan elektronika yang diproduksi
dan/atau diimpor untuk diperdagangkan di pasar dalam negeri wajib
dilengkapi dengan petunjuk penggunaan dan kartu jaminan dalam bahasa
indonesia.78 Kemudian di dalam Pasal 2 ayat (1) Peraturan Menteri
Perdagangan Republik Indonesia Nomor 19/m-dag/per/5/2009 diatas,
diperjelas dengan Pasal 3 ayat (2) Peraturan Menteri Perdagangan Republik
Indonesia Nomor 19/m-dag/per/5/2009 sebagai berikut.
Kartu jaminan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) harus
memuat informasi sekurang-kurangnya:
a) Masa garansi;
b) Biaya perbaikan gratis selama masa garansi yang diperjanjikan;
c) Pemberian pelayanan purna jual berupa jaminan ketersediaan suku cadang
dalam masa garansi dan pasca garansi;
d) Nama dan alamat pusat pelayanan purna jual (service centre);
e) Nama dan alamat tempat usaha produsen (perusahaan atau pabrik) untuk
produk dalam negeri;
78
50
rumah
tangga,
telekomunikasi,
dan
informatika.81
Veri
79
80
81
51
2013.
52
memproduksi lensa untuk alat-alat kesehatan seperti lensa mikroskop, alatalat persenjataan, dan lensa kamera.
Produk-produk Lomografi mempunyai ciri-ciri yaitu, praktis, kamera yang
menarik, ramah, tidak mahal, tidak mengandung unsur politik, dan tersebar di
seluruh dunia. Target penjualan mereka tidak lain dari untuk memenuhi keinginan
mengekspresikan kreativitas dalam lomografi.84
Hal yang menarik dari kamera Lomo terletak pada hasil fotonya. Lensa
Lomo memiliki cacat, namun kelemahan inilah yang justru membuat hasil foto
dari kamera Lomo sangat unik. Di bagian sudut fotonya, dapat muncul warna
gelap yang membentuk kesan artistik yang tidak biasa. Di dalam kondisi
pencahayaan normal dapat muncul warna biru, merah, kuning dan warna lainya,
dikarenakan di dalam satu kamera Lomo terdapat beberapa lensa. Setiap kamera
Lomo memiliki kelebihan masing-masing, maka hasil dari setiap kamera Lomo itu
berbeda-beda. Uniknya lagi penggunanya terkadang tidak dapat memperkirakan
hasil foto yang dihasilkan, karena terkadang ada hasil-hasil foto yang tak terduga
dari kamera Lomo.
84
53
Wawancara Pribadi dengan Humas Lomonesia Teguh Haryo. Jakarta, 5 November 2013.
54
86
87
88
2013.
55
Kamera Lomo pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 2001. Pada
saat itu Tommy Hartanto dan Grace pergi ke Singapura dan menemukan
kamera Lomo LCA di sebuah pameran kamera Lomo di Singapura.
Akhirnya mereka berdua membawanya ke Indonesia dan mulai
memperkenalkan kamera Lomo LCA ini kepada teman-teman dan
kerabatnya. Pada tahun 2004 Tommy Hartanto dan saya berniat untuk
mendirikan komunitas Lomografi di Indonesia. Kami mengajukan izin
pendirian komunitas Lomografi kepada The Lomographic Society yang
terletak di Vienna, Austria. Pihak The Lomographic Society kemudian
mengalihkan pengurusan perizinan pendirian komunitas Lomografi
kepada Lomography Asia yang terletak di Hongkong pada bulan Agustus
2004 akhirnya izin pendirian komunitas di dapatkan dan berdirilah
komunitas Lomo di Indonesia yang diberi nama Lomonesia.
Seiring berkembangnya Lomografi ditengah-tengah masyarakat Indonesia
yang memiliki peminat yang cukup banyak, sehingga kebutuhan akan peralatan
dan perlengkapan untuk kamera Lomo juga harus terpenuhi. Pada akhirnya
komunitas Lomografi ini memberikan solusinya sebagaimana yang dipaparkan
oleh Teguh Haryo, Ia juga menjelaskan:89
Pada Tahun 2009, didirkan Lomo Embassy yang merupakan tempat
penjualan kamera Lomo dan peralatan Lomografi lainnya seperti isi film
kamera Lomo, Album Foto Kamera Lomo, dan peralatan Lomografi
lainnya. Lomo Embassy juga sebagai tempat perbaikan kamera Lomo
apabila terjadi kerusakan terhadap kamera Lomo yang di jual di Lomo
Embassy tersebut. Lomonesia didirikan sebagai komunitas non-profit dan
tempat komunitas pencinta Lomo di indonesia, sedangkan Lomo Embassy
adalah tempat yang menjual benda-benda penunjang dan perbaikan
kamera Lomo di indonesia. Lomonesia terletak di Jalan Kemang Timur IV
Nomor 9, Kemang, Jakarta Selatan. Komunitas Lomo ini merupakan
pusat kegiatan Lomo di Indonesia yang membawahi komunitas Lomo
lainnya yang terletak di Bandung, Yogyakarta, dan Bali. Lomonesia
sering melakukan kegiatan fotografi bersama dan pertemuan dengan
sesama pencinta kamera Lomo. Tidak ada syarat tertentu untuk dapat
bergabung dengan komunitas Lomonesia.
89
Ibid
56
BAB IV
ANALISIS PENERAPAN UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN
KONSUMEN DAN UNDANG-UNDANG KEPABEANAN TERHADAP
PRODUK ELEKTRONIK KAMERA LOMO
56
57
90
Ahmadi Miru dan Sutarman Yoko, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2004, h. 15-16.
91
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2004, h. 153.
58
ketentuan
UUPK.93
Dalam
hal
ini, UUPK
menempatkan
importir
93
Ibid
94
Ibid
95
Ibid
59
96
Ibid
60
Dari isi Pasal 27 UUPK di atas, pada huruf a, dapat dikatakan bahwa
produsen sudah tidak bertanggung jawab atas barang yang dia tidak edarkan
atau pasarkan. Pada kasus kamera Lomo ini penjual kamera Lomo yang
mengedarkan atau memasarkan kamera Lomo di Indonesia. Apabila terjadi
cacat atau kerusakan pada kamera Lomo, itu menjadi tanggung jawab pribadi
penjual kamera Lomo. Pihak Lomography tidak diwajibkan memberikan ganti
rugi karena pihak mereka bukanlah yang memasarkan produk kamera Lomo
di Indonesia. Kamera Lomo tersebut dibeli dari Lomography untuk kemudian
dijual di Indonesia. Menurut bapak Veri Anggrijono sebagai Kasubdit
Pengawasan Barang ILMEA Direktorat Pengawasan Barang Beredar dan jasa,
Ditjen Perdagangan Dalam Negeri Departemen Perdagangan, belum ada
satupun perusahaan atau toko yang menjual kamera Lomo yang mendaftarkan
ke Departemen Perdagangan untuk memasarkan kamera Lomo di Indonesia. 97
Seharusnya pihak penjual kamera Lomo sebagai importir bertanggung jawab
atas barang yang dijualnya, meskipun barang tersebut bukanlah mereka yang
membuatnya, namun seperti yang sudah dilampirkan di atas yaitu Pasal 21
UUPK mewajibkan importir untuk bertanggung jawab apabila importasi
barang tersebut tidak dilakukan oleh agen resmi atau perusahaan pembuat
produk itu.
97
61
Ahmadi Miru dan Sutarman Yoko, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2004, h. 35.
99
100
Ibid
62
penggantian barang
sejenis. Hal ini berdasarkan ketetentuan Pasal 4 huruf h UUPK yaitu hak
konsumen untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian.
Pelaku usaha disini bukanlah produsen dari kamera Lomo yaitu Lomography
Asia, melainkan penjual dan/atau distributor kamera Lomo yang melakukan
importisasi kamera Lomo dan memasarkannya di Indonesia. Ganti rugi berupa
perbaikan atau penggantian barang sejenis merupakan hak dari konsumen.
Apalagi pada permasalahan kamera Lomo, alat- alat yang terdapat di dalam
kamera Lomo merupakan alat-alat yang tidak dijual secara bebas di pasaran
Indonesia, sehingga pemberian ganti rugi berupa perbaikan dan/atau
penggantian barang sejenis sangat diperlukan oleh konsumen yang kamera
Lomonya mengalami kerusakan.
63
64
102
Ibid
103
Ibid, Pasal 4.
65
(3) Pusat pelayanan purna jual (service center) sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) harus memenuhi persyaratan teknis sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II Peraturan Menteri ini.104
Dari dua jenis peraturan tersebut, dapat disimpulkan bahwa bentuk
pertanggungjawaban kepada konsumen kamera Lomo adalah dengan
menyediakan layanan purna jual. Toko-toko yang menjual kamera Lomo
sampai pada saat ini belum menyediakan layanan purna jual, maka dari itu
para penjual kamera Lomo tersebut belum melaksanakan kewajibannya
sebagai pelaku usaha yang wajib menyediakan layanan purna jual. Agar hakhak konsumen dapat terlindungi dan tidak dilanggar oleh pelaku usaha dalam
hal ini penjual kamera Lomo.
3. Pelanggaran yang Dilakukan oleh Pelaku Usaha Kamera Lomo
Pelaku usaha kamera Lomo telah melakukan beberapa pelanggaran
pasal yang terdapat di dalam UUPK, yaitu:
a) Pasal 5 huruf b yang isinya sebagai berikut:
Hak konsumen adalah hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti
rugi dan/ atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima
tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.105
104
105
Ibid, Pasal 5
66
dipergunakan
dengan
baik.
Konsumen
berharap
dapat
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2004, h. 44.
67
68
perbuatan
melanggar
hukum,
apabila
kewajiban
Lomo
merupakan
barang
yang
pemanfaatannya
108
109
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2004, h. 157-158.
69
perbaikan
Wawancara pribadi dengan Audy Miranti sebagai konsumen kamera Lomo. Jakarta, 13
November 2013.
70
71
72
upaya tersebut dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu pihak atau oleh
para pihak yang bersengketa.113
Selanjutnya pada Pasal 46 ayat (1) UUPK berbunyi sebagai berikut:
Gugatan atas pelanggaran pelaku usaha dapat dilakukan oleh Seorang
konsumen yang dirugikan atau ahli waris yang bersangkutan;
(a) Kelompok konsumen yang mempunyai kepentingan yang sama;
(b) Lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat yang membantu
syarat, yaitu berbentuk badan hukum atau yayasan, yang dalam anggaran
dasarnya menyebutkan dengan tegas bahwa tujuan didirikannya
organisasi tersebut adalah untuk kepentingan perlindungan konsumen
dan telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan anggaran dasarnya;
(c) Pemerintah dan/atau instansi terkait apabila barang dan/atau jasa yang di
konsumsi atau dimanfaatkan mengakibatkan kerugian materi yang besar
dan/atau korban yang tidak sedikit.114
Cara penyelesaian sengketa yang dapat ditempuh konsumen terhadap
pelaku usaha yang memperdagangkan kamera Lomo adalah sebagaimana
telah dijelaskan di dalam Bab 2, yakni dengan cara penyelesaian sengketa
konsumen baik di luar pengadilan ataupun melalui proses litigasi. Dalam
penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan terdapat penyelesaian
113
73
dengan cara damai dan melalui BPSK. Di mana dalam penyelesaian sengketa
melalui BPSK dapat dilakukan dengan cara konsiliasi, mediasi, atau arbitrase.
Sedangkan dalam penyelesaian sengketa konsumen melalui proses litigasi
dilakukan dengan cara mengajukan gugatan ke pengadilan negeri yang
wilayah hukumnya meliputi domisili konsumen kamera Lomo yang
mengalami kerusakan.
kerangka
hukum
kepabeanan
yang
dapat
mengantisipasi
74
Abdul Sani, Buku Pintar Kepabeanan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007, h. 21
Ibid, h. 22
75
dalam wilayah kepabeanan sebagai barang impor untuk dipakai bukan sebagai
barang impor untuk diperjual belikan kembali. Sebagaimana yang telah dijelaskan
dalam UU Kepabenan bahwa barang yang di impor sebagai barang untuk
dipergunakan hanya perlu pemberitahuan pabeanan dan dilunasi Bea Masuk, dan
pemberitahuan jaminan.117 Hal ini jelas tidak sesuai dengan peraturan yang
seharusnya telah diterapkan oleh kepabenan. Sehingga maka dari itu kamera
Lomo jelas tidak memiliki purna jual yang resmi di Indonesia dan produk dari
kamera Lomo tidak sesuai dengan standar yang diatur dalam UUPK. 118
Dalam UU Kepabeanan tidak terdapat penjelasan atau hal yang mengatur
mengenai sanksi terhadap perusahaan atau importir ilegal yang beredar di wilayah
kepabeanan. Dalam UU Kepabeanan hanya menjelaskan mengenai aturan bea dan
cukai dalam bidang ekspor dan impor untuk wilayah kepabeanan.119 Seharusnya
dari pihak bea dan cukai bisa mengawasi para importir ilegal yang beredar di
wilayah kepabeanan guna meminimalisir pelaku usaha yang tidak bertanggung
jawab.
117
Abdul Sani, Buku Pintar Kepabeanan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007, h. 45
76
120
Wawancara pribadi dengan Feny Laras sebagai Gift Buyer Aksara Bookstore. Jakarta
10 November 2013.
121
77
Wawancara dengan Adi Gunawan, yang dilakukan tanggal 11 Juni 2010 jam 10 via
telepon.
123
Website resmi Kamera Lomo di kota Lampung, diakses tanggal 03 November 2013
dari, http://www.radarlampung.co.id/web/metropolis/15577-analogue-toko-kamera-lomo-pertama
-di-bandarlampung.html
78
124
Wibsite resmi Kamera Lomo di benua Asia, diakses tanggal 04 November 2013,
http://asia.shop.lomography.com/shipping-and-delivery
125
79
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengaturan undang-undang kepabenan dan perlindungan konsumen terhadap
barang impor elektronik di Indonesia masih kurang pengawasan oleh
pemerintah, khususnya dalam pasal 10B ayat (4) UU Kepabeanan tahun 2006
dan pada pasal 8 ayat (1) huruf a UUPK tahun 1999. Terbukti masih terdapat
kerugian yang dialami oleh konsumen, salah satunya seperti pada produk
elektronik kamera Lomo yang dalam jenis produk tersebut tidak diawasi
dalam undang-undang perdagangan dan undang-undang kepabeanan, yang
karena produk tersebut beredar dalam pasar sebagai barang untuk diperjual
belikan, namun pada perijinan kepabeanan barang tersebut dapat masuk ke
wilayah kepabenan sebagai barang untuk di gunakan pribadi. Sehingga barang
tersebut dapat di katakan ilegal dan apa bila barang ilegal yang di
perdagangkan ini merugikan konsumen jelas akan dapat menyulitkan
konsumen untuk meminta ganti rugi karena barang tersebut tidak memiliki
bursa jual yang resmi di Indonesia. Seperti yang telah dijelaskan dalam UUPK
bahwa yang dapat bertanggungjawab atas kerugian konsumen adalah pelaku
usaha itu sendiri.
2. Prakteknya pada pelaku usaha yang dapat dimintai pertangungjawaban apabila
kamera Lomo mengalami kerusakan atau tidak dapat digunakan sebagaimana
79
80
mestinya adalah importir kamera Lomo, karena sesuai Pasal 21 ayat (1)
UUPK, apabila perusahaan pembuat produk atau agen resminya tidak
melakukan importisasi produk tersebut, maka yang bertanggung jawab adalah
importirnya.
Namun
pihak
Lomography Asia
juga
dapat
dimintai
B. Saran
Dari kesimpulan yang ada, maka penulis dapat memberikan saran sebagai
berikut :
1. Seharusnya pemerintah mengawasi antara UUPK dan UU Kepabeanan, karena
kedua udang-undang tersebut sangat saling berkaitan khususnya dalam bidang
perdagangan impor dan produk impor.
2. Khusus dalam UU Kepabeanan sebaiknya pemerintah dapat merevisi kembali
UU ini dengan mencantumkan beberapa pasal yang menjelaskan mengenai
81
82
83
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Ahmadimiru & Sutarman Yudo, Hukum Perlindungan Konsumen, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2004.
Christy, Farah, Penggemar Lomonesia, Jakarta:Gramedia, 2008.
Fuady, Munir, Pengantar Hukum Bisnis, Jakarta: Citra Aditya, 2008.
Hutabarat, Anastasia Marisa R, Perlindungan Konsumen Terhadap Produk Kosmetik
Import Tanpa Izin Edar Dari Badan POM Ditinjau dari Hukum Perlindungan
Konsumen Di Indonesia, (Skripsi S1 Fakultas Hukum, Universitas Indonesia,
Depok, 2011).
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001 : 427.
Kristiyanti & Celina Tri Siwi, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Sinar
Grafika, 2008.
Makaro, Taufik, Habloel Mawadi. Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia,
Jakarta: Indeks, 2013.
Miru, Ahmadi, Hukum Perlindungan Konsumen, PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta,
2004.
Miswa, Wiwi, Tampil Beda dengan KameraLomo, Jakarta: Gramedia, 2011.
84
85
Peraturan Perundang-undangan:
Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Undang-Undang No. 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan.
Internet:
Website resmi Beacukai, diakses tanggal 03 November 2013 dari http://bctjemas.
beacukai.go.id/index.php/media-center/artikel-terkait/54-prosedur-umumimportasi
Website Resmi Lomograpy. Diaksest anggal 2 Oktober 2013 dari http://www.
lomograpy.com/about
Website resmi Departemen Perdagangan. Diaksestanggal 2 Oktober 2013 dari http://
www.depdag.go.id/files/regulasi/2009/06/permendag_19_final.pdf
Websiteresmi Departemen Perdagangan. Diakses tanggal 2 Oktober 2013 dari
http://www.depdag.go.id/files/regulasi/2009/06/permendag_19_final.pdf
Website resmi Departemen Perdagangan. Diakses tanggal 2 Oktober 2013 dari
http://www.depdag.go.id/files/regulasi/2009/06/permendag_19_final.pdf
Website resmi Beacukai, diakses tanggal 03 November 2013 dari ,http://
bctjemas.beacukai.go.id/index.php/media-center/artikel-terkait/54-prosedurumum-importasi
86
Aksara Bookstore,
Narasumber
: Teguh Haryo
Jabatan
: Humas Lomonesia
Hari/Tanggal
Waktu
: 12.00
Tempat
warga Uni Soviet. Pada tahun 1982, Uni Soviet membuat Lomo Kompakt
Automat atau lebih dikenal dengan Lomo LCA. Kamera tersebut diproduksi
dengan cepat dan terjual habis, diperkirakan penyebarannya pun sampai ke
Vietnam, Kuba, dan Jerman Timur. Berakhirnya era komunis menyebabkan
kamera Lomo pun ikut berhenti produksinya.
kepada Lomography Asia yang terletak di Hongkong pada bulan Agustus 2004
akhirnya izin pendirian komunitas di dapatkan dan berdirilah komunitas Lomo di
Indonesia yang diberi nama Lomonesia.
6. Bagaimana proses pemesanan kamera Lomo untuk di jual kembali di toko Lomo
Embassy?
Jawaban:
Pihak Lomo Embassy memesan kepada Lomography Asia yang terletak di
Hongkong. Kemudian mereka mengisi formulir pemesanan yang terdapat di situs
asia.shop.lomography.com.Setelah melakukan pemesanan, kamera Lomo pun
dikirim melalui kapal laut. Kamera Lomo pesanan itupun sampai di pelabuhan
dan diambil oleh pihak Lomo Embassy, kemudian dijual di toko Lomo Embassy.
Yang Diwawancarai
Teguh Haryo
Pewawancara
: Veri Anggrijono
Jabatan
Hari/Tanggal
Waktu
: 12.00
Tempat
Yang Diwawancarai
Pewawancara
Veri Anggrijono
Narasumber
: Fenny Laras
Jabatan
Hari/Tanggal
Waktu
: 12.00
Tempat
1. Apakah bisa anda jelaskan bagaimana prosses masuknya kamera Lomo yang di
perdagangkan di toko Aksara ini?
Jawaban :
Kamera Lomo yang dijual di toko buku Aksara berasal dari Lomography Asia
yang terletak di Hongkong. Pihak Aksara Bookstore membelinya dengan cara
memesan melalui internet dengan mengisi formulir pemesanan di situs
Lomography
Asia
tersebut.
Kemudian
pihak
Lomography
Asia
akan
mengirimkan kamera Lomo pesanan Aksara Bookstore melalui kapal laut, dengan
jasa penitipan dan pengiriman barang.Kamera Lomo itu selanjutnya diambil dari
pelabuhan dengan formulir pembayaran kepada pihak jasa penitipan dan
pengiriman barang. Setelah itu produk kamera Lomo segera dapat dijual di tokotoko buku Aksara.
Demikianlah wawancara ini dibuat dengan sesungguhnya.
Yang Diwawancarai
Fenny Laras
Pewawancara
Narasumber
: Audy Miranti
Jabatan
Hari/Tanggal
Waktu
: 12.00
Tempat
Yang Diwawancarai
Audy Miranti
Pewawancara