Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Stres Kerja.
Stres kerja pada akhir-akhir ini menjadi populer terkait dengan
tuntutan kinerja suatu organisasi, baik di suatu perusahan maupun
instansi pemerintah. Perawat yang terkena stres kerja dan tidak
mampu menanggulanginya, cenderung menjadi tidak produktif.
Secara kalkulasi manajemen, bahwa stres kerja sangat dibutuhkan
untuk keperluan pencapaian target sesuai dengan Prosedur Kerja
Tetap (PROTAP) yang telah ditetapkan oleh Rumah Sakit. Atas
imbasnya terhadap kinerja perawat di dalamnya, maka stres kerja
tampaknya menjadi hal penting untuk diteliti.
1. Pengertian Stres Kerja.
Secara umum orang berpendapat bahwa jika seseorang
dihadapkan

pada

tuntutan

pekerjaan

yang

melampaui

batas

kemampuan individu tersebut. Namun apakah sebenarnya yang


disebut stres kerja?.
Menurut Sondang P.Siagian (2009), stres merupakan kondisi
ketegangan yang berpengaruh terhadap emosi, jalan pikiran dan
kondisi fisik seseorang. Stres yang tidak diatasi dengan baik biasanya
akan berakibat pada ketidak mampuan seseorang berinteraksi secara
positif dengan lingkungannya, baik dalam arti lingkungan pekerjaan
maupun diluarnya. Artinya karyawan yang bersangkutan akan
menghadapi berbagai gejala negatif yang pada gilirannya berpengaruh
pada prestasi kerja.
Menurut Grandjean, mendefinisikan stres sebagai reaksi
organisme terhadap situasi yang mengancam (Winarsunu T, 2008)

Menurut

P.Anoraga

(2009),

secara

sederhana

stres

merupakan suatu bentuk tanggapan seseorang, baik secara fisik


maupun mental, terhadap suatu perubahan di lingkungannya yang
dirasakan mengganggu dan mengakibatkan terancam (fight or flaight).
Jadi sebenarnya stres adalah sesuatu yang alamiah.
Menurut Rivai & Basri (2005), stres sebagai istilah payung
yang merangkumi tekanan, beban, anxieti, kemurungan, dan
hilangnya daya. Stres adalah suatu kondisi ketegangan yang
menciptakan adanya ketidak seimbangan fisik dan psikis, yang
mempengaruhi emosi, proses pikir, dan kondisi seorang karyawan.
Menurut Selye.H, stres merupakan respon tubuh yang bersifat
tidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya (Hidayat
2004).
Menurut NSC (National Safety Council 2004), stres sebagai
ketidak mampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental,
fisik, emosional, dan spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat
mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut.
2. Faktor-Faktor Penyebab Stres Kerja.
Menurut National Safety Council (2004)

penyebab stres

kerja dikelompokkan ke dalam kategori:


a. Penyebab Organisasi: kurangnya otonomi dan kreativitas,
harapan, tenggat waktu, dan kuota yang tidak logis, relokasi
pekerjaan, kurangnya pelatihan, karier yang melelahkan,
hubungan dengan penyelia yang buruk, selalu mengikuti
perkembangan teknologi, (downsizing) bertambahnya tanggung
jawab tanpa pertambahannya gaji, pekerjaan dikorbankan.
b. Penyebab Individual: pertentangan antara karier dan tanggung
jawab

keluarga,

ketidak

pastian

ekonomi,

kurangnya

penghargaan dan pengakuan kerja, kejenuhan, ketidakpuasan

kerja, kebosanan, perawatan anak yang tidak adekuat, konflik


dengan rekan kerja,.
c. Penyebab Lingkungan: buruknya kondisi lingkungan kerja
(pencahayaan,

kebisingan,

ventilasi,

suhu,dan

lain-lain),

diskriminasi ras, pelecehan sexual, kekerasan ditempat kerja,


kemacetan saat berangkat dan pulang kerja, kemacetan saat
berangkat dan pulang kerja.
Menurut Davis & Newstorm dalam Iman( 2007) penyebab
stres kerja antara lain:
a. Adanya tugas yang terlalu banyak. Stres timbul mana kala tugas
terlalu banyak tapi tidak sebanding dengan kemampuan pegawai
untuk melaksanakannya.
b. Terbatasnya waktu dalam mengerjakan pekerjaan. Stres timbul
akibat pegawai diberikan tugas oleh atasannya dengan pemberian
waktu yang limit, sehingga pegawai menjadi stres akibat merasa
dikejar-kejar waktu.
c. Kurang mendapat tanggung jawab yang memadai. Hal ini
berkaitan dengan hak dan kewajiban pegawai. Pegawai
mendapatkan tugas dan pekerjaan tanpa diberikan wewenang
yang sewajarnya, sehingga merisaukan hati pegawai, karena satu
sisi dia harus mengerjakannya tapi di pihak lain tidak ada
wewenang yang diberikan untuk pekerjaannya untuk mengambil
keputusan serta harus selalu berkonsultasi dengan atasan.
Dengan kata lain tidak ada pendelegasian wewenang.
d. Ambiguitas peran. Adalah peran yang kabur, yaitu tidak
terdapatnya standar kerja, tidak adanya diskripsi kerja, prosedur
kerja dan lainnya. Pegawai dibiarkan bekerja hanya sesuai
perintah atasan saja, tanpa mengetahui tugas dan tanggung
jawabnya sebagai pegawai.

e. Frustasi. Frustasi timbul karena tidak ada harapan karir,


terhambatnya kenaikan pangkat/golongan karena kebijakan
instansi yang tidak memungkinkan, juga ketidak cukupan gaji
disbanding kebutuhan hidupnya.
f. Perbedaan nilai. Adalah pegawai bekerja dalam kondisi yang
bertentangan dari sudut nilai-nilai yang diyakininya dengan nilainailai yang diterapkan instansinya dimana dia bekerja. Perbedaan
nilai ini menjadikan konflik batin hingga dapat menimbulkan
stress kerja.
g. Perubahan tipe pekerjaan, khususnya jika hal tersebut tidak
umum. Stress kerja bisa timbul dalam mutasi pegawai, manakala
pegawai dimutasikan kedalam bidang tugas yang sama sekali
baru dan berbeda dari kemampuan, keahlian, dan kebiasaan
selama ini.
h. Konflik peran. Konflik peran yang timbul dalam instansi yang
memiliki standar ganda, dengan perbedaan persepsi antara atasan
dan bawahan yang menyolok. Apabila hal ini terjadi pada
instansi yang diburu dengan dead line, harus menyampaikan
laporan dan analisa maupun masukan bagi kebijakan secepatnya,
maka hal ini dapat menimbulkan streas kerja, karena pegawai
tidak tahu harus berperan seperti apa, apakah harus berinisiatif
ataukah hanya menunggu perintah. Hanya menunggu perintah
saja kadang salah, karena ternyata atasan mengharapkan inisiatif
pegawai, tapi pegawai takut berinisiatif karena kemungkinan hal
tersebut bukan yang diharapkan oleh atasannya.
Menurut Sondang P. Siagian (2009), pada dasarnya berbagai
sumber stres dapat digolongkan pada yang berasal dari dalam
pekerjaan dan dari luar pekerjaan seseorang. Sumber stress yang
berasal dari pekerjaan antara lain: beban kerja yang terlalu berat,
desakan waktu, penyeliaan yang kurang baik, iklim kerja yang
menimnulkan rasa tak aman kurangnya informasi dari umpan balik

10

tentang

prestasi kerja seseorang,

ketidak

seimbangan antara

wewenang dan tanggung jawab, ketidak jelasan peran karyawan


dalam keseluruhan kegiatan organiasasi, frustasi yang ditimbulkan
oleh intervensi pihak lain yang terlalu sering sehingga seseorang
merasa terganggu konsentrasinya. Sumber stres di luar lingkungan
pekerjaan antara lain: masalah keuangan, perilaku negativ anak-anak,
kehidupan keluarga, yang tidak atau kurang harmonis, pindah tempat
tinggal, ada anggota keluarga yang meninggal, kecelakaan, penyakit
gawat dan sebagainya.
Menurut P.Anoraga (2009) bentuk stress pada dasarnya
disebabkan karena kekurang mengertian manusia akan keterbatasanketerbatasannya

sendiri.

Ketidak

mampuan

untuk

melawan

keterbatasan inilah yang akan menimbulkan frustasi, konflik, gelisah,


dan rasa bersalah yang merupakan tipe-tipe dasar stress. Faktor di
lingkungan kerja yang dapat menyebabkan ketegangan antara lain:
a. Masalah administrasi
b. Tekanan yang tidak wajar untuk menyesuaikan diri dengan
pekerjaan dan situasi kerja.
c. Struktur birokrasi yang tidak tepat.
d. Sistem manajemen yang tidak sesuai.
e. Perebutan kedudukan.
f. Persaingan yang semakin ketat untuk memperoleh kemajuan
g. Anggaran yang terbatas.
h. Perencanaan yang kurang baik, jaminan pekerjaan yang tidak
pasti.
i. Beban kerja yang semakin bertambah.
j. Segala sesuatu yang ada kaitannya dengan pekerjaan.
Menurut H.Handoyo (2008) penyebab-penyebab stress antara
lain: beban kerja yang terlalu berlebihan, tekanan waktu, kualitas
supervise yang jelek, iklim politis yang tidak aman, umpan balik
tentang pelaksanaan kerja yang tidak memadai, wewenang yang tidak

11

mencukupi untuk melaksanakan tanggung jawab, kemenduaan


peranan ( role ambiguity), frustasi, konflik antar pribadi dan antar
kelompok, perbedaan antara nilai-nilai perusahan dan karyawan,
berbagai bentuk perubahan.
Di lain pihak stress kerja juga dapat disebabkan masalah-masalah
yang terjadi di luar perusahaan. Penyebab stress of the job antara
lain: kekhawatiran financial, masalah-masalah yang bersangkutan
dengan

anak,

masalah-masalah

fisik,

perkawinan/

perceraian,

perubahan yang terjadi ditempat tinggal, kematian dan sebagainya.


Menurut M.Hasibuan(2009), faktor-faktor penyebab stres
kerja karyawan antara lain: beban kerja yang sulit dan berlebihan,
tekanan dan sikap pimpinan yang kurang adil dan wajar, waktu dan
peralatan kerja yang kurang memadai, konflik antara pribadi dengan
pimpinan atau kelompok kerja, balas jasa yang terlalu rendah,
masalah-masalah keluarga seperti anak, istri, mertua dan lain-lain.
Menurut Sarafino(1990) dalam Bart Smet(1994),pekerjaanpekerjaan yang menuntut tanggung jawab bagi kehidupan manusia
juga dapat mengakibatkan stress, seperti perawat mempunyai beban
kerja yang berat dan harus menghadapi situasi kehidupan dan
kematian setiap harinya. Membuat kesalahan dapat menimbulkan
konsekuaensi yang serius. Stres kerja dapat juga disebabkan karena:
a. Lingkungan fisik yang terlalu menekan, seperti kebisingan,
temperatur atau panas yang terlalu tinggi, udara yang lembab,
penerangan di kantor yang kurang terang.
b. Kurangnya kontrol yang dirasakan.
c. Kurangnya hubungan interpersonal
d. Kurangnya

pengakuan

terhadap

kemajuan

kerja:

para

pekerjaakan merasa stres bila mereka tidak mendapatkan


promosi yang selayaknya mereka terima.

12

Menurut Sutherland dan Cooper (1990) dalam Bart


Smert(1994) sumber stres antara lain:
a. Stressor yang ada di dalam pekerjaan itu sendiri, meliputi: beban
kerja, fasilitas, kerja yang kurang, proses pengambilan keputusan
yang lama.
b. Konflik peran: peran di dalam kerja yang tidak jelas, tanggung
jawab yang tidak jelas.
c. Masalah dalam hubungan dengan orang lain adalah stressor yang
potensial, seperti: hubungan dengan dengan atasan, rekan
sejawat dan pola hubungan atasan-bawahan.
d. Perkembangan karir: under/over-promotion, juga keselamatan
kerja.
e. Iklim dan struktur organisasi, adanya pembatasan-pembatasan
perilaku, bagaimana iklim budaya di dalam organisasi.
f. Adanya konflik antara tuntutan kerja dengan tuntutan keluarga.

3. Respon Tubuh Terhadap Stres Kerja.


Menurut National Safety Council (NSC 2004), istilah respon
melawan atau menghindar dipakai untuk mendiskripsikan mekanisme
yang terlibat dalam respon tubuh untuk bertahan terhadap suatu
ancaman fisik. Dalam kondisi stres, tubuh mempersiapkan diri untuk
melakukan

satu

dari

dua

tindakan

berikut:

melawan

dan

mempertahankan diri sendiri dari ancaman yang menghadang atau lari


dan menghindari bahaya yang menghadang. Respon melawan dipicu
oleh rasa marah. Sebaliknya, respon menghindar diawali oleh rasa
takut. Gejala yang muncul dengan cepat pada respon terhadap stress
antara lain: meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, ketegangan
otot,produksi keringat, aktivitas metabolik.
Menurut Sondang P. Siagian (2009), respon tubuh terhadap
stres akan muncul berbagai gejala pada umumnya pada perilaku yang
tidak normal seperti, gugup, tegang, selalu cemas, gangguan

13

pencernaan, tekanan darah tinggi. Pengaruh gejala tersebut dapat


terlihat pada kondisi mental tertentu seperti, merokok secara
berlebihan, sulit tidur, sikap tidak bersahabat, putus asa, mudah
marah, sulit mengendalikan emosi dan bersifat agresif.
Menurut Winarsunu.T (2008), mengelompokkan reaksi stress
menjadi tiga kelompok yaitu yang berupa: reaksi psikologis, fisik, dan
perilaku. Reaksi psikologis berhubungan dengan respon-emosional
seperti kecemasan marah, ketidak puasan kerja, jengkel, gelisah, sulit
tidur, tidak semangat, bangun pagi tidak segar, dan merasa frustasi.
Reaksi fisik meliputi simptom-simptom seperti sakit kepala, sakit
perut, jantung, dan pusing. Reaksi perilaku adalah respon terhadap
stress kerja yang berupa kecelakaan, pindah kerja, dan lainnya.
Menurut H.Handoko (2008), berdasarkan reaksi terhadap
situasi stres dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe A dan tipe B.
Orang dengan tipe A adalah mereka yang agresif dan kompetitif,
menetapkan standar-standar tinggi dan meletakkan diri mereka di
bawah tekanan waktu yang menetap (konstan). Mereka bahkan masih
giat dalam kegiatan olah raga yang bersifat rekreasi dan kegiatankegiatan social kemasyarakatan. Mereka sering tidak menyadari
tekanan yang dirasakan. Mereka lebih cenderung mengalami
gangguan fisik akibat stres seperti, serangan jantung ,liver dan lainlain. Sedangkan orang dengan tipe B adalah lebih rileks dan tidak suka
menghadapi masalah atau easy going. Mereka menerima situasi yang
ada dan bekerja di dalamnya, serta tidak senang bersaing. Mereka
rileks dalam kaitannya dengan tekanan waktu, sehingga meraka lebih
kecil kemungkinannya untuk menghadapi masalah yang berhubungan
dengan stres.
Menurut P.Anoraga (2009), selama stres berlangsung,
tanggapan tersebut menimbulkan reaksi kimiawi dalam tubuh manusia
yang mengakibatkan perubahan-perubahan, antara lain meningkatnya:
tekanan darah tinggi, tingkat metabolisme, produksi kolesterol dan

14

adrenalin. Reaksi kimiawi tersebut pada dasarnya merupakan senjata


yang diperlukan manusia untuk menghadapi dan menyesuaikan diri
terhadap gangguan-gangguan tersebut.

4. Dampak Stres Kerja Terhadap Pekerjaan.


Dari beberapa penjelasan diatas tampak bahwa stres kerja
akan berdampak bagi si pegawai itu sendiri.
Menurut P.Anoraga (2009), ada 3(tiga)

kategori umum

akibat stres kerja antara lain:


a. Gejala badan: sakit kepala( cekot-cekot,pusing separoh, vertigo),
nafsu makan menurun, mual muntah, keringta dingingangguan
pola tidur.
b. Gejala emosional: pelupa mudah marah, cemas, was-was,,kawatir,
mimpi buruk, mudah menangis, pandangan putus asa, dan lain
sebagainya.
c. Gejala sosial: makin banyak merokok, menarik diri dari pergaulan
sosial, mudah bertengkar, dan lain sebagainya.
H.Handoko (2008), stres yang terlalu berlebihan dapat
mengganggu pelaksanaan pekerjaan. Stres dapat sangat membantu
atau fungsional, tetapi dapat juga salah (dysfunctional) atau merusak
prestasi kerja. Secara sederhana hal ini berarti bahwa stres mempunyai
potensi untuk mendorong atau mengganggu pelaksanaan kerja,
tergantung seberapa besar tingkat stres.bila tidak ada stres, tantangantantangan kerja juga tidak ada, dan prestasi kerja cenderung rendah.
Meningkatnya stres, prestasi kerja cenderung naik, karena stres
membantu karyawan untuk mengerahkan segala sumber daya dalam
memenuhi barbagai persyaratan atau kebutuhan pekerjaan.
M.Hasibuan (2009), prestasi kerja karyawan yang mengalami
stres pada umumnya akan menurun karena mengalami ketegangan
pikiran dan berperilaku yang aneh, pemarah, dan suka menyendiri.
Sehingga stres harus diatasi sedini mungkin.

15

Sondang P. Siagian (2009), stres yang tidak teratasi pasti


berpengaruh terhadap prestasi kerja.ada beberapa hal yang harus
diperhatikan yaitu, bahwa kemampuan mengatasi sendiri stres yang
dihadapi tidak sama pada semua orang. Orang yang memiliki daya
tahan yang tinggi menghadapi stres, oleh karenanya mampu mngatasi
sendiri stres tersebut. Sebaliknya tidak sedikit orang yang daya tahan
dan kemampuannya menghadapi stres rendah. Stres yang tidak teratasi
dapat berakibat pada apa yang dikenal dengan burnout , suatu kondisi
mental dan emosional serta kelelahan fisik karena stres yang berlanjut
dan tidak teratasi.

B. Beban Kerja.
1. Pengertian Beban Kerja.
Beban kerja adalah keseluruhan waktu yang digunakan oleh
pegawai dalam melakukan aktivitas atau kegiatan selama jam kerja
(Groenewegen dan Hutten, 1991).
Beban kerja merupakan volume kerja dari suatu unit (Gillies,
1989).
Beban kerja perawat adalah seluruh kegiatan atau aktivitas
yang dilakukan oleh seorang perawat selama bertugas di suatu unit
pelayanan keperawatan. (Marquis dan Huston).
Beban kerja adalah banyaknya pekerjaan yang harus
diselesaikan oleh tenaga kesehatan yang profesional dalam satu
tahun

dalam

satu

sarana

kesehatan.

(Kep.Men.Kes.RI.No:81/SK/I/2004).
Beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang
harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan
dalam jangka waktu tertentu. (MENPAN, 1997).
Beban kerja adalah keadaan dimana pekerja dihadapkan pada
tugas yang harus diselesaikan dalam batas waktu tertentu
(Supardi,2007).

16

1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Beban Kerja.


Menurut Gillies (1994) dalam Arwani & Heru (2004), untuk
memperkirakan beban kerja perawat pada unit tertentu perlu
diperhatikan:
a. Jumlah klien yang dirawat setiap hari/bulan/tahun di unit tersebut
b. Kondisi atau tingkat ketergantungan
c. Rata-rata hari perawatan
d. Pengukuran keperawatan langsung, perawatan tidak langsung,
dan pendidikan kesehatan.
e. Frekuensi tindakan perawatan yang dibutuhkan klien
f. Rata-rata waktu perawatan langsung, tidak langsung dan
pendidikan kesehatan.
Disamping itu ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi beban
kerja perawat yaitu komunitas, bencana alam, kemajuan IPTEK,
pendidikan konsumen, keadaan ekonomi, iklim/musim, politik, dan
hukum/peraturan.
Beban berlebih secara fisikal ataupun mental, yaitu harus
melakukan terlalu banyak hal, merupakan kemungkinan sumber stres
pekerjaan. Unsur yang menimbulkan beban berlebih ialah kondisi
kerja, yaitu setiap tugas diharapkan dapat diselesaikan secepat
mungkin secara tepat dan cermat. Dalam kondisi tertentu hal ini
merupakan motivasi dan menghasilkan prestasi, namun bila desakan
waktu menyebabkan banyak kesalahan atau menyebabkan kondisi
kesehatan seseorang berkurang, maka ini merupakan cerminan adanya
beban berlebih.
Beban kerja terlalu sedikit juga dapat mempengaruhi
kesejahteraan psikologis seseorang. Pada pekerjaan yang sederhana,
dimana banyak terjadi pengulangan atau rutinitas akan timbul rasa
bosan dan monoton. Kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari sebagai
hasil dari terlampau sedikitnya tugas yang harus dilakukan, dapat
17

menghasilkan berkurangnya perhatian. Hal ini secara potensial dapat


membahayakan jika tenaga kerja gagal untuk bertindak tepat dalam
keadaan darurat.

2. Pengukuran Beban Kerja.


Untuk mengetahui beban kerja, suatu pekerjaan dapat
dilakukan pengukuran kerja. Pengukuran beban kerja adalah
penerapan tehnik yang dirancang untuk menetapkan bagi seorang
pekerja yang memenuhi syarat untuk menyelesaikan suatu pekerjaan
tertentu. Pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan

untuk

mengukur beban kerja perawat antara lain(Yaslis I. 2000) :


a. Work sampling
Pada work sampling yang menjadi pengamatan adalah
aktivitas atau kegiatan keperawatan yang dilaksanakan perawat
dalam menjalankan tugasnya sehari-hari di ruang kerjanya. Pada
work sampling yang diamati adalah apa yang dilakukan oleh
perawat, informasi yang dibutuhkan oleh penelitian ini adalah
kegiatannya, bukan siapanya. Pada teknik work sampling, kita
akan mendapatkan banyak sekali pengamatan kegiatan dari
sejumlah personel yang kita amati. Jadi jumlah pengamatan dapat
dihitung sebagai contoh: bila diamati kegiatan 5 perawat setiap
shift, pengamatan setiap 5 menit selama 24 jam (3 shift), dalam 6
hari kerja. Dengan demikian jumlah pengamatan= 5 (perawat) x 60
menit/ 5 (menit) x 24 jam x 6 (hari kerja)= 8.640 sampel
pengamatan. Dengan jumlah data pengamatan yang besar ini
menghasilkan data yang akurat yang menggambarkan kegiatan
personel yang sedang diteliti.
b. Time and Motion Study
Teknik ini mengamati dan mengikuti dengan cermat tentang
kegiatan yang dilakukan oleh personel yang sedang diamati. Pada
teknik

ini

harus

ditentukan

sampel

dari

perawat

yang

18

diklasifikasikan sebagai tenaga perawat mahir, untuk mengetahui


kompetensi atau kualitas kerja dari seorang perawat di bagian
tertentu misalnya di ruang ICU. Kemudian membuat formulir
daftar kegiatan perawat yang diklasifikasikan sebagai kegiatan
profesional dan non profesional perawat mahir serta waktu yang
digunakan untuk melakukan kegiatan tersebut.
Pelaksanaan pengamatan untuk pengambilan data ini
haruslah

seorang

yang

mengetahui

secara

benar

tentang

kompetensi dan fungsi perawat mahir. Pada prinsipnya yang


diamati adalah jenis kegiatan, waktu yang dibutuhkan, dan kualitas
kegiatannya.
c. Daily Log (Pencatatan Kegiatan Sendiri).
Daily log merupakan bentuk paling sederhana dari work
sampling, dimana orang yang diteliti menuliskan sendiri kegiatan
dan waktu yang digunakan untuk kegiatan tersebut.
Penggunaan tehnik ini sangat bergantung terhadap kerja sama
dan kejujuran dari personel yang diteliti. Peneliti membuat
pedoman dan formulir isian yang dapat diisi sendiri oleh
responden. Berisi jenis kegiatan, waktu, dan lamanya kegiatan
yang dilakukan.
Lama waktu mengerjakan setiap jenis pekerjaan adalah hal
penting, karena untuk melihat beban kerja perlu waktu dan jumlah
produksi. Produktifitas dapat diukur dengan jumlah produksi
dibagi dengan waktu.

C. Kerangka Teori
Berdasarkan uraian tinjauan pustaka maka dapat disusun
kerangka teori yang merupakan ringkasan tinjauan pustaka dan dapat
digambarkan dalam bentuk hubungan antara variabel yang secara
teoritis sebagai beban kerja dengan stres kerja perawat di RSUD
Kraton Kabupaten Pekalongan.

19

Respon tubuh
terhadap stres kerja:

Beban kerja tinggi

Cemas, marah, ketidak


puasan kerja, gelisah,
sulit tidur, tidak
semangat kerja, merasa
frustasi (reaksi
psikologis)

Tekanan dan sikap


pimpinan yang kurang
adil

Kecelakaan, pindah
kerja,dll.(reaksi
perilaku).

Waktu dan peralatan


kerja yang kurang
memadai

Konflik antar pribadi


dengan pimpinan

Balas jasa yang


terlalu rendah

Masalah
keluarga,anak dan

Iklim politis yang


tidak aman

STRES
KERJA

Akibat stres kerja


terhadap pekerjaan:
Merusak dan
menurunkan prestasi
kerja.
Mengganggu
pelaksanaan pekerjaan.
burn out (kondisi mental
dan emosional serta
kelelahan fisik karena
stres kerja yang tidak
teratasi.

Gambar Skema 2.1: Kerangka teori (Siagian 2009,Hasibuan 2009, Anoraga


2009)

20

D. Kerangka Konsep.
Berdasarkan kerangka teori tersebut diatas, dikaitkan dengan
permasalahan penelitian maka dapat dirumuskan kerangka konsep
sebagai berikut:

Beban kerja

Stres kerja perawat

parawat

Gambar Skema 2.2: Kerangka Konsep.

E. Variabel Penelitian.
Variabel penelitian mencakup variabel bebas dan variabel
terikat:
1. Variabel bebas (independen) dalam penelitian ini adalah:
Beban kerja.
2. Variabel terikat (dependen) dalam penelitian ini adalah:
Stres kerja perawat.

F.Hipotesis.
Hipotesis yang ingin dibuktikan kebenarannya dalam penelitian
ini adalah: Ada hubungan beban kerja dengan stres kerja perawat di
RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan.

21

Anda mungkin juga menyukai