Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Masa remaja atau masa adolescence adalah suatu fase tumbuh kembang yang dinamis
dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa kanakkanak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, psikologis,
emosional, dan sosial (Ali & Asrori, 2010; Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2004;
Dhamayanti, 2009; Proverawati & Misaroh, 2009). Pertumbuhan dan perkembangan manusia
menjadi dewasa mengalami suatu tahap yang disebut masa pubertas. Remaja perempuan
mengalami masa pubertas lebih cepat dibandingkan lakilaki. Pubertas pada remaja
perempuan juga ditandai dengan Menarche yaitu mendapatkan menstruasi (haid) pertama
(Mikrajuddin, 2006).
Pertumbuhan dan perkembangan manusia menjadi dewasa akan mengalami suatu tahap
yang disebut pubertas. Menurut World Health Organication (WHO) batasan usia remaja
adalah 12 sampai 24 tahun, sedangkan menurut Survei Kesehatan Reproduksi Remaja
Indonesia (SKRRI) tahun 2007, remaja adalah laki-laki dan perempuan yang belum kawin
dengan batasan usia meliputi 15-24 tahun. Remaja perempuan mengalami masa pubertas
lebih cepat dibandingkan laki-laki. Pubertas pada remaja perempuan di tandai dengan
menarche yaitu mendapatkan mensturasi (haid) pertama (Wong, 2008).
Menstruasi adalah pengeluaran cairan dari vagina secara berkala selama masa usia
reproduktif. Biasanya berlangsung selama 3-7 hari (Ramaiah, 2006). Siklus mensturasi
merupakan waktu sejak hari pertama mensturasi sampai datangnya mensturasi periode
berikutnya, sedangkan panjang siklus mensturasi adalah jarak antara tanggal mulainya
mensturasi yang lalu dan mulainya mensturasi berikutnya. Siklus mensturasi pada wanita
normalnya berkisar antara 21-32 hari dan hanya 10-15% yang memiliki siklus mensturasi 28
hari dengan lama mensturasi 3-5 hari, ada yang 7-8 hari (Proverawati & Misaroh, 2009).
Menstruasi merupakan saat-saat yang dinanti kehadirannya oleh para wanita dewasa.
Dan ketika ia terlambat datang, maka akan timbul kekhawatiran, jangan0jangan telah terjadi
sesuatu pada dirinya. Sebenarnya, disamping kekhawatiran akan adaya keterlambatan, ada
masalah lain lagi yang dihadapi para wanita ketika menstruasi tersebut akhirnya tiba, yaitu
menderita kram, nyeri dan ketidaknyamanan lain, bahkan sampai tidak mampu beraktivitas

sehari-hari. Sehingga ada yang kemudian berharap akan lebih baik jika tidak mengalami
menstruasi. Penyebab nyeri ini kemungkin dapat dikarenakan stress. Nyeri ketika mestruasi,
dalam istilah kedokteran disebut disminore (Ninik Dwi A, 2005)
Data dari Riset Kesehatan Dasar (RIKESDAS, 2010) sebagian besar 68% perempuan
di Indonesia berusia 10-59 tahun melaporkan haid teratur dan 13,7% mengalami masalah
siklus haid yang tidak teratur dalam 1 tahun terakhir. Persentase tertinggi haid tidak teratur
terdapat pada daerah Gorontalo (23,3%) dan terendah di Sulawesi Tenggara (8,7%),
sedangkan di Maluku Utara (15,7%).
Survei awal yang dilakukan pada 40 mahasiswa keperawatan semester tujuh stikes
muhammadiyah Lamongan mengalami gangguan siklus menstruasi karena stress, diketahui
beberapa faktor yaitu: mengalami stres sedang dalam tiga bulan terakhir karena berbagai
faktor seperti kecemasan karena ujian akhir semester yang semakin dekat, tugas perkuliahan
yang menumpuk, permasalahan dengan teman, masalah keuangan, dan 5 orang diantaranya
mengalami stresringan. Sedangkan 8 mahasiswi mengalami siklus menstruasi normal(21-35
hari) dengan lama perdarahan lebih dari 6 hari, dan 5 orang mengalami siklus panjang (>35
hari), dan 5 orang mahasiswi mengalami siklus pendek (<21 hari), dan 17 mahasiswi
menyatakan adanya perubahan dalam siklus menstruasi jika sedang mengalami stresor seperti
menstruasi yang terlambat (dalam 2 bulan tidak ada mens), siklus menstruasi yang lebih
cepat, darah menstruasi yang lebih banyak.
Gangguan pada siklus menstruasi dipengaruhi oleh gangguan pada fungsi hormon,
kelainan sistemik, stres, kelenjar gondok, dan hormon prolaktin yang berlebihan. Gangguan
pada siklus menstruasi terdiri dari tiga, yaitu: siklus menstruasi pendek yang disebut juga
dengan Polimenore, siklus menstruasi panjang atau oligomenore, dan amenore jika
menstruasi tidak datang dalam 3 bulan berturut-turut (Proverawati & Misaroh, 2009;
Wiknjosastro, 2005; Octaria, 2009 dikutip dari Isnaeni, 2010;).
Stres diketahui sebagai faktor penyebab (etiologi) terjadinya gangguan siklus
menstruasi. Kebanyakan wanita mengalami sejumlah perubahan dalam siklus menstruasi
selama reproduksi. Dalam pengaruhnya terhadap siklus menstruasi, stres melibatkan sistem
hormonal sebagai sistem yang berperan besar pada reproduksi wanita Perdanakusuma, 2010).
Stress diawali dengan adanya ketidakseimbangan antara tuntutan dan sumber daya
yang dimiliki individu, semakin tinggi kesenjangan terjadi semakin tinggi pula tingkat stress
yang dialami individu, dan akan merasa terancam (iyus Yosep, 2007:45).

Tidak semua tekanan stress berefek buruk. Tekanan bukanlah hal yang harus
dihindari, jika seseorang tidak menentukan tingkatan stress yang optimal untuk dirinya, ia
akan menderita karena tidak mempunyai hal yg penting untuk diperjuangkan, atau merasa
kelelahan akibat aktivitas berlebihan yang tidak terarah (Dikkky, 2008).
Faktor kejiwaan, masalah sosial, masalah keluarga dan lain-lain memegang peran
pentingdalam terjadinya perubahan siklus menstruasi. Wanita yang paling sering mengalami
gangguan siklus menstruasi adalah wanita yang sangat peka terhadapperubagan hormonal dan
faktor-psikologis. Apalagi bila seorang wanita peka terhadap keduanya maka keluhan yang
terjadi akan semakin berat (yatty, 2008)
Untuk mengendalikan stress kita dapat mengubah presepsi pribadi mengenai sebuah
keadaan untuk mengatasi keadaan tersebut, yaitu sikap, keyakinan, dan pikiran kita harus
positif, fleksibel, rasional dan adaptif tehadap orang lainserta mengendalikan faktor-faktor
penyebab stress (sunaryo, 2004:220)
Penanganan stress sampai saat ini masih bersifat konvensional dimana
peranan obat-obatan masih sangat besar. Dimasa mendatang, penanganan
stress hendaknya juga dilakukan melalui pendekatan bio-psiko-sosia

Stress tidak dapat dianggap enteng karena sistem metabolisme di dalam tubuh. Bisa
jadi karena stress menyebabkan mudah marah, lelah, penurunan berat badan yang drastis,
bahkan mudah sakit metabolisme berubah, dan siklus mentruasi terganggu. Mengatasi stress
itu sendiri lewat terapi yang dilakukan oleh para ahli. Jika stress teratasi maka siklus
menstruasi juga akan teratur (Diana, 2014).
Dari uraian latar belakang masalah diatas diketahui sebagian besar mahasiswi
keperawatan semester tujuh Stikes Muhammadiyah Lamongan pernah mengalami kondisi
stress psikologis dan sebagian mahasiswi mengatakan mengalami keterlambatan menstruasi.
Oleh karena itu penelitih ingin menganalisa hubungan antara stress psikologi dengan siklus
menstruasi pada mahasiswi semester tujuh Stikes Muhammadiyah Lamongan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan
apakah ada Hubungan antara Stress psikologis dengan Perubahan siklus Menstruasi pada
mahasiswi keperawatan semester tujuh Stikes Muhammadiyah Lamongan?
1.3 Tujuan Penelitihan
1.3.1 Tujuan Umum

Menganalisa Hubungan antara Stress psikologis dengan Perubahan siklus Menstruasi


pada mahasiswi keperawatan semester tujuh Stikes Muhammadiyah Lamongan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi tingkatan stress psikologis pada mahasiswi keperawatan semester
tujuh Stikes Muhammadiyah Lamongan.
2. Mengidentifikasi perubahan siklus menstruasi pada mahasiswa keperawatan semester
tujuh stikes muhammadiyah lamongan.
3. Menganalisa Hubungan antara Stress psikologis dengan Perubahan siklus Menstruasi
pada mahasiswi keperawatan semester tujuh Stikes Muhammadiyah Lamongan
1.4 Manfaat Penelitihan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :
1.4.1

Bagi peneliti
Dapat mengembangkan wawasan dan menambah pengetahuan bagi peneliti dalam
kesehatan khususnya tentang Hubungan antara Stress psikologis dengan Perubahan

1.4.2

siklus Menstruasi.
Bagi Peneliti Yang Akan Datang
Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menambah minat pembaca untuk

1.4.3

melakukan penelitian selanjutnya untuk meneruskan penelitian ini.


Bagi Responden
Diharapkan kepada responden untuk selalu ikut ketika diadakan penyuluhan

1.4.4

mengenai kesehatan khususnya tentang stress psikologis dan siklus menstruasi.


Bagi Profesi Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi profesi dalam

1.4.5

mengembangkan ilmu keperawatan.


Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
Memberikan masukan dalam membuat kebijakan untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada masyarakat.

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 konsep Dasar Stress
2.1.1 Pengertian stress
Stress adalah reaksi/respon tubuh terhadap stressor psikososial(tekanan mental/beban
kehidupan). Stress dewasa ini digunakan secara bergantian untuk menjelaskan berbagai
stimulus dengan intensitas berlebihan yang tidak disukai berupa respons fisiologis,
perilaku, dan subjektif terhadap stress; knteks yang menjebatani pertemuan antara
individu dengan stimulus yang membuat stress; semua sebagai suatu sistem
(WHO,2003:158).
Stress adalah respons manusia yang bersifat nonspesifik terhadap setiap tuntutan
kebutuhan yang ada dalam dirinya (pundiknakes, Dep. Kes.RI,1998)
Menurut Mc Nerney (1984), stress adalah reaksi fisik, mental, dan kimiawi dari tubuh
terhadap situasi yang menakutkan, mengejutkan, membingungkan, membahayakan, dan
merisaukan seseorang (Iyus Yosep, 2007:45)
Stress adalah ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental fikik,
emosional, dan spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan
fisik manusia tersebut (National Safety Conuncil, 2003:2).
2.1.2 Penggolongan stress
Menurut brench grand (2000), stress ditinjau dai penyebabnya dapat digolongkan sebagai
berikut (Sunaryo, 2004:215) :
1. Penyebab makro
Yaitu menyangkut peristiwa besar dalam kehidupan, seperti kematian, perceraian,
pensiun, luka batin, dan kebangkrutan.
2. Penyebab mikro
Yaitu menyangkut peristiwa kecil sehari-hari, seperti pertengkaran rumah tangga,
beban kerja, masalah apa yang akan dimakan, dan antri.
2.1.3 Faktor yang mempengaruhi stress antara lain (Sunaryo, 2004:216)
1. Faktor biologis
Herediter. Konstitusi tubuh, kondisi fisik, neurologis, dan neurohormonal.
2. Faktor psikoedokatif/ sosiokultural
3. Perkembangan kepribadian, pengalaman, dan kondisi lain yang
2.1.4

mempengaruhi.
Gejala dan tanda stress antara lain:
1. Gejala fisik
Gejala stress secara fisik dapat berupa jantung berdebar, napas cepat
dan memburu/terengah-engah, mulut kering, lutut gemetar, perut melilit, nyeri
kepala seprti diikat, aktivitas metabolik meningkat (berkeringat banyak,

tangan lembab, letih yang tak beralasa, merasa gerah, panas), dan otot tegang
(National Safety Council, 2003:4)
2. Gejala psikis
Keadaan stress dapat membuat orang-orang yang mengalaminya
merasa gejala psikoneurosa (Rohmah, 2009), seperti:
1) Perasaan bersalah dan hilangnya percaya diri
2) Bingung, ketidakmampuan menganalisa secara benar, kemampuan berfikir
yang rendah, daya ingat yang lemah.
3) Rasa putus asa yang benar, menyakini bahwa segalanya berlangsung buruk
ketidak mampuan memusatkan perhatian atau kesulitan melakukannya.
4) bersikap yang tidak sesuai akal sehat.
5) perasaan tidak berdaya atau tidak berpengharapan.
6) kehilangan atau peningkatan nafsu.
2.1.5 Tahapan stress menurut Robert Van Amberg (Iyus Yosep, 2007:52):
1. stress tingakat 1
Tahapan ini merupakan tingkat stress yang paling ringan dan biasanya
disertaidengan perasaan-perasaan sebagai berikut:
1)semangat besar
2) penglihatan tajam tidak sebagaimana mestinya.
3) energi yang gugup berlebihan, kemampuan menyelesaikan pekerjaan lebih
dari biasanya.
2. stress tingkat II
Dalam tahap ini dampak stress yang menyenangkan mulai menghilang dan
timbul keluhan-keluhan dikarekanan cadangan energi tidak lagi cukup
sepanjang hari. Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan sebagai berikut:
1)merasa letih sewaktu bangun pagi.
2) merasa lelah sesudah makan siang.
3) merasa lelah menjelang sore hari.
4)terkadang gangguan dalam sistem pernafasan (gangguan usus/perut
kembung), kadang pula jantung berdebar-debar.
5) perasaan tegang pada otot-otot punggung dan tengkuk (belakang) leher.
6) perasaan tidak bisa santai.
3. stress tingkat III
Pada tahapan ini keluhan keletihan semakain namppak disertai dengan
gejalah-gejalah:
1) gangguan usus lebih terasa (sakit perut, mules, sering ingin kebelakang).
2)otot-otot lebih tegang.
3) perasaaan tengang yang semakin meningkat.
4) gangguan tidur (sukar tidur, sering terbangun malam dan sukar tidur
kembali, atau bangun terlalu pagi)
5) badan terasa oyong, rasa-rasa mau pingsan (tidak sampai jatuh pingsan)
4. stress tingkat IV
tahapan ini sudah menunjukan keadaan yang lebih buruk yang
ditamdai sebagai berikut:

1) untuk bertahan sepanjang hari terasa sangat sulit.


2) kegiatan-kegiatan yang semula menyenangkan kini terasa sulit.
3) kehilangan kemampuan untuk menanggapi situasi, pergaulan sosial dan
kegiatan-legiatan rutin lainnya terasa berat.
4) tidur semakin sukar, mimpi-mimpi menangangkan, dan sering terbangun
dini hari.
5)perasaan negativistik.
6) kemampuan berkonsentrasi menurun tajam.
7) perasaan takut yang tidak dapat dijelaskan.
5. stress tingkat V
1)keletihan yang mendalam (physical and psychological exhaustion).
2) untuk pekerjaan-pekerjaan sederhana kurang mampu.
3) gangguan sistem pencernaan (sakit maag dan usus) lebih sukar buang air
besar atau sebaliknya feces cair dan sering kebelakang.
4) perasaan semakin menjadi, mirip panik.
6. stress tingkat VI
1) debar jantung terasa amat keras, hal ini disebabkan zat adrenalin yang
dikeluarkan, karena stress tersebut cukup tinggi dalam peredaran darah.
2)nafas sesak.
3) badan gemetar, tubuh dingin, keringat bercucuran.
4)tenaga hal-hal yang ringan sekalipun tidak kuasa lgi, pingsan atau collaps.
2.2.6 Respon Terhadap Stresor
1. Respon Fisiologis :
Situasi stres mengaktivasi hipotalamus yang selanjutnya mengendalikan dua sistem
neuroendokrin, yaitu sistem simpatis dan sistem korteks adrenal. Sistem saraf simpatik
berespons terhadap impuls saraf dari hipotalamus yaitu mengaktivasi berbagai organ dan otot
polos yang berada di bawah pengendaliannya. Sebagai contohnya, ia meningkatkan
kecepatan denyut jantung dan mendilatasi pupil. Sistem saraf simpatis juga memberi sinyal
ke medulla adrenal. Untuk melepaskan epinefrin dan norepinefrin ke aliran darah. Sistem
korteks adrenal diaktivasi jika hipotalamus mensekresikan CRF (corticotropin releasing
factor), suatu zat kimia yang bekerja pada kelenjar hipofisis yang terletak tepat dibawah
hipotalamus.
Kelenjar
hipofisis
selanjutnya
mensekresikan
hormon
ACTH
(adrenocorticotropic hormone), yang dibawa melalui aliran darah ke korteks adrenal.
Dimana, ia menstimulasi pelepasan sekelompok hormon, termasuk kortisol, yang meregulasi
kadar gula darah. ACTH juga memberi sinyal ke kelenjar endokrin lain untuk melepaskan
sekitar 30 hormon. Efek kombinasi berbagai hormon stres yang dibawa melalui aliran darah
ditambah aktivitas neural cabang simpatik dari sistem saraf otonomik berperan dalam respons
fight or flight (Sriati;2008).
Secara umum orang yang mengalami stres mengalami sejumlah gangguan fisik
seperti:
1) Gangguan pada organ tubuh menjadi hiperaktif dalam salah satu sistem tertentu.
Contohnya: muscle myopathy pada otot tertentu mengencang/melemah, tekanan darah naik
terjadi
kerusakan jantung dan arteri, sistem pencernaan terjadi maag, diare.
2) Gangguan pada sistem reproduksi. Seperti: amenorhea/tertahannya menstruasi, kegagalan
ovulasi pada wanita, impoten pada pria, kurang produksi semen pada pria, kehilangan gairah
seks.
3) Gangguan pada sistem pernafasan: asma, bronchitis.

4) Gangguan lainnya, seperti pening (migrane), tegang otot, jerawat, dst.


2. Respon Psikologik:
1) Keletihan emosi, jenuh, mudah menangis, frustasi, kecemasan, rasa bersalah, khawatir
berlebihan, marah, benci, sedih, cemburu, rasa kasihan pada diri sendiri, serta rasa rendah
diri.
2) Terjadi depersonalisasi ; dalam keadaan stres berkepanjangan, seiring dengan keletihan
emosi, ada kecenderungan yang bersangkutan memperlakuan orang lain sebagai sesuatu
ketimbang seseorang
3) Pencapaian pribadi yang bersangkutan menurun, sehingga berakibat pula menurunnya rasa
kompeten & rasa sukses
3. Respon Perilaku
1) Manakala stres menjadi distres, prestasi belajar menurun dan sering terjadi tingkah laku
yang tidak diterima oleh masyarakat
2) Level stres yang cukup tinggi berdampak negatif pada kemampuan mengingat informasi,
mengambil keputusan, mengambil langkah tepat.
3) Mahasiswa yang over-stressed (stres berat) seringkali banyak membolos atau tidak aktif
mengikuti kegiatan pembelajaran. (Yulianti; 2004, Pusat Bimbingan dan Konseling UNHAS;
2008, Chomaria;2009)
2.2.7 Penatalaksanaan Stres
Strategi menghadapi stres antara lain dengan mempersiapkan diri menghadapi stresor
dengan cara melakukan perbaikan diri secara psikis/mental, fisik dan sosial. Perbaikan diri
secara psikis/mental yaitu dengan pengenalan diri lebih lanjut, penetapan tujuan hidup yang
lebih jelas, pengaturan waktu yang baik. Perbaikan diri secara fisik dengan menjaga tubuh
tetap sehat yaitu dengan memenuhi asupan gizi yang baik, olahraga teratur, istirahat yang
cukup. Perbaikan diri secara sosial dengan melibatkan diri dalam suatu kegiatan, acara,
organisasi dan kelompok sosial. Mengelola stres merupakan usaha untuk mengurangi atau
meniadakan dampak negatif stresor.
Dalam mengelola stres dapat dilakukan beberapa pendekatan antara lain:
1). Pendekatan farmakologi; menggunakan obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi
gangguan neurotransmiter disusunan syaraf pusat otak (sistem limbik). Sebagaimana
diketahui sistem limbik merupakan bagian otak yang berfungsi mengatur alam pikiran, alam
perasaan dan perilaku seseorang. Obat yang sering dipakai adalah obat anti cemas (axiolytic)
dan anti depresi (anti depressant).
2). Pendekatan perilaku; mengubah perilaku yang menimbulkan stres, toleransi/adaptabilitas
terhadap stres, menyeimbangkan antara aktivitas fisik dan nutrisi,serta manajemen
perencanaan, organisasi dan waktu.
3). Pendekatan kognitif; mengubah pola pikir individu, berpikir positif dan sikap yang positif,
membekali diri dengan pengetahuan tentang stres, menyeimbangkan antara aktivitas otak kiri
dan kanan, serta hipnoterapi.
4). Relaksasi; upaya untuk melepas ketegangan. Ada 3 macam relaksasi yaitu relaksasi otot,
relaksasi kesadaran indera dan relaksasi melalui yoga, meditasi maupun
transendensi/keagamaan(Yulianti;2004, Chomaria;2009, http://digilib.unsri.ac.id.;2009).
1.1.3 Skala stress
Tingkat

2.2 konsep Dasar Menstruasi


2.2.1 pengertian mestruasi

Menstruasi adalah pendarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari
setelah ovulasi (bobak, 2004). Menstruasi adalah perdarahan vagina secara berkala akibat
terlepasnya lapisan endometrium uterus. Fungsi menstruasi nirmal merupakan hasil
interaksi antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan perubahan-perubahan terkait
pada jjaringan sasaran pada saluran reproduksi normal, ovarium memainkan peranan
penting dalam proses ini, karena tampaknya siklik maupun lama siklus menstruasi
(greenspan, 1998).
2.2.2 lama menstruasi
Lama menstruasi tiap wanita bervariasi, yaitu sekitar 4-7 hari. Salah satu agama
menyebutkan jika lebih dari 14 hari sudah bukan termasuk mentruasi, tetapi merupakan
suatu penyakit atau kelainan.
1) tanda dan gejala menstruasi
2.2.3 aspek humoral selama siklus menstruasi
Hormon adalah zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endoktrin, yang langsung di
alirkan dalam peredaran darah dan mempengaruhi organ tertentu yang disebut organ
target. Hormon-hormon yang behubungan dengan siklus menstruasi antaralain (klik
dokter, 2007):
1. FSH-RH (Folikel Stimulating Hormon releasing hormon)

yang dikeluarkan

hipotalamus untuk merangsang hipotisis mengeluarkan FSH.


2. LH-RH (luteinizing hormon releasing hormon) yang dikeluarkan hipotalamus untuk
merangsang hipofisis untuk merangsang hipofisismengeluakan LH.
3. PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk mengeluarkan
prolaktin.
2.2.4 siklus menstruasi
Panjang siklus haid dipengaruhi oleh usia seseorang. Rata-rata panjang siklus haid
gadis usia 12 tahun adalah 25 hari, pada wanita usia 43 tahun 27 hari, dan pada wanita
usia 55 tahun 51,9 hari. Lama haid biasanya antara 3-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti
darah yang keluar rata-rata 16 cc. Pada wanita yang lebih daro 80 cc dianggap patologik
(Hanifa, 2005 : 103).
Siklus menstruasi merupakan satu mekanisme ulangan dari kerja sistem hipotalamus
hipofisis-ovarium, yang berhubungan dengan perubahan struktur dan fungsi dari jaringan
target uterus, tuba fallopii, endometrium dan vagina- dari organ reproduksi. Tiap siklus
mencapai puncaknya dalam bentuk perdarahan menstruasi, dan hari pertama siklus
diterima sebagai titik permulaan siklus menstruasi.
Setiap satu siklus menstruasi terdapat 4 fase perubahan yang terjadidalam uterus.
Fase-fase ini merupakan hasil kerjasama yang sangat terkoordinasi antara hipofisis
anterior, ovarium, dan uterus. Fase-fase tersebut adalah :
1). Fase menstruasi atau deskuamasi

Fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai pendarahan dan
lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Fase ini berlangsung selama 3-4 hari.
2). Fase pasca menstruasi atau fase regenerasi Fase ini, terjadi penyembuhan luka akibat
lepasnya endometrium. Kondisi ini mulai sejak fase menstruasi terjadi dan berlangsung
selama 4 hari.
3). Fase intermenstum atau fase proliferasi Setelah luka sembuh, akan terjadi penebalan pada
endometrium 3,5 mm. Fase ini berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus
menstruasi. Fase proliferasi dibagi menjadi 3 tahap, yaitu : Fase proliferasi dini, terjadi pada
hari ke-4 sampai hari ke-7. Fase ini dapat dikenali dari epitel permukaan yang tipis dan
adanya regenerasi epitel. Fase proliferasi madya, terjadi pada hari ke-8 sampai hari ke-10.
Fase ini merupakan bentuk transisi dan dapat dikenali dari epitel permukaan yang
berbentuk torak yang tinggi. Fase proliferasi akhir, berlangsung antara hari ke-11 sampai hari
ke-14. Fase ini dapat dikenali dari permukaan yang tidak rata dan dijumpai banyaknya
mitosis.
4). Fase pramenstruasi atau fase sekresi Fase ini berlangsung dari hari ke-14 sampai ke-28.
Fase ini endometrium kira-kira tetap tebalnya, tetapi bentuk kelenjar berubah menjadi
panjang berkelok-kelok dan mengeluarkan getah yang makin lama makin nyata. Bagian
dalam sel endometrium terdapat glikogen dan kapur yang diperlukan sebagai bahan makanan
untuk telur yang dibuahi. Fase sekresi dibagi dalam 2 tahap, yaitu: Fase sekresi dini, pada
fase ini endometrium lebih tipis dari fase sebelumnya karena kehilangan cairan. Fase sekresi
lanjut, pada fase ini kelenjar dalam endometrium berkembang dan menjadi lebih berkelokkelok dan sekresi mulai mengeluarkan getah yang mengandung glikogen dan lemak. Akhir
masa ini, stroma endometrium berubah kearah sel-sel; desidua, terutama yang ada di seputar
pembuluh-pembuluh arterial. Keadaan ini memudahkan terjadinya nidasi (Wiknjosastro;
2005).
2.2.4 masa mestruasi
Pada tiap siklusdikenal tiga masa utama, ialah sebagai berikut (sarwono
prawirohardjo, 2002 : 46):
1. masa haid selama dua sampai delapan hari. Pada waktu itu endometrium dilepas,
sedangkan penggeluaran hormon-hormon ovarium paling rendah (minimum).
2. masa proliferasi sampai hari keempat belas. Pada waktu itu endometrium tumbuh
kembali, disebut juga endometrium mengadakan proliferasi. Antara hari kedua belas dan
keempat belas dan keempat belas dapat terjadi pelepasan ovum dari ovarium yang disebut
ovulasi.
3. sesudahnya, dinamakan masa sekresi. Pada ketika itu korpus rubrum
menjadikorpus luteum yang mengeluarkan progesteron. Di bawah pengaruh progesteron
ini, kelenjar endometrium yang tumbuh berlekuk-lekuk mulai bereaksi dan mengeluarkan
getah yang mengandung glikogen dan lemak. Pada akhir masa ini stroma endometrium
berubah ke arah sel-sel desidua, terutama yang berada di seputar pembuluh-pembuluh
atrerial. Keadaan ini memudahkan adanya nidasi.
2.2.5 Gangguan Pola Menstruasi
Apabila menstruasi tidak terjadi pada saat yang seharusnya, hal ini mungkin
menunjukkan tanda kehamilan. Akan tetapi masa menstruasi yang tidak teratur atau tidak

mendapat menstruasi sering merupakan keadaan yang wajar bagi banyak remaja yang baru
saja mendapatkan menstruasi dan bagi perempuan yang berusia diatas 40 tahun. Kecemasan
dan gangguan emosional dapat menyebabkan seorang wanita tidak mendapatkan menstruasi.
2.2.5.1 Gangguan pola menstruasi yang berhubungan dengan siklus menstruasi digolongkan
menjadi 3 macam yaitu:
1). Polimenorea
Pada polimenorea siklus menstruasi lebih pendek dari biasa
(kurang dari 21 hari). Polimenorea dapat disebabkan oleh gangguan
hormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi, atau menjadi
pendeknya masa luteal. Sebab lain adalah kongesti ovarium karena
peradangan, endometriosis, dan sebagainya.
2). Oligomenorea
Siklus menstruasi lebih panjang, lebih dari 35 hari. Perdarahan
pada oligomenorea biasanya berkurang. Pada kebanyakan kasus
oligomenorea kesehatan wanita tidak terganggu, dan fertilitas cukup
baik. Siklus menstruasi biasanya juga ovulator dengan masa proliferasi
lebih panjang dari biasa.
3). Amenorea
Amenorea adalah keadaan tidak adanya menstruasi sedikitnya tiga
bulan berturut-turut. Amenorea primer apabila seorang wanita berumur
18 tahun keatas tidak pernah dapat menstruasi, sedangkan pada amenorea
sekunder penderita pernah mendapat menstruasi tetapi kemudian tidak
dapat lagi. Amenorea primer umumnya mempunyai sebab-sebab yang
lebih berat dan lebih sulit untuk diketahui, seperti kelainan-kelainan
kongenital dan kelainan-kelainan genetik. Adanya amenorea sekunder
lebih menunjuk kepada sebab-sebab yang timbul kemudian dalam
kehidupan wanita, seperti gangguan gizi, gangguan metabolisme, tumortumor,
penyakit infeksi, dan lain-lain (Wiknjosastro;2005).
2.2.5.2 Gangguan pola menstruasi berdasarkan lama perdarahan
menstruasinya dapat digolongkan menjadi 2 yaitu:
1). Hipomenorea
Hipomenorea adalah perdarahan haid yang lebih pendek dan
atau kurang dari biasa. Hipomenorea disebabkan oleh karena
kesuburan endometrium kurang akibat dari kurang gizi, penyakit
menahun maupun gangguan hormonal. Adanya hipomenorea tidak
mengganggu fertilitas.
2). Hipermenorea (Menoragia)
Hipermenorea adalah perdarahan haid yang lebih banyak dari
normal, atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari). Sebab
kelainan ini antara lain karena hipoplasia uteri (mengakibatkan
amenorea, hipomenorea), asthenia (terjadi karena tonus otot kurang),
myoma uteri (disebabkan oleh kontraksi otot rahim kurang, cavum
uteri luas, bendungan pembuluh darah balik), hipertensi,
dekompensio cordis, infeksi (misalnya : endometritis, salpingitis),
retofleksi uteri (karena bendungan pembuluh darah balik), penyakit
darah (misalnya werlhoff dan hemofili) (Lusa;2010).

Stresorr

Stresor Psikologis:
tekanan dari dalam diri
individu biasanya yang
bersifat negatif

Stresor Fisik:
suara, polusi, radiasi,
suhu udara makanan,
trauma, latihan fisik
yang terpaksa

Stresor Sosial:
kehilangan orang yang
dicintai, kehilangan
pekerjaan, pensiun,
perceraian, masalah keuangan, pindah
rumah

Stres

Stres

Neuroendokri
n

Respon Psikologis

Keterangan:

Respon Fisiologis

Pola Menstruasi

Respon Sosial

Diteliti

Tidak diteliti

Anda mungkin juga menyukai